• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjatuhan Hukuman

Dalam dokumen HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK (Halaman 121-124)

Sebagaimana dicatat di atas, Konvensi Hak-hak Anak melarang dijatuhkannya hukuman mati atas segala bentuk kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang berusia di bawah 18 tahun tanpa kecuali. Piagam Afrika tentang Hak-Hak dan Kesejahteraan Anak (The African Charter on the Rights and Welfare of the Child ) dan Konvensi Amerika tentang Hak-hak Azasi (American (( Convention on Human Rights) juga melarang dijatuhkannya hukuman mati atas seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, serta pada perempuan hamil.

Penggunaan hukuman fi sik dilarang oleh ketentuan lain dalam Konvensi Hak-hak Anak, menurut Komite Hak-hak Anak. Komite itu menganggap hukuman fi sik sebagai perlakuan kejam, tidak berperikemanusiaan, atau menistakan” dan dilarang bagi anak-dan orang dewasa oleh Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

Hukuman masuk ke fasilitas-fasilitas lembaga pemasyarakatan “hendaknya digunakan hanya sebagai upaya terakhir dan untuk periode waktu yang sesingkat-singkatnya” dan hukuman non-custodialhendaknya digunakan kapan saja dipandang tepat. Aturan ini didasarkan pada Beijing Rules,yang secara terpisah menyatakan bahwa :

• Perampasan kebebasan pribadi hendaknya tidak dikenakan kecuali remaja tersebut diputuskan melakukan tindakan serius yang melibatkan tindak kekerasan terhadap orang lain atau secara persisten melakukan pelanggaran berat lainnya dan kecuali tidak ada respon lain yang dipandang tepat.

• Kesejahteraan remaja hendaknya menjadi faktor panduan dalam mempertimbangkan kasusnya.

Rehabilitasi

“Remaja yang ditahan di fasilitas penahanan hendaknya dijamin mendapatkan manfaat dari kegiatan-kegiatan yang berguna dan program-program yang akan berfungsi mendorong dan mempertahankan kesehatan dan sikap menghargai diri-sendiri, untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan mendorong sikap-sikap dan ketrampilan yang akan membantu mereka dalam mengembangkan potensi mereka sebagai anggota masyarakat.” (UN Rules for the Protection of Juveniles Deprived of their Liberty,Aturan 12).

The UN Rules for the Protection of Juveniles Deprived of their Libertymengambarkan pendekatan yang menyeluruh terhadap rehabilitasi pelaku pelanggaran hukum muda usia, yang didasarkan pada inspirasi dari Konvensi Hak-hak Anak. Beberapa prinsip dasar itu diantaranya:

• Fasilitas hendaknya didesentralisasikan, untuk mencegah remaja agar tidak ditahan jauh dari keluarga atau masyarakatnya, dan berjumlah cukup kecil untuk memungkinkan pemberian perhatian secara individual.

• Sistem tersebut hendaknya mencakup fasilitas terbuka dan semi-terbuka untuk memenuhi kebutuhan anak yang memerlukan setting residensial namun tidak mengundang bahaya yang serius bagi masyarakat.

Penyiksaan

Pelarangan penyiksaan merupakan aturan yang paling mendasar dari standar hak-hak azasi internasional. Penyiksaan didefi nisikan dalam hukum internasional 87 sebagai tindakan yang: • Menyebabkan penderitaan atau rasa sakit secara mental dan fi sik;

• Dilakukan secara sengaja untuk tujuan-tujuan seperti mendapatkan informasi, pengakuan, dalam upaya menghukum, mengancam atau memaksa orang yang disiksa atau orang ketiga, atau untuk motif-motif yang bersifat diskriminatif. (misalnya kebencian ras atau agama, xenofobia, homofobia, dll)

• Dilakukan oleh atau anjuran dari, atau dengan seijin atau persetujuan diam-diam dari pejabat publik atau orang lain yang bertindak dalam kapasitas resmi.

Penyiksaan fi sik biasanya menimpa orang-orang yang dirampas kebebasannya, namun siksaan psikologis dan moral bisa juga menimpa orang-orang yang memiliki kebebasan. Praktek-praktek yang sudah dikenali sebagai penyiksaan meliputi:

• Memaksa seseorang untuk menyaksikan penyiksaan atau abuse yang dilakukan terhadap orang lain, khususnya anggota keluarganya;

• Kecemasan yang parah yang disebabkan oleh perampasan informasi mengenai nasib dan keberadaan anggota keluarga;

• Ancaman yang serius, seperti ancaman pembunuhan atau mutilasi; • Pemeriksaan tubuh yang intrusif

• Sexual abuse, ketika dilakukan oleh seorang petugas untuk salah satu tujuan yang disebutkan dalam defi nisi di atas.

Bahwa suatu tindakan dianggap sebagai penyiksaan atau bukan, tidaklah berdasarkan pada tindakan itu sendiri, namun dampak pada korbanlah yang menentukan. Karakteristik korban, seperti usia, kesehatan menjadi relevan; apa yang mungkin dianggap bukan sebagai siksaan bagi seorang dewasa yang sehat mungkin merupakan siksaan bagi orang dewasa yang sakit dan anak-anak. Abuse yang dilakukan oleh staf yang bekerja di fasilitas anak yang tidak dianggap cukup serius untuk dianggap sebagai penyiksaan mungkin melanggar ketentuan lain dalam Konvensi Hak-hak Anak, termasuk pasal 37c. Misalnya, Special RapporteurSpecial RapporteurSpecial Rapporteur Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang penyiksaan dan bentuk kekejaman lain, perlakuan yang menistakan dan tidak berperikemanusiaan, atau hukuman bagi anak, telah menggambarkan penahanan seorang diri sebagai bentuk kekejaman, perlakuan yang menistakan dan tidak berperikemanusiaan dan atau hukuman anak, ketika hak yang sama tidak berlaku bagi orang dewasa.

Negara memiliki kewajiban untuk mengambil semua langkah yang dipandang perlu untuk mencegah penyiksaan serta untuk menyelidiki semua pengaduan penyiksaan atau informasi mengenai dugaan penyiksaan untuk melakukan penuntutan semua orang yang diduga melakukan penyiksaan dan menjatuhkan hukuman yang setimpal, sesuai dengan berat ringanya tindak kejahatan itu. Hak atas anak atas rehabilitasi diakui dalam pasal 39 Konvensi Hak-hak Anak (Lihat bab 10)

Apa yang dapat dilakukan?

Reformasi Hukum

Legislasi mengenai pengadilan anak hendaknya ditinjau kembali untuk memastikan bahwa: • Remaja tidak diperlakukan sebagai pelaku tindak pelanggaran atas perilaku yang bukan

merupakan pelanggaran pidana.

• Remaja yang dituduh melakukan suatu pelanggaran berhak mendapat jaminan atas proses yang adil sebagaimana tercantum dalam pasal 40.2. Konvensi Hak-hak Anak.

• Remaja yang dituduh melakukan tindak pelanggaran memiliki hak atas bantuan hukum. • Kerahasiaan semua tahapan proses pengadilam diakui secara hukum.

Legislasi mengenai pengadilan anak hendaknya ditinjau kembali bilamana dipandang perlu, dengan tujuan untuk memastikan kesesuaiannya dengan rekomendasi Komite Hak-hak Anak berikut: • Usia mimimum untuk ajudikasi sebagai pelanggar hukum remaja hendaknya 15 tahun atau

sedekat mungkin dengan usia itu.

• Alternatif terhadap ajudikasi hendaknya diakui, dan standar yang tepat tentang pilihan ajudikasi hendaknya dimasukkan dalam undang-undang.

• Semua orang yang berusia di bawah 18 tahun yang dituduh melakukan pelanggaran hukum hendaknya diperlakukan sebagai remaja/anak.

Legislasi mengenai penahanan remaja/anak hendaknya ditelaah kembali untuk memastikan bahwa:

• Prinsip upaya terakhir (The last resort)The last resortThe last resort)) dimasukkan dalam ketentuan yang relevan dalam hukum nasional.

• Kewajiban untuk memberitahu orangtua atau wali diakui.

• Penahanan anak/remaja dengan orang dewasa dilarang, kecuali dimana penahanan semacam itu akan menjamin kepentingan terbaik bagi remaja/anak tersebut.

Legislasi mengenai penjatuhan hukuman bagi remaja yang terbukti melakukan pelanggaran hukum hendaknya ditinjau kembali dengan tujuan untuk memastikan bahwa:

• Prinsip-prinsip upaya terakhir (last resort ( (last resortlast resort))) dan waktu tersingkat yang pantas diakui secara tegas.

• Hukuman mati ataupun hukuman fi sik tidak diperbolehkan.

Pertimbangan juga harus diberikan untuk memasukkan UN Rules for the Protection Juveniles Deprived of Liberty ke dalam hukum nasional, sebagaimana disarankan dalam Aturan no. 7. Selain itu, legislasi hendaknya ditunjau kembali untuk memastikan bahwa pelanggaran hak-hak anak oleh penegak hukum, petugas pengadilan dan personil lembaga pemasyarakatan dilarang dan dapat dijatuhi hukuman dengan saksi yang setimpal.

Dalam dokumen HAKEKAT PERLINDUNGAN ANAK (Halaman 121-124)

Dokumen terkait