• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.6. Penjadwalan Non-Kendala

Metodologi DBR murni tidak mengembangkan jadwal resmi untuk non-kendala. Sebaliknya, rope menentukan ketika materi akan dirilis ke stasiun pertama pada routing dan material dibiarkan mengalir secara alami antara workstation. Jika keputusan yang dibuat oleh supervisor workstation mengakibatkan lubang yang dalam di dalam buffer, kemudian mempercepat dengan menggunakan batch transfer kecil untuk mencapai operasi tumpang tindih di beberapa stasiun mungkin diperlukan untuk mendapatkan bahan ke dalam buffer pada waktunya untuk menghindari lubang mencapai asal penyangga.

Pusat kerja individu (non-kendala) pengawas disarankan bahwa ketika sebuah lubang yang dalam di buffer muncul, dia harus menjadwalkan pekerjaan yang hilang pertama. Jika tidak ada lubang yang signifikan dalam buffer, ia bebas untuk menjalankan pekerjaan apa pun selanjutnya. Supervisor mungkin memilih pekerjaan karena pendek, waktu setup tergantung urutan, misalnya. Banyak akademisi yang tidak nyaman dengan ini resmi, ad hoc, logika untuk pengiriman di non-kendala. Beberapa peneliti telah mengembangkan mekanisme alternatif untuk penjadwalan non-kendala.

3.7. Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan berturut-turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan.Dapat dikatakan waktu siklus ,merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam stopwatch. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja

pada umumnya kan sedikit berbeda dengan dari siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform ,tiap-tiap elemen dalam siklus yang berbeda tidak selalu akan bias disesuaikan dalam waktu yang persis sama.Variasi dan nilai waktu ini bias disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu diantaranya bias terjadi karena perbedaan didalam menetapkan saat mulai atau berakhirnya suatu elemen kerja yang seharusnya dibaca dari stopwatch.

3.8. Tahapan Penentuan Waktu Normal2

Penentuan waktu normal harus memperhitungkan rating performance. Jika pekerja/operator bekerja secara wajar rating factor (rf) = 1, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika operator bekerja terlampau lambat (bekerja dibawah normal), maka rating factor (rf) < 1, dan sebaliknya apabila operator bekerja terlalu cepat (bekerja diatas normal), maka rating factor (rf) > 1. Penentuan apakah operator bekerja secara wajar atau tidak, maka selama melakukan pengamatan dan pengukuran waktu kerja, pengukur harus benar-benar memperhatikan kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator. Kerja seorang operator dapat dinilai oleh pengukur dengan suatu standar nilai yang dibuat berdasarkan konsep tentang bekerja wajar. Pemilihan konsep wajar dapat dengan mudah dilakukan apabila seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana seorang operator dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan

2

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu (Cet IV; Surabaya: Guna Widya, 1995), h. 197-203.

kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Konsep kewajaran ini dikemukakan oleh ILO (International Labour Organization).

Konsep lain yang lebih terperinci, yaitu cara Westinghouse. Pada metode ini, terdapat empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.

Cara Westinghouse, rating performance ditentukan berdasarkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu :

1. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan untuk mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi atas enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas adalah:

a. Super Skill

1) Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2) Bekerja dengan sempurna.

3) Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.

4) Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.

5) Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin. 6) Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak

terlampau terlihat karena lancarnya.

7) Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).

8) Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.

b. Exellet Skill

1) Percaya pada diri sendiri.

2) Tampak cocok dengan pekerjaan. 3) Terlihat telah terlatih baik.

4) Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.

5) Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.

6) Menggunakan peralatan dengan baik.

7) Bekerjanya cepat tampa mengorbankan mutu. 8) Bekerjanya cepat tetapi halus.

9) Bekerja berirama dan terkoordinasi. c. Good Skill

1) Kualitas hasil baik.

2) Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.

3) Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah.

4) Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5) Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6) Tiada keragu-raguan.

7) Bekerjanya stabil

8) Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9) Gerakan-gerakannya cepat.

d. Average Skill

1) Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2) Gerakannya cepat tapi tidak lambat.

3) Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan. 4) Tampak sebagai pekerja yag cakap.

5) Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan. 6) Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.

7) Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.

8) Bekerjanya cukup teliti.

9) Secara keseluruhan cukup memuaskan. e. Fair Skill

1) Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

2) Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.

3) Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4) Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5) Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.

6) Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin.

7) Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri. 8) Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9) Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya. f. Poor Skill

1) Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2) Gerakan-gerakannya kaku.

3) Kelihatan ketidakyakinannya pada urut-urutannya gerakan. 4) Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. 5) Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaan.

6) Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja. 7) Sering melakukan kesalahan-kesalahan.

8) Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9) Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri. 2. Usaha

Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan oleh pekerja atau operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ada enam kelas usaha antara lain:

a. Excessive Effort

1) Kecepatan sangat berlebihan

2) Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.

3) Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

b. Exelent Effort

1) Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.

2) Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3) Penuh perhatian pada pekerjaannya.

4) Banyak memberi saran-saran.

5) Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 6) Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7) Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.

8) Bangga atas kelebihannya.

9) Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10)Bekerjanya sistematis.

11)Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

c. Good Effort

1) Bekerja berirama

2) Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada. 3) Penuh perhatian pada pekerjaannya.

4) Senang pada pekerjaanya.

5) Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6) Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu

7) Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang. 8) Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.

10)Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. 11)Memelihara dengan baik kondisi peralatan. d. Average Effort

1) Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. 2) Bekerja dengan stabil.

3) Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya 4) Set up dilaksanakan dengan baik.

5) Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. e. Fair Effort

1) Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal

2) Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3) Kurang sungguh-sungguh.

4) Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5) Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6) Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.

7) Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8) Terlampau hati-hati.

9) Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. 10)Gerakan-gerakannya tidak terencana. f. Poor Effort

1) Banyak membuang-buang waktu.

2) Tidak memperhatikan adanya minat kerja. 3) Tidak mau menerima saran-saran.

4) Tampak malas dan lambat bekerja.

5) Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan.

6) Tempat kerjanya tidak diatur rapi.

7) Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8) Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9) Set up kerjanya terlihat tidak baik.

3. Kondisi Kerja

Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.

4. Konsistensi

Faktor ini perlu diperhatikan karena angka-angka yang dicatat pada setiap pengukuran waktu tidak pernah semuanya sama. Besar nilai Westinghouse factor secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Westinghouse Factor

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Ketrampilan Superskill Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 + 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00 - 0,05 - 0,10 - 0,16 - 0,22 Usaha Excessive Excelent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 + 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08 + 0,05 + 0,02 0,00 - 0,04 - 0,08 - 0,12 - 0,17 Kondisi Kerja Ideal

Excellenty Good Average Fair Poor A B C D E F + 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07 Konsistensi Perfect Excellenty Good Average Fair Poor A B C D E F + 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04

Cara objektif adalah cara menentukan rating performance yang memperhatikan dua faktor, yaitu faktor kecepatan dan faktor tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan performance pekerja.

3.9. Allowance3

3

Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, op. cit., h. 167-169

3.9.1. Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Pribadi

Pekerja harus diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi pada saat melakukan pekerjaannya. Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditentukan dengan jalan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Besarnya waktu untuk kelonggaran pribadi untuk pekerja pria berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan ringan pada kondisi kerja normal pria memerlukan 2-2,5% dan wanita 5% (persentase ini dari waktu normal), atau sepuluh sampai 24 menit setiap hari akan dipergunakan untuk kebutuhan yang bersifat personil apabila operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat resmi. Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang dipergunakan ini akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dan dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakannya. Pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja ruang tidak enak (terutama temperature tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih besar lagi. Allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5%.

3.9.2. Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah (Fatique Allowance)

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan banyak pikiran (lelah mental) dan kerja fisik. Masalah dalam menetapkan jumlah waktu yang dijinkan untuk melepaskan lelah adalah sangat sulit dan kompleks. Interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan dan faktor-faktor lainnya. Waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaanya akan tergantung pada jenis pekerjaannya. Satu kali periode istirahat yang diberikan berkisar 5 sampai 15 menit.

3.9.3. Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-Keterlambatan (Delay

Allowance)

Pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan-hambatan dalam melakukan pekerjaannya. Keterlambatan atau delay, bisa disebabkan faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan. (unavoidable delay) karena diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya, tetapi bisa juga di sebabkan oleh beberapa faktor yang masih bisa dihindari, misalnya mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Jenis keterlambatan dan lamanya keterlambatan untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh dan juga dengan kegiatan sampling kerja. Elemen-elemen kerja yang secara keseluruhan tidak diangap sebagi delay akan tetapi harus diamati dan diukur sebagaimana elemen-elemen kerja lainnya yang termasuk dalam siklus operasi.

3.9.4. Tahapan Penentuan Waktu Baku4

a. Waktu Terpilih

Nilai faktor kelonggaran (allowance) diperlukan dalam menentukan waktu baku. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa letih (fatique) dan hambatan-hambatan lain yang tidak terhindarkan. Kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa letih (fatique) dan hambatan-hambatan lain yang tidak terhindarkan merupakan hal yang nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, tidak diukur, tidak dicatat ataupun tidak dihitung. Waktu baku ditentukan berdasarkan hasil dari langkah-langkah yang telah ditentukan di atas.

�� = ∑�� � b. Waktu Normal Wn = Wt x Rating Factor c. Waktu Standar ������������= ��� 100%− ���������100% (%) 4 Ibid., h. 155-156

Dokumen terkait