• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis

19 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,

yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar adalah penguasaaan

pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sukmadinata

(2004: 102) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan–kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok

yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh

dengan jalan bekerja. Menurut Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar

adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar oleh Lilik

20 a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor

fisiologis dan faktor psikologis.

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar

pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seorang

selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan

sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk

belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa)

kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran,

perasaan kecewa, atau karena sebab lainnya ini dapat

mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Oleh

karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi

setiap orang baik fisik maupun mental, agar badan tetap

kuat, pikiran selalu segar, dan bersemangat dalam

melaksanakan kegiatan belajar.

2) Intelegensi (Kecerdasan)

Seseorang memiliki intelegensi baik (IQ-tinggi)

umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik,

sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung

mengalami kesukaran dalam belajar, lambat pikiran

21 3) Bakat

Bakat merupakan faktor besar pengaruhnya

terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat memang

diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan

potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.

Misalnya belajar main piano, apabila dia memiliki bakat

musik akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.

4) Minat

Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi

yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan

menghasilkan prestasi yang rendah.

5) Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk belajar.

6) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi

pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan

teknik dan faktor psikologis, dan ilmu kesehatan akan

mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan.

22

Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang

dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan

rasakan tentang perilakunya tersebut berpengaruh terhadap

orang lain. Semakin dekat penjelasan guru dengan realitas

kehidupan semakin mudah anak didik menerima dan

mencerna materi pelajaran yang disajikan (Handayani,

2013).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal oleh Sumadi Suryabrata sebagaimana

dijelaskan dalam buku karangan Lilik Sriyanti (2011: 23) adalah

faktor-faktor yang berada di luar diri individu yang sedang belajar.

Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan non sosial, yaitu:

1) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

berupa manusia, dibedakan menjadi tiga macam :

a) Lingkungan keluarga

Keluarga adalah lingkungan utama yang dikenal

dan digeluti oleh anak didik. Pada lingkungan ini banyak

indentifikasi yang diperoleh anak dari anggota

keluarganya, baik yang berupa pendidikan atau

bimbingan. Secara informal anak diberikan pengetahuan

yang tidak diberikan di sekolahnya. Berkaitan dengan

23

sangat berarti besar untuk pendidikan dalam ukuran

kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam

ukuran kecil maupun besar.

b) Lingkungan sekolah

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa

lingkungan sekolah adalah merupakan lingkungan

belajar secara sistematis dan terampil serta terarah.

Sekolah merupakan tempat belajar yang sangat efektif

(Sriyanti, 2009: 24).

c) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang

sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya

pendidikan. Karena pendidikan anak itu sangat

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

2) Faktor non sosial

Faktor non sosial adalah faktor-faktor diluar individu

yang berupa kondisi fisik yang ada dilingkungan belajar,

diantaranya berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya.

Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar.

Pengaruhnya bisa bersifat (mendukung) namun bisa juga negatif

24 3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar oleh Semiawan dalam

skripsi karangan Nur Afifah (2011: 25) ada dua unsur mekanisme

adaptasi yang terkait dalam setiap tindakan diantaranya: akomondasi

(perolehan) dan asimilasi (pertukaran) informasi baru dengan yang lama

dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan

respon terhadap lingkungan baru. Unsur lain yang mempengaruhi belajar

adalah alat bantu belajar, pendekatan, suasana belajar, kondisi siswa,

motivasi, dan bahan/materi.

4. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan

sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan

dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Diantara

prinsip-prinsip belajar yaitu:

a. Perhatian dan Motivasi

Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan

mengarahkan aktifitas seseorang.

b. Keaktifan

Guru dalam interaksi edukatif di harapkan benar-benar

menerapkan aktivitas anak didik, yaitu : belajar sambil bekerja

(learning by doing). Melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk pernyataan dari anak didik bahwa pada hakikatnya belajar

25

adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau

bekerja.

c. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman Belajar

Keterlibatan langsung atau berpengalaman belajar adalah

mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

Implikasi bagi siswa, dengan keterlibatan langsung ini, secara logis

akan menyebabkan siswa memperoleh pengalaman atau

berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku siswa misalnya : siswa

berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia

dan sejenisnya. Implikasi bagi guru, mengaktifkan peran individual

atau kelompok kecil di dalam penyelesaian.

d. Pengulangan

Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah

kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang

berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini,

diharapkan siswa tidak merasakan bosan dalam melakukan

pengulangan. Implikasi bagi guru, memilah pembelajaran yang

berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.

e. Tantangan Teori Medan

Tantangan Teori medan (field theory) adalah siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.

Implikasi bagi guru, merancang dan mengelola kegiatan inkuiri

26

kepada siswa. Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada

setiap sesi pembelajaran.

f. Balikan atau Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan teori belajar, tidak

saja oleh penguatan yang menyenangkan. Implikasi bagi siswa

adalah bentuk-bentuk perilaku dalam memperoleh penguatan:

segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima

kenyataan terhadap nilai yang dicapai. Implikasi bagi guru adalah

memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik,

waktu maupun bentuknya. Implikasi bagi guru yaitu memberikan

kepada siswa jawaban yang benar, mengoreksi dan membahas

pekerjaan siswa, memberikan lembar jawaban atau kerja siswa.

g. Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada

dua orang yang sama persis setiap siswa memiliki perbedaan satu

dengan yang lainnya. Perbedaan ini terdapat pada karakteristik

psikis, kepribadian, sifat-sifatnya. Perbedaan individu ini

berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Implikasi bagi guru

yaitu para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan

dan kelemahan dirinya. Para siswa harus terus didorong memahami

potensi dirinya dan selanjutnya mampu merencanakan dan

27 5. Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan

tingkah laku dari individu tersebut dalam melaksanakan proses belajar.

Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan

belajar atas tiga ranah, yakni :

a. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan

dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah

kognitif menurut Bloom dibedakan atas enam tingkatan dari yang

sederhana hingga yang tinggi, yaitu : pengetahuan (kownledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi

dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah afektif menurut Karthwohl

dan Bloom terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari

yang sederhana hingga yang kompleks, yakni : penerimaan

(reserving), pemberian respon (responding), penilaian atau penentuan sikap (valuing), organisasi (organization), karakterisasi. c. Ranah psikomotorik mencangkup tujuan yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. 6. Evaluasi Belajar

Evaluasi sebenarnya merupakan salah satukomponen pengukuran

28

mengajar yang dilaksanakan. Secara terperinci evaluasi ini berfungsi

sebagai :

a. Mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat

menyebabkan siswa belajar.

c. Mengetahui apakah prosedur pengajaran berlangsung dengan

baik.

d. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu.

Secara umum alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang sistematis dan objektif

untuk memperoleh data-data atau keterangan keterangan yang

diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan

tepat dan cepat. Berdasarkan bentuknya tes dibagi menjadi dua,

yaitu:

1) Tes Subjektif

Tes ini pada umumnya berbentuk essai (uraian). Tes bentuk essai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian

kata-kata seperti: uraian jelaskan, mengapa, bagaimana,

bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk

29

mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan

pengertian yang telah dimiliki. Penelitian ini peneliti

menggunakan tes essai dikarenakan dapat menuntut siswa

untuk dapat mengingat kembali dan mengenal kembali, dan

terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.

2) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif.

b. Non Tes

Non tes digunakan untuk menilai aspek tingkah laku,

seperti sikap, minat, perhatian dan karakteristik. Alat evaluasi non

tes terdiri atas :

1) Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematik.

Observasi langsung, yaitu pengamat mengikuti langsung

kegiatan yang sedang diamati.

2) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang

mewawancarai dengan yang diwawancarai, disini guru

sebagai narasumber.

B. Pengertian Peningkatan

Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu

atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke suatu arah yang lebih baik

30

materi yang disampaikan bisa dimengerti, dipahami, dan dilaksanakan

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Upaya yang dilakukan dengan

berbagai cara supaya siswa dapat melakukan kegiatan sehingga akan

mengalami perubahan menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan

adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) untuk membantu

belajar (siswa) dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat

lebih mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila

adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan

kualitas pembelajaran mengalami perubahan secara berkualitas.

C. Materi Volume Bangun Ruang yang Diaplikasikan dalam Penelitian 1. Pengertian Volume

Matematika mengenal isi dengan volume. Volume sebuah benda

adalah banyaknya ruang yang diisi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia

Tim Reality, Volume adalah isi atau besarnya benda dalam ruang.

Volume sebuah benda adalah banyak ruang yang diisi. Cara menghitung

Volume balok dan kubus ada 2 cara yaitu:

a. Kubus Satuan

Menghitung volume bangun ruang digunakan digunakan kubus

satuan yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk bangun

ruang. Caramenghitung volumenya dengan cara membilang jumlah

kubus satuan yang diperlukan untuk menyusun bangun tersebut.

31

Gambar 2.1Kubus satuan dan balok satuan

Gambar (1) terdapat 8 kubus satuan, ini berarti volume 8 satuan

Gambar (2) terdapat 6 kubus satuan, ini berarti volume 6 satuan

b. Dengan Rumus

1) Volume kubus

Jika diperhatikan, maka nilai 8 satuan juga bisa didapat

dengan

cara mengalikan 2 X 2 X 2 satuan. Karena kubus adalah suatu

balok yang mempunyai p, l, t yang sama yang disebut rusuk

maka rumus kubus adalah =

Dimana r adalah rusuk

2) Volume balok

Dan 6 didapat dengan mengalikan 3 X 2 X 1 satuan. Jadi

dapat

32 Dimana p= panjang

l = lebar

t= tinggi

2. Pengertian Bangun Ruang

Bangun ruang disebut juga dimensi tiga. Bangun ruang berarti

benda-benda yang berdemensi tiga atau benda yang mempunyai ruang.

Bangun ruang mengandung unsur panjang, lebar, dan tinggi(ketebalan).

Bagian datar dari sebuah bangun ruang disebut permukaan.

Bagian-bagian bangun ruang yaitusisi, rusuk dan titik sudut. Pertama, sisi adalah

bagian dari bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar

bangun ruang tersebut. Kedua, rusuk adalah garis pertemuan antara dua

bangun datar yang membentuk bangun ruang tersebut. Ketiga, titik sudut

adalah pojok bangun ruang tersebut, yang dapat dilihat pada sebagai

berikut:

33 a. Kubus

Kubus adalah suatu benda ruang yang dibatasi 6 bidang

yang sama dan sebangun. Contohnya: kotak kapur dan dus

makanan, dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :

Sifat-sifat kubus

1) Mempunyai 6 buah bidang sisi yang sama luas

2) Mempunyai 12 rusuk

3) Mempunyai 8 titik sudu

Gambar 2.3 Bangun ruang kubus b. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 sisi

berupa segi empat, yang mana sisi berhadapan sama dan sebangun.

Sifat-sifat sederhana dari balok antara lain: mempunyai 6 buah

bidang sisi, bidang sisi yang berhadapan sama luas dan sebangun,

mempunyai 12 rusuk, dan mempunyai 8 titik sudut, dapat dilihat

pada Gambar 5 sebagai berikut:

34

3. Kemampuan Menghitung Bangun Ruang

Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL dimulai

dengan mengenal masalah-masalah konteks atau nyata dalam kehidupan

sehari-hari yang dialami oleh siswa. Sebagai contoh permasalahan adalah

berapa liter air yang dibutuhkan untuk mengisi sebuah bak mandi yang

berbentuk balok. Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut maka

siswa harus mencari berapa volume bak mandi tersebut. Solusi

permasalahan tersebut dicari oleh siswa dengan cara diskusi sebelumnya

agar lebih efektif mereka dibagi dalam beberapa kelompok kecil disini

peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator dan memberi

bimbingan seperlunya sehingga jawaban ditemukan sendiri oleh siswa

dan tentunya mereka akan lebih paham dibandingkan dengan guru yang

memberikan jawaban.

D. PendekatanContextual Teaching and Learning (CTL) 1. Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan

siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong

siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006:

255).

Menurut Sanjaya (2006: 255) dijelaskan bahwa konsep CTL ada

35

keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar

diorientasikan pada proses pengalaman langsung. Kedua, CTL

mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antar materi yang

dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk

dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan

kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya

mengharapkan materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi

pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari. Menurun Sanjaya (2006: 256) terdapat lima karakteristik penting

dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL :

a. Contextual Teaching and Learning merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting konwledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah

dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang utuh yang

memilikiketerkaitan satu sama lain

b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka

memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru

itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai

dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan

detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding konwledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk

36

dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan

dari orang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan

berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu

dikembangkan.

d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,

sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge), terhadap pendekatan pengembangan pengetahuan. hal ini dilakukan sebagai umpan balik

untuk proses perbaikan dan penyempurnaan pendekatan.

2. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL a. Latar Belakang Filosofis

Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin

dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Peaget. Aliran filsafat

kontruktivisme berangkat dari pemikiran epistemologi Gimbatista

Vico (Suparno: 1997) “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalahtuan dari ciptaannya”. Mengetahui, berarti bagaimana membuat sesuatu. Artinya seseorang dikatakan

mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang

membangun sesuatu itu. Selanjutnya pandangan filsafat

37

menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui

pengalamann. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang

lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksikan yang

dilakukan setiap individu.

Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah

memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman. Contoh, pada suatu hari anak

merasa sakit karena terpercik api, maka berdasarkan

pengalamannya terbentuk skema pada struktur kognitif anak

tentang “api“, bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh karena itu harus dihindari.

b. Latar Belakang Psikologis

Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa

pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang

dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif.

Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi,

minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Dari asumsi

dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal

yang dapat dipahami tentang belajar dalam konteks CTL.

1) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses

mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang

38

2) Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.

Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari

semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang

dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku

manusia.

3) Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan

memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh

yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga

mental dan emosi.

4) Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang

secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.

Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari

kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah

pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak.

3. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

Ada perbedaan pokok antara pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional seperti yang banyak diterapkan

disekolah-sekolah, yaitu :

Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional

No Pembelajaran CTL Pembelajaran Tradisional 1. Siswa secara aktif terlibat dalam

proses pembelajaran.

Siswa adalah penerima informasi secara pasif.

2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.

39 3. Pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata atau yang disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

4. Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri.

Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.

5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.

Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri.

Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) raport. 7. Seorang tidak melakukan yang

jelek karena dia sadar hal itu.

Seorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman keliru dan merugikan.

8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam kontes nyata.

Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan.

9. Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa.

Pemahaman ada diluar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal.

10. Siswa menggunakan kemmapuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran.

Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.

11. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun.

Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada diluar.

12. Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang.

Bersifat absolut dan bersifat final.

13. Siswa diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.

Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

14. Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.

Pembelajaran hanya terjadi dikelas.

15. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan lain-lain.

Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes.

16. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks, dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas.

40 17. Penyesalan adalah hukuman dari

perilaku jelek.

Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek.

18. Perilaku baikberdasar motivasi instrinsik.

Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik.

19. Berbasis pada siswa. Berbasis pada guru. 20. Seseorang berperilaku baik karena

ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.

Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun

Dokumen terkait