i
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI
VOLUME BANGUN RUANG MELALUI
PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS V
SDN TINGKIR TENGAH 01 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
INDRI HASTUTI
115 10 009
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
(STAIN)
SALATIGA
iii
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI
VOLUME BANGUN RUANG MELALUI
PENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING
(CTL) PADA SISWA KELAS V
SDN TINGKIR TENGAH 01 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
INDRI HASTUTI
115 10 009
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
(IAIN)
SALATIGA
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298)323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari:
Nama : Indri Hastuti
Nim : 11510009
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Guru MI
Judul : PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATERI VOLUME BANGUN RUANG
MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SDN TINGKIR TENGAH 01 SALATIGA TAHUN AJARAN 2014/2015
Telah kami setujui untuk munaqosahkan.
Salatiga, 30 Oktober 2014
Pembimbing
v SKRIPSI
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI VOLUME BANGUN RUANG
MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V
SDN TINGKIR TENGAH 01 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DISUSUN OLEH
INDRI HASTUTI NIM: 11510009
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 24
Desember 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam (S.Pd.I).
Susunan Panitia Penguji:
Ketua Penguji : Moh Khusen, M.Ag. MA. _______________
Sekretaris Penguji : Wahidin, M.Pd _______________
Penguji I : Dra.Djamiatul Islamiyah, M.Ag _______________
Penguji II : Muna Erawati, S. Psi., M.Si. _______________
Penguji III : Eni Titikusumawati, M.Pd. _______________
Salatiga, 24 Desember 2014 Ketua STAIN Salatiga
vi
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298)323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Indri Hastuti
NIM : 11510009
Jurusan/Progdi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 3 November 2014
vii
MOTTO
ْْبَغْراَف
َْكِّبَرْ َلَِإَو
.
ْْبَصْناَفَْتْغَرَ فْاَذِإَف
.
ْاًرْسُيِْرْسُعْلاَْعَمَّْنِإ
Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai
(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras
untuk (urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak (Mundiri) dan Ibu (Sairoh) yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan baik secara lahir maupun batin dengan iringan doa restu
2. Kepada suami tercinta (Ahmad Khoeroni, A.Md) yang selalu sabar menanti kelulusan istrinya.
3. Keluarga besar saya terimakasih atas doa dan motivasi pada penulis 4. Kepada Ibu Eni Titikusumawati, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing dan
motivator serta pengarah sampai terselesainya penulisan skripsi ini
5. Kepada keluarga besar SDN Tingkir Tengah 01 yang telah membantu penelitian penulis dalam rangka penyelesaian skripsi ini
6. Seluruh bapak ibu dosen yang telah bersedia memberikan ilmu dan terimakasih atas dorongan dan motivasinya
7. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan kegembiraan , motivasi, dan semangat belajar
xi ABSTRAK
Hastuti,Indri. 2014. Peningkatkan Prestasi Belajar Materi Volume Bangun Ruang melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Progdi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Eni Titikusumawati, M.Pd.
Kata kunci: Prestasi Belajar, Volume Bangun Ruang, CTL
Penelitian ini merupakan Peningkatkan Prestasi Belajar Materi Volume Bangun Ruang melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan, yaitu apakah melalui pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar materi volume bangun ruang pada siswa kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar materi volume bangun ruang pada siswa kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan permasalahan di atas, jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilakukan dalam tiga siklus.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis Tindakan ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 7
xiii
1. Rancanagan Penelitian ... 9
2. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 9
3. Langkah-langkah Siklus Penelitian ... 10
4. Instrumen Penelitian ... 12
5. Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data ... 15
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19
A. Prestasi Belajar ... 19
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 19
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 23
4. Prinsip-prinsip Belajar ... 23
5. Tujuan Belajar ... 25
6. Evaluasi Belajar ... 26
B. Pengertian Peningkatan ... 27
C. Materi Volume Bangun Ruang yang Diaplikasikan dalam Penelitian ... 28 D. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 29
1. Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 29
2. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL ... 31
3. Pendekatan CTL dengan Pembelajaran Konvesional ... 32 4. Peran Guru dan Siswa dalam CTL ... 34
5. Asas-asas CTL ... 35
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 41
A. Subjek Penelitian ... 41
1. Gambaran Umum SDN Tingkir Tengah 01 ... 41
xiv
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 45
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 47
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Deskripsi Tahap Pendahuluan (Pra Siklus) ... 54
B. Hasil Penelitian Tiap Siklus ... 56
1. Siklus I ... 56
2. Siklus II ... 63
3. Siklus III ... 69
C. Pembahasan Hasil Siklus I, II, dan III ... 77
BAB IV PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 85
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan kontekstual dan pendekatan tradisional ... 35
Tabel 3.1 Kemampuan akademik siswa kelas V di SDN Tingkir Tengah 01 ... 42
Tabel 4.1 Prestasi belajar matematika siswa kelas V pra siklus ... 54
Tabel 4.2 Persentase nilai prasiklus (observasi) ... 55
Tabel 4.3 Lembar pengamatan guru pembelajaran materi volume bangun ruang ... 59
Tabel 4.4 Hasil evaluasi siswa pada siklus I ... 60
Tabel 4.5 Persentase nilai siklus I ... 61
Tabel 4.6 Lembar pengamatan guru siklus I ... 65
Tabel 4.7 Hasil evaluasi siswa pada siklus II ... 67
Tabel 4.8 Persentase nilai siklus II ... 67
Tabel 4.9 Lembar pengamatan guru siklus III ... 71
Tabel 4.10 Hasil angket siswa materi volume bangun ruang ... 73
Tabel 4.11 Data soal hasil angket siswa materi volume bangun ruang ... 74
Tabel 4.12 Hasil evaluasi siswa pada siklus III ... 75
Tabel 4.13 Persentase nilai siklus III ... 76
Tabel 4.14 Hasil pengamatan guru pada siklus I,II, dan III ... 78
Tabel 4.15 Hasil pengamatan siswa pada siklus I, II, dan III ... 79
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus pemecahan masalah (Arikunto,2006) 10
Gambar 2.1 Kubus satuan dan balok satuan 28
Gambar 2.2 Unsur-unsur kubus 30
Gambar 2.3 Bangun ruang kubus 30
Gambar 2.4 Bangun ruang balok 31
Gambar 4.1 Diagram prestasi belajar matematika siswa kelas V 55
Gambar 4.2 Bangun ruang kubus 57
Gambar 4.3 Bangun ruang kubus besar dan kubus satuan 58
Gambar 4.4 Diagram pengamatan guru siklus I 59
Gambar 4.5 Diagram batang prestasi belajar matematika siswa kelas V 61
Gambar 4.6 Bagun ruang kubus besar dan kubus satuan 64
Gambar 4.7 Diagram pengamatan guru siklus II 65
Gambar 4.8 Diagram prestasi belajar matematika siswa kelas V 68
Gambar 4.9 Bangun ruang balok satuan 70
Gambar 4.10 Diagram pengamatan guru siklus III 72
Gambar 4.11 Diagram hasil angket siswa melalui CTL 74
Gambar 4.12 Diagram prestasi belajar matematika siswa kelas V 76
Gambar 4.13 Diagram batang pengamatan guru siklus I, II, dan III 78
Gambar 4.14 Diagram batang hasil pengamatan siswa pada siklus I, II, dan III 79
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus I
Lampiran 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus II
Lampiran 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus III
Lampiran 4. Lembar pengamatan guru siklus I
Lampiran 5. Lembar pengamatan guru siklus II
Lampiran 6. Lembar pengamatan guru siklus III
Lampiran 7. Lembar pengamatan siswa siklus I
Lampiran 8. Lembar pengamatan siswa siklus II
Lampiran 9. Lembar pengamatan siswa siklus III
Lampiran 10. Lembar angket siklus
Lampiran 11. Lembar catatan lapangan siklus I
Lampiran 12. Lembar catatan lapangan siklus II
Lampiran 13. Lembar catatan lapangan siklus III
Lampiran 14. Dokumentasi
Lampiran 15. Lembar konsultasi skripsi
Lampiran 16. Surat permohonan ijin penelitian
Lampiran 17. Surat keterangan penelitian
Lampiran 18. Nilai SKK mahasiswa
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu memiliki peran yang sangat mulia, bahkan Allah akan
meninggikan derajat bagi orang – orang yang beriman dan berilmu. Melalui
ayat Al Qur’an, Allah mengajak setiap muslim untuk menjadi muslim yang
berilmu dengan belajar, baik belajar ilmu – ilmu kealaman, matematika,
filsafat, dan semua ilmu pengetahuan maupun lainnya. Hal ini ditunjukkan
dalam firman Allah yaitu:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
2
Pada hakekatnya belajar merupakan proses dasar perkembangan
manusia dan usaha sadar yang dilakukan un tuk memperoleh ilmu. Siswa
dengan adanya belajar terjadilah perkembangan jasmani dan mental (Dimyati
dan Mudjiono, 2002: 7).
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan menghasilkan
perubahan, meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketiga aspek tersebut dihasilkan dari pengalaman dan interaksi dengan orang
lain sehingga menghasilkan proses pendidikan yang lebih baik.
Selama ini kegiatan proses pembelajaran di SDN Tingkir Tengah 01
Salatiga hanya meliputi aspek pengetahuan. Masih sedikit pembelajaran yang
memasukkan aspek sikap dan aspek keterampilan. Sehingga siswa dalam
proses pembelajaran tidak terangsang untuk aktif mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kondisi seperti ini juga ditemukan dalam pembelajaran
Matematika siswa kelas V SDN Tingkir Tengah 01, yaitu kurang melibatkan
siswa dalam belajar bahkan terlihat pasif. Akibatnya prestasi belajar
Matematika selam 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai KKM sekolah yaitu 60 dengan skor rata – rata nilai ulangan
harian matematika materi volume bangun ruang 59,46.
Hasil survei yang dilakukan pada bulan Juli 2014 di SDN Tingkir
Tengah 01 Salatiga masih ditemukan adanya beberapa masalah mengenai
rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika. Rendahnya
3
beberapa siswa yang masih sering bermain sendiri di dalam kelas; (b)
penggunaan metode ceramah oleh guru; (c) banyak anak laki – laki yang
bicara sendiri; (d) ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan saat
guru memberikan soal; (e) proses belajar hanya dilakukan satu arah, hal ini
disebabkan karena komunikasi guru dengan siswa dan siswa dengan guru
banyak mengalami hambatan; (f) pemahaman materi oleh siswa yang belum
optimal, karena minimnya alokasi waktu untuk menyampaikan materi
Matematika yaitu 5 jam pelajaran; (g) siswa menganggap pelajaran
matematika sebagai musuh yang menakutkan; (h) hasil evaluasi kurang
memuaskan dan hasil belajar cepat hilang ketika materi telah selesai.
Siswa ketika belajar matematika diharapkan benar-benar aktif.
Sehingga berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan
lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa
bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang
tepat, jelas, dan menarik. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan
berbagai kegiatan adalah pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena
merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran dan memperoleh kemampuan dalam
mengembangkan prestasi belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Guru mengajar harus pandai menggunakan pendekatan-pendekatan
yang sesuai dengan materi pembelajaran. “ guru merupakan ujung tombak
yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek
4
antara harapan dan kenyataan yang ada. Peneliti berharap rata-rata nilai siswa
dapat tuntas semua, kenyataannya masih banyak siswa yang memiliki nilai
dibawah KKM. Hal ini berhubungan erat dengan pendekatan yang
dilakukan guru dalam mengajar sehari-hari. Oleh karena itu, pada standar
proses pendidikan guru didorong untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran (Sanjaya, 2006: 7).
Guna mengembangkan kemampuan prestasi belajar anak dalam
pembelajaran matematika serta teknik yang berbeda dari guru, untuk itu
peneliti melakukan terobosan baru melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan pendekatan belajar yang menghadirkan dunia nyata siswa ke dalam kelas sehingga siswa
seakan-akan pernah mengalami dan tidak asing. Rosma (2010:5) menyatakan
bahwa:
Mengembangkan kemampuan matematika diperlukan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran yang kondusif. Artinya dengan hadirnya kegiatan pembelajaran tersebut dapat mendorong, merangsang dan menarik minat peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara optimal. Dengan kegiatan belajar yang optimal maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai. Melalui program yang tepat dan sesuai dengan harapan orang tua dapat terpenuhi. Selain itu potensi perkembangan anak dapat teraktualisasi dan berkembang.
Pendekatan pembelajaran CTL ini mengajak siswa untuk aktif
dalam belajar, jadi guru hanya sebagai fasilitator membantu siswa untuk
mencapai tujuan dari materi. Guru sebagai fasilitator lebih banyak berurusan
5
Pengetahuan dan keterampilan datang dari hasil proses menemukan sendiri,
bukan dari apa yang disampaikan atau diajarkan guru. Berdasarkan latar
belakang tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian di Sekolah
Dasar Negeri Tingkir Tengah 01 Salatiga, dengan judul “Peningkatkan
Prestasi Belajar Materi Volume Bangun Ruang melalui Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga.”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dijabarkan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar materi volume bangun ruang pada siswa kelas V SDN Tingkir
Tengah 01 Salatiga?.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar materi volume bangun ruang pada siswa kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga.
D. Hipotesis
Hipotesis tindakan merupakan suatu pernyataan atau dugaan bahwa
tindakan yang diberikan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi
6
tindakan menunjukkan suatu dugaan mengenai perubahan atau perbaikan apa
yang akan terjadi apabila suatu tindakan dilakukan (Tukiran,2010:40).
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar materi volume bangun ruang pada siswa kelas V SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga
Tahun Ajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Mampu memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika,
umumnya pada peningkatan mutu pendidikan matematika melalui
pendekatan Contextual Teaching and Learning.
b. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan bagi peneliti yang
akan datang.
c. Secara khusus penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada
pendekatan pembelajaran berupa penggeseran dari paradigma
mengajar menuju ke paradigma belajar.
d. Mampu meningkatkan pemahaman konsep menghitung volume
7 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
meningkatkan kemampuan siswa menghitung volume bangun
ruang.
b. Bagi Guru
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan mengatasi dan
menghadapi siswa kelas V SD yang mengalami kesulitan
pembelajaran dalam bidang matematika khususnya dalam
menghitung volume bangun ruang, sehingga tercipta suatu proses
pembelajaran yang optimal.
c. Bagi Madrasah
Mampu menjadi pendorong untuk selalu mengadakan
pembaharuan, menjadi bahan kajian untuk mengembangkan proses
pembelajaran ke arah yang lebih baik, sehinga kemampuan
menghitung volume bangun ruang siswa dapat meningkat.
F. Definisi Operasional
Menghindari terjadinya perbedaan antara penafsiran dengan maksud
utama peneliti dalam penggunaan kata pada judul dalam penelitian ini, maka
8 1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah
(Haryanto, 2010).
2. Contekstual Teaching and Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan
dan penerapannya dalam kehidupan sehari – hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (Johnson, 2002: 65). Pendekatan CTL ini
menggabungkan beberapa metode pada aplikasi pelaksanaannya.
3. Peningkatan
Peningkatan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan
untuk mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik
(Saputro, 2014).
Sedangkan peningkatan yang peneliti maksudkan dalam
penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat
nilai rendah ditingkatkan agar prestasi belajarnya lebih tinggi.
4. Volume Bangun Ruang
Volume bangun ruang adalah penghitungan seberapa banyak
ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Bangun ruang merupakan
sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi
9 G. Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan
kelas. Istilah “ Penelitian Tindakan Kelas “ dapat diartikan sebagai upaya
yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau pemecahan
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran (Mulyasa, 2011: 70).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan tiga siklus tindakan, setiap
siklus terdiri dari (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi, (d) refleksi. Tiga siklus tersebut dilaksanakan dengan tujuan
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Subjek, lokasi dan waktu penelitian
a. Subjek Penelitian
Subyek yang diteliti adalah siswa kelas V SDN Tingkir Tengah
01 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 28, yang
terdiri dari 12 anak perempuan dan 16 anak laki – laki. Dasar
pertimbangan pilihan subyek yaitu kelas V karena ditemukan
permasalahan dalam pembelajaran matematika volume bangun
ruang.
b. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SDN Tingkir Tengah 01,
Tingkir, Salatiga. Pemilihan tempat ini didasarkan pada
pertimbangan: Pertama, berdasarkan hasil observasi lapangan
10
mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Ketiga, sekolah
tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang
serupa sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
c. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan kurang lebih selama 3 bulan yaitu mulai
bulan Juli 2014 sampai September 2014.
3. Langkah – Langkah Siklus Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, meliputi :
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Secara jelas
langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
11
Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti memerlukan beberapa siklus
/tahapan hingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan indikator
penelitian. Adapun tahap-tahap penelitian tersebut yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Peneliti telah menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran, media pembelajaran, lembar evaluasi, dan lembar
observasi pembelajaran menghitung volume bangun ruang. Peneliti
mengarahkan siswa untuk melakukan, mengamati, dan menemukan
sendiri pengetahuan yang ada.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
RPP mata pelajaran matematika dengan KD menghitung volume
bangun ruang melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning.
c. Pengamatan (Observation)
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah
laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika
melalui CTL. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah
ditetapkan dalam indikator :
1) Peningkatan kemampuan siswa dalam menghitung volume
bangun ruang kubus dan balok dengan kubus satuan.
2) Meningkatkan kemampuan siswa menghitung volume
12 d. Refleksi (reflection)
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya
mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan atau
yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan yang dilakukan.
Refleksi itu digunakan untuk menetapkan lebih lanjut dalam
mencapai tujuan PTK. Guru dan peneliti secara bersama-sama
membahas hasil pembelajaran. Hasil akan menentukan perlu ada
tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus
pertama peneliti belum berhasil meningkatkan prestasi belajar
siswa maka peneliti melaksanakan siklus kedua dan seterusnya.
4. Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen yang dipakai untuk mendapatkan data adalah
sebagai berikut :
a. Lembar Observasi
1) Lembar Observasi bagi guru, digunakan untuk mengamati
secara langsung kegiatan guru dalam proses pembelajaran
CTL.
2) Lembar observasi bagi siswa, digunakan untuk mengamati
kegiatan siswa dalam proses pembelajaran CTL yang
13 b. Dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan dengan mencatat/ mengabadikan
kegiatan berupa foto/ melihat arsip-arsip(catatan-catatan) yang
dilakukan dalam penelitian. Dokumen-dokumen tersebut antara
lain berupa arsip perencanaan pembelajaran serta hasil pekerjaan
siswa yang dapat memberi informasi data serta dokumen berupa
foto yang menggambarkan situasi pembelajaran matematika.
c. Lembar Evaluasi
Bentuk evaluasi yang digunakan adalah bentuk tes
subjektif yang pada umumnya berbentuk essai (uraian). Soal-soal bentuk essai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengingat, memahami, dan daya kreatifitas yang tinggi.
d. Catatan Insidental
Catatan insidental digunakan sebagai catatan untuk
menampung kejadian-kejadian insidental yang tidak tertampung
di instrumen lainnya.
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah cara yang tepat untuk
mengumpulkan data lengkap, objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan serta sesuai subjek dan tujuan penelitian.
14 a. Metode observasi
Metode observasi adalah ”pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena atau kejadian yang
diselidiki.”Metode ini digunakan untuk mengamati langsung
proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa di kelas V
SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga.
b. Metode Interview (wawancara)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti
(Kusumah, 2010: 77). Wawancara memiliki sifat yang luwes,
pertanyaan dapat disesuaikan dengan subjek. Metode ini
digunakan untuk menggali data tentang implementasi pendekatan
CTL pada mata pelajaran matematika materi volume bangun
ruang. Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti,
sebagai narasumber adalah guru dan siswa.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mencatat/ mengabdikan
kegiatan berupa foto/melihat arsip-arsip yang dilakukan dalam
penelitian. Dokumen-dokumen tersebut antara lain berupa arsip
perencanaan pembelajaran serta hasil pekerjaan siswa yang dapat
memberi informasi data serta dokumen berupa foto yang
15 d. Tes
Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi
belajar siswa setelah proses pembelajaran. Tes yang digunakan
berbentuk tes essai, untuk mengukur kemajuan belajar siswa yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian.
6. Tehnik Analisis Data
Guna menganalisis prestasi belajar siswa, maka dilakukan dengan
cara memberi evaluasi berupa soal pre test diawal pembelajaran dan soal
post test diakhir pembelajaran. Analisis dihitung menggunakan statistik
sederhana, yaitu:
a. Untuk menilai ulangan tes formatif dilakukan penjumlahan nilai
yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah
siswa yang ada di kelas tersebut, sehingga diperoleh rata – rata tes
formatif, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
M = Nilai rata-rata siswa ∑X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa
Siswa kelas V dapat memperoleh KKM yang diharapkan peneliti,
yaitu 75.
b. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa digunakan rumus
16
Keterangan:
P = Persentase ketuntasan belajar siswa
f = frekuensi ketuntasan belajar siswa
N = Jumlah Siswa
Presentase ketuntasan belajar siswa yang peneliti harapkan adalah
90 % dari jumlah total siswa satu kelas.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan proposal ini sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Terdiri dari : sampul, lembar berlogo, halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan,
motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
17 F. Definisi Operasional
G. Metodologi Penelitian
H. Sistematika Penulisan
BAB II Kajian Pustaka A. Prestasi Belajar
B. Pengertian Peningkatan
C. Materi Volume Bangun Ruang yang Diaplikasikan dalam
Penelitian
D. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
BAB III Pelaksanaan Penelitian A. Subjek Penelitian
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
D. Deskripsi Pelaksanaan SiklusIII
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Tahap Pendahuluan (Pra Siklus)
B. Hasil Penelitian Tiap Siklus
18 BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
19 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata,
yakni prestasi dan belajar. Prestasi belajar adalah penguasaaan
pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sukmadinata
(2004: 102) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan–kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok
yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan bekerja. Menurut Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar
adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar oleh Lilik
20 a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seorang
selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan
sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa)
kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran,
perasaan kecewa, atau karena sebab lainnya ini dapat
mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Oleh
karena itu pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi
setiap orang baik fisik maupun mental, agar badan tetap
kuat, pikiran selalu segar, dan bersemangat dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
2) Intelegensi (Kecerdasan)
Seseorang memiliki intelegensi baik (IQ-tinggi)
umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik,
sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat pikiran
21 3) Bakat
Bakat merupakan faktor besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Bakat memang
diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan
potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.
Misalnya belajar main piano, apabila dia memiliki bakat
musik akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.
4) Minat
Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi
yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah.
5) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk
belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.
6) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi
pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan
teknik dan faktor psikologis, dan ilmu kesehatan akan
mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan.
22
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang
dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan
rasakan tentang perilakunya tersebut berpengaruh terhadap
orang lain. Semakin dekat penjelasan guru dengan realitas
kehidupan semakin mudah anak didik menerima dan
mencerna materi pelajaran yang disajikan (Handayani,
2013).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal oleh Sumadi Suryabrata sebagaimana
dijelaskan dalam buku karangan Lilik Sriyanti (2011: 23) adalah
faktor-faktor yang berada di luar diri individu yang sedang belajar.
Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial dan non sosial, yaitu:
1) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia, dibedakan menjadi tiga macam :
a) Lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dikenal
dan digeluti oleh anak didik. Pada lingkungan ini banyak
indentifikasi yang diperoleh anak dari anggota
keluarganya, baik yang berupa pendidikan atau
bimbingan. Secara informal anak diberikan pengetahuan
yang tidak diberikan di sekolahnya. Berkaitan dengan
23
sangat berarti besar untuk pendidikan dalam ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam
ukuran kecil maupun besar.
b) Lingkungan sekolah
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa
lingkungan sekolah adalah merupakan lingkungan
belajar secara sistematis dan terampil serta terarah.
Sekolah merupakan tempat belajar yang sangat efektif
(Sriyanti, 2009: 24).
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya
pendidikan. Karena pendidikan anak itu sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
2) Faktor non sosial
Faktor non sosial adalah faktor-faktor diluar individu
yang berupa kondisi fisik yang ada dilingkungan belajar,
diantaranya berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya.
Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar.
Pengaruhnya bisa bersifat (mendukung) namun bisa juga negatif
24 3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar oleh Semiawan dalam
skripsi karangan Nur Afifah (2011: 25) ada dua unsur mekanisme
adaptasi yang terkait dalam setiap tindakan diantaranya: akomondasi
(perolehan) dan asimilasi (pertukaran) informasi baru dengan yang lama
dalam proses belajar. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
respon terhadap lingkungan baru. Unsur lain yang mempengaruhi belajar
adalah alat bantu belajar, pendekatan, suasana belajar, kondisi siswa,
motivasi, dan bahan/materi.
4. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Diantara
prinsip-prinsip belajar yaitu:
a. Perhatian dan Motivasi
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktifitas seseorang.
b. Keaktifan
Guru dalam interaksi edukatif di harapkan benar-benar
menerapkan aktivitas anak didik, yaitu : belajar sambil bekerja
25
adalah perubahan yang terjadi setelah melakukan aktivitas atau
bekerja.
c. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman Belajar
Keterlibatan langsung atau berpengalaman belajar adalah
mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Implikasi bagi siswa, dengan keterlibatan langsung ini, secara logis
akan menyebabkan siswa memperoleh pengalaman atau
berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku siswa misalnya : siswa
berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia
dan sejenisnya. Implikasi bagi guru, mengaktifkan peran individual
atau kelompok kecil di dalam penyelesaian.
d. Pengulangan
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah
kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang
berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini,
diharapkan siswa tidak merasakan bosan dalam melakukan
pengulangan. Implikasi bagi guru, memilah pembelajaran yang
berisi pesan yang membutuhkan pengulangan.
e. Tantangan Teori Medan
Tantangan Teori medan (field theory) adalah siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.
Implikasi bagi guru, merancang dan mengelola kegiatan inkuiri
26
kepada siswa. Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada
setiap sesi pembelajaran.
f. Balikan atau Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan teori belajar, tidak
saja oleh penguatan yang menyenangkan. Implikasi bagi siswa
adalah bentuk-bentuk perilaku dalam memperoleh penguatan:
segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima
kenyataan terhadap nilai yang dicapai. Implikasi bagi guru adalah
memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik,
waktu maupun bentuknya. Implikasi bagi guru yaitu memberikan
kepada siswa jawaban yang benar, mengoreksi dan membahas
pekerjaan siswa, memberikan lembar jawaban atau kerja siswa.
g. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada
dua orang yang sama persis setiap siswa memiliki perbedaan satu
dengan yang lainnya. Perbedaan ini terdapat pada karakteristik
psikis, kepribadian, sifat-sifatnya. Perbedaan individu ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Implikasi bagi guru
yaitu para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan
dan kelemahan dirinya. Para siswa harus terus didorong memahami
potensi dirinya dan selanjutnya mampu merencanakan dan
27 5. Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan
tingkah laku dari individu tersebut dalam melaksanakan proses belajar.
Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan
belajar atas tiga ranah, yakni :
a. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan
dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah
kognitif menurut Bloom dibedakan atas enam tingkatan dari yang
sederhana hingga yang tinggi, yaitu : pengetahuan (kownledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi
dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah afektif menurut Karthwohl
dan Bloom terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari
yang sederhana hingga yang kompleks, yakni : penerimaan
(reserving), pemberian respon (responding), penilaian atau penentuan sikap (valuing), organisasi (organization), karakterisasi. c. Ranah psikomotorik mencangkup tujuan yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. 6. Evaluasi Belajar
Evaluasi sebenarnya merupakan salah satukomponen pengukuran
28
mengajar yang dilaksanakan. Secara terperinci evaluasi ini berfungsi
sebagai :
a. Mengetahui apakah siswa dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat
menyebabkan siswa belajar.
c. Mengetahui apakah prosedur pengajaran berlangsung dengan
baik.
d. Mengetahui dimana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu.
Secara umum alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang sistematis dan objektif
untuk memperoleh data-data atau keterangan keterangan yang
diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan
tepat dan cepat. Berdasarkan bentuknya tes dibagi menjadi dua,
yaitu:
1) Tes Subjektif
Tes ini pada umumnya berbentuk essai (uraian). Tes bentuk essai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata seperti: uraian jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk
29
mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan
pengertian yang telah dimiliki. Penelitian ini peneliti
menggunakan tes essai dikarenakan dapat menuntut siswa
untuk dapat mengingat kembali dan mengenal kembali, dan
terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.
2) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya
dapat dilakukan secara objektif.
b. Non Tes
Non tes digunakan untuk menilai aspek tingkah laku,
seperti sikap, minat, perhatian dan karakteristik. Alat evaluasi non
tes terdiri atas :
1) Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematik.
Observasi langsung, yaitu pengamat mengikuti langsung
kegiatan yang sedang diamati.
2) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang
mewawancarai dengan yang diwawancarai, disini guru
sebagai narasumber.
B. Pengertian Peningkatan
Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu
atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke suatu arah yang lebih baik
30
materi yang disampaikan bisa dimengerti, dipahami, dan dilaksanakan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Upaya yang dilakukan dengan
berbagai cara supaya siswa dapat melakukan kegiatan sehingga akan
mengalami perubahan menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) untuk membantu
belajar (siswa) dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat
lebih mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila
adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan
kualitas pembelajaran mengalami perubahan secara berkualitas.
C. Materi Volume Bangun Ruang yang Diaplikasikan dalam Penelitian 1. Pengertian Volume
Matematika mengenal isi dengan volume. Volume sebuah benda
adalah banyaknya ruang yang diisi. Menurut Kamus Bahasa Indonesia
Tim Reality, Volume adalah isi atau besarnya benda dalam ruang.
Volume sebuah benda adalah banyak ruang yang diisi. Cara menghitung
Volume balok dan kubus ada 2 cara yaitu:
a. Kubus Satuan
Menghitung volume bangun ruang digunakan digunakan kubus
satuan yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk bangun
ruang. Caramenghitung volumenya dengan cara membilang jumlah
kubus satuan yang diperlukan untuk menyusun bangun tersebut.
31
Gambar 2.1Kubus satuan dan balok satuan
Gambar (1) terdapat 8 kubus satuan, ini berarti volume 8 satuan
Gambar (2) terdapat 6 kubus satuan, ini berarti volume 6 satuan
b. Dengan Rumus
1) Volume kubus
Jika diperhatikan, maka nilai 8 satuan juga bisa didapat
dengan
cara mengalikan 2 X 2 X 2 satuan. Karena kubus adalah suatu
balok yang mempunyai p, l, t yang sama yang disebut rusuk
maka rumus kubus adalah =
Dimana r adalah rusuk
2) Volume balok
Dan 6 didapat dengan mengalikan 3 X 2 X 1 satuan. Jadi
dapat
32 Dimana p= panjang
l = lebar
t= tinggi
2. Pengertian Bangun Ruang
Bangun ruang disebut juga dimensi tiga. Bangun ruang berarti
benda-benda yang berdemensi tiga atau benda yang mempunyai ruang.
Bangun ruang mengandung unsur panjang, lebar, dan tinggi(ketebalan).
Bagian datar dari sebuah bangun ruang disebut permukaan.
Bagian-bagian bangun ruang yaitusisi, rusuk dan titik sudut. Pertama, sisi adalah
bagian dari bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar
bangun ruang tersebut. Kedua, rusuk adalah garis pertemuan antara dua
bangun datar yang membentuk bangun ruang tersebut. Ketiga, titik sudut
adalah pojok bangun ruang tersebut, yang dapat dilihat pada sebagai
berikut:
33 a. Kubus
Kubus adalah suatu benda ruang yang dibatasi 6 bidang
yang sama dan sebangun. Contohnya: kotak kapur dan dus
makanan, dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :
Sifat-sifat kubus
1) Mempunyai 6 buah bidang sisi yang sama luas
2) Mempunyai 12 rusuk
3) Mempunyai 8 titik sudu
Gambar 2.3 Bangun ruang kubus
b. Balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 sisi
berupa segi empat, yang mana sisi berhadapan sama dan sebangun.
Sifat-sifat sederhana dari balok antara lain: mempunyai 6 buah
bidang sisi, bidang sisi yang berhadapan sama luas dan sebangun,
mempunyai 12 rusuk, dan mempunyai 8 titik sudut, dapat dilihat
pada Gambar 5 sebagai berikut:
34
3. Kemampuan Menghitung Bangun Ruang
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan CTL dimulai
dengan mengenal masalah-masalah konteks atau nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang dialami oleh siswa. Sebagai contoh permasalahan adalah
berapa liter air yang dibutuhkan untuk mengisi sebuah bak mandi yang
berbentuk balok. Untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut maka
siswa harus mencari berapa volume bak mandi tersebut. Solusi
permasalahan tersebut dicari oleh siswa dengan cara diskusi sebelumnya
agar lebih efektif mereka dibagi dalam beberapa kelompok kecil disini
peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator dan memberi
bimbingan seperlunya sehingga jawaban ditemukan sendiri oleh siswa
dan tentunya mereka akan lebih paham dibandingkan dengan guru yang
memberikan jawaban.
D. PendekatanContextual Teaching and Learning (CTL) 1. Konsep Dasar Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006:
255).
Menurut Sanjaya (2006: 255) dijelaskan bahwa konsep CTL ada
35
keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman langsung. Kedua, CTL
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antar materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan
kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya
mengharapkan materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari.
Menurun Sanjaya (2006: 256) terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL :
a. Contextual Teaching and Learning merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting konwledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang utuh yang
memilikiketerkaitan satu sama lain
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru
itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai
dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan
detailnya.
36
dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan
dari orang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu
dikembangkan.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa,
sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge), terhadap pendekatan pengembangan pengetahuan. hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan pendekatan.
2. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL a. Latar Belakang Filosofis
Contextual Teaching and Learning banyak dipengaruhi oleh filsafat kontruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin
dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Peaget. Aliran filsafat
kontruktivisme berangkat dari pemikiran epistemologi Gimbatista
Vico (Suparno: 1997) “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan
manusia adalahtuan dari ciptaannya”. Mengetahui, berarti
bagaimana membuat sesuatu. Artinya seseorang dikatakan
mengetahui manakala ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang
membangun sesuatu itu. Selanjutnya pandangan filsafat
37
menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
pengalamann. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang
lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksikan yang
dilakukan setiap individu.
Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah
memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”.
Skema terbentuk karena pengalaman. Contoh, pada suatu hari anak
merasa sakit karena terpercik api, maka berdasarkan
pengalamannya terbentuk skema pada struktur kognitif anak
tentang “api“, bahwa api adalah sesuatu yang membahayakan oleh
karena itu harus dihindari.
b. Latar Belakang Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa
pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang
dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi,
minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Dari asumsi
dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal
yang dapat dipahami tentang belajar dalam konteks CTL.
1) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses
mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang
38
2) Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari
semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang
dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku
manusia.
3) Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan
memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh
yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga
mental dan emosi.
4) Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang
secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari
kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah
pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak.
3. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Ada perbedaan pokok antara pendekatan kontekstual dengan
pendekatan konvensional seperti yang banyak diterapkan
disekolah-sekolah, yaitu :
Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan kontekstual dan pendekatan
konvensional
No Pembelajaran CTL Pembelajaran Tradisional 1. Siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran.
Siswa adalah penerima informasi secara pasif.
2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
39 3. Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata atau yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.
4. Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri.
Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.
5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri.
Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) raport. 7. Seorang tidak melakukan yang
jelek karena dia sadar hal itu.
Seorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman keliru dan merugikan.
8. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam kontes nyata.
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural, rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan.
9. Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa.
Pemahaman ada diluar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal.
10. Siswa menggunakan kemmapuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran.
Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran.
11. Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun.
Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada diluar.
12. Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang.
Bersifat absolut dan bersifat final.
13. Siswa diminta bertanggungjawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.
14. Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.
Pembelajaran hanya terjadi dikelas.
15. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan lain-lain.
Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes.
16. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks, dan setting.
40 17. Penyesalan adalah hukuman dari
perilaku jelek.
Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek.
18. Perilaku baikberdasar motivasi instrinsik.
Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik.
19. Berbasis pada siswa. Berbasis pada guru. 20. Seseorang berperilaku baik karena
ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat.
Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan
Beberapa perbedaan pokok di atas, menggambarkan bahwa CTL
memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi
maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya.
4. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya berbeda dalam belajar. Perbedaan
yang dimiliki siswa tersebut oleh Sriyanti (2011: 25) dinamakan gaya
belajar. Gaya belajar merupakan cara anak didik belajar yang sudah
menjadi kebiasaan, dan kebiasaan tersebut dianggap paling tepat baginya.
Ada empat gaya belajar yaitu: Somatis artinya tubuh atau raga, auditi
artinya suara, visual yaitu merupakan gaya belajar melalui penglihatan,
intelektual artinya gaya belajar yang dilakukan dengan perenungan atau
insight.
Setiap guru perlu memahami gaya belajar dalam dunia siswa
dalam pembelajaran kontekstual, artinya guru perlu menyesuaikan gaya
mengajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran
konvesional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak
41
sebagai sistem penindasan.Sehubungan dengan hal itu, menurut Sanjaya
(2006: 263) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap
guru manakala menggunakan pendekatan CTL:
a. Siswa dalan pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu
yang sedang berkembang. Anak bukanlah orang dwasa dalam
bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam
tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat
ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka.
b. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang
baru dan penuh tantangan.
c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau
keterhubungan antara hal-hal yang sudah diketahui.
d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang
telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru
(akomondasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi
(mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan
proses akomondasi.
5. Asas-asas CTL
Contextual Teaching Learning sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh prinsip-prinsip dasar. Menurut Sanjaya
(2006: 263) dijelaskan bahwa prinsip-prinsip dasar yangdimaksud terlihat
42 a. Konstruktivisme
Pendekatan yang berciri konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang bermakna.
Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Atas dasar
pengertian tersebut, prinsip dasar konstruktivisme yang dalam
praktik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil belajar.
2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata
siswa lebih penting dari ada informasi verbalistis.
3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan pendekatannya
sendiri dalam belajar.
5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman sendiri.
6) Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
b. Inkuiri
Prinsip menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan
43
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang
diperoleh sendiri oleh siswa. Prinsip-prinsip yang bisa dipegang guru
ketika menerapkaninquiry dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila
siswa menemukan sendiri.
2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila
diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri
oleh siswa.
c. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan pendekatan pembelajaran CTL.
Pada sisi lain kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan
pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. Prinsip–prinsip
yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan
komponen bertanya adalah sebagai berikut:
1) Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui
bertanya.
2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif
melalui tanya jawab.
3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih
efektif dilakukan lewat diskusi (baik kelompok maupun kelas)
4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong,
44
Pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya untuk: (a)
menggali informasi, (b) mengecek pemahaman siswa, (c)
membangkitkan respon siswa, (e) mengetahui hal – hal yang
diketahui siswa, (f) memfokuskan perhatian siswa pada apa
yang dikehendaki guru, (g) membangkitkan lebih banyak
pertanyaan bagi diri siswa, dan (h) menyegarkan pengetahuan
siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Karena itu,
pembelajaran yang dikemas dalma diskusi kelompok yang
anggotanya harus heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat
mendukung komponen learning community. Prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang
berkonstruksi pada prinsip learning community:
1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dengan kerja sama atau
sharing dari pihak lain.
2) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi.
45
4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak
terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman,
keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain.
5) Siswa yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya
bisa menjadi sumber belajar.
e. Pemodelan (modelling)
Prinsip pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran
keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang
bisa ditiru siswa. Model yang dimaksudkan bisa berupa pemberian
contoh misalnya tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan
hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran
seperti iniakan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita
atu memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan model
atau contohnya. Prinsip modelling yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran sebagai berikut:
1) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap
apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru.
2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang
berkompeten atau ahlinya.
3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu,