Rata 100 meter
diketahui melalui uji atan lari 100 meter
ri 100 meter
Kategori
Tinggi Tinggi
itas tes tersebut,
alter seperti dikutip
Obyektivitas 0,95 – 1,0 0,85 – 0,94 0,70 – 0,84 0,50 – 0,69 0,00 – 0,49 ata-rata peningkatan
commit to user
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai berikut: Tabel 6.Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.
Kelompok N Mean SD Lhitung Ltabel Keterangan
A1B1 10 14,86 0,73 0,2389 0,258 Normal
A2B1 10 14,21 0,61 0,1239 0,258 Normal
A1B2 10 14,25 0,618 0,1406 0258 Normal
A2B2 10 14,50 0,812 0,1681 0,258 Normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa L0 < Lt. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Homogenitas
Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut:
Tabel 7.Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet.
∑ Kelompok Ni S2 X2hit X2tabel Kesimpulan
4 10 0,0718 3,271 7,81 Homogen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2hit lebih kecil dari pada X2tabel. Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata
commit to user
setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.
Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel berikut ini:
Tabel 8.Ringkasan Nilai Rerata Kecepatan lari 100 meter Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan. Rerata
Acceleration sprint (A1) Repetition Sprint(A2) Tungkai Panjang (B1) Tungkai pendek (B2) Tungkai Panjang(B1) Tungkai Pendek (B2) Sebelum 14,86 14,25 14,21 14,50 Sesudah 13,76 13,78 13,66 13,92 Peningkatan 1,09 0,46 0,55 0,58
Tabel 9.Ringkasan Analisis Anava Dua Jalur
Sumber Varians JK Db KR Fhitung Ftabel
Rerata lat 18,04 1 18,03649 A 0,46 1 0,46225 6,441 4,11 B 0,88 1 0,88209 12,291 AB 1,11 1 1,10889 15,451 Kekeliruan 2,58 36 0,017688 Total 23,07 39
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Latihan dengan acceleration sprint dan repetition sprint dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 6,411 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan, latihan dengan acceleration sprint dan repetition sprint terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter.
commit to user 2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan panjang tungkai siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan kecepatan lari 100 meter. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 12,291 yang lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan antara siswa yang memiliki panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengaruh interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor menunjukkan ada interaksi antara model metode latihan dan panjang tungkai. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 15,451 ternyata lebih besar dari Ft = 4,11 (F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan, metode latihan dan panjang tungkai memiliki pengaruh interaksi terhadap kecepatan lari 100 meter.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan dengan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada cabang atletik pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. (2) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. (3) ada pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1
commit to user
Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Antara Acceleration Sprint Dan Repetition Sprint Terhadap Kecepatan Lari 100 meter.
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan pengaruh antara acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan larii 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria1 Sukohajo Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan acceleration sprint mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan repetition sprint.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 sebesar 6,441 > Ft 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
2. Perbedaan Pengaruh Antara Panjang Tungkai panjang Dan Panjang Tungkai Pendek Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa yang memiliki panjang tungkai tinggi memiliki kecepatan lari yang lebih baik daripada siswa yang memiliki panjang tungkai pendek.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 12,291> Ft 4,11. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Dan Panjang Tungkai Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter
Tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut:
Tabel 10. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Kecepatan Lari 100 Meter
Accaleration Sprint (A1)
Repetition
Sprint (A2) Rerata
Panjang Tungkai Panjang (B1) 1,09 0,55 0,82
Panjang Tungkai Pendek (B2) 0,46 0,58 0,52
Rerata 0,78 0,57 0,67
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan, dalam menerapkan metode latihan kecepatan lari perlu mempertimbangkan panjang tungkai yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki panjang tungkai panjang lebih cocok diberi latihan dengan
acceleration sprint, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel pengaruh
sederhana, pengaruh utama dan interaksi faktor utama terhadap peningkatan kecepatan lari pada kelompok A1B1 yang menunjukkan hasil 1,09 lebih baik hasilnya daripada kelompok A2B1 dengan hasil 0,5.5 Sedangkan siswa yang memiliki panjang tungkai pendek lebih cocok diberi latihan dengan repetition
sprint, hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tabel melihat tabel pengaruh
sederhana, pengaruh utama dan interaksi faktor utama terhadap peningkatan kecepatan lari yang menunjukkan bahwa kelompok A2B2 dengan hasil 0,58 lebih baik hasilnya daripada kelompok A1B2 dengan hasil 0,46. Karena siswa yang memiliki panjang tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih besar lebih besar daripada siswa yang memiliki panjang tungkai pendek sebesar 0,67. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
commit to user BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan dengan acceleration sprint dan
repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra
ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 SukoharjoTahun Pelajaran 2011/2012. (nilai Fo 6,44 > Ft 4,11).
2. Ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. (nilai Fo 12,29 > Ft 4,11).
3. Ada interaksi antara metode latihan dengan pendekatan metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.. (nilai Fo 15,45 > Ft 4,11).
a. Siswa yang memiliki panjang tungkai panjang lebih cocok diberi metode latihan dengan metode latihan dengan acceleration sprint.
b. Siswa yang memiliki panjang tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan dengan metode latihan dengan repetition sprint.
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode latihan kecepatan dengan
acceleration sprint dan repetition sprint serta panjang tungkai merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan kecepatan lari 100 meter.
commit to user
2. Metode latihan kecepatan dengan acceleration sprint memberi pengaruh yang lebih baik daripada metode latihan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter. Hal ini karena, sampel yang digunakan adalah pemula, sehingga secara teknik maupun kondisi fisik belum baik, sehingga metode latihan
acceleration sprint sesuai diberikan untuk siswa pemula.
3. Perbedaan panjang tungkai merupakan variabel yang mempengaruhi peningkatan keccepatan lari. Siswa yang memiliki panjang tungkai tinggi lebih cocok diberi metode latihan dengan acceleration sprint. Siswa yang memiliki panjang tungkai pendek lebih cocok diberi metode latihan dengan repetition sprint.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada guru Penjas di SMK Bina Patria 1 Sukoharjo, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan sprint 100 meter harus diterapkan metode latihan yang tepat agar diperoleh peningkatan keterampilan yang optimal.
2. Untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter dapat diterapkan metode latihan dengan menggunakan acceleration sprint dan repetition sprint untuk mengoptimalkan kemampuan siswa.
3. Bagi siswa SMK Bina Patria 1 Sukoharjo hendaknya selalu tekun dan senantiasa melakukan latihan yang optimal agar kemampuan olahraga khususnya kemampuan lari 100 meter.