• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Kerja 1. Persiapan Tajak

Dalam dokumen Laporan Pod Oil Expo Team Upn Yogyakarta (Halaman 137-145)

- 6 LAND TRANSPORTATION 5,663 7 OTHER TRANSPORTATION -

8 FUEL AND LUBRICANTS

49,242

9 CAMP FACILITIES

5,692

10 ALLOCATED OVERHEADS - FIELD OFFICE

51,634 11 - JAKARTA OFFICES 51,634 1 SUB TOTAL 193,406

2 TOTAL INTAGIBLE COST

1,494,944 3 T O T A L C O S T 1,788,648 - THIS YEARS 1,788,648 - TOTAL 1,788,648 5.14. Program Kerja 5.14.1. Persiapan Tajak

Sebelum tajak pastikan lokasi pemboran, logistik dan transportasi, rig dan semua peralatan telah siap. pastikan juga semua peralatan dan material, termasuk suku cadang telah siap di lokasi dan lakukan checklist persiapan tajak, yaitu :

1. Setelah Rig-Up, periksa kembali dan konfirmasikan segala hal yang berhubungan dengan “space-out” BOP dan Well Head.

2. Periksa dan lakukan functional test terhadap peratalan Rig, diyakinkan berfungsi dengan baik.

3. Lakukan inspeksi (safety check list dari instansi yang berwenang) masalah keselamatan instalasi pengeboran, peralatan pemadam kebakaran dan peralatan keselamatan kerja, termasuk peralatan pendeteksi gas beracun H2S, Co2 dan Breathing aparatus.

126

4. Periksa semua tanki lumpur dan peralatan solid control dalam kondisi kerja yang baik.

5. Periksa persediaan spare part pompa lumpur, komponen rig, dan persediaan mud screen.

6. Periksa semua peralatan komunikasi, yakinkan berfungsi dengan baik.

7. Periksa dan pastikan semua komponen Pahat dan Crossover yang dibutuhkan untuk merangkai BHA telah tersedia dan dalam kondisi baik.

8. Pastikan semua peralatan dan material sudah tersedia di well site dan dalam kondisi baik. Pastikan alat untuk peralatan fishing tersedia komplit dan dalam kondisi yang baik.

9. Siapkan dan pasang handling tools untuk masuk rangkaian BHA dan Casing semua trayek.

10. Periksa seluruh system sambungan dan diuji sampai tekanan kerja. 11. Lakukan safety meeting di lokasi untuk memastikan seluruh personil dapat mengetahui tanggung jawab, prosedur dan keselamatan kerja. 12. Pastikan semua material (Mud chemical, casing, dll.) serta peralatan

untuk kebutuhan sumur telah tersedia

5.14.2. Penumbukan Conductor casing 20”

Pada trayek ini tidak di lakukan operasi pemboran melainkan dengan proses penumbukkan selubung ukuran Conductor casing 20 “ pada kedalaman 262.4 ft. setelah trayek ini baru di laukan proses pemboran dengan meggunakan Roller Cone Bit.

5.14.3. Trayek Lubang 17 ½” Kedalaman Trayek : 1232 ft

Lumpur : KCL Polimer, 8.75 – 9.53 ppg Pahat : Tricone Bit IADC 1,1,5

127

Casing : 13 3/8”,J-55,54.5 lb/ft,BTC

5.14.3.1. Operasi Pemboran

1. Bor formasi dengan pahat 17 ½” menggunakan tricone bit sampai kedalaman 1232 ft.. Pasang dan semen Selubung 13 3/8” di kedalaman 1232 ft dengan guide shoe, float collar dan centralizer pada casing.

2. Pasang BOP 13 3/8” x 5000 psi. Tes tekanan 2500 psi.

3. Pasang BHA dan bit 12 ¼”,bersiap untuk lanjut melakukan proses pemboran trayek selanjutnya.

4. Melakukan LOT. 5.14.3.2. Lithologi

Menurut Spruyt (1956) formasi in terlatak selaras diatas Formasi Air Benakat. Formasi ini dapat dibagi menjadi dua anggota “a” dan anggota “b”. Anggota “a” disebut juga Anggota Coklat (Brown Member) terdiri atas batulempung dan batupasir coklat sampai coklat kelabu, batupasir berukuran halus sampai sedang. Didaerah Palembang terdapat juga lapisan batubara. Anggota “b” disebut juga Anggota Hijau Kebiruan (Blue Green Member) terdiri atas batulempung pasiran dan batulempung tufaan yang berwarna biru hijau, beberapa lapisan batubara berwarna merah-tua gelap, batupasir kasar halus berwarna putih sampai kelabu terang. Ketebalan formasi ini sekitar 450 -750 meter.

5.14.3.3. Pipa Terjepit

Pipa terjepit yakni keadaan di mana rangkaian drill string tidak dapat berputar ataupun di naik-turunkan, hal ini di antara nya dapat di sebabkan akibat terjepit dari fomrasi yang mengembang ( swelling clay ) maupun juga dapat terjadi akibat runtuhan formasi. Pada trayek ini menembus batuan lempung yang berpotensi untuk terjadinya swelling clay, namun keadaan ini sudah di antisipasi dengan menggunakan lumpur jenis KCL Polimer yang

128

memang sering di gunakan untuk menembus jenis formasi lempung guna menghindari terjadinya swelling clay.

5.14.4. Trayek Lubang 12 ¼” Kedalaman Trayek : 1612 ft

Lumpur : KCL Polimer, 9.53 – 10.14 ppg Pahat : Tricone Bit IADC 1,3,5

BOP : 13 5/8” x 5000 psi Casing : 9 5/8”,H-32.3 lb/ft, BTC

5.14.4.1. Operasi Pemboran

1. Bor formasi dengan pahat 12 1/4” menggunakan bit tricone sampai kedalaman 1612 ft, masuk dan semen selubung 9 5/8” di kedalaman 1612 dengan guide shoe, float collar dan centralizer casing.

2. Pasang BOP 9 5/8” x 5000 psi, tes tekanan 2500 psi

3. Pasang BHA dan bit 8 1/2”, bersiap untuk melanjutkan proses pemboran trayek produksi.

4. Melakukan LOT.

5.14.4.2. Lithologi

Menurut Spruyt (1956), formasi ini merupakan tahap awal dari siklus pengendapan Kelompok Palembang, yaitu pada saat permulaan dari endapan susut laut. Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen. Litologinya terdiri atas batupasir tufaan, sedikit atau banyak lempung tufaan yang berselang-seling dengan batugamping napalan atau batupasirnya semakin keatas semakin berkurang kandungan glaukonitnya. Pada formasi ini dijumpaiGlobigerina spp, tetapi banyak mengadung Rotalia spp. Pada bagian atas banyak dijumpai Molusca dan sisa tumbuhan. Di Limau, dalam penyelidikan Spruyt (1956) ditemukan serpih lempungan yang berwarna

129

biru sampai coklat kelabu, serpih lempung pasiran dan batupasir tufaan. Ketebalan formasi ini berkisar 250 – 1550 meter.

5.14.4.3. Pipa Terjepit

Pipa terjepit yakni keadaan di mana rangkaian drill string tidak dapat berputar ataupun di naik-turunkan, hal ini di antara nya dapat di sebabkan akibat terjepit dari fomrasi yang mengembang ( swelling clay ) maupun juga dapat terjadi akibat runtuhan formasi. Pada trayek ini menembus batuan lempung yang berpotensi untuk terjadinya swelling clay, namun keadaan ini sudah di antisipasi dengan menggunakan lumpur jenis KCL Polimer yang memang sering di gunakan untuk menembus jenis formasi lempung guna menghindari terjadinya swelling clay.

5.14.4. Trayek Lubang 8 ½” Kedalaman Trayek : 2230.4 ft

Lumpur : KCL Polimer 10.14 – 10.75 ppg Pahat : Tricone Bit IADC 1,3,5

BOP : 9 5/8” x 5000 psi Casing : 7”,H – 40 lb/ft, BTC

5.14.4.1. Operasi Pemboran

1. Bor dengan pahat 8 ½” menggunakan tricone bit. sampai kedalaman 2230.4 ft. Masuk dan semen Produksi casing 7” di kedalaman 2230.4 ft dengan guide shoe, float collar dan centralizer casing.

2. Sirkulasikan lubang sampai bersih.

3. Logging lapisan produktif. Kemudian lakukan completion. 4. Rig down.

5.14.4.2. Lithologi

130

pengendapan Kelompok Palembang, yaitu pada saat permulaan dari endapan susut laut. Formasi ini berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen. Litologinya terdiri atas batupasir tufaan, sedikit atau banyak lempung tufaan yang berselang-seling dengan batugamping napalan atau batupasirnya semakin keatas semakin berkurang kandungan glaukonitnya. Pada formasi ini dijumpaiGlobigerina spp, tetapi banyak mengadung Rotalia spp. Pada bagian atas banyak dijumpai Molusca dan sisa tumbuhan. Di Limau, dalam penyelidikan Spruyt (1956) ditemukan serpih lempungan yang berwarna biru sampai coklat kelabu, serpih lempung pasiran dan batupasir tufaan. Ketebalan formasi ini berkisar 250 – 1550 meter.

5.14.4.3. Pipa Terjepit

Pipa terjepit yakni keadaan di mana rangkaian drill string tidak dapat berputar ataupun di naik-turunkan, hal ini di antara nya dapat di sebabkan akibat terjepit dari fomrasi yang mengembang ( swelling clay ) maupun juga dapat terjadi akibat runtuhan formasi. Pada trayek ini menembus batuan lempung yang berpotensi untuk terjadinya swelling clay, namun keadaan ini sudah di antisipasi dengan menggunakan lumpur jenis KCL Polimer yang memang sering di gunakan untuk menembus jenis formasi lempung guna menghindari terjadinya swelling clay.

5.14.5. Hal Khusus

1. Pasang detector gas beracun pada tempat – tempat tertentu di sekitar cellar dan perangkat bor.

2. Pengambilan serbuk bor dengan pengawasan Well site geologist 3. “Composite Log “ harus di buat menurut pedoman Standard

4. Sebelum operasi dimulai harus dilakukan commisioning dan functional test” terhadap seluruh peralatan Rig dibawah pengawasan Company Man, dan di yakinkan berfungsi dengan baik

5. Lumpur agar dicampur dengan anti korosi terhadap metal 6. Pada daerah hilang sirkulasi ( Zona Loss ) atasi dengan material

131

sumbat sampai hilang sirkulasi mengecil , kemudian di ikuti dengan sumbat semen.

7. Setiap akan menyemen selubung , kondisikan lubang dan sirkulasai sampai bersih

8. Bila terjadi hambatan pada saat pemboran karena kerusakan peralatan , cabut rangkaian pahat sampai Casing shoe

9. Apabila terjadi hilang Lumpur , cabut rangkaian minimal 1 (satu ) stand pipa bor secepat mungkin atau sampai shoe selubung , untuk menghindari rangkaian terjepit.

11. Bila rangkaian terjepit , segera pompakan dan rendam rangkaian dengan campuran solar + chemical lubrikasi ( konsentrasi 10 – 25 % ) selama 3 – 4 jam, sambil gerakan rangkaian dan kerjakan jar.

12. Jika terjadi kick langsung tutup BOP, matikan pompa kemudian cek apakah ada aliran di flow line, jika ada aliran buka chock, normalkan bottomhole pressure.

13. Penyimpangan program atau pola yang telah di tentukan harus mendapat persetujuan Pimpinan.

14. Peralatan Safety (BOP, BPM, Relif Valve pompa Lumpur) harus diperiksa dan di uji sesuai dengan tekanan kerja peralatan tersebut setiap setelah pemasangan (sebelum mengebor trayek baru), di bawah pengawasan Company Man dan diyakinkan teruji dengan baik.

15. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya hilang sirkulasi, jepitan, overpressured dan masalah limbah pemboran.

16. Seluruh program material dapat berubah, tergantung pada kondisi pemboran.

17. Buat berita acara tajak sumur dan berita acara penyelesaian/penutupan sumur.

132 5.14.6. Lain-Lain

1. Pengelolaan Lumpur dilaksanakan oleh Mud Engineer disupervisi oleh Company Man.

2. Deskripsi serbuk bor dan batuan oleh Wellsite Geologist , serta laporan dibuat sesuai standar

3. Penyemenan dilaksanakan oleh Cementing Services dibawah pengawasan Company Man.

4. Ikuti SOP pada setiap pelaksanaan kerja, utamakan keselamatan kerja serta cegah pencemaran lingkungan.

5. Apabila ada perubahan yang prinsip dari program ini harus dikomunikasikan kepada TIM dan mendapat persetujuan dari Pimpinan Pusat.

5.14.7. Lindung Lingkungan

1. Pengeloaan Limbah dilaksanakan oleh HSE, Well site Supervisor dan di bantu oleh Rig Superintentent , Company Man

2. HSE wajib melaporkan ketinggian air limbah

3. Water Disposal dan Water Treatmen harus berfungsi dengan baik 4. Usahakan dapat di lakukan dengan sistim sirkulasi tertutup

133 BAB VI

Dalam dokumen Laporan Pod Oil Expo Team Upn Yogyakarta (Halaman 137-145)

Dokumen terkait