commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI
TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER
SKRIPSI
OLEH
JOKO LELONO
K5608054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Joko Lelono
NIM : K5608054
Jurusan/ProgramStudi : POK/Penkepor
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PERBEDAAN PENGARUH METODE
LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI
TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER
Oleh :
JOKO LELONO
K5608054
Skripsi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
Juli 2012
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, juli 2012
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 17 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Fadilah Umar, S.Pd, M.Or.
Sekretaris : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes
Anggota I : Drs. H. Agus Margono, M.Kes
Anggota II : Drs. Agustiyanta, M.Pd.
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan,
Pembantu Dekan I
commit to user MOTTO
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah
dengan agama hidup menjadi terarah.
(A.H. Mukti Ali)
Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat
yang tak tahu arah menjadi terarah.
(Al Imam Al Mawardi)
Orang cerdas adalah orang yang ingat mati
(Al Hadis)
commit to user PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akan aku dalam hidupku
Kakak dan saudaraku yang selalu memberi semangat dalam kuliahku
Teman-temanku Angkatan ’08 FKIP JPOK UNS Surakarta
SMK BINA PATRIA 1 SUKOHARJO
Teman-teman Atletik.
commit to user
ABSTRAK
Joko Lelono. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN
PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. (2) Perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukharjo. (3) Ada tidaknya interaksi antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 60 siswa. Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 40 siswa dengan ciri panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran. Untuk mengukur panjang tungkai dengan tinggi berdiri dikurangi tinggi duduk. Untuk mengukur hasil kecepatan lari 100 meter dengan tes lari 100 meter. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisisvarians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.. Dari analisis data menunjukkan nilai F0 6,44 > Ft 4,11 (2) Ada perbedaan pengaruh antara panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. Dari analisis data menunjukkan nilai F0 12,29> Ft 4,11. Ada interaksi antara metode latihan dengan pendekatan metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo . Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Fo 15,45 > Ft 4,11.
commit to user
ABSTRACT
Joko Lelono. THE INFLUENCE OF THE TRAINING METHODS AND LEGS LENGTH VARIANCE TOWARD THE SPEED OF 100 METERS SPRINT. Bachelor Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The aims of the research were (1) to know the influence of acceleration sprint and repetition sprint training method variances toward the speed of 100 meters sprints at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo (2) to know the influence of the short and legs variances toward the speed of 100 meters sprints at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo (3) to know the interaction between acceleration sprint and repetition sprint training method and legs length toward the speed of 100 meters sprints at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
The methodology of the research was experimental. The population of the research was the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo in the academic year of 2011/2012. The population was 60 male students. The sample was taken by using purposive sampling technique. There were 40 students with characteristic of having long legs and short legs as the sample. The data was collected by using test and measurement. The length of the legs can be measured by diminishing the high of standing position with sitting position. 100 meters sprint test was used to measure the speed result of 100 meters sprint. The data were analyzed using variants analysis 2x2 continued by Newman-Keuls.
The result of the research showed that: there was a difference influence between acceleration sprint and repetition sprint training method toward the speed of 100 meters sprint at the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The data analysis showed that the value of 6,44 > Ft 4,11 (2) there was a difference influence between the long legs and the short legs length toward the speed of 100 meters sprint at the extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The data analysis showed that the value of F0 12, 29> Ft 4, 11 (3) there was interaction between training method with method approach training and the legs length toward the speed of 100 meters sprint at extracurricular male students of SMK Bina Patria 1 Sukoharjo. The data analysis showed that the value Fo 15, 45 > Ft 4, 11.
commit to user
c. Otot-otot yang Terdapat pada Tungkai ...
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...………. …………
A. Simpulan……….
B. Implikasi ...………
C. Saran ...………..
DAFTAR PUSTAKA ...……….
LAMPIRAN...……… 51
51
51
52
53
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Posisi Dasar Balok Start....……...…………...
Gambar 2 Urutan Gerak Start Sprint...
Gambar 3 Tinggi Berdiri...
Gambar 4 Tinggi Duduk...
Gambar 5 Pengarahan...
Gambar 6 Pemmanasan...
18
25
77
78
79
commit to user DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 Nilai Rata - Rata Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter
Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai...
Grafik 2 Nilai Rata - Rata Peningkatan Kecepatan Lari 100 Meter Antara
Kelompok Perlakuan...
44
commit to user
Tabe111 Ringkasan Nilai Rerata Kecepatan Lari 100 Meter
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanan Tes Lari Sprint 100 Meter...
Lampiran 2 Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Panjang Tungkai...
Lampiran 3 Program Latihan Lari 100 Meter Dengan Acceleration
Lampiran 18 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian...
commit to user KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs.H. Agustyanto, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sekaligus sebagai pembimbing II
4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
6. Kepala SMK Bina Patria 1 Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
7. Guru penjaskes dan siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
. Akhirnya penulis berharap semogra skripsi yang sederhana ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca
Surakarta, Juli 2012
commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua, yang telah dilakukan oleh manusia. Atletik merupakan dasar bagi cabang olahraga yang lainya, olah karana itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik adalah Ibu dari semua cabang olahraga. Atletik sendiri merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan gerakan anak kearah gerakan atletik. Atletik merupakan pembentukan gerak dasar khususnya pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang mengarah pada atletik”. Kemampuan gerak dasar anak dapat ditingkatkan melalui berlatih atletik. Oleh karena itu, cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan disekolah-sekolah karena gerakan-gerakan dalam atletik sangat erat dengan aktivitas sehari-hari, misalnya: jalan, lari, lompat, dan lempar.
Nomor-nomor yang sering dilombakan dalam olahraga atletik terdiri dari jalan, lari, lompat dan lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing didalamnya terdapat beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, menengah,jauh serta lari gawang, sambung, cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit dan lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak pluru dan lontar martil. Diantara nomor yang dilombakan yang sangat bergensi adalah nomor lari sprint.
Sprint 100 meter merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga baik nasional maupun internasional. Sprint 100 meter merupakan gerakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis
finish dengan waktu secepat-cepatanya. Artinya seseorang harus melakukan lari secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatanya mulai awal sampai dengan melewati garis akhir.
Agar atlit dapat berprestasi harus memenuhi beberapa faktor baik faktor
endoren maupun eksteren. Faktor endoren yang meliputi kesehatan, genetik, fisik,
mental yang baik. Bentuk tubuh yang selaras dengan cabang olahrag yang diikuti ,
kondisi fisik yang baik, aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik dan adanya
kematangan juara yang mantap. Faktor eksteren yang meliputi pelatih, keuangan,
partisipasi pemerintah, lingkungan, sarana dan prasarana serta sistem kompetisi
commit to user
berprestasi adalah genetik dan fisik. Faktor gen merupakan faktor bawaan sejak
lahir bahwasannya didalam tubuh atlet sudah terdapat otot putih atau otot cepat.
Dengan sedikit latihan saja sudah terlihat prestasi yang baik. Faktor fisik
merupakan faktor yang harus dikembangkan atau dilatih untuk berprestasi.
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang dengan meningkatkan beban latihan secara bertahap yang dilakukan secara teratur dan terprogram untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Ada berbagai macam bentuk dan metode latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecepatan lari 100 meter. Metode untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter diantaranya adalah acceleration sprint, hollow sprint dan repetition sprint.
Latihan acceleration sprint dan repetition sprint merupakan bentuk latihan yang menekankan pada pengulangan gerak, latihan ini sangat baik untuk lari 100 meter.
Acceleration sprint merupakan merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya dimulai dari pelan, semakin cepat, dan berlari secepatnya. Repetition sprint
merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau kecepatan penuh. Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga memungkinkan memiliki pengaruh yang berbeda pula dalam meningkatkan kemampuan lari 100 meter. Disamping itu juga kemampuan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi metode latihan dan program latihan yang diterapkan dalam latihan, tetapi faktor interen atau kemampuan fisik yang dimiliki siswa sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi. Faktor fisik merupakan faktor penentu prestasi, terdiri dari beberapa komponen dasar , yaitu kekuatan (strength),
dayatahan(endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan ( speed),
kelentukan (flekxibility), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan koordinasi (coordination). Dari beberapa faktor diatas faktor kecepatan, daya ledak otot (power) dan acceleration merupakan faktor penentu dalam lari 100 meter. Semua itu perlu dilatih agar mencapai prestasi maksimal.
Selain fisik yang bagus untuk dapat berprestasi haruslah ditunjang
dengan faktor yang lain. Salah satu faktor yang menunjang prestasi adalah faktor
anatomi tubuh yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: 1) ukuran tinggi dan
panjang tungkai. 2) ukuran besar, dan berat badan. 3) somatotype (bentuk tubuh).
Postur tubuh sangat berpengaruh terhadap olahraga, terutama yang dimaksudkan
untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Dengan postur tubuh yang
tinggi dan tungkai yang panjang akan sangat menguntungkan bagi seorang pelari,
dengan tungkai yang panjang maka langkah kaki juga semakin panjang sehingga
commit to user
Misal seorang pelari yang tungkainya panjang dari start sampai finish
membutuhkan 60-65 langkah kaki sedangkan pelari yang tungkainya pendek
pastinya membutuhkan lebih dari 65 langkah bahkan lebih. Namun apakah benar
seorang atlet lari yang memiliki pajang tungkai yang bagus akan mampu
berprestasi atau berlari lebih cepat bila dibandingkan dengan pelari yang
memiliki panjang tungkai pendek. Nampaknya hal tersebut perlu dikaji lagi,
karena kemampuan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor panjang
tungkai saja, tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti
penguasaan teknik, kelentukan, kekuatan, dayatahan, kecepatan serta faktor yang
lainnya.
Siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun
pelajaran 2011/2012 adalah subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini
untuk membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian
ini. Ditinjau dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler telah berjalan dengan baik,
namun dari kegiatan yang dilaksanakan khususnya dalam melakukan lari 100
meter para siswa ektrakurikuler belum menunjukkan kemampuan yang optimal,
sehingga prestasi para siswa masih belum maxsimal. Masih rendahnya kecepatan
lari tersebut perlu ditelusuri faktor – faktor penyebabnya, apakah penguasaan
teknik, kemampuan fisik yang tidak mendukung ataukah metode latihan yang
kurang tepat. Kondisi yang demikian seorang guru atau pelatih harus mampu
mengevaluasi dari berbagai faktor baik dari pihak guru (pelatih) sendiri ataukah
dari pihak siswa. Menguasai suatu keterampilan olahraga terutama kemampuan
berlari dibutuhkan cara atau metode latihan yang tepat dan harus didukung
kemampuan fisik yang memadai dari siswa itu sendiri. Metode latihan dan
kemampuan fisik merupakan dua komponen yang saling berhubungan untuk
menguasai suatu keterampilan, dalam hal ini khususnya keterampilan lari 100
meter.
Dari pemaparan permasalahan yang dikemukakan di atas yang melatar belakangi judul penelitian ”Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Panjang Tungkai Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter ”
commit to user
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Dalam peningkatan prestasi lari 100 meter diperlukan metode latihan yang
tepat.
2. Belum diketahui pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai
pendek terhadap kecepatan lari 100 meter.
3. Masih banyak kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam melakukan lari
100 meter dan belum ditelusuri faktor penyebabnya.
4. Belum diketahui pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition
sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler
SMK Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
5. Belum diketahui metode latihan sprint yang tepat untuk meningkatkan
kecepatan lari 100 meter siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1
Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah
yang diteliti dalam penelitian ini maka perlu adanya batasan. Pembatasan masalah
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap
kecepatan lari 100 meter.
2. Pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap
kecepatan lari 100 meter.
3. Kecepatan lari 100 meter putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
commit to user
1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode
latihan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra
ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
2. Adakah perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai
pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler
SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
3. Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap
kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1
Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode latihan
repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra
ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
2. perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK
Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
3. Interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari
100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti
commit to user
1. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SMK
Bina Patia 1 Sukoharjo pentingnya metode latihan yang tepat dan efektif
untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter, sehingga akan diperoleh
prestasi yang maksimal
2. Siswa yang dijadikan obyek penelitian dapat meningkatkan kecepatan larinya.
3. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan, serta pengetahuan bagi
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua, yang telah
dilakukan oleh manusia. Atletik merupakan dasar bagi cabang olahraga yang
lainya, olah karana itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik
adalah Ibu dari semua cabang olahraga. Atletik sendiri merupakan cabang olahraga
yang mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan gerakan anak
kearah gerakan atletik. Atletik merupakan pembentukan gerak dasar khususnya
pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan
bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah
menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang mengarah pada atletik”. Kemampuan
gerak dasar anak dapat ditingkatkan melalui berlatih atletik. Oleh karena itu,
cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan
disekolah-sekolah karena gerakan-gerakan dalam atletik sangat erat dengan
aktivitas sehari-hari, misalnya: jalan, lari, lompat, dan lempar.
Nomor-nomor yang sering dilombakan dalam olahraga atletik terdiri dari
jalan, lari, lompat dan lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing
didalamnya terdapat beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan
yang berlaku. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, menengah,jauh serta
lari gawang, sambung, cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat
tinggi, lompat jangkit dan lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar
cakram, lempar lembing, tolak pluru dan lontar martil. Diantara nomor yang
dilombakan yang sangat bergensi adalah nomor lari sprint.
Sprint 100 meter merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang
olahraga baik nasional maupun internasional. Sprint 100 meter merupakan gerakan
lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis finish
dengan waktu cepatanya. Artinya seseorang harus melakukan lari
secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatanya mulai awal sampai dengan
commit to user
Agar atlit dapat berprestasi harus memenuhi beberapa faktor baik faktor
endoren maupun eksteren. Faktor endoren yang meliputi kesehatan, genetik, fisik,
mental yang baik. Bentuk tubuh yang selaras dengan cabang olahrag yang diikuti ,
kondisi fisik yang baik, aspek kejiwaan dan kepribadian yang baik dan adanya
kematangan juara yang mantap. Faktor eksteren yang meliputi pelatih, keuangan,
partisipasi pemerintah, lingkungan, sarana dan prasarana serta sistem kompetisi
yang baik. Dari beberapa faktor diatas faktor yang paling dominan untuk
berprestasi adalah genetik dan fisik. Faktor gen merupakan faktor bawaan sejak
lahir bahwasannya didalam tubuh atlet sudah terdapat otot putih atau otot cepat.
Dengan sedikit latihan saja sudah terlihat prestasi yang baik. Faktor fisik
merupakan faktor yang harus dikembangkan atau dilatih untuk berprestasi.
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan meningkatkan beban latihan secara bertahap yang dilakukan secara teratur
dan terprogram untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Ada berbagai
macam bentuk dan metode latihan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kecepatan lari 100 meter. Metode untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter
diantaranya adalah acceleration sprint, hollow sprint dan repetition sprint. Latihan
acceleration sprint dan repetition sprint merupakan bentuk latihan yang
menekankan pada pengulangan gerak, latihan ini sangat baik untuk lari 100 meter.
Acceleration sprint merupakan merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya
dimulai dari pelan, semakin cepat, dan berlari secepatnya. Repetition sprint
merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau kecepatan
penuh. Dari kedua latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga
memungkinkan memiliki pengaruh yang berbeda pula dalam meningkatkan
kemampuan lari 100 meter. Disamping itu juga kemampuan lari seseorang tidak
hanya dipengaruhi metode latihan dan program latihan yang diterapkan dalam
latihan, tetapi faktor interen atau kemampuan fisik yang dimiliki siswa sangat
berpengaruh dalam pencapaian prestasi. Faktor fisik merupakan faktor penentu
prestasi, terdiri dari beberapa komponen dasar , yaitu kekuatan (strength),
dayatahan(endurance), daya ledak otot (muscular power), kecepatan ( speed),
commit to user
koordinasi (coordination). Dari beberapa faktor diatas faktor kecepatan, daya ledak
otot (power) dan acceleration merupakan faktor penentu dalam lari 100 meter.
Semua itu perlu dilatih agar mencapai prestasi maksimal.
Selain fisik yang bagus untuk dapat berprestasi haruslah ditunjang
dengan faktor yang lain. Salah satu faktor yang menunjang prestasi adalah faktor
anatomi tubuh yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: 1) ukuran tinggi dan
panjang tungkai. 2) ukuran besar, dan berat badan. 3) somatotype (bentuk tubuh).
Postur tubuh sangat berpengaruh terhadap olahraga, terutama yang dimaksudkan
untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Dengan postur tubuh yang
tinggi dan tungkai yang panjang akan sangat menguntungkan bagi seorang pelari,
dengan tungkai yang panjang maka langkah kaki juga semakin panjang sehingga
sangat menguntungkan bila dibandingkan dengan pelari yang tungkainya pendek.
Misal seorang pelari yang tungkainya panjang dari start sampai finish
membutuhkan 60-65 langkah kaki sedangkan pelari yang tungkainya pendek
pastinya membutuhkan lebih dari 65 langkah bahkan lebih. Namun apakah benar
seorang atlet lari yang memiliki pajang tungkai yang bagus akan mampu
berprestasi atau berlari lebih cepat bila dibandingkan dengan pelari yang memiliki
panjang tungkai pendek. Nampaknya hal tersebut perlu dikaji lagi, karena
kemampuan lari seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor panjang tungkai
saja, tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti penguasaan
teknik, kelentukan, kekuatan, dayatahan, kecepatan serta faktor yang lainnya.
Siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran
2011/2012 adalah subyek yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.
Ditinjau dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler telah berjalan dengan baik,
namun dari kegiatan yang dilaksanakan khususnya dalam melakukan lari 100 meter
para siswa ektrakurikuler belum menunjukkan kemampuan yang optimal, sehingga
prestasi para siswa masih belum maxsimal. Masih rendahnya kecepatan lari
tersebut perlu ditelusuri faktor – faktor penyebabnya, apakah penguasaan teknik,
kemampuan fisik yang tidak mendukung ataukah metode latihan yang kurang tepat.
commit to user
berbagai faktor baik dari pihak guru (pelatih) sendiri ataukah dari pihak siswa.
Menguasai suatu keterampilan olahraga terutama kemampuan berlari dibutuhkan
cara atau metode latihan yang tepat dan harus didukung kemampuan fisik yang
memadai dari siswa itu sendiri. Metode latihan dan kemampuan fisik merupakan
dua komponen yang saling berhubungan untuk menguasai suatu keterampilan,
dalam hal ini khususnya keterampilan lari 100 meter.
Dari pemaparan permasalahan yang dikemukakan di atas yang melatar
belakangi judul penelitian ”Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Panjang
Tungkai Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter ”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Dalam peningkatan prestasi lari 100 meter diperlukan metode latihan yang
tepat.
2. Belum diketahui pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai
pendek terhadap kecepatan lari 100 meter.
3. Masih banyak kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam melakukan lari 100
meter dan belum ditelusuri faktor penyebabnya.
4. Belum diketahui pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition
sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK
Bina Patria 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
5. Belum diketahui metode latihan sprint yang tepat untuk meningkatkan
kecepatan lari 100 meter siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1
Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah
yang diteliti dalam penelitian ini maka perlu adanya batasan. Pembatasan masalah
commit to user
1. Pengaruh metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap
kecepatan lari 100 meter.
2. Pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek terhadap
kecepatan lari 100 meter.
3. Kecepatan lari 100 meter putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode
latihan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra
ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
2. Adakah perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai
pendek terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler
SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012?
3. Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan
lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh metode latihan acceleration sprint dan metode latihan
repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra
ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.
2. perbedaan pengaruh panjang tungkai panjang dan panjang tungkai pendek
terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina
commit to user
3. Interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 100
meter pada siswa putra ekstrakurikuler SMK Bina Patria 1 Sukoharjo tahun
pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti
maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:
1. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SMK
Bina Patia 1 Sukoharjo pentingnya metode latihan yang tepat dan efektif untuk
meningkatkan kecepatan lari 100 meter, sehingga akan diperoleh prestasi yang
maksimal
2. Siswa yang dijadikan obyek penelitian dapat meningkatkan kecepatan larinya.
3. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan, serta pengetahuan bagi
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sprint 100 Meter
a. Pengertian Sprint 100 Meter
Lari cepat atau sprint atau istilah lainnya lari jarak pendek merupakan lari
yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start sampai garis finish dengan
waktu sesingkat mungkin. Seperti yang dikemukakan Soegito (1992: 8) bahwa, “
lari ialah gerak maju yang diusahakan agar dapat mencapai tujuan (finish) secepat
mungkin atau dalam waktu singkat”. Pada dasarnya gerakan lari pada semua jenis
lari adalah sama. Lari adalah gerakan berpindah dengan kaki dari satu tempat ke
tempat lain untuk mencapai tujuan. Sedangkan lari jarak pendek atau sprint adalah
suatu cara dimana seorang atlet harus menempuh jarak dengan kecepatan
semaksimal mungkin. Selanjutnya yang dimaksud lari jarak pendek menurut Yusuf
Adisasmita (1992 : 35) adalah “ Semua nomor lari yang dilakukan dengan
kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan maksimal, sepanjang jarak yang
ditempuh”. Dalam sprint ada tiga nomor yang sering di ajarkan di sekolah dan
sering diperlombakan diantaranya sprint jarak 100 meter, 200 meter, dan 400 meter
bahkan dalam dunia perlombaan atletik ketiga jarak atau nomor tersebut menjadi
nomor utama atau sering disebut nomor bergengsi dalam kejuaraan atletik.
Sprint 100 meter merupakan salah satu nomor lari jarak pendek. Sprint
100 meter merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh dari garis start
sampai garis finish menempuh jarak 100 meter. Hal ini sesuai pendapat Aip
Syarifudin (1992: 41) bahwa
Lari jarak pendek atau lari cepat (sprint) adalah cara lari dimana atlet harus menempuh seluruh jarak (100 meter) dengan kecepatan semaksimal mungkin. Artinya harus melakukan lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir (finish).
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sprint 100 meter
commit to user
kecepatan maksimal dari garis start sampai garis finish. Lari harus dilakukan
dengan secepat-cepatnya menempuh jarak 100 meter dengan waktu sesingkat
mungkin .
b. Tinjauan Biomekanika Sprint 100 Meter
Memahami aspek-aspek pokok dalam pembelajaran sprint sangatlah
penting. Karena hal tersebutlah yang digunakan siswa dalam melakukan sprint 100
meter. Dalam sprint 100 meter ini, dibagi menjadi tiga diantaranya: saat start,
gerakan lari dan gerakan masuk finish.
Tabel 1: Aspek-aspek dalam sprint ada 3 macam, diantaranya adalah:
Aspek Penjelasan
1) Posisi/persiapan saat start
Posisi atau persiapan gerakan saat start adalah suatu gerakan awal yang dilakukan oleh seorang pelari dimana si pelari mempersiapkan diri, berkonsentrasi penuh untuk memulai gerakan lari dengan secepat-cepatnya kearah depan dengan tolakan/dorongan kaki kedepan dengan kuat. Dalam proses ini pelari mempersiapkan diri menggunakan
start jongkok.
2) Gerakan saat lari Gerakan saat lari merupakan gerakan kelanjutan dari gerakan start. Gerakan berlari dengan mengayunkan kedua lengan dan kedua kaki secepat-cepatnya kedepan untuk menyelesaikan jarak yang sudah ditentukan, gerakan berlari harus benar sesuai teknik dan stabil sampai kegaris
finish
3) Gerakan akhir/masuk
finish
Gerakan ini merupakan gerakan paling akhir dalam sprint.
Dalam gerakan ini menampilkan beberapa gerakan memasuki garis finish seperti membusungkan dada dan kecepatan lari harus tetap maksimal, tidak dikurangi sedikitpun sampai menyentuh garis finish.
Pelari pada dasarnya mengunakan tiga bentuk dasar posisi dalam
melakukan start, dalam pelaksanaan start ini jaraknya bervariasi. Dalam pelaksanaan pengambilan start hendaknya disesuaikan dengan panjang tungkai, kekuatan tungkai dan koordinasi. Start dalam sprint sendiri dibagi menjadi tiga macam diantanya start panjang (longated start), menengah (medium start), dan
commit to user
Gambar 1. Tiga Posisi Dasar Balok Start
(Adang Suherman, Yudha M. Saputra,Yudha Hendrayana, 2001: 97)
Tinjauan sprint dilihat dari segi biomekanika adalah sebagai berikut:
Tinjauan:
Suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut:
• Konsentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba “Bersedia”;
• Mengadopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “Siap”;
• Suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam suatu sudut start yang optimal.
Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh si atlit sedekat mungkin dengan sudut start optimum 45°. Setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan yang kencang dari titik pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus kemungkinan maksimum (IAAF,2001: 6-7)
Aba-aba Start “Bersedia”:
Sejak pelari mengambil sikap awal atau posisi “bersedia”, kaki yang
paling cepat/ tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang depan.
Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan. Kaki belakang
ditempatkan pada permukaan blok belakang. Mata memendang tanah/ lintasan
commit to user
Aba-aba “Siap”:
Pada aba-aba ini, berat badan dipindahkan kedepan dan keatas sebagai
hasil dari gerakan aktif kaki-kaki terhadap start-blok sampai ini ditopang oleh
kedua tangan dan kaki. Kedua kaki berada dalam kotak penuh dipermukaan blok.
Pinggul lebih sedikit dari bahu, kaki depan membentuk sudut kerja yang sesuai
kira-kira 90°, kaki belakang membentuk sudut kira-kira 110°-130°. Pelurusan
kedua kaki yang ditahan dengan kontak terhadap blok-blok memungkinkan
penegangan awal otot-otot kaki yang diperlukan untuk start yang eksplosif.
Bila pistol start telah ditembakkan, gerakan start dimulai dengan suatu
gerak eksplosif dan dorongan hampir serentak oleh kedua kaki dan lengan. Adalah
penting bahwa daya kekuatan meluruskan kaki depan bekerja optimal pada titik
pusat gravitasi mendorong badan saat start-blok. Kaki belakang dan badan bagian
atas harus membentuk garis lurus yang pada gilirannya membentuk suatu sudut
kira-kira 42°- 45° dengan permukaan lintasan lari. Suatu ayunan kebelakang yang
aktif dan kuat dari siku-siku menunjang gerakan start dan suatu ayunan aktif
kedepan dari kaki belakang didahului oleh lutut, memperlancar terciptanya suatu
langkah pertama yang cepat.
Aba-aba “GO” (Letusan Pistol-start)
Dalam dua langkah pertama, kaki-kaki kontak dengan tanah/lintasan
dibelakang proyeksi vertikal titik pusat gravitasi dan ada suatu kecondongan
kedepan yang tegas dari badan. Dalam langkah-langkah berikutnya kaki-kaki
ditempat dbawah proyeksi vertikal titik pusat gravitasi, memungkinkan terjadinya
kontak dengan tanah/lintasan yang singkat/cepat, dan badan demi sedikit menjadi
commit to user
Gambar 2. Urutan Gerak Start Sprint . Tamsir Riyadi, (1985: 35)
Tabel 2. Saran/Hal-hal yang Harus Dihindari
Hal-hal yang Harus Dihindari
1. Tidak cukup dorongan kedepan dan kurang tingginya lutut diangkat
2. Menjejakkan keras-keras kaki diatas tanah dan mendaratkannya dengan
tumit
3. Tubuh condong sekali ke depanatau melengkung kebelakang
4. Memutar kepala dan menggerakkan bahusecar berlebihan
5. Lengan diayun terlalu keatas
6. Pelurusan yang kurang sempurna dari kaki yang kan dilangkahkan
7. Berlari zig-zag dengan gerakan kekiri dan kekanan
8. Pada aba-aba atau komando siap, kepala diangkat, dagu terlalu tinggi atau
terlalu rendah, langkah yang kurang sempurna dan mencondongkan badan
commit to user
Tabel 3. Saran/ Hal-hal yang Harus Diutamakan Hal-hal yang harus Diutamakan
1. Membuat titik tertinggi pada kaki yang mengayun (kaki yang bebas) sama
besar ekstensinya dengan kaki yang mendorong (kaki yang menyentuh tanah)
2. Membuat mata kaki yang yang dilangkahkan ini seelastis mungkin.
3. Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi waktu berjalan biasa.
4. Menjaga kepala tetaptegak dan pandangan lurus kedepan.
5. Mengayun lengan sejajar denangan pinggul dan sedikit menyilang ke badan
6. Membuat gerak kaki yang sempurna dengan melangkah secar horizontal
bukan vertikal.
7. Lari pada saat garis lurus dengan meletakkan kaki yang satu tempat didepan
kaki yang lainnnya.
8. Pada komando siap, gerakan tubuh condong kedepan dan bila tanda bunyi
pistol dibunyikan tubuh digerakkan kedepan dengan lengan dan kaki.
Pokok-pokok lari 100 meter diatas sangat penting untuk dipahami dan
dimengerti oleh setiap guru, siswa bahkan pelatih yang terjun didunia atletik
khususnya nomor lari 100 meter. Kesalahan dalam teknik lari akan merugikan
dirinya karena catatan waktu pasti tidak baik dan kurang sempurna. Keseluruhan
prinsip tersebut hendaknya dilaksanakan setiap kali latihan ataupun dalam
pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
c. Teknik Sprint 100 Meter
Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam
melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga, dengan kata lain teknik sprint
merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang
memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.
commit to user
dipahami dalam situasi yaitu mengenai : (1) teknik start, (2) teknik lari dan, (3)
teknik melewati garis finish”.
1) Teknik start
Start atau pertolakan merupakan kunci petama yang harus dikuasahi.
Kecerobohan atau keterlambatan dalam melakukan start berarti kerugian besar bagi
seorang sprinter. Kemampuan melakukan start yang baik sangat dibutuhkan, karena
lari 100 meter rugi persekian secon saja sudah rugi besar.bila seorang sprinter
terlambat sedikit saja maka akan sulit baginya untuk mengejar lawan tandingnya,
apalagi tertinggal oleh lawan tentunya ada tekanan mental didalamnya. Oleh karena
itu kesalahan sekecil apapun harus dihindari termasuk kesalahan dalam melakukan
start.
2) Teknik lari cepat
Untuk dapat sprint dengan baik dan benar, maka harus menguasai teknik
lari cepat dengan baik dan benar. Dalam gerakan berlari khususnya pada nomor lari
jarak 100 meter, pelari akan berlari dengan secepat-cepatnya dengan mengerahkan
tenaga yang kuat untuk mendorong tanah kedepan. Menurut Rusli Lutan dkk.
(1992: 137) bahwa “posisi badan lari cepat dipertahankan tetep menghadap
kedepan dan agak condong ke depan. Sikap badan seperti ini memungkinkan titik
berat badan selalu berada di depan”. Menurut Soedarminto (1991 : 249) bahwa, “
badan bergerak maju karena akibat dari gaya dorong kebelakang terhadap tanah.
Gaya maju ini dan efisiensi penggunaannya merupakan kunci kecepatan yang dapat
dikembangkan oleh pelari”. Dalam berlari badan dicondongkan kedepan kurang
lebih 20 derajat untuk mengatasi hambatan udara dan cenderung dapat memelihara
letaknya titik berat badan selalu kedepan. Disamping tolakan kaki saat mendorong
tanah dilakukan dengan jari-jari kaki saat telapak kaki diluruskan agar mendapat
gaya tolak sebesar-besarnya. Hal ini menurut Soedarminto (1991 : 251) “dilakukan
agar kaki benar-benar lurus dan tegang pada saat mendorong supaya gaya dorong
kebelakang seluruhnya dapat diubah menjadi gerak kedepan”. Gerakan lengan yang
dilakukan berlawanan dengan gerakan kaki. Gerakan menyilang berlawanan
dengan kaki didepan badan berfungsi membangun putaran panggul.
commit to user
Memasuki garis finis merupakan faktor penting menentukan kalah atau
menang dalam kejuaraan lari. Teknik melewati garis finish terbagi menjadi tiga
cara yaitu:
a) Dengan cara lari terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan
tidak mengubah posisi lari.
b) Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada
dicondongkan ke depan.
c) Saat akan menyentuh pita atau garis finish dada diputar sehingga salah
satu bahu maju ke depan terlebih dahulu.
Teknik memasuki finish tersebut di atas sangat penting untuk dipahami dan
dikuasahi oleh seorang pelari, sebab meskiun mempunyai kecepatan yang baik bisa
saja kalah pada waktu memasuki garis finish. Seorang pelari bebas teknik mana
yang mau dipakai tergantung individu masing-masing yang dianggap lebih efektif
dan efisien. Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan saat memasuki garis finish
sebagai berikut
2. Latihan
a. Pengertian Latihan
Ada beberapa definisi menurut para ahli mengenai latihan. Menurut
Harsono (1988:101),” latihan adalah proses yang sistematis dari latihan tau bekerja,
yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah
latihannya atau pekerjaannya”. Menurut Suharno HP (1993:7) “Latihan adalah
suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi
maksimal dengan diberi beban-beban fisik,teknik, tatik, dan mental secara teratur,
terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunnya”. Menurut Yusuf
Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) bahwa, “Latihan adalah proses yang
sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari
kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Dari batasan
yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan bahwa latihan olahraga adalah
aktifitas olahraga yang dilakukan berulang-ulang, secara kontinyu dengan
commit to user
berdasar jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan
yaitu meningkatkan prestasi olahraga.
Penambahan beban harus secara teratur dan terus menerus dikontro.
Dengan cara ini atlit tersebut mendapatkan informasi obyektif tentang
kemajuannya. Dan pelatih mempunyai umpan baliik tentang efisiensi
langkah-langkah latihan.
Jossef Nossek (1982:3), mengemukakan pengaturan latihan dilaksanakan dalam lima langkah yaitu :
1) Penentuan (diaknosis) teentang tingkat kondissi awal dan aktual dengan menggunakan berbagai jenis tes.
2) Persiapan program latihan, yang mempertimbangkan titik-titik kelemahan, kekurangan dan kelebihan.
3) Pelaksanan program latihan untuk periode tertentu yang telah direncanakan.
4) Pengecekan peningkatan kondisi fisik tersebut dengan menggunakan metode observasi, penilaian dan tes-tes kondisi yangkhusus atau kompetitif.
5) Perbandingan standar kondisi awal dengan kondisi sekarang, evaluasi dan penyimpulan.
b. Tujuan Latihan
Tujuan latihan dapat dicapai secara optimal jika berpedoman pada prinsip
latihan yang benar. Dari prinsip-prinsip latihan tersebut harus dipahami dan
dilaksanakan dengan baik dalam latihan. Latihan tanpa berpedoman pada
prinsip-prinsip latihan yang tidak benar , maka tujuan latihan tidak akan tercapai. Menurut
Fox, (1984: 47-51) “keberhasilan dalam penampilan olahraga tidak hanya
ditentukan oleh pencapaian pada domain fisik saja, melainkan jaga ditentukan oleh
pencapaian pada domain psikomotor, domain kognitif dan afektif”. Keempat
domain tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam pencapaian tujuan
latihan harus diperhatikan beberapa prinsip dasar latihan khusus.
c. Aspek- aspek latihan
Prestasi olahraga merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik
dan kematangan mental atau psikis. Untuk mencapai prestasi yang tinggi
commit to user
fisik, teknik, taktik dan mental. Menurut Harsono, (1998: 100) “ Untuk mencapai
tujuan latihan, ada empat aspek yang perlu diperhatikan oleh pelatih, yaitu latihan
fisik, latihan teknik, latihan taktik dan latihan mental”.
Keempat latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian hasil
latihhan yang maksimal, dikarenakan kempat aspek tersebut merupakan hal hal
yang mendasar atau pondasi bagi seorang atlit dalam pertandingan atau perlombaan
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Keempat aspek latihan diuraikan sebagai
berikut:
1) Latihan Fisik
Pengertian fisik dalam olahraga adalah kemampuan biomotor atau
komponen kebugaran atau fitnes yang diperlukan atlet sesuai dengan cabang
olahraga dan perannya. Pembinaan fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai
dasar pokok dalam latihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Oleh karena itu
kondisi fisik yang prima haruslah dimiliki oleh setiap atlit sesuai dengan cabang
olaahraga yang ditekuninya. Latihan fisik prinsipnya adalah memberikan latihan
secara teratur, sistematik, dan berkesinambungan sehingga meningkatkan
kemampuan didalam melakukan aktifitas fisik sesuai dengan cabang olahraga yang
ditekuninya.
Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga sangat penting sekali dan pertama
yang harus dilatih secara intensif, karena fisik merupakan fondasi dari bangunan
prestasi , sebab teknik, taktik dan psikis dapat dikembangkan dengan baik apabila
atlet memiliki bekal kualitas fisik yang baik. Beberapa komponen fisik yang perlu
dilatih dan dikembangkan adalah dayataha, kekuatan, kelentukan dan kecepatan.
2) Latihan Teknik
Pengertian teknik dalam olahraga adalah cara paling efisien dan sederhana
untuk memecahkan kuajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan.
Latihan teknik juga dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskuler menuju gerakan otomatis.
Kesempurnaan teknik dasar setiap cabang olahraga akan menentukan sempurnanya
keseluruhan gerakan. Oleh karena itu teknik diperlukan setiap cabang olahraga
commit to user
teknik tinggi sehingga menjadi gerakan yang otomatisasi. Untuk mendukung
tercapainya kecakapan teknik antara lain adalah analisis gerakan, mekanika,
kinesiologi, dan biomekanika. Pada hakikatnya pengembangan teknik merupakan
bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan yang cermat, efisien
dan efektif. Hal ini sesuai pendapat Suharno HP. (1993: 22) bahwa, “Untuk
mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan
yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi
sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.
Mengulang-ulang gerakan merupakan salah satu cara untuk menguasai
suatu teknik cabang olahraga. Setiap pengulangan gerakan teknik hendaknya
dimulai dari gerakan yang mudah meningkat ke yang lebih sulit atau kompleks dan
dapat dimulai dari bagian menuju keseluruhan atau sebaliknya.
Berdasarkan jenisnya penguasaan teknik menurut Sudjarwo (1993: 43)
dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1) Teknik dasar, ialah penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari gerakan dasar dari proses gerak, bersifat sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini biasanya diberikan bagi mereka yang baru belajar keterampilan olahraga tingkat pemula.
2) Teknik menengah, ialah penguasaan teknik yang sudah menuntut kemampuan fisik yang meningkat, misalnya kekuatan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan sebagainya.
3) Teknik tinggi merupakan penguasaan tingkat akhir dari pengembangan tingkat dasar dan tingkat menengah yang menuntut gerakan dengan tempo tinggi, ketepatan dan kecermatan. Penguasaan teknik tinggi memerlukan kualitas kemampuan fisik seperti kecepatan, koordinasi, keseimbangan dan daya ledak (power) guna menunjang gerakan-gerakan yang sulit, simultan bahkan dalam posisi dan kondisi yang sulit pula.
Penguasaan teknik yang baik sangat penting dalam usaha pencapaian
prestasi olahraga. Oleh karena itu, penguasaan teknik perlu dibina secara cermat
dan teratur dengan frekuensi pengulangan yang sebanyak mungkin, sehingga dapat
dikuasai dengan baik.
commit to user
Pengerttian latihan taktik dalam olahraga adalah siasat yang digunakan
untuk mencapai kemenangan secara sportif pada saat bertanding. Latihan taktik
juga dapat diartikan sebagai latihan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir
pada atlit, pola-pola permainan, strategi, atau siasat untuk mencapai kemenangan.
Menurut H. M. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 118) bahwa, “
taktik adalah kecakapan rohaniah atau kecakapan berfikir dalam melakukan
kegiatan olahraga untuk mencapai kemenangan”. Yusuf Adisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996: 119) menyatakan faktor-faktor pendukung taktik yaitu:
1) Kemampuan fisik. Kemampuan fisik yang baik tidak akan menyebabkan menurunnya tempo bertanding, sehingga tetap mampu melaksanakan taktik dengan segala macam variasinya.
2) Kemampuan teknik. Kecakapan teknik sangat membantu lancarnya tugas-tugas taktik. Dengan memiliki kemahiran teknik maka konsentrasi hanya tertuju kepada taktik saja.
3) Team work. Kerjasama menentukan berhasilnya suatu team. Team work
menentukan pengertian-pengertian satu sama lain dalam melaksanakan taktik.
4) Distribusi energi. Pengaturan distribusi energi selama pertandingan harus sesuai dan tepat. Hal ini untuk menghindari menurunya tempo karena kehabisan tenaga sebelum atau selesai bertanding atau tempo bertanding rendah karena tidak menggunakan tenega semestinya.
5) Penguasaan pola-pola pertandingan. Pola pertandingan sebaiknya jangan statis, pola pertandingan hendaknya mempunyai variasi-variasi. Hal ini perlu agar tidak dapat diterka lawan. Di samping itu, dengan adanya variasi dapat digunakan untuk merubah taktik apabila usaha yang terdahulu gagal.
Taktik dalam bertanding akan sangat bermanfaat atau berjalan dengan
lancar jika didukung kemampuan fisik yang prima, penguasaan teknik yang baik,
memiliki kerjasama yang kompak, distribusi energi yang baik serta penguasaan
pola-pola pertandingan. Bagian-bagian tersebut saling berkaitan satu dengan
lainnya, oleh karena itu harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap atlet. Sasaran
latihan taktik adalah pengembangan pola pikir untuk mengkondisikan saat
bertanding.
commit to user
Pengertian psikis atau mental dalam olahraga adalah aspek abstrak berupa
daya penggerak dan pendorong untuk mewujudkan kemampuan fisik, teknik
maupun taktik. Perkembangan mental atlit tidak kalah penting dari perkembangan
faktor fisik, teknik dan taktik. Seperti apapun sempurnanya kemampuan kondisi
fisik, taktik dan mental seorang atlit, prestasi puncak tidak mungkin tercapai
apabila mental atau psikis atlit tersebut lemah. Sebab setiap pertandingan bukan
hanya pertandingan atau perlombaan fisik, namun juga pertandingan atauu
perlombaan mental, bahkan 70% adalah mental dan hanya 30% masalah yang
lainya. Jadi ketika saat bertanding mental yang mempuyai peran yang sangat
penting dapat dikatakan sebagai faktor pembeda dan penentu hasil suatu
pertandingan. Andi Suhendro (1999: 63) menyatakan, “Mental merupakan daya
penggerak dan pendorong untuk mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan
taktik atlet dalam penampilan olahraga”.
Mental merupakan kondisi psikologis yang penting dalam kegiatan
olaharga. Mental berfungsi sebagai penggerak, pendorong dan pemantap bagi atlet
untuk mempraktekkan kemampuan fisik dan skill dalam mencapai pretasi yang
tinggi. Alet yang memiliki mental baik akan mampu mengatasi segala kesulitan
seperti kegagalan, gangguan emosi, putus asa dan lain sebagainya dengan penuh
kesabaran, pengertian dan latihan yang teratur. A. Hamidsyah Noer (1995: 357)
menyatakan, “Faktor-faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kondisi mental,
dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu: (1) faktor-faktor yang berasal dari
dalam atlet (faktor intern), (2) faktor-faktor yang berasal dari luar diri atlet (faktor
ekstern)”.
d. Prinsip-Prinsip Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratrur guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus
berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993: 21)
bahwa, “Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat
commit to user
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan
dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai
secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.
Menurut Andi Suhendro (1999: 3.7) meliputi: “(1) Prinsip beban lebih, (2) Prinsip
perkembangan menyeluruh, (3) Prinsip spesialisasi, (4) Prinsip individual, (5)
Prinsip latihan bervariasi”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip latihan yang harus
diperhatikan meliputi lima aspek. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar
akan lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip Beban Lebih (Over Load Principle)
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih
dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk
memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat
meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu
di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7)
menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan
mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95)
berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban
lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh
untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan
meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban
commit to user
terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya
yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet
menjadi sakit.
2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh
Prinsipnya komponen kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan baik dalam peningkatan maupun dalam pemeliharaannya.
Perkembangan menyeluruh dari kemampuan kondisi fisik merupakan dasar dalam
pembentukan prestasi, meskipun pada akhirnya tujuan dalam latihan adalah
kemampuan yang bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat khusus
tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik secara menyeluruh. Harsono
(1988: 109) menyatakan, “Secara fungsional spesialisasi dan kesempurnaan
penguasaan suatu cabang olahraga didasarkan pada perkembangan multilateral”.
Perkembangan menyeluruh merupakan dasar (pondasi) bagi pelaksanaan
program latihan setiap cabang olahraga. Prinsip perkembangan menyeluruh harus
diberikan kepada atlet-atlet muda sebelum memilih spesialisasi dalam cabang
olahraga tertentu dan mencapai prestasi puncak. Ketika perkembangan ini
mencapai tingkat yang memuasakan, khususnya perkembangan fisik, maka atlet
memasuki jenjang perkembangan kedua, yaitu spesialisasi pada olahraga tertentu.
Jenjang ini akan membimbing atlet menggeluti karier olahraga yang paling tinggi,
yaitu penampilan puncak yang merupakan prestasi atlet dalam bidang olahraga.
3) Prinsip Spesialisasi
Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan pada dasarnya bersifat khusus,
sesuai dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem
energi yang digunakan selama latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 10)
menyatakan, "Latihan harus dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta
memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih". Menurut
Soekarman (1986: 60) "Latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan
atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan".
Pendapat lain dikemukakan Bompa dalam Andi Suhendro (1999:3.13) menyatakan:
commit to user
olahraga. Misalnya pemain sepakbola melakukan latihan secara khusus terhadap kemampuan dribble, shooting, dan (2) melakukan latihan mengembangkan kemampuan motorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga yang menjadi spesialisasinya. Misalnya latihan-latihan fisik khusus sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni.
Berdasarkan prinsip spesialisasi latihan dapat disimpulkan bahwa,
program latihan yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang dilakukan harus memiliki ciri-ciri
tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan, baik pola gerak,
jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan
jenis olahraga yang dikembangkan.
4) Prinsip Individual
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan
didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet
yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya
juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam
pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun
sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi
kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro
(1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam
melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet,
sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun
dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat
tercapai”.
Berdasarkan dua pendapat tentang prinsip individual dapat disimpulkan
bahwa, latihan yang diterapkan harus bersifat individu. Manfaat latihan akan lebih
berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet. Seperti dikemukakan Patte
Rotella Mc. Clenaghan (1993: 318) bahwa, "Faktor umur, seks (jenis kelamin),
kematangan, tingkat kebugaran saat itu, lama berlatih, ukuran tubuh, bentuk tubuh
dan sifat-sifat psikologis harus menjadi bahan pertimbangan bagi pelatih dalam