• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Peningkatan Produktivitas dan

Prediksi penduduk dunia pada tahun 2050 menghasilkan nilai yang berbeda-beda, tergantung dari nilai laju pertumbuhan penduduk yang digunakan. Diatas telah dihitung jumlah penduduk dunia men-capai 12,25 miliar dengan asumsi laju pertumbuhan 1,44%, sedangkan

Tabel 1.2 Angka konsumsi beras di Indonesia

No Konsumsi beraskg/kapita/tahun Sumber

1. 97,65 hasil susenas Kompas, 20 Mei 2014 hlm.7 2. 139,25 digunakan secara resmi

oleh pemerintah Kompas, 20 Mei 2014 hlm.7 3. 114,80 digunakan secara tidak resmi Kompas, 20 Mei 2014 hlm.7 4. 135,00 Kementan Kompas, 26 Desember 2012

hlm.12

5. 126,40 Khudori (2008)

6. 141,00 Suryana (2007)

7. 136,30 BPS 2005

8. 115,00 Deptan (2005)

9. 123,80 di kota Nurnalina dan Harmini (2013) 10, 142,00 di desa Nurnalina dan Harmini (2013) 11. 112,50 bila ada diversifikasi Nurnalina dan Harmini (2013)

majalah Tempo (15-21 Oktober 2012) memproyeksikan 0,644%, dengan kata lain lebih banyak orang yang diberi makan. Berbagai lembaga dunia dan negara-negara di dunia melakukan langkah-lang-kah untuk memperkuat ketahanan pangan global (termasuk Indone-sia). Ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan nampaknya tidak bisa ditawar lagi. Jika terlena, krisis pangan global bakal merangsek negeri Indonesia, yang dalam dunia pewayangan terkenal sebagai negeri”gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwo tinandur, toto tentrem kerto rahardjo” karena memiliki tanah yang amat subur.

Bahkan pada tahun 1984 Indonesia mendapat penghargaan dari PBB karena dapat swasembada pangan (beras). Bila tidak serius akan terjadi bak anak ayam mati di lumbung padi.

Upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman merupa-kan usaha yang begitu kompleks karena melibatmerupa-kan berbagai faktor, lebih-lebih bagi petani yang umumnya mempunyai luas lahan yang sempit (0,25 – 0,50 ha) dan lemah modal. Pada Gambar 1.2 disajikan skema faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman. Makna dari skema tersebut yaitu bahwa meningkatkan pro-duktivitas dan kualitas tanaman dalam budidaya skala luas merupakan perpaduan berbagai faktor tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Produkti-vitas dan kualitas tanaman tidak semata-mata ditentukan oleh factor teknis tetapi juga ditentukan oleh faktor non teknis dan sering terjadi factor non teknis lebih dominan dalam mempengaruhi produktivitas dan kualitas tanaman. Hal ini dapat terbukti adanya kesenjangan pro-duktivitas tanaman dari percobaan atau penelitian dengan propro-duktivitas aktual yang di capai di tingkat praktek atau petani. Hasil penelitian tanaman padi pada MT 2002 di 28 lokasi di Indonesia dengan model PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) rata-rata menghasilkan 7,29 ton GKP/ha, sedangkan di tingkat petani non PTT hanya mencapai 6,08 ton/ha (Balai penelitian Padi, 2002).

Dari Gambar 1.2 tersebut terlihat adanya faktor manajemen atau pengelolaan tanaman atau teknik budidaya tanaman merupakan faktor yang dominan dan sangat sinkron dengan Ilmu Agronomi. Berbagai definisi agronomi yang dikemukan oleh beberapa penulis atau pakar agonomi adalah sebagai berikut:

Sri Setiyati Harjadi (1993)

Merupakan ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum.

Sadjad (1993 a)

Bidang ilmu yang mempelajari cara pengelolaan lahan untuk mampu berproduksi secara maksimal dan lestari melalui obyek tanaman, hewan, lahan dan air, iklim, peralatan dan manusiannya sendiri sebagai subyek.

Jumin (2005)

Agronomi berasal dari kata agros = lapang produksi (field) dan nomos = pengelolaan. Agronomi adalah cara pengelolaan

tanam-Produktivitas dan Kualitas Tanaman Teknis Non Teknis Lingkungan Tumbuh Manajemen/ Budaya  Policy  Sosek  Instansi terkait Tanah (Edafik)  Fisis  Kemis  Biologis  Presipitasi  Radiasi surya  Fotoperiode  Suhu udara  Kelembaban udara  Tekanan udara  Kecepatan angin  Penutupan Iklim  Bahan Tanaman  Waktu Tanam  Pengolahan Tanah  Populasi/ Jarak Tanam  Hara/Pemupukan  Gulma  Pengendalian OPT  Panen  Tanam Ganda (Multiple Cropping)  Varietas  Mutu Benih  Genetis  Fisis  Fisiologis  Konvensional  Minimum  Tanpa olah tanah  Macam Varietas  Kesuburan Tanah  Sistem Tanam  Jenis Tanaman  Macam Pupuk  Dosis Pupuk  Waktu Pemupukan  Cara Pemupukan  Pola Tanam  Sistem Tanam

Gambar 1.2 Skema faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan

an dan lingkungannya, sasarannya adalah memaksimalkan pro-duksi (biji, getah, serat, biomassa dan sebagainya) dalam satuan kg, ku atau ton.

Echols dan Shadily (1981)

Ilmu pengusahaan tanah pertanian, sedangkan agronomist yaitu ahli ilmu pengusahaan tanaman.

Tim Prima Pena. (2015); Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indone-sia (2015);

Cabang ilmu pertanian yang berkaitan dengan teori dan praktek produksi tanaman serta pengelolaan tanah secara ilmiah. Menu-rut ahli agronomi dari India bahwa tanah di daerah Probolinggo dan Kediri cocok ditanami tanaman anggur.

Azam-Ali dan Squire (2002)

Crop management and its scientefic study agronomy is a part of a system that comprises the physical elements of the climate, soil and land, the biological consistent of the vegetation and land, the economic opportunities and contraints of the market, sales and profit and the social circumstances and preferences of those who work the land.

Gupta (1999)

A specialization of agriculture concerned with field crop produc-tion and soil managements the scientefic management of land. Tim Penyususn Kamus PS (2013)

 Salah satu cabang ilmu pertanian yang mempelajari budidaya pertanian, fisiologi, genetika dan pemuliaan tanaman, serta lingkungan.

 Ilmu yang mempelajari pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan).

Dari definisi-definisi diatas menunjukkan bahwa pada intinya agronomi adalah mengelola lahan dan tanaman agar diperoleh hasil (produksi) yang maksimal. Sadjad (1993 a) lebih menspesifikkan me-ngenai kelestarian lingkungan dan mencakup pertanian dalam arti luas.

Kemudian lebih rinci lagi seperti yang dikemukakan oleh Azam Ali dan Squire dengan menambahkan tentang pasar dan keuntungan usaha-tani.

Tidak kalah pentingnya dengan faktor non teknis yang meliputi

policy atau kebijakan dari Pemerintah, seperti: pembatasan impor

pro-duk pertanian dan jaminan harga oleh BULOG.Sebagian besar petani kecil atau gurem yang lemah modal, sehingga perlu bantuan kredit bunga rendah. Instansi yang terkait seperti Bank, Koperasi, Balai Pene-litian perlu membantu mereka. Faktor non teknis tidak dibahas dalam buku ini karena lebih difokuskan kepada ilmu agronomi, menemukan teknologi budidaya yang tepat guna yaitu yang memenuhi syarat :

technically applicable, ecomically feasible, environmentally tolerable and sustainable, socially acceptalbe, and, politacally desirable

Definisi lain teknologi tepat guna yaitu seperti yang dikemukan oleh Saragih (2003), Budianto (2003) dan Uno (2015).

 Teknologi tepat guna yaitu teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah ilmiah dan nilai tambah agribisnis. Untuk itu kemitra-an dengkemitra-an dunia usaha perlu diperkuat terus (Saragih, 2003)  Teknologi tepat guna pertanian adalah teknologi yang spesifik

lokasi yang diperlukan bagi pengembangan usaha agribisnis agar dapat selalu berdaya saing (Budianto, 2003)

 Teknologi tepat guna adalah temuan yang dapat diaplikasikan dalam waktu singkat yang dapat meningkatkan daya saing in-dustri. Lebih lanjut dikemukakan perlunya keterkaitan erat antara inovasi dan kebutuhan industri, termasuk bagi pelaku UKM (Uno, 2015).

 Teknologi tepat guna adalah teknologi yang aplikasinya sesuaia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau kelompok masya-rakat, tidak peduli canggih atau sesederhanya teknologi tersebut (Gunadi dalam Lokollo, 2013).

 Teknologi spesifik lokasi adalah teknologi yang sumbernya ber-asal dari petani sendiri dan atau introduksi dari luar lingkungan petani yang diinternalisasi secara terus menerus sehingga men-jadi kreaktivitas masyarakat tani, memiliki daya adaptasi tinggi

dengan kondisi agroekosistem dan sosial budaya setempat yang mampu mengatasi permasalahan lokal yang muncul, dan luaran-nya lebih unggul dari pada teknologi umum serta bertumpu pada kepentingan masyarakan setempat (Lokollo, 2013)

Sehubungan dengan bergamnya definisi tentang teknologi tepat guna tersebut maka yang penting bagaimana penerapannya di tingkat petani. Untuk itu perlu sosialisasi teknologi seperti yang dikemukakan pada Bab XI.