• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjagaan Fungsi Lingkungan Selama Jlannya Operasi dan Penghijauan Lingkungan

Dalam dokumen Laporan Pod Oil Expo Team Upn Yogyakarta (Halaman 195-200)

do Checking and

2. Penjagaan Fungsi Lingkungan Selama Jlannya Operasi dan Penghijauan Lingkungan

Karena adanya pembangunan akan merubah lahan dan karekteristik lingkungan suatu wilayah diperlukan pemantauan dan usaha-usaha pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan .

a. Pemantauan Kualitas Air

Pemantauan dilakukan untuk menilai dampak dari kegiatan operasi terhadap air permukaan maupun air tanah yang ada disekitar lokasi operasi.

b. Pemantauan Kualitas udara dan suhu

Pemantauan dilakukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan selama operasi, penghijauan lahan disekitar lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak operasi terhadap kualitas udara dan suhu di wilayah tersebut.

8.8. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Corporate Social Resposibility (CSR) berlandaskan UU No.22 Tahun

2001 tentang Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Bab VIII pasal 40 ayat 3,4,5 dan 6 yang berisikan Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.

Program-program CSR dimaknai juga sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kesenjangan dan mencegah timbulnya konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Pemberdayaan komunitas secara berkesinambungan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan,

184

melalui peran aktif komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada di dalam masyarakat dan lingkungannya agar meningkat kesejahteraannya dan mendorong kemandirian masyarakat sekitar wilayah Ring 1 perusahaan, termasuk salah satunya wilayah Struktur Beta. Program yang diusulkan unuk diimplementasikan di wilayah Lapangan Beta adalah program Community Empowerment yang difokuskan pada 5 (lima) bidang, yaitu bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

8.8.1. Community Empowerment Tujuan dan manfaat Pelaksanaan a. Tujuan

 Mengembangkan potensi dari masyarakat kecamatan Bayung Lencir.

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Bayung Lencir.

 Pemerataan pembangunan ekonomi berdasarkan kemampuan dan potensi komunitas pedesaan.

b. Manfaat

1. Terwujudnya desa-desa yang mandiri secara finansial dan infrastruktur

2. Teratasinya permasalahan ekonomi di desa tersebut

3. Bagi pemerintah, Terbangunnya sistem pengembangan pemerintahan desa berbasis ekonomi pedesaan yang kokoh, mandiri dan berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan

4. Bagi Perusahaan Implementasi corporate social responsibility program funder sebagai wujud nyata pengabdian kepada masyarakat dan meningkatkan goodwill funder di masyarakat. c. Pengembangan Ekowisata Sebagai Strategi Pelestarian Hutan

Mangrove

Kabupaten Musi Banyuasin yang dikenal sebagai kabupaten yang tekenal dengan sumberdaya alamnya dan pertaniannya juga dikenal sebagai daerah yang memiliki potensi pesisir yang sangat menjanjikan.

185

Salah satunya adalah kawasan hutan mangrove. Saat ini Kabupaten Musi Banyuasin masih meliki hutan mangrove yang berada di sepanjang pesisir pantai seluas 8.023,55 ha. Hutan ini jika tidak dikelola dengan baik, diperkirakan luasnya akan terus berkurang dan pada saatnya menjadi sangat sedikit, sehingga keberadaannya tidak berarti atau berguna bagi kehidupan organisme lain.

Berkurangnya luasan hutan bakau tersebut telah mengakibatkan : 1. Berkurangnya kemampuan daratan khusunya pantai Musi

Banyuasin dalam menghalangi abrasi pantai akibat gelombang laut.

1. Penyusupan (intrusi) air laut ke daratan sehingga dapat mengganggu aktifitas masyarakat

2. Penurunan hasil tagkapan (Produktivitas) ikan di pantai dan laut lepas Indramaayu yang diduga akibat dari berkurangnya areal pemijahan dan pembesaran anak-anak ikan (Nursey ground). Sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan para nelayan di daerah sekitar dan menurunkan taraf hidup dari nelayan kabupaten Musi Banyuasin.

d. Konsep Ekowisata

Secara konseptual, ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan parawisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

Definisi ekowisata tersebut diatas mengisyaratkan adanya 3 dimensi penting ekowisata yaitu :

1. Konservasi : suatu kegiatan wisata tersebut membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin.

186

2. Pendidikan : wisatawan yang mengikuti wisata tersebut akan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai keunikan biologis, ekosistem dan kehidupan sosial di kawasan yang dikunjungi.

3. Sosial : masyarakat mendapat kesempatan untuk menjalankan kegiatan tersebut.

Perlu dipahami, bahwa tujuan dengan dilaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan hutan mangrove sebagai obyek wisata alam dan wisata pendidikan yaitu :

1. Melindungi kawasan hutan bakau sebagai plasma nulfah.

2. Mengembangkan hutan bakau menjadi obyek wisata alam dan pendidikan yang dapat menarik kunjungan wisatawan .

3. Kawasan hutan bakau sebagai wisata pendidikan akan sangat bermanfaat sebagai sarana pendidikan lingkungan.

4. Dalam rangka membentuk pola kemitraan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, serta peningkatan pendapatan asli daerah.

Sedangkan sasaran dengan dibangunnya kawasan wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah dalam rangka melestarikan fungsi hutan mangrove dan meminimalisir kerusakan hutan mangrove dari kegiatan penduduk setempat dan stekeholders yang hanya mengejar keuntungan ekonomi tanpa memperlihatkan fungsi ekologi. e. Pembangunan dan Pengebangan Kampung Wisata

Profil Komunitas

Kabupaten Musi Banyuasin terkenal sebagai kabupaten sentral tempat memancing terbesar atau lumbung beras di daerah Sumatra Selatan dan sebagai kota rawa. Penataan yang kurang baik dan dukungan pemerintah setempat menjadi salah satu faktor kurang berkembangnya industri pertanian dan perkebunan di Kabupaten Musi Banyuasin. Potensi-potensi tersebut merupakan sumberadaya pembangunan yang telah banyak berperan dalam peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin selama ini.

187

Mengingat sampai saat ini Kabupaten Musi Banyuasin masih minim memiliki lokasi wisata yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan nusantara, maka perusahaan Wilayah Kerja Pertambangan bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan PT. Perhutani untuk membangun dan mengembangkan kawasan kampung wisata.

Konsep Kampung Wisata

Konsep dari pembangunan dan pengembangan kampung wisata Musi Banyuasin memiliki tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup petani dengan pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan yang baik dan terstuktur. Selain untuk meningkatkan taraf hidup petani, kampung wisata juga bisa di jadikan kawasan wisata edukasi khususnya untuk wisatawan nusantara yang dialamnya terdapat taman buah, khusunya taman buah mangga dan tanaman buah lain sebagai saranan wisata dan pembangunan lahan pertanian serta area outbond di kampung wisata ini. Selain itu kampung wisata Musi Banyuasin direncanakan sebagai pusat sanggar Tari yang merupakan tarian khas Sumatera Selatan. Sehingga tersedia kawasan kampung wisata yang berwawasan lingkungan, pendidikan, sosial dan budaya. Selain itu dengan dibangunnya kampung wisata Musi Banyuasin dapat meningkatkan roda ekonomi warga sekitar sehingga taraf hidup masyarakat sekitar dapat berkembang.

8.8.2 Penanggulangan bencana kekeringan ekstrim di Kecamatan Bayung Lencir

Daerah Kecamatan Bayung Lencir merupakan daerah dengan curah hujan terendah diantara kecamatan lain yang ada di kabupaten Musi Banyuasin. Terdapat satu sungai besar pada wilayah ini yaitu sungai Cimanuk terdapat pada bagian Selatan dari kecamatan Bayung Lencir. Sebagian besar sumber air bersih di Kecamatan Bayung Lencir bersumber dari air sumur, baik jenis sumur dangkal maupun dalam.

Untuk jenis sumur dangkal, sumber air dapat ditemukan mulai kedalaman 8-9 meter sedang untuk sumur dalam dapat ditemukan sumber

188

air mulai kedalaman 20-30 meter. Kualitas air yang dihasilkan pun beragam, ada yang sudah baik namun ada juga yang masih buruk karena banyak mengandung kapur. Sebagian daerah kecamatan Bayung Lencir juga rentan terhadap bencana kekeringan ekstrim saat bulan kemarau tiba karena kurangnya hutan tadah hujan sebagai tempat persediaan alami dari air tanah di daerah tersebut.

Pemda setempat telah melakukan langkah-langkah untuk mengurangi dampak dari kekeringan ekstrim yang terjadi di kecamatan Jepon yaitu dengan memberikan bantuan air bersih dengan menggunakan bantuan tanki air bersih untuk beberapa desa yang rawan kekeringan terutama untuk musim kemarau. Dan untuk sektor pertanian ketika musim kemarau petani akan mengganti tanamannya dengan tanaman dari jenis palawija yang membutuhkan lebih sedikit air untuk hidup.

Dalam dokumen Laporan Pod Oil Expo Team Upn Yogyakarta (Halaman 195-200)

Dokumen terkait