• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi IUPHHK-HA PT Ratah Timber terhadap Pembangunan Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi IUPHHK-HA PT Ratah Timber terhadap Pembangunan Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI IUPHHK-HA PT. RATAH TIMBER TERHADAP

PEMBANGUNAN DAERAH KECAMATAN LONG HUBUNG,

KABUPATEN KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR

RIBKHA SINAGA

E14070048

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

RINGKASAN

RIBKHA SINAGA, E14070048. Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Terhadap Pembangunan Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Dibawah Bimbingan LETI SUNDAWATI.

Pembangunan wilayah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional harus memperhatikan aspek-aspek dari pembangunan nasional tersebut. Pembangunan dikatakan berhasil apabila terdapat kerjasama dan dukungan dari berbagai sektor, dimana masing-masing sektor melakukan peranan dan fungsinya dengan baik. Salah satu sektor yang dinilai dapat menunjang pembangunan nasional ini adalah sektor kehutanan. Dalam rangka peningkatan peranan sektor kehutanan ini, pemerintah memberikan ijin pengusahaan hutan negara kepada perusahaan swasta. Dengan adanya sistem hak pengusahaan hutan ini, diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan pertumbuhan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian baik itu nasional maupun ekonomi masyarakat sekitar hutan serta mampu membangun aspek ekologi dan aspek sosial dengan memperhatikan azas keadilan dan pemerataan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber tehadap pembangunan Kecamatan Long Hubung, baik itu kontribusi terhadap pendapatan daerah kecamatan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat dan karyawan serta kontribusi terhadap peluang berusaha masyrarakat, akses terhadap transportasi dan pembangunan sarana dan prasarana desa serta peningkatan SDM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2011 di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur dengan mengambil dua desa lokasi penelitian, yaitu: Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder, jumlah responden yang diambil sebanyak 65 responden, yaitu: masyarakat Desa Mamahak Teboq, masyarakat Desa Lutan, karyawan PT. Ratah Timber dan staf Kecamatan Long Hubung. Metode yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dan metode analisis deskriptif .

Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terhadap pendapatan daerah Kecamatan Long Hubung berupa dana kompensasi. Kontribusi terhadap pendapatan Kutai Barat yang secara tidak langsung diterima oleh Kecamatan Long Hubung selama tahun 2007-2009 sebesar 0,277 % per tahun dari total pendapatan daerah Kabupaten Kutai Barat. IUPHHK PT. Ratah Timber berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, dimana 93,59% karyawan Base Camp merupakan masyarakat sekitar. Tingkat kesejahteraan masyarakat desa binaan dan Karyawan Base Camp IUPHHK PT. Ratah Timber dapat dikatakan cukup.Selain itu, IUPHHK PT. Ratah Timber memberikan kontribusi terhadap aksesibilitas, kesempatan berusaha dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.

(3)

ABSTRACT

RIBKHA SINAGA, E14070048. Contribution of IUPHHK-HA PT. Ratah Timber On The Development of Long Hubung Sub District, Kutai Barat Regency, Kalimantan Timur. By Lecturers LETI SUNDAWATI.

Development of a region is an integral part of national development which also should notice the aspect of national development itself. A success development could happened if there are cooperation and support from other sectors, which each of them do its role and function as well. One of sectors that considered could support national development is forestry. In condition of increasing the role of forestry sector, government provide license for managing national forests to private companies. This license is expected to help the increasing growth of sustainable national development and encourage the growth of both national and forest community economic, which able to build ecological and social aspect based on justice and equilibrium.

This study was aimed to analyze contribution of IUPHHK-HA PT. Ratah Timber on the development of Long Hubung Sub-district, as well contribution on sub-district income, labour rate, community and worker income and its contribution for community enterprise, access of transportation for developing facilities and infrastructures and developing human resources. This study was held on April to May 2011 at PT. Ratah Timber, East Kalimantan by taking two locations on Mamahak Teboq and Lutan villages. Primary and secondary data were taken, involving 65 respondents from Mamahaq teboq, Lutan, Ratah Timber’s workers and Long Hubung sub-district’s staffs. Quantitative analyze method and descriptive analyze method were used in this study.

Indirectly contribution from IUPHHK-HA PT. Ratah Timber to income of Long Hubung sub-district since 2007 until 2009 is approximately 0,277% each yera of total income’s Kutai Barat Regency. The contribution on labor rate could be seen from the record of 93,59% workers are people around the company. The welfare rate of under directory villagers and the workers is proper enough. IUPHHK PT. Ratah Timber also provide contribution in accessibility, entrepreneurship and capability human resources development.

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi IUPHHK-HA PT Ratah Timber terhadap Pembangunan Daerah Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

(5)

Judul Skripsi : Kontribusi IUPHHK-HA PT Ratah Timber terhadap Pembangunan Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur

Nama : Ribkha Sinaga NRP : E14070048

Menyetujui : Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc NIP. 196408301990032001

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr.Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 196304011994031001

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Terhadap Pembangunan Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terhadap pendapatan daerah Kecamatan Long Hubung serta mengetahui trickle down effect dari PT. Ratah Timber tersebut. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini, hal ini dikarenakan keterbatasan dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi mengenai kontribusi pemegang izin pengusahaan hutan khususnya PT. Ratah Timber dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan pada umumnya dan komunitas akademika pada khususnya.

Bogor, September 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis mempunyai nama lengkap Ribkha Sinaga dan lahir di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 24 Oktober 1989. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Dirman Sinaga dan Ibu Tiara Sitanggang.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 173117 Pansurnapitu pada tahun 1995 dan lulus tahun 2001. Kemudian pendidikan menegah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 3 Tarutung. Pendidikan menengah umum diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 1 Tarutung. Pada Tahun 2007, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa tingkat sarjana Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai sekretaris Komisi Kesenian Unit Kegiatan Mahasiswa PMK IPB tahun ajaran 2009/2010, bendahara Persekutuan Fakultas Kehutanan IPB tahun ajaran 2009/2010, Panitia Temu Manajer (TM) jurusan Manajemen Hutan 2009, Tim pemerhati Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Persatuan Anak Rantau Tarutung tahun ajaran 2009/2010, sekretaris panitia retreat angkatan IPB tahun 2010. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Teknik Inventarisasi Hutan tahun 2010 dan asisten mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan TPB IPB tahun 2010. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Leuweung Sancang Barat-Kamojang tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat tahun 2010 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK PT Ratah Timber, Kalimantan Timur pada tahun 2011.

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Yesus Kristus atas segala cinta kasihNya sehingga penulisan skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak yang turut membantu proses penulisan skripsi ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Dirman Sinaga dan Ibu Tiara Sitanggang. Terimakasih buat kasih, doa, dukungan dan bimbingan yang selalu diberikan. Skripsi ini persembahan kasih buat bapak dan mama.

2. Buat ketiga adik penulis, Masnur, Wilfran dan Harry. Terimakasih buat kasih, doa, dukungan, semangat dan canda tawa yang selalu diberikan buat kakak. 3. Kepada Ibu Dr. Ir Leti Sundawati, M.Sc sebagai dosen pembimbing.

Terimakasih buat bimbingan, kesabaran, pengertian dan semangat yang telah diberikan kepada penulis sejak pembuatan proposal sampai penulisan skripsi ini selesai.

4. Kepada ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si sebagai dosen penguji. Terimakasih buat saran dan masukan yang diberikan kepada penulis.

5. Kepada Bapak Wahyul, Bapak Jatmiko, Bapak Ganjo, Bapak Wasis, Bapak Wahyudi dan Bapak Sumari. Terimakasih atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat melakukan praktek kerja lapang dan penelitian di PT. Ratah Timber.

(9)

7. Kepada sahabat-sahabat penulis, Magdalena, Sriyo, Vera, Desi, Basten, Vania, Metha, Ruth, Mega, Bang Ico, Bang Wastin, Kak Corry, Bang Eko, Joe dan Bambang dan semua keluarga besar Komisi Kesenian. Terimakasih atas doa, semangat, canda tawa dan kasih sayang yang diberikan.

8. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan, Juliana, Johan, Jimmy, Christa, Grace, Monik, Hlham, Adi, Kristi, Nia dan Marisa serta seluruh keluarga besar MNH 44. Terimakasih buat kerja sama, semangat, bantuan dan doa yang diberikan.

9. Kepada teman-teman satu bimbingan, Denia dan Devi. Terimakasih buat kerjasama, semangat dan dukungannya.

10. Kepada sahabat-sahabat, Lenni, Yesika, Priskila, Krisna, Esti, Tetty, Devi, Werdhi, Connie, Adrian, Togi, Reni, Eleven, Citra dan semua penghuni kosan Griya Ananta terimakasih buat doa, bantuan, dukungan dan kebersamaannya. Tuhan Memberkati.

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Pungutan Sektor Kehutanan... 10

2.4 Peraturan Daerah ... 11

2.5 Anggaran dan Pendapatan Daerah ... 12

2.5.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 12

2.5.2 Dana Perimbangan ... 13

2.5.3 Pendapatan Daerah Lainnya yang Sah... 15

2.6 Pendapatan Rumah Tangga ... 15

2.7 Trickle Down Effect ... 16

2.8 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) ... 16

2.9 Corporate Sosial Responsibility ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 24

4.1 Sejarah dan Perkembangan IUPHHK PT. Ratah Timber ... 24

4.2 Kondisi Biofisik ... 25

4.2.6 Sediaan Tegakan di IUPHHK-PT.Ratah Timber ... 28

(11)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1 Karakteristik Responden ... 39

5.2 Kontribusi Langsung IUPHHK-HA PT. Ratah Timber ... 41

5.2.2 Kontribusi IUPHHK PT. Ratah Timber Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Pendapatan Karyawan PT. Ratah Timber... 44

5.2.3 Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 49

5.3 Kontribusi Tidak Langsung IUPHHK PT. Ratah Timber ... 50

5.3.1 Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Terhadap Peluang Berusaha Masyarakat Sekitar ... 51

5.3.2 Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Terhadap Pembangunan Sarana dan Prasarana ... 52

5.3.3 Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Terhadap Akses Transportasi ... 54

5.3.4 Pungutan yang Dibayarkan IUPHHK PT. Ratah Timber yang Tidak Diterima Langsung oleh Kecamatan Long Hubung ... 55

5.4 Persepsi Masyarakat Mengenai Kontribusi IUPHHK Terhadap Pembangunan Kecamatan Long Hubung ... 64

5.5 Kerjasama Antara Perusahaan Dengan Masyarakat Setempat ... 64

5.6 Penunaian Kewajiban IUPHHK-HA PT. Ratah Timber ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT. Ratah Timber.... 25

2. Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan... 25

3. Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber……….. 26

4. Kondisi penutupan lahan di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber….. 28

5. Sediaan kelompok jenis pohon yang boleh diperdagangkan………….... 28

6. Target dan realisasi penebangan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber IUPHHK PT. Ratah Timber………. 33

11. Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal IUPHHK PT. Ratah Timber……….. 34

12. Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. Ratah Timber………….. 34

13. Fasilitas kesehatan dan tenaga kerja medis di Kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham……….. 36

14. Sarana perhubungan dan transportasi desa sekitar areal

17. Sebaran responden berdasarkan umur……….. 39

18. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin………. 40

19. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan………. 40

20. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan……….. 41

21. Dana kompensasi yang dibayarkan PT. Ratah Timber RKT 2009…….. 43

22. Pendapatan perkapita masyarakat………. 45

23. Pengeluaran perkapita Masyarakat………... 47

24. Gaji karyawan Camp Mamahak Teboq……… 48

25. Tingkat kepuasan karyawan Camp Mamahak Teboq……….. 48

26. Jumlah tenaga kerja lokal karyawan Camp Mamahak Teboq………….. 49

27. Persepsi responden terhadap peranan IUPHHK PT. Ratah Timber pada penyerapan tenaga kerja……….. 50

28. Persepsi masyarakat terhadap peranan IUPHHK PT. Ratah Timber pada peluang berusaha masyarakat……….. 51

(13)

30. Persepsi masyarakat terhadap kontribusi IUPHHK PT. Ratah Timber pada peningkatan kapasitas SDM……… 53

31. Persepsi masyarakat terhadap kontribusi IUPHHK PT. Ratah Timber pada akses transportasi………. 55 32. Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayarkan IUPHHK

PT. Ratah Timber dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kutai barat……….. 57 33. Besarnya Iuran Hak Pengusahaan Hutan yang Dibayarkan IUPHHK PT.

Ratah Timber dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kutai Barat……… 58 34. Besarnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor yang dibayarkan IUPHHK PT. Ratah Timber dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kutai Barat…… 58 35. Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan yang dibayarkan IUPHHK

PT. Ratah Timber dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah

Kabupaten Kutai Barat………. 60 36. Besarnya Dana Reboisasi yang dibayarkan IUPHHK PT. Ratah Timber

dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kutai Barat.. 60 37. Besarnya Pajak Penghasilan yang dibayarkan IUPHHK

PT. Ratah Timber dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kabupaten Kutai Barat………. 61 38. Total pungutan yang dibayarkan PT. Ratah Timber dan kontribusinya

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran………..……… 19 2. Grafik perbandingan antara rataan pendapatan rumah tangga dengan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Identitas responden desa Mamahak Teboq……….. 71 2. Identitas responden Desa Lutan……… 72 3. Identitas responden karyawan Camp PT. Ratah Timber………….. 73 4. Identitas staf PT. Ratah Timber………. 75 5. Identitas responden staf Kecamatan Long Hubung... ... 75 6. Rekapitulasi pendapatan dan pengeluaran perkapita responden

Desa Mamahak Teboq……… 76

7. Rekapitulasi pendapatan dan pengeluaran perkapita responden

Desa Lutan……….. 77

8. Rincian komponen pendapatan asli daerah Kabupaten Kutai Barat 78 9. Rincian komponen dana perimbangan Kabupaten Kutai Barat…… 80 10. Rincian komponen pendapatan lain-lain yang sah………... 81 11. Rincian pendapatan Kabupaten Kutai Barat

tahun anggaran 2007-2009………. 82 12. Komposisi pendapatan daerah Kabupaten Kutai Barat tahun anggaran 2007-2009……… 83 13. Kewajiban yang dibayarkan IUPHHK PT. Ratah Timber…………. 84 14. Rincian besarnya kewajiban yang dibayarkan IUPHHK

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya seluruh lapisan masyarakat dalam membangun seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pembangunan yang garis besarnya ditetapkan dalam UUD, secara terperinci akan dicapai dengan melalui strategi pembangunan yang diterangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan secara organis dibuatkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun dan dilaksanakan melalui anggaran pembangunan pemerintah dan kegiatan sektor swasta.

Tujuan pembangunan nasional itu sendiri mencakup beberapa aspek, yaitu: pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja, serta kelestarian sumber daya. Pembangunan wilayah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional harus memperhatikan aspek-aspek dari pembangunan nasional tersebut. Pembangunan dikatakan berhasil apabila terdapat kerjasama dan dukungan dari berbagai sektor dimana masing-masing sektor melakukan peranan dan fungsinya dengan baik. Salah satu sektor yang dianggap dapat menunjang pembangunan nasional ini adalah sektor kehutanan.

Hutan adalah kekayaan alam yang harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat banyak. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3, sumberdaya yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(17)

kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan, mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

Hutan ada yang diusahakan langsung oleh negara seperti Perum Perhutani yang mengusahakan langsung hutan-hutan di seluruh Jawa dan hutan yang diusahakan tidak langsung dimana modal pemerintah diinvestasikan untuk diusahakan pihak swasta. Selain itu, pemerintah juga memberikan ijin pengusahaan hutan negara kepada perusahaan swasta. Perusahaan swasta yang memperoleh izin pengusahaan hutan akan mempunyai wewenang dalam menebang pohon dan melakukan kegiatan reboisasi dan pengolahan lahan hasil bekas tebangan. Pemerintah sekaligus menyelenggarakan pungutan dan mengenakan pajak pada saat kegiatan ekspor ataupun pada pengujian dengan menarik grading fee ataupun pajak-pajak lain, seperti: pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan dan sebagainya.

Sistem Hak Pengusahaan Hutan atau biasa dikenal dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) adalah salah satu sistem pengusahaan hutan di Indonesia dengan para pemegang IUPHHK sebagai pelaksana utama, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 dan ditujukan untuk pengusahaan hutan alam. Pada umumnya Hak Pengusahaan Hutan (IUPHHK) diberikan kepada badan usaha swasta dan BUMN dengan penambahan kepemilikan saham oleh koperasi.

Perusahaan yang telah mengantongi hak pengusahaan hutan akan mempunyai wewenang dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Maka dengan itu, pemerintah menetapkan aturan-aturan tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan dalam PP. No. 6 Tahun 2007. Dan kemudian diperbaharui dalam PP No. 3 Tahun 2008. Selain itu juga ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.63/Menhut-II/2008 tentang tata cara pemberian rekomendasi Gubernur dalam rangka permohonan atau perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) pada hutan alam dan hutan tanaman.

(18)

karena itu dalam upaya peningkatan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan suatu langkah strategis yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian baik itu perekonomian nasional maupun pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar hutan serta juga mampu membangun aspek ekologi dan aspek sosial dengan memperhatikan azas keadilan dan pemerataan. Dengan demikian jelas adanya bahwa keberadaan suatu perusahaan yang memperoleh izin hak pengusahaan hutan sangat berpengaruh dalam pembangunan daerah ataupun terhadap pembangunan nasional.

IUPHHK-HA PT. Ratah Timber salah satu perusahaan swasta pemegang izin usaha di Kalimantan Timur. Perusahaan ini adalah penghasil jenis kayu kelompok meranti, bangkirai, nyatoh, dan kayu kamper untuk kebutuhan bahan baku industri kayu lapis. Perusahaan ini telah memperoleh perpanjangan izin pengusahaan hutan sampai tahun 2055 dengan luas 93.425 Ha.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap pemegang izin pengusahaan hutan dikenakan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR), Dana Jaminan Kinerja (DJK), Dana Investasi Pelestarian Hutan (DIPH), dan dana investasi untuk penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999. Perusahaan yang memperoleh izin pengusahaan hutan juga diharapkan mampu berpartisipasi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat dimana badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah dan pihak swasta yang telah memperoleh izin pengusahaan hutan diwajibkan bekerja sama dengan masyarakat setempat dengan harapan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan pemerataan kesejahteraan dapat terwujud.

(19)

dan memberi peluang serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pengusahaan hutan.

Pada dasarnya, peran IUPHHK sangat berperan penting dalam upaya peningkatan pembangunan, baik itu pembangunan daerah dan pembangunan wilayah, misalnya: memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan sumber pendapatan negara dan devisa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi saat ini, banyak perusahaan pemegang izin pengusahaan hutan yang kurang bertanggung jawab dan kurang berkomitmen dalam menjalankan izin pengusahaan hutan yang sudah dimilikinya akibatnya pemerintah tidak sungkan-sungkan untuk mencabut hak pengusahaan hutan atau tidak memberikan perpanjangan izin pengusahaan hutan. Hal ini akan berdampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat banyak dan berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu kiranya diketahui kontribusi PT. Ratah Timber terhadap pembangunan daerah Kecamatan Long Hubung, berupa kontribusi tehadap pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan serta pembangunan desa-desa di sekitar hutan.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi PT. Ratah Timber terhadap pembangunan daerah Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung besarnya pungutan yang dibayarkan oleh PT. Ratah Timber dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat.

2. Menganalisis penyerapan tenaga kerja oleh PT. Ratah Timber.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

Menurut Kartasasmita (1996), pembangunan daerah bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu baik antarsektor maupun antar pembangunan sektoral dan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Pada dasarnya ada 3 aspek perencanaan pembangunan yaitu (1) makro; (2) sektoral; (3) regional. Ketiga aspek perencanaan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai hasil keseluruhan yang maksimal perlu dipadukan dengan sebaik-baiknya.

Pembangunan daerah dapat dilihat dari beberapa segi yaitu, Pertama, dari pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah. Pembangunan sektoral dilakukan di daerah disesuaikan dengan kondisi dan potensinya. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi wilayah tersebut. Kota dan desa saling terkait dan membentuk suatu sistem. Oleh karena itu pembangunan wilayah meliputi pembangunan wilayah perkotaan dan pedesaan yang terpadu dan saling mengisi. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Agar tujuan dan usaha pembangunan derah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Kartasasmita 1996).

(22)

ekonomi, yaitu: pendapatan perkapita, perubahan struktur ekonomi, kesempatan kerja dan pengangguran.

1. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita dapat memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan masyarakat di berbagai daerah dan dapat juga memberikan gambaran mengenai perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan yang sudah terjadi di berbagai daerah. Bank Dunia pada tahun 1995 mengklasifikasikan Negara berdasarkan tingkatan GNP/GDP per kapita sebagai berikut:

a. Negara berpenghasilan rendah adalah kelompok negara-negara dengan GNP per kapita kurang atau sama dengan US$ 695.

b. Negara berpenghasilan menengah adalah kelompok negara-negara dengan GNP/GDP per kapita lebih dari US$ 695 namun kurang dari US$ 8.626.

c. Negara berpenghasilan tinggi adalah kelompok negara-negara dengan GNP/GDP per kapita di atas US$ 8.626.

Kelemahan dari indikator ini, tidak memasukkan produksi yang tidak melalui pasar seperti dalam perekonomian subsisten, jasa ibu rumah tangga, transaksi barang bekas, kerusakan lingkungan dan masalah distribusi pendapatan. 2. Perubahan Struktur Ekonomi

Mengukur tingkat kemajuan struktur produksi (pertanian, manufaktur dan jasa-jasa). Peranan sektor pertanian akan menurun untuk memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa yang secara sengaja senantiasa diupayakan agar terus berkembang. Oleh karena itu, strategi pembangunan biasanya berfokus pada upaya untuk menciptakan industrialisasi secara besar-besaran sehingga kadangkala mengorbankan kepentingan pembangunan sektor pertanian dan daerah pedesaan pada umumnya.

3. Kesempatan Kerja

(23)

4. Pengangguran

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di negara-negara berkembang pada akhirnya menjadi bom waktu sekitar 15 sampai dengan 20 tahun kemudian pada saat mereka masuk sebagai angkatan kerja. Dengan penciptaan lapangan pekerjaan, baik oleh sektor swasta maupun oleh pemerintah diharapkan angka pengangguran yang relative tinggi dinegara berkembang akan mengalami penurunan.

Adapun beberapa variabel yang termasuk dalam indikator sosial adalah sebagai berikut:

1. Indeks Mutu Hidup (IMH) merupakan indeks gabungan dari harapan hidup pada usia 1 tahun, angka kematian dan tingkat melek huruf. Untuk masing-masing indikator, kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1 hingga 100 dimana 1 merupakan kinerja terjelek sedangkan 100 adalah kinerja terbaik.

2. Human Development Index (HDI) mencoba merangking semua negara dalam skala 0 (sebagai tingkatan pembangunan manusia yang terendah) hingga 1 (Pembangunan manusia yang tertinggi) berdasarkan atas 3 tujuan atau produk pembangunan yaitu: a) Tingkat Harapan Hidup, b) Pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca (diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata tahun sekolah (diberi bobot sepertiga). 3. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah

disesuaikan yaitu disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing negara dan asumsi menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat.

Indikator kunci pembangunan sosial ekonomi lainnya versi United Nations Research Institute on Social Development (UNRISD) yang dikeluarkan pada tahun 1970 terdiri atas 7 indikator ekonomi dan 9 indikator sosial sebagai berikut: 1. Harapan Hidup

2. Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih 3. Konsumsi protein hewani per kapita per hari

4. Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah 5. Rasio pendidikan luar sekolah

(24)

7. Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk

8. Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dan sebagainya 9. Produksi pertanian per pekerja pria di sektor pertanian

10. Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian 11. Konsumsi listrik ( kw per kapita)

12. Konsumsi baja (kg per kapita)

13. konsumsi energy (ekuivalen kg batu bara per kapita) 14. Persentase sektor manufaktur dalam GDP

15. Perdagangan luar negeri per kapita

16. Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja

Beberapa indikator pembangunan sosial ekonomi yang selama ini dipergunakan Indonesia, sebagai berikut:

1. Laju Peningkatan Pendapatan

2. Laju Penurunan Jumlah Kecamatan Miskin

3. Laju Penurunan ketimpangan penerimaan pendapatan 4. Laju urunan kesenjangan harapan hidup

5. Laju pengurangan angka kematian bayi 6. Laju pengurangan melek huruf

7. Laju penurunan pertumbuhan penduduk

2.2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)

Menurut Fahutan IPB (2003), Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu adalah memungut pohon berdiri yang telah memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis sebesar Annual Allowable Cut (AAC) yang disetujui pemerintah. Pemegang IUPHHK / HPH mendapat hak pengusahaan atau pemanfaatan hutan pada areal kawasan hutan produksi tertentu, sebagai berikut:

1. Mempunyai hak untuk menggunakan kawasan seluas areal HPH/IUPHHK yang dimilikinya

2. Memanfaatkan hasil hutan kayu sebesar riap (AAC)

(25)

6. Kegiatan pemanfaatan hutan (pemungutan kayu) di hutan alam produksi akan menimbulkan dampak kerusakan hutan atau gangguan terhadapnya (struktur dan komposisi hutan, biodiversity) dan lingkungan sosial-ekonomi masyarakat lokal

HPH/IUPHHK mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Membayar stumpage value dari pohon yang ditebang

2. Memulihkan hutan dari kerusakan akibat kegiatan penebangan, antara lain: a. Kerusakan tegakan (komposisi dan struktur tegakan)

b. Kerusakan tanah akibat penyaradan dan angkutan c. Gangguan biodiversity, baik flora maupun fauna

d. Terganggunya atau hilangnya sumber-sumber pendapatan tradisional masyarakat lokal

e. Penggunaan jaringan jalan umum, baik gangguan lalu lintas maupun kerusakan kontruksi jalan

2.3. Pungutan Sektor Kehutanan

Menurut Fahutan IPB (2003), pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah adalah berupa pajak dan bukan pajak. Pajak adalah pungutan yang dikenakan kepada perorangan atau badan hukum berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku untuk pembiayaan negara dan pembangunan. Pungutan bukan pajak adalah segala pungutan berupa iuran, retribusi dan lain-lain berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan menjadi pendapatan negara / daerah otonom. Pungutan resmi (Pajak dan bukan pajak) dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat diklasifikasikan atas pemungutannya, sebagai berikut:

1. Pungutan atas harta kekayaan, seperti :

a. Pajak bumi dan bangunan atau sewa lahan (land rent)

b. IHPH/IUPHHK (apabila pungutan iuran itu atas dasar hak pengelolaan /pemanfaatan hutan atau lahan hutan tersebut)

c. Pajak kendaraan dan peralatan

(26)

e. Dana jaminan kinerja dan dana investasi pelestarian hutansebagai jaminan atas nilai barang dan ekosistem hutan

f. Dana kompensasi masyarakat adat (dana ini akibat ketidakjelasan property rights, jika jelas milik masyarakat bisa berupa land rent ataupun bentuk lain-lainnya.

2. Pungutan atas layanan jasa, seperti :

a. Retribusi angkutan sungai dan retribusi jalan raya b. Pajak reklame (atas penggunaan ruang publik) c. Pajak penerangan jalan

3. Pungutan atas hasil produksi, seperti ; a. Dana reboisasi (DR)

b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) c. Dana kontribusi pembangunan daerah d. Sumbangan pihak ketiga

e. Dana pembinaan masyarakat desa

f. Dana investasi untuk penelitian, pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan

g. Dana pembinaan SDM dan pengembangan IPTEK

4. Pungutan atas pendapatan mencakup pendapatan bruto dan bersih a. Pajak penghasilan (PPh, tenaga kerja, badan dan impor)

b. Pajak pertambahan nilai

2.4 Peraturan Daerah

(27)

Indonesia. Kutai Barat sebagai kabupaten yang baru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 dan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Otonomi Daerah, perlu menata sistem kebijakan pemerintahannya termasuk dibidang kehutanan secara demokratis yang mengandung prinsip-prinsip transparansi, partisipatif dan bertanggung-jawab serta memiliki sejumlah kewenangan dibidang kepengurusan hutan.

2.5 Anggaran dan Pendapatan Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 menyatakan bahwa penyelenggaaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah diarahkan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menopang kegiatan ekonomi masyarakat serta meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan sebagimana arah tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Pendapatan daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sumber Pendapatan terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan penerimaan lain-lain

2. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

3. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat

2.5.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(28)

1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah

3. Bagian Laba Usaha Milik Daerah

4. Lain-lain dari PAD yang sah meliputi pendapatan dari penjualan kendaraan bermotor, pendapatan aset dari penjualan aset yang berlebih, pendapatan hasil penjualan barang milik daerah, pendapatan dari jasa giro dan lain-lain.

Pajak daerah merupakan suatu bentuk iuran wajib yang dibebankan kepada perorangan dan atau kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (UU No.34 tahun 2000). Pajak daerah dapat berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C, pajak sarang burung walet dan lain-lain.

Sedangan retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan sebagai pembayaran atas jasa untuk kepentingan pribadi. Jenis retribusi daerah yang dapat dimanfaatkan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah antara lain retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, parkir di tepi jalan umum, pelayanan pasar, tempat penginapan/pesanggrahan villa dan lain-lain.

2.5.2 Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri atas :

1. Dana Bagi Hasil, yang bersumber dari dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil non pajak / Sumber daya alam.

2. Dana Alokasi Umum (DAU), yang dialokasikan berdasarkan persentase tetentu dari pendapatan dalam negeri bersih yang ditetapakan dalam APBN.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK), yang dialokasikan dari APBN kepada daerah dalam rangka pendanaan pelaksanaan desentralisasi, untuk :

(29)

b. Mendanai Kegiatan khusus yang diusulkan daerah.

Dana perimbangan ini adalah kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. dimana tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Dalam UU No. 33 Tahun 2004 diatur besarnya dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dari pungutan sektor kehutanan, sebagai berikut:

1. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah dengan rincian sebagai berikut: 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Provinsi 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota, dan 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan, 10% (sepuluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota; dan 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.

(30)

3. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah. Dimana Dana Bagi Hasil dari penerimaan IHPH yang menjadi bagian Daerah dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi; dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota penghasil. Dan Dana Bagi Hasil dari penerimaan PSDH yang menjadi bagian daerah dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan; 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan 32% (tiga puluh dua persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

4. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan imbangan sebesar 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah digunakan untuk rehabilitasi hutan dan lahan secara nasional dan 40% (empat puluh persen) untuk daerah digunakan untuk kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di kabupaten/kota penghasil.

2.5.3 Pendapatan Daerah Lainnya yang Sah

Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Pendapatan hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 UU. No. 33 Tahun 2004 merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian.

2.6 Pendapatan Rumah Tangga

(31)

pokoknya, cara ini dipakai apabila petani tidak membedakan sumber-sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.7 Trickle Down Effect

Menurut Hamzah (2010), Trickle Down Effect adalah sebuah teori dimana menurut teori ini jika orang kaya menginvestasikan uangnya di sektor riil, infrastruktur dan pasar modal maka akan ada kegiatan ekonomi yang bergulir dan menghidupi orang kelas menengah dan lebih miskin. Dengan kata lain, modal yang digulirkan akan menciptakan lapangan pekerjaan baru, menghidupi beragam bisnis yang lebih kecil, persaingan bisnis akan berjalan dinamis sehingga tujuan dari pemerataan ekonomi akan mudah tercapai.

2.8 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

Salah satu tujuan dari program PMDH adalah membuat masyarakat secara sosial dapat hidup mandiri dalam artian masyarakat akan dapat berdiri di atas kakinya sendiri tanpa banyak ditopang atau bergantung kepada belas kasihan perusahaan HPH/HTI. Dalam Buku Pedoman Survey Sosial Ekonomi Kehutanan Indonesia (2000) dinyatakan bahwa perhatian yang diberikan terhadap masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan tidak hanya bantuan yang bersifat belas kasihan, akan tetapi harus mampu menciptakan situasi yang kondusif agar mereka dapat mengembangkan diri sendiri menuju kemandirian secara berkelanjutan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2.9 Corporate Sosial Responsibility

(32)

perusahaan diwakili oleh segenap direksi dan karyawan sedangkan lingkungan diwakili oleh pimpinan formal dan informal serta tokoh-tokoh masyarakat setempat.

2.10 Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap objek. Persepsi dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan/stimulus dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi/penaksiran tentang objek yang dimaksud. Jadi persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu objek. Respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu terhadap objek yang dimaksud. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut (bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan serta sifat lain yang khas). Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan, lingkungan, tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya (Harihanto 1988 dalam Insusanty 2003).

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) dalam Insusanty (2003), persepsi yang kita kenal memiliki 3 dimensi yang sama yang menandai konsep diri, sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah apa yang kita ketahui (kita anggap tahu) tentang prediksi lain-wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif, dan sebagainya. 2. Pengharapan adalah gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan melakukan

apa.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Sektor kehutanan adalah salah satu sektor yang dianggap penting dalam upaya peningkatan pembangunan nasional. Sebagai upaya peningkatan peranan sektor kehutanan maka Pemerintah memberikan ijin pengusahaan hutan-hutan negara kepada perusahaan-perusahaan swasta. Perusahaan swasta yang memperoleh ijin pengusahaan hutan mempunyai wewenang dalam menebang pohon dan melakukan kegiatan reboisasi dan pengolahan lahan hasil bekas tebangan.

Perusahaan swasta yang mempunyai ijin pengusahaan hutan (IUPHHK-HA) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan pembangunan baik itu pembangunan daerah maupun pembangunan wilayah. Peranan IUPHHK-HA dalam peningkatan pembangunan ini sering disebut juga dengan kontribusi IUPHHK-HA terhadap peningkatan pembangunan.

Pengkajian kontribusi IUPHHK-HA ini, diperoleh kontribusi langsung dan kontribusi tidak langsung IUPHHK terhadap pembangunan daerah. Kontribusi langsung yang dimaksud adalah kontribusi IUPHHK-HA terhadap Pendapatan Kecamatan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan rumah tangga dan pendapatan tenaga kerja. Pungutan yang dibayarkan IUPHHK PT. Ratah Timber ini yang langsung dibayarkan kepada Kecamatan Long Hubung berupa dana kompensasi atau dengan kata lain dikenal dengan uang debu.

(34)

dimaksud adalah pajak bumi dan bangunan, IHPH/IUPHHK, pajak kendaraan dan peralatan, dana reboisasi, provisi sumber daya hutan, pajak penghasilan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

(35)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 1 bulan dari bulan April sampai Mei 2011. PT. Ratah Timber berada di dua Kecamatan, namun dalam penelitian ini kecamatan yang diambil adalah Kecamatan Long Hubung yang merupakan pusat kegiatan (base camp) IUPHHK PT. Ratah Timber.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner, sebagai berikut:

1. Staf PT. Ratah Timber : Besarnya pungutan yang dibayarkan oleh PT. Ratah Timber terhadap pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat. Pungutan yang dimaksud adalah pungutan atas harta kekayaan, pungutan atas layanan jasa dan pungutan atas hasil produksi.

2. Buruh atau tenaga kerja di PT. Ratah Timber : jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran, pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan, dan pandangan terhadap keberadaan IHPHHK-HA PT. Ratah Timber.

3. Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar PT. Ratah Timber : struktur pendapatan, jumlah pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha serta pandangan terhadap IUPHHK-HA PT. Ratah Timber.

4. Pejabat dan Staf Dinas Kecamatan Long Hubung : potensi kampong, jumlah penduduk dan pandangan terhadap keberadaan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber.

Data sekunder yang digunakan untuk memperkuat data primer yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sektor kehutananan. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Statistik Daerah Kecamatan Long hubung 2. Kondisi Geografis Kecamatan Long Hubung

(36)

5. Produksi kayu per tahun PT. Ratah Timber

6. Pungutan yang dibayarkan oleh PT. Ratah Timber terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat. Pungutan yang dimaksud adalah pungutan atas harta kekayaan, pungutan atas layanan jasa dan pungutan atas hasil produksi.

7. Laporan realisasi penerimaan pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat (tahun anggaran 2007-2009).

3.4 Pemilihan Responden

Responden untuk tokoh masyarakat adalah responden yang bertempat tinggal di desa-desa sekitar kawasan hutan PT. Ratah Timber. PT. Ratah Timber memiliki 7 desa binaan yang terdapat di Kecamatan Long Hubung, namun dalam penelitian ini desa sampel yang diambil adalah Desa Mamahak Teboq yang merupakan pusat kegiatan (base camp) PT. Ratah Timber dan Desa Lutan yang masih berada di dalam areal dan mudah untuk dijangkau. Responden dipilih dengan metode Purposive Sampling yaitu pemilihan yang disengaja dengan tujuan tertentu, dengan kriteria kedua desa tersebut merupakan desa binaan PT. Ratah Timber. Jumlah Responden yang diambil sebanyak 65 orang dengan rincian, sebagai berikut :

1. Lima belas responden masyarakat Desa Mamahak Teboq 2. Lima belas responden masayarakat Desa Lutan

3. Dua puluh lima responden karyawan Base Camp PT. Ratah Timber 4. Lima orang responden Staf PT. Ratah Timber

5. Lima orang Pejabat dan Staf Kecamatan Long Hubung

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini. meliputi : 1. Studi Pustaka

(37)

2. Teknik Wawancara

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap nara sumber dari Staf dan tenaga kerja serta masyarakat yang tinggal di sekitar PT. Ratah Timber dan Staf Dinas Kecamatan Long Hubung.

3. Pengumpulan Data-Data sekunder

Pengumpulan data-data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pendapatan Daerah Kutai Barat dan IUPHHK PT. Ratah Timber.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

1. Menghitung pungutan (pajak dan non pajak) yang dibayarkan PT. Ratah Timber terhadap pemerintah daerah Kabupaten Kutai Barat kemudian membandingkan kontribusi PT. Ratah Timber terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Dilakukan dengan menggunakan rumus:

DP = PADh + DPh

Keterangan :

DP : Total Pungutan yang dibayarkan IUPHHK –HA PT. Ratah Timber ke Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai

Barat

PADh : Pungutan yang dibayarkan IUPHHK-HA PT.Ratah Timber terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten

Kutai Barat

DPh : Pungutan yang dibayarkan IUPHHK-HA PT.Ratah Timber terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Kutai Barat

%DP = x100% PD DP

Keterangan :

%DP : Kontribusi IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Barat

(38)

2. Pengolahan data pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dilakukan dengan analisa data kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik sederhana yang kemudian akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel hasil yang akan dianalisis secara deskriptif.

a. Pendapatan Total keluarga adalah pendapatan yang diterima keluarga dari berbagai sumber. Persamaan yang digunakan untuk menghitung pendapatan selama 1 tahun baik dari upah sebagai buruh maupun usaha lannya. Untuk itu digunakan persamaan :

µt = µ1+µ2+µn

Dimana :

µt : Total Pendapatan keluarga dari berbagai Sumber µ1 : Pendapatan Yang diperoleh dari Upah Buruh µ2 : Pendapatn Yang diperoleh dari Berdagang µn : Pendapatan Yang diperoleh dari sumber lain

c.Pendapatan Perkapita

µk=µt/Ja

Dimana :

µk : Pendapatan perkapita dari keluarga per tahun µt : Total Pendapatan Keluarga Per tahun

Ja : Jumlah Anggota Keluarga Per tahun

(39)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan IUPHHK PT. Ratah Timber

Perusahaan PT. Ratah Timber semula bernama PT. Ratah Timber Company dengan status penanaman modal asing (PMA) dan telah diumumkan dalam berita negara tertanggal 19 Maret 1971. Selanjutnya berdasarkan Surat Persetujuan Tetap dari Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 01/V/1982 tanggal 6 Januari 1982. Perusahaan yang semula berupa Penanaman Modal Asing (PMA) kemudian berubah menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan tunduk terhadap Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1998, tanggal 4 Februari 1998 perusahaan mengalami perubahan nama menjadi PT. Ratah Timber.

PT. Ratah Timber pertama kali memperoleh pengusahaan hutan pada tanggal 7 November 1970 dengan luas areal 125.000 Ha terletak di Provinsi Kalimantan Timur. SK HPH tersebut berlaku untuk jangka waktu dua puluh tahun dan berakhir pada tahun 1990. Setelah beberapa kali memperoleh ijin perpanjangan sementara, akhirnya PT. Ratah Timber memperoleh SK pembaharuan hak secara definitive berdasarkan keputusan menteri Kehutanan Nomor: 95/KPTS- II/2000 pada tanggal 22 Desember 2000 dengan luas areal ± 97.690 Ha yang berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak tanggal 7 November 1990 dan berakhir tanggal 7 November 2010.

(40)

4.2 Kondisi Biofisik

4.2.1 Letak dan Luas IUPHHK

Secara geografis areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber terletak pada 114o55’ – 115o30’ Bujur Timur dan 0o2’LS – 0o15’LU. Berdasarkan letak administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Long Hubung dan Kecamatan Laham, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Adapun batas-batas areal kerja IUPHHK-HA PT.Ratah Timber disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT. Ratah Timber

No Lokasi Berbatasan dengan

1 Utara Areal Penggunaan Lain (APL) dan IUPHHK-HA PT Seroja Universum Narwastu

2 Timur APL dan IUPHHK PT. Kedap Sayaaq

3 Selatan Hutan Negara (Non IUPHHK) dan Hutan Lindung Batu Buring Ayok

4 Barat Hutan Negara (Non IUPHHK) dan IUPHHK Agro City Kaltim

Sumber : Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHKK-HA PT. Ratah Timber Periode 2011-2020

Luas hutan yang dikelola oleh IUPHHK-HA PT. Ratah Timber berdasarkan SK.359/Menhut-II/2009 pada tanggal 18 Juni 2009 adalah seluas ± 93.425 Ha dimana luas hutan produksi tetap (HP) mencapai 73.420 Ha dan luas hutan produksi terbatas (HPT) 20.005 Ha. Rincian luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan fungsi hutan

Areal IUPHHK-HA PT.Ratah Timber Luas (Ha) %

Hutan Produksi 73.420 78,587

Hutan Produksi Terbatas 20.005 21,413

Total Luas 93.425 100

(41)

4.2.2 Jenis Tanah dan Geologi

Berdasarkan peta tanah tinjau Kalimantan skala 1:250.000 Tahun 1976, areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah yaitu podsolik merah kuning, latosol dan aluvial. Tanah podsolik merah kuning terbentuk di atas wilayah berlereng datar, landai dan agak curam. Tanah latosol terbentuk di atas formasi Batu Ayau sedangkan tanah aluvial terbentuk dari endapan aluvial yang terdapat pada kelerengan datar yaitu terdapat di sekitar tepi Sungai Mahakam.

Tanah podsolik merah kuning terbentuk di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber yang sebagian besar adalah formasi Ujoh Bilang yaitu mencakup areal seluas 76.418 Ha atau 81,8%. Formasi geologi lainnya adalah formasi Batu Pasir Lenmuring, formasi Batu Ayau dan endapan Aluvial.

4.2.3 Topografi

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan peta garis bentuk dari potret udara skala 1:25.000 menunjukkan bahwa sebagian besar areal kerja (±71,9%) tergolong datar hingga landai. Di samping itu juga terdapat areal dengan kelerengan > 40% (sangat curam) seluas 496 Ha. Kondisi topografi areal kerja selengkapnya disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Kondisi topografi areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber

Klasifikasi Kelas Lereng Blok I (ha) Blok II (ha) Jumlah

HP HPT HP ha %

A : 0 – 8 % Datar 37.348 4.553 2.125 44.026 47,1 B : 9 – 15 % Landai 16.992 4.685 1.498 23.175 24,8 C : 16 – 25 % Agak curam 8.446 4.303 2.186 14.935 16,0 D : 26 – 40 % Curam 2.785 3.347 885 7.017 7,5 E : > 40 % Sangat curam - 380 116 496 0,5

Tidak ada data 1.039 2.737 - 3.776 4,0

Jumlah 73.420 20.005 6.810 93.425 100,0

(42)

4.2.4 Iklim. Suhu dan Hidrologi 1. Curah hujan

Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A.

2. Suhu dan kelembapan udara

Kecepatan angin tertinggi tercatat sebesar 17 – 22 knot dengan frekuensi rata-rata 23 kali setahun, bertiup dari arah Timur Laut dan umumnya berlangsung antara bulan Januari – Maret. Selain bulan-bulan tersebut, angin bertiup dengan kecepatan antara 4 – 6 knot dari arah Utara ke Timur Laut atau Barat Laut. Bentuk presipitasi yang terjadi sepanjang dua puluh tahun terakhir berupa embun dan hujan air. Selama musim penghujan embun turun disertai kabut yang cukup pekat kira-kira sampai jam 8 pagi.

3. Hidrologi

Areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber berada di dalam satu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan beberapa Sub DAS yaitu: Sub DAS Mahakam Ulu, Sub DAS Ratah, Sub DAS Hubung, Sub DAS Long Gelawang, Sub DAS Benturak, Sub DAS Nyerubungan, Sub DAS Pari dan Sub DAS Jerumai. Berdasarkan studi SEMDAL diperoleh data bahwa kondisi debit sesaat tertinggi dari beberapa titik sungai-sungai di areal kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber adalah Sungai Ratah Hilir sebesar 30.784 m3/detik dengan sedimen 319,17 ton/Ha. Sedangkan debit terendah terdapat pada Sungai Benturak yaitu 7.184 m3/detik dengan sedimen 0,89 ton/Ha.

4.2.5 Kondisi hutan

(43)

Tabel 4 Kondisi penutupan lahan di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber

No Penutupan lahan Fungsi dan peruntukan hutan (ha)

HPT HP BZHL Jumlah %

Sumber : Peta penafsiran citra Landsat Path/Row 117/60 liputan 11 Februari 2010 yang di-mozaick dengan Path/Row 118/60 liputan tanggal 2 Februari 2009

4.2.6 Sediaan Tegakan di IUPHHK-PT.Ratah Timber

Informasi sediaan tegakan di areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber ini diperoleh dari hasil kegiatan Iventarisasi Hutan Menyeluruh berkala (IHMB) yang dilakukan pada bulan Desember 2008 sampai dengan bulan Januari 2009. Pada Hutan produksi tetap (HP) diameter pohon yang boleh ditebang adalah pohon kelompok meranti, pohon kayu indah dan rimba campuran dengan diameter 40 cm UP sedangkan pada hutan produksi terbatas (HPT) diameter pohon yang boleh ditebang adalah pohon yang mempunyai diameter lebih dari 50 cm. Rincian sediaan tegakan kelompok jenis pohon yang dapat diperdagangkan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Sediaan kelompok jenis pohon yang boleh diperdagangkan

Kelompok

Meranti 882.939 3.159.980.6 459.751 2.323.215.00 255.136 1.690.158.80 Rimba

Campuran 380.435 1.036.469.60 139.437 556.900.30 49.328 283.867.80 Total 1.302.557 4.309.609.5 613.739 2.945.370 310.199 2.010.905.3 Sumber : Laporan Kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) PT. Ratah Timber,

2009

Potensi sediaan tegakan ini akan memberikan informasi kepada pengelola IUPHHK-HA PT. Ratah Timber untuk menentukan jatah tebangan Produksi per tahunnya.

(44)

dimana 50 cm up untuk hutan produksi terbatas dan 40 cm untuk hutan produksi tetap. Target dan realisasi penebangan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber semenjak perusahaan berganti nama sampai dengan penebangan Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6 Target dan realisasi penebangan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber tahun 1998-2010

No

Tahun Penebangan

RKT

Target Tebangan Realisasi Tebangan

Luas (Ha) Produksi (m3) Luas (Ha) Produksi (m3)

1 1998/1999 1.995 53.512 1.515 35.544,53

2 1999/2000 1.640 40.191 1.318 37.276,03

3 2000 1.263 40.423 482 17.108,18

4 2001 1.865 58.840 1.865 58.840,00

5 2002 2.115 54.680 2.115 54.680,00

6 2003 1.987 35.677 1.987 35.677,00

7 2004 874 31.000 874 30.998,00

8 2005 1.444 28.000 1.444 27.896,86

9 2006 1.449 40.000 1.449 17.237,55

10 2007 1.345 36.000 801 20.049,09

11 2008 1.573 45.000 1.573 40.606,00

12 2009 1.667 49.555 1.667 44.352,63

13 2010 1.963 41.419 1.963 39.065,86

Sumber : Rencana Kerja Tahuanan (RKT) 2011 PT. Ratah Timber

4.3 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar IUPHHK PT. Ratah Timber

]

(45)

Tabel 7 Daftar desa yang berada di dalam dan di luar areal IUPHHK PT. Ratah Timber

Desa Lokasi

Di dalam lokasi Di Luar Lokasi Kecamatan Long Hubung 6. Desa Datah Bilang Baru

7. Desa Long Hubung

Sumber : RKUPHHK PT. Ratah Timber Periode 2011-2020

Desa Mamahak Teboq adalah desa terdekat dengan kegiatan (base camp) IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Di wilayah Kecamatan Long Hubung, suku bangsa Dayak Bahau merupakan etnik terbesar, yang mendiami seluruh desa di kecamatan tersebut selain Desa Datah Bilang Ilir, Datah Bilang Ulu, dan Datah Bilang Tengah. Etnis terbesar yang mendiami ketiga desa tersebut adalah Suku Dayak Kenyah yang berasal dari Long Apun dan Long Boh di daerah hulu Sungai Mahakam. Sedangkan di Kecamatan Laham, etnis terbesar yang mendiami desa-desa di wilayah tersebut terdiri dari suku Dayak Bahau (di desa-desa Long Gelawang), Dayak Punan (desa Muara Ratah dan Laham) serta suku Bakumpai (di desa Danum Paroy dan Nyerubungan).

Suku dayak Bahau dapat dikelompokkan dalam tiga suku, yaitu Suku Bahau Latsa, Suku Bahau Lat Busang dan Suku Bahau Modang. Kelompok Suku Dayak Bahau yang tinggal di desa-desa sekitar areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber adalah Bahau Latsa. Kelompok suku ini tinggal di desa-desa sepanjang Sungai Mahakam di Kecamatan Long Hubung kecuali untuk Desa Datah Bilang Ilir dan Datah Bilang Baru.

(46)

Suku Jawa dan Sunda (Pulau Jawa), suku Madura, Suku Makasar/Bugis (Sulawesi) dan Cina. Para pendatang pada umumnya tinggal di daerah-daerah pusat perdagangan atau bekerja di IUPHHK-HA PT. Ratah Timber maupun perusahaan sejenis di sekitar wilayah tersebut. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk desa yang berada di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah kepadatan penduduk di sekitar areal IUPHHK PT. Ratah Timber

No Desa Luas

2. Hasil survei tim RKUPHHK PT. RATAH TIMBER 2010

Tabel 8 menunjukkan jumlah penduduk di sebelas desa yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber adalah 8.524 jiwa dengan luas wilayah 1.022,92 km2 serta kepadatan penduduknya sebesar 8,33 jiwa/km2. Data komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa-desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal IUPHHK PT. Ratah Timber

Desa Laki-Laki Perempuan Sex Ratio

Mamahak Teboq 773 658 117,48

(47)

Sebagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat pedalaman di pulau Kalimantan pada umumnya, masyarakat di sekitar areal IUPHHK-HA PT. Ratah Timber sebagian besar (sekitar 90%) menggantungkan sumber kehidupan dari alam di sekitarnya yang berupa sungai dan hutan. Pola berladang berpindah, usaha mencari ikan serta mencari rotan merupakan bentuk ketergantungan masyarakat terhadap alam sekitarnya. Masuknya beberapa perusahaan industri kayu (IUPHHK) serta tenaga kerja pendatang mempengaruhi pola berpikir dan pola hidup masyarakat Dayak lokal dan mengakibatkan cukup banyak anggota masyarakat yang menerjuni sektor mata pencaharian non pertanian seperti berdagang, penyedia jasa angkutan atau bekerja di IUPHHK.

Kehidupan masyarakat ditandai dengan pola pemukiman yang mengelompok atau pola desa (rural resetlement type) dan terpusat dalam kampung-kampung hunian yang berada di sekitar Sungai Mahakam atau Sungai Ratah. Komunikasi antara daerah dilakukan antar air. Rumah-rumah masyarakat desa tersebut umumnya didirikan di tepi jalan yang sejajar dengan sungai, didirikan di atas tonggak setinggi 2 – 2,5 meter. Rumah-rumah mereka beratap sirap sebagian kecil beratap seng. Dinding rumah umumnya terbuat dari kayu meranti (shorea spp) dan keruing (Dipterocarpus spp).

Suku Dayak membuat rumah dengan cara mengambil kayu dari hutan atau kadang-kadang mendapat bantuan bahan baku dari perusahaan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber. Salah satu hak sosial masyarakat yang hingga sekarang masih dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya secara non-formal adalah hak ulayat. Tata cara penggunaan tanah ulayat yang menyangkut luas, batas dan sebagainya masih diatur oleh hukum adat.

(48)

Usaha tani yang dilakukan penduduk setempat umumnya berupa berladang berpindah yang merupakan kegiatan bertani secara turun temurun dari pengalaman tani orang tua mereka terdahulu. Perladangan penduduk banyak ditemukan berada di sisi kanan atau kiri sungai di sekitar daerah pemukiman dengan komoditas yang ditanam seperti padi, jagung, ketela/singkong, sayuran dan tanaman perkebunan (kakao, karet) serta tanaman buah. Persentase keluarga di desa areal IUPHHK PT. Ratah Timber yang mata pencahariannya bertani dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah keluarga pertanian di desa sekitar dan di dalam areal IUPHHK PT. Ratah Timber

No Desa Etnis terbesar Jumlah keluarga pertanian

(%)

1 Mamahak Teboq Dayak Bahau 92

2 Lutan Dayak Bahau 94

3 Datah Bilang Ilir Dayak Kenyah 75

4 Datah Bilang Ulu Dayak Kenyah 91

5 Long Hubung Dayak Bahau 75

6 Muara Ratah Dayak Punan 90

7 Long Gelawang Dayak Bahau 90

8 Danum Paroy Bakumpai 70

Sumber: Kecamatan Long Hubung Dalam Angka Tahun 2009. Kecamatan Laham Dalam Angka Tahun 2009

Pemilikan tanah ulayat sering kali menimbulkan konflik. Tanah garapan, ladang dan pemukiman mereka pandang sebagai tanah ulayat, namun secara administrasi berada dalam areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber. Selain itu, penduduk juga mempunyai kebun seperti rotan dan buah-buahan. Pemilikan kebun lebih jelas dibanding pemilikan atas ladang karena sistem perladangan sering tidak menetap. IUPHHK PT. Ratah Timber tetap mengakui hak-hak perladangan mereka dan juga mengakui hak-hak masyarakat untuk memungut hasil hutan seperti rotan, getah jelutung, durian dan berburu berbagai jenis binatang yang tidak dilindungi seperti babi.

(49)

kegiatan pengkajian Desa Secara Partisipatif atau Participatory Rural Appraisal (PRA).

[

4.4 Keberadaan Sarana dan Prasarana di Desa Areal Kerja IUPHHK PT. Ratah Timber

1. Sarana Pendidikan

Fasilitas pendidikan masyarakat di delapan desa di sekitar IUPHHK-HA PT. Ratah Timber relatif masih terbatas. Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD). terdapat di semua desa sedangkan untuk tingkat TK, SMP dan SMA. belum di semua desa terdapat sarana tersebut. Untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP dan SMA anak didik harus bersekolah ke desa terdekat atau ke ibukota kecamatan, ibukota kabupaten ataupun ibukota provinsi Kalimantan Timur (Samarinda). Jumlah sarana pendidikan di desa areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12.

Tabel 11 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal IUPHHK PT. Ratah Timber

No Desa Taman Kanak-Kanak (TK) Sekolah Dasar

Sumber: Statistik Potensi Kampung Kutai Barat, 2008

Tabel 12 Jumlah sarana pendidikan di sekitar areal PT. Ratah Timber

No Desa Sekolah Menengah Pertama

(50)

Berdasarkan Tabel 11 dan 12 dapat dilihat bahwa kurangnya sarana pendidikan di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber dimana Taman Kanak-Kanak (TK) yang ada merupakan TK swasta. Delapan SD merupakan sekolah negeri dan SMP yang ada 3 diantaranya merupakan sekolah negeri dan 1 lagi merupakan sekolah swasta dan untuk SMA, dua diantaranya merupakan sekolah swasta.

Lembaga pendidikan keterampilan yang ada di desa sekitar areal IUPHHK adalah tata busana (menjahit) yang berada di Desa Datah Bilang Ilir, ketrampilan mengenai kecantikan di Desa Long Hubung, montir mobil ada di Desa Datah Bilang Ulu dan Desa Datah Bilang Ilir dan teknisi elektonik ada di Desa Datah Bilang Ilir.

2. Sarana Kesehatan

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran kontribusi IUPHHK-HA.
Tabel hasil ini merupakan  informasi umum data hasil observasi  dan tabel-
Tabel 1 Batas-batas wilayah pengusahaan hutan IUPHHK PT. Ratah Timber
Tabel 6 Target dan realisasi penebangan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber tahun 1998-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil dari  percobaan mengamati anatomi buah dan biji daintaranya pada sampel buah adas adas ( Foeniculum

Gerstner N, Weitmann H, Reinthaller A, Knocke TH, Wachter S, Kirisits C.Clinical impact of MRI assisted dose volume adaptation and dose escalation in brachytherapy of locally

Kajian ini adalab bertujuan untuk menilai sejauh mana MPKK Pembangunan Kemahiran Dalam Penyelidikan dapat membantu pensyarah dan pelajar dalam proses pengajaran dan pembelajaran

Petugas kesehatan dan pengelola program penyakit tidak menular khususnya diabetes melitus dan penyakit metabolik di Puskesmas sebagai lini terdepan

Dua dari empat partisipan mengungkapkan telah melakukan kontrol kesehatan secara rutin setiap bulan, dan pada waktu terserang penyakit selalu minum obat, sedangkan

Dari penelitian yang telah disebutkan belum ada penelitian yang melakukan uji korelasi Spearman dan korelasi Kendall yang berhubungan dengan metode bootstrap,

Dari tinjauan tektonik dan distribusi kegempaan dapat dilihat secara umum wilayah Papua dan sekitarnya mempunyai peluang terhadap terjadinya gempa bumi yang