• Tidak ada hasil yang ditemukan

11 surat Direktur Jenderal

Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Nomor B-671/RC.110/B/11/2020 tanggal 13 November 2020 hal Usulan Revisi ke-7 (tujuh) DIPA Ditjen PSP TA 2020 Kementerian Pertanian.

13 November 2020

- revisi anggaran berupa pembukaan blokir/Catatan Hal. IV DIPA sebesar Rp1.426.106.000,00 dalam rangka pembayaran tunggakan ongkir alsintan tahun 2018

12 Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Nomor B-820/RC.110/B.1/12/2020 tanggal 22 Desember 2020 hal Usulan Revisi DIPA Ditjen PSP TA 2020 Kementerian Pertanian.

22 Desember 2020

- Revisi anggaran dalam hal pagu anggaran berubah

- Revisi Administrasi

- Penambahan penerimaan hibah langsung senilai 323.224.000

13 Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Nomor B-37/KL.10/B.1/01/2021 tanggal 18 Januari 2021 hal Usulan Revisi DIPA Hibah LN Bentuk Uang TA 2020.

30 Desember 2020

- Penyelesaian pagu minus TA 2020.

- Penyelesaian administratif.

F.2.2. PENJELASAN BELANJA UNTUK PENANGANAN COVID-19

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 tentang perubahan postur dan rincian anggaran dan pendapatan belanja negara tahun 2020 untuk melaksanakan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas system keuangan, dalam hal ini Ditjen Prasarana Sarana Pertanian melakukan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran TA. 2020 melalui mekanisme revisi anggaran yang bersumber dari pengalihan belanja yang tidak berdampak langsung pada peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan petani seperti belanja perjalanan dinas, penyelenggaraan workshop/pelatihan/sosialisasi.

Menindaklanjuti Perpres Nomor 54 Tahun 2020, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Edaran Nomor : SE-6/MK.02/2020 tentang refocusing kegiatan dan realokasi anggaran kementerian/lembaga dalam rangka percepatan penanganan corona virus disease 2019 (COVID-19), untuk mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang

telah ada untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat mendukung percepatan penanganan covid-19. Dimana dalam hal ini, Pandemi Covid-19 di Indonesia yang kian berkembang memiliki dampak multisektor.

Kebijakan Menteri Pertanian dalam rangka menghadapi Pandemi Virus Covid-19, mengeluarkan Surat Edaran Menteri Pertanian R.I.:

1. No. 01/SE/KN.010/M/03/2020 Strategi Kementerian Pertanian Dalam rangka Pencegahan dan Perlindungan Dari Dampak Penyebaran Virus Corona (COVID-19) tentang Strategi Kementerian Pertanian dalam rangka pencegahan dan perlindungan dari dampak penyakit virus corona disease (Covid-19) dengan beberapa point sebagai berikut :

a) Penyediaan bahan pangan pokok utamanya beras dan jagung bagi 267 juta masyarakat Indonesia;

b) Percepatan ekspor komoditas strategis (sarang burung, wallet, sawit, kopi, kakao, lada, pala, jahe dan lainnya) dalam mendukung keberlanjutan ekonomi;

c) Sosialisasi kepada petani dan petugas (PPL, POPT dan lainnya) untuk melakukan pencegahan berkembangnya virus corona sebagaimana standar WHO dan Pemerintah;

d) Pembuatan/Pengembangan Pasar Tani di setiap propinsi;

e) Program/Kegiatan padat karya agar sasaran pembangunan pertanian dicapai dan menyarakat langsung menerima dana tunai.

2. No. 01/SE/KN.010/M/03/2020, Menteri Pertanian mengeluarkan kembali Surat Edaran Nomor 02/SE/RC.210/M/03/2020 Refocusing Kegiatan dan Anggaran lingkup Kementerian Pertanian T.a. 2020 sebagai Antisipasi Dampak Pandemi Virus Corona (COVID-19) dengan beberapa point penting :

a) Peningkatan imunitas/daya tahan tubuh dan kesehatan pegawai lingkup Kementan

b) Jaringan pengaman sosial (Social Safety Net): padat karya dan fasilitas penyediaan pangan murah

c) Dukungan terhada UMKM dan usaha ekonomi informal di sektor pertanian 3. No. 03/SE/KN.230/M/05/2020 Antisipasi Terjadinya Krisis Pangan, dengan

beberapa point :

a) Memantau dan memastikan kesiapan percepatan tanam MT-II Tahun 2020 b) Memantau dan memastikan kesiapan cadangan beras tingkat Provinsi dan

Kab/Kota

c) Memastikan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mengkoordinasikan cadangan beras tingkat Desa dan masyarakat

d) Mensosialisasikan gerakan diversifikasi pangan lokal

Sektor pertanian harus menjadi kebutuhan prioritas dalam menghadapi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Sektor ini tidak bisa dianggap remeh, karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar umat manusia. Selanjutnya yang paling penting dalam situasi seperti ini adalah adanya jaminan akses pangan yang mudah didapat dengan harga yang wajar atau normal bagi seluruh masyarakat. Penyebaran Covid-19 sangat berbahaya dan berdampak luas ke berbagai sektor. Salah satu imbasnya adalah terganggunya produksi petani di seluruh daerah.

Dan sektor pertanian memiliki nilai ekonomi yang dapat membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global, termasuk krisis yang diakibatkan wabah corona saat ini.

Hal tersebut karena sektor pertanian selalu menjadi kebutuhan sehari-hari, dan pengerjaannya tidak terlalu sulit yaitu hanya memakan waktu tanam selama 3 bulan..

Dampak yang dimungkinkan mempengaruhi sektor pertanian untuk beberapa waktu kedepan, yaitu:

• Pasar dan Pertanian.

• Rantai Pasokan Melambat dan Kekurangan.

• Kesehatan Petani. Petani adalah populasi yang relatif lebih tua, dibandingkan dengan populasi pekerja umum

• Tenaga Kerja Pertanian.

• Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD).

• Gangguan lainnya.

Sesuai dengan surat Edaran Menteri Pertanian, dalam penanganan pandemic covid-19 ini, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dilakukan dengan 3 kategori dalam penganggarannya yaitu :

1. Penanganan Covid-19, dengan mengalokasikan pengadaan barang untuk kesehatan pegawai baik berupa bahan manakan, multivitamin untuk daya tahan tubuh, penyemprotan disinfektan, baju pelindung tenaga medis, handsanitizer, dispenser dan refill, masker dengan pagu anggaran Rp 1.784.324.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 1.687.745.050,00, dengan rincin sebagai berikut:

Kegiatan Output Kode

Satker Akun Pagu Realisasi Keterangan

1797 950 633656

521111 194.200.000 186.500.000

Pengadaan handsanitizer, dispenser hand sanitizer, dan masker dalam rangka

Pengendalian penyebaran pandemi COVID-19.

521112 180.000.000 172.475.000

Pengadaan Bahan Makanan dalam rangka pengendalian penyebaran COVID-19 Ditjen PSP berupa paket sembako (beras, gula pasir, minyak goreng, telur ayam, bawang merah).

521113 196.000.000 195.000.000

Pengadaan Penambah Daya Tahan Tubuh Pegawai Ditjen PSP berupa suplemen dan multivitamin.

521119 1.132.750.000 1.054.570.050

Pengadaan sanitizer tubuh, kipas

penyemprot sanitizer, baju

Kegiatan Output Kode

Satker Akun Pagu Realisasi Keterangan

medis, desinfektan gedung, dan rapid tes.

522141 81.374.000 79.200.000

Pembayaran belanja barang sewa drone (penyemprotan disinfektan).

Total 1.784.324.000 1.687.745.050

Belanja dalam rangka penanganan 19 di atas menggunakan akun non Covid-19.

2. Ketersediaan Pangan

Pertanian merupakan garda depan dalam upaya pencegahan dampak Covid-19 karena pangan adalah penyangga kesehatan kita. Jika kebutuhan pangan terpenuhi, imunitas tubuh masyarakat akan terjaga sehingga kita akan mampu melawan 19. Dengan kata lain, pangan adalah agen yang melawan Covid-19 paling efektif. Dalam hal ketersediaan pangan ini ada peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan oleh petani milenial. Pemulihan Ekonomi Nasional adalah rangkaian kegiatan untuk pemulihan perekonomian nasional yang merupakan bagian dari kebijakan keuangan negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah untuk mempercepat penanganan pandemi Corona Virus Disease 20l9 (COVID19) dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi nasional.

Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dalam menyikapi pandemic covid-19 ini sesuai dengan edaran dari Menteri Pertanian dialokasikan kegiatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada kegiatan :

a) Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang dilaksanakan yaitu Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier yang merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan luas areal tanam dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani. Tidak berfungsinya atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem irigasi yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun. Berdasarkan UU SDA Nomor 17 Tahun 2019 bahwa pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagai satu kesatuan sistem pada daerah irigasi menjadi kewenangan pemerintah yang membidangi sumber daya air. Untuk meningkatkan kinerja Pengelolaan Sumber Daya Air, pemerintah menyelenggarakan pemberdayaan kelembagaan Sumber Daya Air dengan melibatkan peran masyarakat (termasuk kelembagaan pengelola air).

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian membantu petani pemakai air dan masyarakat petani yang belum dapat menjalankan tanggung jawabnya dalam hal pengelolaan irigasi melalui

Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier. Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun Anggaran 2020 dialokasikan melalui dana Padat Karya di Pusat dengan pola bantuan pemerintah berupa Rehabilitasi/Pembangunan Gedung/Bangunan, dalam bentuk uang. Kelompok Akun Belanja Beban Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk diserahkan kepada masyarakat/pemerintah daerah dalam bentuk uang.

Kegiatan PEN RJI memiliki pagu senilai Rp 59.727.500.000,00 dengan realisasi senilai Rp 59.389.100.000,00.

b) Pengembangan Jalan Pertanian

Diberikan dalam bentuk pemberian bantuan pemerintah sebagai stimulant dalam menggerakkan ekonomi petani atau masyarakat sekitar pertanian dengan upaya pembangunan baru, peningkatan kapasitas atau rehabilitasi jalan di kawasan lahan pertanian di daerah yang terdampak covid-19. Pembangunan pertanian menuju pertanian modern serta berwawasan agribisnis memerlukan penambahan maupun penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian yang menunjang digunakannya peralatan dan mesin untuk pra dan pasca panen serta pengangkutan saprodi dan hasil pertanian dari dan ke lokasi. Dalam pelaksanaan pengembangan tersebut melibatkan petani secara langsung, melalui pola bantuan pemerintah, sehingga pengembangan prasarana ini menjadi pemicu bergeraknya perekonomian masyarakat di bidang pertanian.

Keberadaan jalan pertanian sangat penting bagi petani dan merupakan suatu peluang yang dapat ditingkatkan kualitas dan fungsinya menjadi suatu jalan pertanian yang sesuai dengan standar dalam pembangunan dan rehabilitasinya.

Pengembangan Jalan Pertanian pada lokasi lahan pertanian yang memadai dalam usaha peningkatan ekonomi petani, peningkatan sarana produksi untuk mengangkut hasil produksi pertanian dari dan ke lahan pertanian, hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh dari semua aspek teknis, sosial, ekonomis, dan lingkungan, melalui tahapan yang jelas mulai dari penentuan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL), pembuatan desain sederhana, penyiapan lahan, termasuk pengembangan infrastruktur seperti gorong-gorong, jembatan dan saluran drainase.

Tujuan kegiatan Pelaksanaan Pengembangan Jalan Pertanian Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi Covid-19 adalah:

a. Pengembangan Jalan Pertanian dalam bentuk pemberian bantuan pemerintah sebagai stimulan dalam menggerakkan ekonomi petani atau masyarakat sekitar pertanian dengan upaya pembangunan baru, peningkatan kapasitas atau rehabilitasi jalan di kawasan lahan pertanian di daerah yang terdampak covid.

b. Pengembangan Jalan Pertanian lebih mengedepankan upaya menggerakkan tenaga kerja secara padat karya dalam pelaksanaannya.

c. Standard teknis kegiatan pembangunan baru/peningkatan kapasitas/rehabilitasi dan penyediaan bahan/material dan atau tenaga kerja pada masing-masing lokasi jalan pertanian agar disesuaikan dengan kondisi setempat.

d. Perbandingan komposisi biaya akan disesuaikan agar lebih memperhatikan keperluan padat karya petani yaitu dengan perbandingan rata-rata 60% : 40%. Penggunaan rata-rata biaya 60% adalah untuk biaya penyediaan

bahan baku dan penggunaan alat, sedangkan 40% rata-rata penggunaan biaya utk pemberian HOK kepada pekerja pelaksana pekerjaan jalan pertanian.

e. Metode Penentuan lokasi salah satunya akan ditetapkan berdasarkan dampak covid dimasing-masing kabupaten.

f. Membangun jalan pertanian baru, meningkatkan kapasitas atau merehabilitasi jalan pertanian.

g. Memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi pertanian dan hasil produksi pertanian dari dan ke lahan pertanian.

3. Social Safety Net/Padat Karya

Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dalam menyikapi pandemic COVID-19 ini mengalokasikan anggaran dengan kegiatan padat karya yang merupakan bagian dari kegiatan prioritas Kementerian Pertanian sebagai upaya untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan masyarakat petani dengan pengelolaan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut. Dengan Padat karya merupakan bagian dari kegiatan prioritas Kementerian Pertanian sebagai upaya untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan masyarakat petani dengan pengelolaan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut. Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang dilaksanakan yaitu Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier yang merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan luas areal tanam dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Prinsip padat karya adalah :

• Kegiatan dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok tani/penerima manfaat dengan pola padat karya (cash for work) yang melibatkan semaksimal mungkin anggota kelompok sebagai tenaga kerja

• Dilaksanakan dengan mengerahkan tenaga kerja perdesaan yang bertujuan memberikan kesempatan kerja dan menambah penghasilan

• Besaran upah/insentif tenaga kerja dapat disesuaikan dengan standard upah di wilayah/lokasi pelaksanaan kegiatan atau sesuai dengan kesepakatan seluruh anggota kelompok.

Komponen kegiatan dengan pola Social safety net/padat karya adalah :

a. RJIT adalah salah satu program bantuan pemerintah yang bertujuan meningkatkan kondisi infrastruktur jaringan sehingga mampu meningkatkan fungsi layanan irigasi, meningkatkan luas areal tanam dan/atau indeks pertanaman. Dan meningkatkan partisipasi P3A/GP3A/Poktan/Gapoktan dalam pengelolaan jaringan irigasi dengan melakukan kegiatan perbaikan/normalisasi jaringan irigasi tersier, pembangunan/perbaikan pintu air dan pembangunan/perbaikan box bagi. Komponen RJIT terdiri dari merehablitasi jaringan irigasi antara ralian saluran irigasi pembawa dan pembuang, merehabilitasi bangunan penagkap air (bending sederhana) dan pengambilan bebas (pintu, intake saluran), merehabilitasi bangunan pembagi air (bagi/sadap, box tersier, box kuarter), merehabilitasi bangunan pelengkap (talang, terjumam dam gorong-gorong), dan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi

existing seperti lining beton, pasangan batu, ferrocement pada saluran pembawa dan/atau saluran pembuang.

b. Embung adalah salah satu program bantuan pemerintah yang bertujuan menahan dan menampung aliran air yang bersumber dari mata air, curah hujan, sungai dan sumber air lainnya dalam bentuk embung, long storage dan dam parit yang dimanfaatkan sebagai air irigasi suplementer pada musim kemarau untuk budidaya komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan (tanaman pakan ternak, sanitasi dan minum ternak) dan meningkatkan Indeks Pertanaman dan atau produktifitas dilakukan dengan pembersihan lokasi dan penggalian embung. Komponen embung pertanian terdiri atas pembuatan pintu intake, pembuatan pintu outlet dan pembuatan penampungan air (embung).

c. Perpompaan adalah salah satu program bantuan pemerintah yang bertujuan membangun sistem irigasi perpompaan untuk mendukung komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dan meningkatkan ketersediaan air sebagai suplesi pada lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dengan melakukan kegiatan pembangunan rumah pompa, pembangunan jaringan dan box bagi, instalasi pipa dari sumber air ke lahan pertanian. Komponen perpompaan adalah pompa air dan alat kelengkapannya, rumah pompa, bak penampiung dan jaringan distribusi.

Irigasi Perpipaan n adalah salah satu program bantuan pemerintah yang bertujuan : membangun sistem irigasi perpipaan sebanyak 138 unit untuk mendukung komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, meningkatkan ketersediaan air sebagai suplesi pada lahan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan dan meningkatkan intensitas pertanaman minimal 0,5 pada lahan sawah. Komponen perpipaan terdiri dari dengan melakukan pembersihan lokasi untuk penempatan bangunan sadap, bak penampung dan jaringan distribusi, pembelian Material oleh Kelompok tani/Gapoktan/P3A penerima bantuan kegiatan irigasi Perpipaan, pembuatan bangunan sadap pada sumber air yang akan dialirkan, pembuatan bak penampung dan pembuatan jaringan distribusi dari sumber air sampai ke bak penampung hingga ke lahan

d. Optimasi Lahan Rawa adalah salah satu program bantuan pemerintah yang bertujuan meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan atau meningkatkan produktivitas serta meningkatkan partisipsi P3A/GP3A/Poktan/ Gapoktan dalam pengelolaan lahan rawa dilakukan dengan pembangunan jaringan irigasi kuarter/cacing, pembangunan/perbaikan pintu air, pembangunan jembatan dan pengolahan lahan.

Komponen Optimasi Lahan Rawa :

• Pembangunan/rehabilitasi tanggul

• Rehabilitasi/pembangunan pintu air

• Rehabilitasi/pembangunan saluran irigasi dan drainase

• Pengadaan pompa air

• Pengadaan pipa/gorong-gorong

• Pembuatan jembatan usaha tani

• Penyiapan/pengolahan lahan

e. Jalan Usaha Tani dengan pembersihan dan pembentukan badan jalan, pengerasan jalan (sirtu), dan pembangunan jembatan. Sasaran kegiatan JUT adalah :

• Terbangun/ terehabilitasinya jalan pertanian baru yang sesuai dengan standar yang telah di tentukan di kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya hortikultura.

• Bertambah lancarnya mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi pertanian dan hasil produksi pertanian dari dan ke lahan pertanian di kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya hortikultura f. Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) adalah salah satu program bantuan

pemerintah yang bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, mutu hasil serta memberikan nilai tambah dan peningkatan pendapatan petani melalui produksi pupuk organik secara insitu, diberikan melalui transfer uang senilai Rp.200.000.000 dilakukan dengan pembangunan kandang ternak dan penyiagaan lahan HMT. Komponen UPPO terdiri dari :

• Lahan untuk untuk bangunan kandang dan rumah kompos sekitar 250 m2 (disediakan penerima bantuan)

• Bangunan rumah kompos minimal luasnya 50 m2 , kerangka bangunan dibuat permanen dengan dinding minimal setinggi 1,5 m

• Kandang komunal, sedikitnya dapat menampung 8 ekor sapi/kerbau

• Bak fermentasi seluas minimal 20 m2 dengan kedalaman minimal 50 cm

• Ternak, (sapi/kerbau) berjumlah 8 ekor

• Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) Kapasitas Motor penggerak memiliki daya minimum 8,5 HP

• Kendaraan Roda 3 Minimal 140 cc

Social safety net/padat karya dialokasikan pada kegiatan berikut ini:

KODE KEGIATAN

1794 Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 1794.001 Rehabilitasi Jaringan Irigasi

1794.002 Irigasi Perpompaan

1794.003 Pembangunan Embung/Dam Parit/Long Storage 1794.006 Pilot Percontohan Ditjen PSP mendukung Aspek Air 1794.008 Irigasi Perpipaan

1795 Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian

1795.004 Perbaikan Infrastruktur Optimasi Lahan Rawa (Persiapan) 1795.004 Perbaikan Infrastruktur Optimasi Lahan Rawa (Konstruksi) 1795.005 Pilot Percontohan Ditjen PSP mendukung Aspek Lahan