• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran

c. Sarana meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahaa indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai maalah.

e. Sarana pengembangan berfikir atau nalar.

f. Sarana pemahaman beragam budaya Bahaa Indonesia melalui khasanah kesusastraan indonesia (Departemen Agama RI, 2004:103).

17 3. Tujuan Bahasa Indonesia.

Secara umum tujuan dari pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. Peserta didik menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

b. Peserta didik dapat memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan keperluan dan keadaan.

c. Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosisonal dan kematangan sosial.

d. Peserta didik memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa.

e. Peserta didik atau siswa mampu memanfaatkan kariya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan hidup, serta meningkatkan penegetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia indonesia (Departemen Agama RI, 2004:104).

18 4. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia.

Ruang lingkup Bahasa Indonesia terdiri dari: a. Mendengar atau menyimak.

b. Berbicara. c. Membaca. d. Menulis.

C. Metode Diskusi Kelompok.

1. Pengertian Metode Diskusi.

Sebelum membahas mengenai diskusi kelompok, akan diuraikan terlebih dahulu pengertian dari diskusi kelompok. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 64), bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu, yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pembelajaran, dimayarakat maupun didalam anggota keluarga serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Tohirin (2007: 291) diskusi kelompok yaitu merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dan dapat menjadi sarana pembelajaran siswa.

19

Moh. Uzer Usman,(2008: 94) mengemukakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur dan terencana yang melibatkan sekelompok orang dalam berinterakasi dan bertatatap muka secara informal dengan berbagai pengalaman atau informasi dalam pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.

Diskusi kelompok yaitu suatu pertemuan sekelompok orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling bertukar pengalaman dan pendapat, biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama (Dewa Ketut Sukardi , 2008: 220).

Menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa teknik diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu dapat berusaha dalam memperoleh kesimpulan dan hasil dari pembelajaran, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang di kemukakan dalam diskus tersebut.

2. Teknik Diskusi kelompok

Teknik diskusi kelompok dapat digunakan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran, dimana tehnik ini dapat sebagai pembelajaran dalam pemecahan suatu masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian inti dari permasalah tersebut. Kegiatan belajar mengajar biasanya dilakukan melalui diskusi dalam kelompok kecil yaitu dengan jumlah anggota 3 sampai 4. Kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu yang singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah

20

yang dihadapi oleh kelompok besar. (Sudjana, 2005: 122).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian diskusi kelompok adalah sebuah kelompok yang berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan untuk menyeleaikan suatu masalah secara bersama-sama. Dalam mendiskusikan tentunya terbatas maka itu dibentuk kelompok-kelompok dan dibagi sesuai dengan jumlahnya. Setelah kelompok terbentuk tentunya permaalahan yang ada harus ditindaklanjuti dengan mendiskusikan sesama kelompok atau antar kelompok untuk menyimpulkan hasil temuan. Seorang pemimpin yang telah ditunjuk oleh masing-masing kelompok melaporkan temuannya ke kelompok. Lalu sebuah daftar dapat dibuat dengan menggunakan atau menggabungkan ide-ide yang berguna dari setiap kelompok.

3. Langkah-langkah Diskusi Kelompok.

Sudjana (2005:123) berpendapat bahwa langkah-langkah diskui kelompok, yaitu:

a. Pendidik bersama dengan peserta didik dapat memilih, menentukan masalah dan bagian masalah yang akan dibahas dan yang perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar.

b. Pendidik menunjuk beberapa peserta didik untuk membentuk suatu kelompok kecil. Jumlah kelompok biasanya yang akan dibentuk dan banyaknya peserta dalam setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas.

21

kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian pada masalah. Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan pelapor, dan lain sebagainya.

d. Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik di dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah serta memberikan saran dan gagasan untuk pemecahannya.

e. Pendidik, atau seorang peserta didik yang ditunjuk, mencatat pokok- pokok laporan yang disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu.

f. Pendidik dapat menugaskan salah seorang atau beberapa orang peserta didik untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu.

g. Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu. Menurut Djamarah (2006:12), langkah-langkah diskusi yaitu:

a. Persiapan

1. Pengkondisisan siswa.

2. Memberikan informasi atau penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi.

3. Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi atau tempat, peserta dan waktu pelaksanaan diskusi.

22 b. Pelaksanaan.

1. Siswa melakukan diskusi

2. Guru menerangsang seluruh peserta berpartisipasi dalam diskusi 3. Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berperan

aktif.

4. Mencatat tanggapan atau saran dan ide-ide penting. c. Evaluasi.

1. Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan diskusi.

2. Menilai hasil diskusi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam diskusi kelompok, yaitu pembentukan kelompok, pelaksanaan diskusi, pelaporan hasil diskusi kepada kelompok dan terakhir adalah kesimpulan hasil diskusi yang telah dilaksanakan.

D. Tujuan Metode Diskusi.

Tujuan pembelajaran kelompok menurut Moedjiono (1991/1992) adalah sebai berikut:

a. Mengembangkan keteranpilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan pada diri siswa.

23

b. Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru dan bidang studi yang dipelajari.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang positif.

d. Meningkatkan keberhsilan siswa dalam menemukan pendapat.

e. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diskusi kelompok yaitu dapat berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah, untuk membina kerjasama dan berpartisipasi dalam kelompok, membantu melatih berpikir ketika berinteraksi dengan orang lain.

E. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Diskusi.

1. Kelebihan Metode Diskusi

Suwarma (2002:83), tehnik diskusi memiliki kelebihan yaitu: a. Merangsang kreativita dalam pembelajara.

b. Membiasakan pembelajaran untuk bertukar pikiran dengan teman. c. Cakrawala berpikir pembelajaran menjadi luas.

d. Perhatian pembelajaran lebih tercurah pada pembelajaran.

e. Melatih pembelajaran untuk menarik kesimpulan dari beberapa pendapat. f. Memupuk keberanian dan percakapan diri pada pembelajaran.

g. Mengembangkan dalam sikap kerja sama, saling menghargai, toleransi, dan demokratis.

24

Sedangkan Asmani (2009:141), menyebutkan beberapa kelebihan metode diskusi yaitu:

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah bisa dipecahkan dengan berbagai jalan.

b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka bisa saling mengemukakan pendapat secara kontruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun dengan pendapatnya dan membiasakan sikap toleransi.

Menurut Suryobroto dalam bukunya Taniredja dkk (2011:24), keuntungan metode diskusi sangatlah banyak yakni:

a. Melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaranya maing-masing.

c. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.

d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.

e. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

25 2. Kelemahan Metode Diskusi.

Menurut Yamin (2005:70), metode diskusi memiliki keterbatasan, yaitu:

a. Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit.

b. Mempersyaratkan iswa memiliki latar belakang yng cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan.

c. Metode ini tidak dapat digunakan pada tahap awal proses pelajaran bila siswa baru diperkenalkan kepada bahan pembelajaran baru.

d. Apatis bagi siwa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum.

Kelemahan metode diskusi menurut Suryabroto dalam bukunya Taniredja dkk (2011:34), sebagai berikut:

a. Tak dapat diramalkan sebelum mengenai bagiamana hasilnya sebab tergantung pada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggotannya. b. Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah

dipelajari sebelumnya.

c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.

d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal ynag bersifat problematis saja yang dapt didiskusikan.

e. Diskusi yang memerlukan waktu yang banyak. Siwa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.

26

f. Apabila situasi diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah oikiran mereka, biasanya sulit membatai pokok permasalahanya. g. Sering terjadi saat diskusi murid kurang berani mengemukakan

pendapatnya.

h. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhin kesempatan setiap siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.

F. Kerangka Berfikir

Pembelajaran konvensional

Hasil beljar rendah

Pembentukan kelompok tes Pelaporan diskusi Pelaksanaan diskusi RPsikomotor RP afektif Metode diskusi kelompok Skor kognitif Skor RP kognitif Skor afektif

Skor tes Skor non tes

27

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum Madrasyah

Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Dukuh Kec.Sidomukti yang tepatnya terletak di jalan wisnu RT 04 RW 01 Kec.Sidomukti Kota Salatiga. Madrasyah Ibtidaiyah merupakan satu-satunya Madrasyah yang ada di dusun, dimana masyarakatnya sekitarnya sangat mendukung terhadap perkembangan Madrasyah tersebut, dengan cara mendukung kegiatan yang ada, baik terkait dengan kegiatan pembelajaran maupun fasilitas yang mendukung dalam pembelajaran.

Madrasyah Ibtidaiyah Dukuh didirikan pada tahun 1969 dan berdiri di ata tanah waqaf dengan luas tanah 677 m2. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1975 dengan nomor Mk.02/5/PP.03.2/888/1998 yang ditetapkan pada tanggal 20 Juli 1998. MI Ma’arif Dukuh bersetatus Akreditai B yang terakreditasi pada tahun 2012, adapun nomor Stastitik dan nomor Induk MI Ma’arif Dukuh yaitu:

28

Nomor Stastistik Madrasah :111233730009 Nomor Induk Madrasah :110020 Nomor Pokok Sekolahan Nasional :20328494

Jumlah siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Dukuh dari tahun ke tahun selalu bertambah walaupun tidak begitu banyak jika dibandingkan dengan sekolah atau madrasah yang lainnya. Pada tahun ajaran 2017-2018 jumlah siswa siswi yang terdapat di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Dukuh adalah 145 orang, yang terdiri dari 57 perempuan dan 88 laki-laki. Sedangkan tenaga pendidik yang mengajar di Madrasyah Ibtidaiyah Ma’arif dukuh berjumlah 11 orang yang terdiri dari 8 perempuan dan 3 laki-laki.

Tabel 3.1 Data Jumlah Siwswa MI Ma’arif Dukuh.

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Keteranagan

1 1A 10 10 20 2 1B 11 9 20 3 2A 14 6 20 4 2B 12 6 18 5 3 18 8 26 6 4 8 3 11 7 5 9 7 16

29

8 6 6 8 14

88 57 145

Tabel 3.2 Data Tenaga Pendidik MI Ma’arif Dukuh.

No

Guru Ijasah Jumlah Keterangan

PNS Non

PNS

SMA D III S1

1 L P L P

2 1 2 2 6 - - 11 11

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Dukuh adalah Madrasah yang selalu berusaha berkomitmen dalam membangun kemajuan dalam pendidikan maupun meningkatkan mutu pendidikan yang baik. Madrasah Ibtidaiyah

Ma’arif Dukuh memeiliki visi dan misi yang begitu mulia, adapun visi dan

misinya yaitu:

a. Visi MI Ma’arif Dukuh.

Terwujudnya peserta didik yang handal, cerda, berakhlakul larimah dan bertehnologi (HEBAT).

30 b. Misi MI Ma’arif Dukuh.

1. Menanamkan kesadaran prinip hidup belajar sepanjang hayat.

2. Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY (efektif, nyaman, jelas, obyektif dan islami).

3. Membentuk pribadi yang handal dalam segala hal.

4. Membangun rasa cinta dan bangga terhadap agama, bangsa dan tanah air.

5. Membentuk pribadi berahlak mulia dan berprestai tinggi dan bertaqwa.

6. Membentuk pribadi yang selalu aktif dalam segala hal. 7. Membekali sain-tehnologi tepat guna.

2. Tempat Penelitian.

Tempat penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V di MI Ma’arif Dukuh Kec.Sidomukti Kta Salatiga.

3. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksankan pada siwa kelas V di MI Ma’arif Dukuh yaitu pada tanggal 2-22 Agusrus tahun ajaran 2017-2018.

31

B. Data Kelas V MI Ma’arif Dukuh.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ma’arif Dukuh yang berjumlah 16 orang, terdiri dari 9 laki-laki dan 7 perempuan, berikut adalah data kelas V MI Ma’arif Dkuh Kec.Sidomukti Kota Salatiga.

Tabel 3.3 Data Jumlah Siswa Kelas V MI Ma’arif Dukuh.

NO Nama Siswa Laki-laki atau perempuan

1 Ahmad arzaqtaulana L

2 M Rifan Faiz L

3 Gilang Rangga Panmukas L

4 M Abdilah Fajar Kurniawan

L

5 Saskia Indri Fitri Ana P

6 Risky Devi Putri Yudi Yanti

P

7 Satya Fitri Rahma W P

8 Nurma Nesa Apriliani P

9 Ahmad Ifi L

32

11 Yoga Adinugroho L

12 M Naufal A L

13 M Zulfar Sultn L

14 Fenti Husna P

15 Riska Devi Yidi Yanti P

16 Nayla Azka Aulia P

C. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan empat macam kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan kelas, observai dan refleksi. 1. Pelaksanaan Siklus I.

a. Perencanaan.

Tahap ini yaitu pneliti membuat suatu rancangan dengan menentukan waktu, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat intrument penelitian berupa lembar observai dan tes. Pada siklus I peneliti mempersiapakan rancangan hasil dari keadaan pada kondisi awal.

33 b. Pelaksanaan.

Tahap ini adalah peneliti melakasanakan hal-hal yang sudah dirancang pada tahap perencanaan, pada pelaksanaan ini adalah untuk perbaikan, pengembangan dan peningkatan dari kondisi awal. Pada tahap ini adalah untuk mengetahui perbandingan dalam keberhasilan dari kondisi awal. Agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran, maka dari itu digunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu: jika nilai siswa belum sepenuhnya memenuhi KKM maka siswa dinyatakan belum tuntas atau belum memenuhi dan sebaliknya jika nilai siswa sama atau nilai diatas rata-rata maka siwa yang telah memenuhu KKM dinyatakan tuntas atau telah memenuhi berikut adalah langkah-langkah dalam pelaksanaan:

1. Guru mengucapkan salam, membuka pelajaran di awali dengan berdoa bersama, mengabsensi siswa dan mengapreiasi dengan pertanyan tentang matri dan tujuan dari pembelajaran.

2. Guru menyampaikan suatu persoalan, kemudian bertanya kepada siswa guna memancing siswa agar bertanya dan mengungkapkan ide.

3. Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah dengan masing-masing kelompok.

4. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa saat diskusi siswa perlu memiliki karakter toleransi, bekerja keras dan bekerja sama dengan kelompoknya.

34

5. Siswa berdiskusi tentang materi sesuai waktu yang diberikan. 6. Siswa saling mengajukan pertanyaan antar kelompok.

7. Siswa saling memberikan pendapat dan saran.

8. Siswa mengumpulkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan.

9. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui iswa. 10. Guru meluruskan, memberi penguatan dan penyimpulan.

11. Guru mengadakan tes evaluasi. 12. Guru memotivasi siswa.

13. Guru mengahiri dengan doa dan salam. c. Observasi.

Tahapan ini adalah tahap pengamatan dalam memfokuskan penelitian. Tahap ini merupakan tahapan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan penerapan model pembelajaran PTK.

d. Refleksi.

Tahap refleksi adalah tahap yang digunkan peneliti untuk: 1. Membahas temuan-temuan selama melaksanakan siklus I 2. Menganalisi hasil belajar.

3. Mengevaluasi hasil belajar.

4. Memperbaiki kelemahan dan kekurangan untuk memperbaiki dan juga acuan dalam pelaksanaan kegiatan berikutnya.

35 2. Pelaksanaan Siklus II.

a. Perencanaan.

Tahap pada siklus II ini yaitu pneliti membuat suatu rancangan dengan menentukan waktu, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat intrument penelitian berupa lembar observai dan tes. Pada siklus II peneliti mempersiapakan rancangan hasil dari keadaan pada kondisi awal.

b. Pelaksanaan.

Tahap ini yaitu peneliti melakasanakan hal-hal yang sudah dirancang pada tahap perencanaan, pelaksanaan ini adalah untuk perbaikan, pengembangan dan peningkatan dari kondisi siklus I. Pada tahap ini adalah untuk mengetahui perbandingan dalam keberhasilan dari kondisi siklus I. Agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran, maka dari itu digunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu: jika nilai siswa belum sepenuhnya memenuhi KKM maka siswa dinyatakan belum tuntas atau belum memenuhi dan sebaliknya jika nilai siswa sama atau nilai diatas rata-rata maka siwa yang telah memenuhu KKM dinyatakan tuntas atau telah memenuhi berikut adalah langkah-langkah dalam pelaksanaan:

1. Guru mengucapkan salam, membuka pelajaran di awali dengan berdoa bersama, mengabsensi siswa dan mengapreiasi dengan pertanyan tentang matri dan tujuan dari pembelajaran.

36

2. Guru menyampaikan dan menerangkan suatu persoalan, kemudian guru bertanya kepada siswa guna memancing siswa agar bertanya dan mengungkapkan ide.

3. Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

4. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa saat diskusi siswa perlu memiliki karakter toleransi, bekerja keras dan bekerja sama dengan kelompoknya.

5. Siswa berdiskusi tentang materi sesuai waktu yang diberikan. 6. Siswa saling mengajukan pertanyaan antar kelompok.

7. Siswa saling memberikan pendapat dan saran.

8. Siswa menyimpulkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan.

9. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui iswa. 10. Guru meluruskan dan memberikan penyimpulan.

11. Guru mengadakan tes evaluasi. 12. Guru memotivasi siswa.

13. Guru mengahiri dengan doa dan salam. 1. Observasi.

Tahapan ini adalah tahap pengamatan dalam memfokuskan penelitian. Tahap ini merupakan tahapan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan penerapan model pembelajaran PTK.

37 2. Refleksi.

Tahap refleksi adalah tahap yang digunkan peneliti untuk: a. Membahas temuan-temuan selama melaksanakan siklus II b. Menganalisi hasil belajar.

c. Mengevaluasi hasil belajar.

d. Memperbaiki kelemahan dan kekurangan untuk memperbaiki dan juga acuan dalam pelaksanaan kegiatan.

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN

A. Hasil Penelitian.

1. Kondisi Awal.

Kondisi awal di madrasah MI Ma’arif Dukuh kelas V pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebelum diadakan tindakan yaitu, bahwa selama kegiatan pembelajaran berlangsung hanya berpusat pada guru atau pendidik sementara siswa hanya sebagai pendengar. Dengan kondisi terebut siswa menjadi kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar dikelas. Pembelajaran yang hanya berfokus pada guru membuat keadaan para siswa menjadi pasif dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran karena siswa hanya menerima materi dan mendengarkan apa yang guru sampaikan, sehingga ini berhimbas pada siswa dan siswa menjadi sulit dalam mengembangkan bakat dan potensi siswa baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari berdampak pada hail belajar siswa.

Pada tahap ini peniliti hanya mengumpulkan data dari hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelumnya, berikut adalah data hasil belajar siswa:

39

Tabel 4.1 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa.

No Nama Siswa Nilai siswa Keterangan

1 Ahmad arzaqtaulana 60 BT

2 M Rifan Faiz 50 BT

3 Gilang Rangga Panmukas 80 T

4 M Abdilah Fajar Kurniawan 75 T

5 Saskia Indri Fitri Ana 65 BT

6 Risky Devi Putri Yudi Yanti 55 BT

7 Satya Fitri Rahma W 75 T

8 Nurma Nesa Apriliani 50 BT

9 Ahmad Ifi 65 BT 10 M Dafa Zaidene N 80 T 11 Yoga Adinugroho 75 T 12 M Naufal A 50 BT 13 M Zulfar Sultn 50 BT 14 Fenti Husna 75 T

40

16 Nayla Azka Aulia 65 BT

Dari hasil pengamatan pada data tabel 4.1 nampak bahwa siswa yang tuntas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma’arif Dukuh yang berjumlah 16 siswa sebanyak 6 siswa dengan nilai di atas rata-rata dinyatakan tuntas sedangkan 10 siswa belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran. Jika dipersentase yaitu 37,5% dari jumlah siswa yang tuntas dan 62,5%.

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Belajar.

No Standar Ketuntasan Jumlah Siswa Persentase

1 75-100 Tuntas 6 37,5%

2 0-74 Belum Tuntas 10 62,5%

Jumlah 16 100%

Berdasarkan tabel 4.2 didapat data bahwa siswa yang tuntas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Ma’arif Dukuh yang berjumlah 16 siswa sebanyak 6 siswa atau 35,5% dinyatakan tuntas dan sebanyak 10 atau 64,5% belum tuntas.

41 2. Siklus I.

Langkah-langkh dan tahapan yang dilakukan yaitu: a. Perencanaan.

1. Menyiapkan bahan-bahan dan materi yang akan disampaikan dengan menggunakan metode group diskusi

2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi dan bahan pembelajaran.

b. Pelaksanaan.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Guru mengucapkan salam, membuka pelajaran di awali dengan berdoa bersama, mengabsensi dan mengapreiasi dengan pertanyan tentang matri dan tujuan dari pembelajaran.

2. Guru menyampaikan suatu persoalan, kemudian bertanya kepada siswa guna memancing siswa agar bertanya dan mengungkapkan ide. 3. Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan

masalah dengan masing-masing kelompok.

4. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa saat diskusi siswa perlu memiliki karakter toleransi, bekerja keras dan bekerja sama dengan kelompoknya.

5. Siswa berdiskusi tentang materi sesuai waktu yang diberikan. 6. Siswa saling mengajukan pertanyaan antar kelompok.

42

8. Siswa mengumpulkan pokok-pokok permasalahan yang telah didapat dan dikemukakan.

9. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui iswa. 10.Guru meluruskan guru memberikan penguatan dan memberikan

penyimpulan.

11.Guru mengadakan tes evaluasi. 12.Guru memotivasi siswa.

13.Guru mengahiri dengan doa dan salam.

Berikut adalah hasil belajar Bahasa Indonesia yang dilakukan: Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Siswa Nilai siswa Keterangan

Tuntas Belum Tuntas 1 Ahmad arzaqtaulana 75 T 2 M Rifan Faiz 75 T 3 Gilang Rangga Panmukas 80 T 4 M Abdilah Fajar Kurniawan 75 T

43 6 Risky Devi Putri Yudi

Yanti

60 BT

7 Satya Fitri Rahma W 75 T

8 Nurma Nesa Apriliani 55 BT

9 Ahmad Ifi 75 T 10 M Dafa Zaidene N 80 T 11 Yoga Adinugroho 75 T 12 M Naufal A 50 BT 13 M Zulfar Sultn 55 BT 14 Fenti Husna 75 T

15 Riska Devi Yidi Yanti 60 BT

16 Nayla Azka Aulia 65 BT

Dokumen terkait