• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. TEMUAN PENELITIAN

4.2. Hasil Penelitian

4.2.3. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian

4.2.3.3. Penjelasan Responden atas Variabel Kinerja Karyawan

Kinerja pada dasarnya adalah aktivitas yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan. Kinerja karyawan yang mempengaruhi seberapa banyak karyawan

memberikan kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam rangka meningkatkan kinerja

organisasi (Mathis dan Jackson, 2002:78). Hasil jawaban responden untuk

variabel kinerja karyawan dapat dilihat pada tabel 4.10:

Tabel 4.10

Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Karyawan

No Butir Pertanyaan Sangat Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total F % f % F % f % F % F % 1

Bapak/Ibu telah mampu menangani beban pekerjaan sebagaimana yang telah ditugaskan

19 27 40 56 12 17 0 0 0 0 71 100

2

Hasil kerja Bapak/Ibu sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan

9 13 52 73 9 13 1 1 0 0 71 100

3

Bapak/Ibu dapat mencapai kualitas kerja yang maksimal dengan fasilitas kerja yang Bapak/ibu miliki

27 38 24 34 18 25 2 3 0 0 71 100

4

Bapak/Ibu dapat menyelesaikan

pekerjaan tepat waktu 25 35 28 39 18 25 0 0 0 0 71 100

5

Bapak/Ibu mampu membagi waktu

dari setiap pekerjaan 23 32 25 35 20 28 3 4 0 0 71 100

6

Bagi Bapak/ibu kehadiran adalah

hal yang sangat penting 17 24 46 65 8 11 0 0 0 0 71 100

7

Pekerjaan Bapak/ibu tidak ada yang terbengkalai karena adanya kerjasama yang baik antar karyawan

7 10 57 80 6 8 1 1 0 0 71 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa secara umum mayoritas

responden mampu menangani beban pekerjaan sebagai mana yang telah

sangat setuju sebanyak 19 orang (27%), setuju sebanyak 40 orang (56%)

sedangkan kurang setuju sebanyak 12 orang (17%).

Hasil kerja karyawan sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan. Jumlah

responden menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (13%), setuju sebanyak 52

orang (73%) sedangkan yang menjawab kurang setuju sebanyak 9 orang (13%)

dan tidak setuju sebanyak 1 orang (1%). Mayoritas responden beranggapan hasil

kerja mereka telah sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan

Kualitas kerja yang maksimal dapat tercapai dengan fasilitas kerja yang telah

diberikan kepada karyawan. Jumlah responden yang menjawab sangat setuju

sebanyak 27 orang (38%), setuju sebanyak 24 orang (34%) sedangkan yang

menjawab kurang setuju 18 orang (25%) dan yang tidak setuju sebanyak 2 orang

(3%). Hal ini menunjukkan mayoritas responden setuju fasilitas kerja yang

diberikan perusahaan menunjang kualitas kerja karyawan.

Karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Jumlah responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 25 orang (35%), setuju sebanyak 28 orang

(39%) sedangkan yang menjawab kurang setuju 18 orang (25%). Mayoritas

responden menganggap pekerjaan mereka dapat diselesaikan tepat waktu dan

hanya sebagian kecil yang kurang setuju karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan

tepat waktu

Karyawan mampu membagi waktu dari setiap pekerjaan. Jumlah responden

yang menjawab sangat setuju sebanyak 23 orang (32%), setuju sebanyak 25 orang

setuju sebanyak 3 orang (4%). Hal ini menunjukkan sebagian besar responden

setuju bahwa mereka mampu membagi waktu dari setiap pekerjaan.

Kehadiran merupakan hal yang sangat penting. Jumlah responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 17 orang (24%), setuju sebanyak 46 orang

(65%) sedangkan yang menjawab kurang setuju 8 orang (11%). Hal ini

menunjukkan mayoritas karyawan setuju bahwa kehadiran merupakan hal yang

sangat penting namun sebagian kecil responden kurang setuju kehadiran

merupakan hal yang sangat penting.

Tidak ada pekerjaan yang terbengkalai karena kerjasama yang baik antar

karyawan. Jumlah responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang

(10%), setuju sebanyak 57 orang (80%) sedangkan yang menjawab kurang setuju

6 orang (8%) dan yang tidak setuju sebanyak 1 orang (1%). Mayoritas responden

setuju bahwa kerjasama yang baik antar karyawan membuat pekerjaan tidak ada

yang terbengkalai

4.2.4. Pengujian asumsi klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, terlebih dahulu

dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi

berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi

4.2.4.1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebuah regresi telah berdistribusi

normal atau tidak dapat dilihat pada analisis grafik dan analisis statistik berikut

ini:

1) Analisis Grafik

Pada diagram pencar hasil olah data SPSS dengan kesimpulan bahwa

apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model tersebut telah memenuhi asumsi normalitas dan

sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal maka model

tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas

dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2 Grafik P-Plot

Pada Gambar 4.2 diatas menunjukkan data menyebar disekitar garis

diagonal dimana hasil ini menjelaskan bahwa data yang akan diregresi

dalam penelitian ini berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa

persyaratan normalitas data bisa dipenuhi.

2) Analisis Statistik

Uji normalitas dengan analisis statistik dapat dilihat dari uji Kolmogrov – Smirnov pada tabel 4.11 :

Tabel 4.11

Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov (K-S)

Unstandardized Residual

N 71

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.38417671 Most Extreme Differences Absolute .078 Positive .078 Negative -.046 Kolmogorov-Smirnov Z .654

Asymp. Sig. (2-tailed) .785

a.Test distribution is normal b. Calculated from data

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji Kolmogrov-Smirnov

yakni nilai signifikansi diatas 0,05 dengan nilai Asymp.Sig (2-tailed)

sebesar 0,785 dimana hal ini menyatakan bahwa data penelitian ini

berdistribusi normal.

4.2.4.2. Uji multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana antar variabel bebas saling

mempengaruhi dengan kuat. Persamaan regresi ganda yang baik adalah

multikolinieritas dalam sebuah model regresi dapat dideteksi dengan VIF

(Variance Inflation Factor) dan nilai toleransi (tolerance). Suatu model regresi

dikatakan bebas dari masalah multikolinieritas jika mempunyai nilai VIF<10 dan

mempunyai nilai tolerance diatas 0,1 (Sudarmanto, 2013:239). Hasil pengujian

multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.12:

Tabel 4.12

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Kepemimpinan 0.767 1.304

Iklim Komunikasi Organisasi 0.767 1.304

a. Dependent Variable : Kinerja Karyawan

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12 menunjukkan nilai VIF dan

tolerance semua variabel dalam penelitian ini tidak mengalami multikolinieritas.

Hal ini ditunjukkan oleh kedua variabel tersebut yang memiliki nilai VIF lebih

kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Hasil pengujian tersebut

menunjukkan bahwa dalam model regresi ini seluruh variabel bebas dan tidak

terjadi masalah multikolinieritas.

4.2.4.3. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Deteksi ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam

suatu model regresi bisa dilakukan dengan melihat pola titik-titik pada satu grafik

scatterplot dengan dasar pengambilan keputusan yakni jika ada pola tertentu

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar tidak

teratur maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas

dapat dilihat pada Gambar 4.3:

Gambar 4.3

Scatterplot Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Pada gambar 4.3 menunjukkan titik yang menyebar diatas dan dibawah angka

0 pada sumbu Y tidak membentuk pola-pola tertentu. Hasil pengujian ini

memperlihatkan bahwa model regresi ini bebas dari masalah heteroskedastisitas

sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel kinerja

Pada uji Glejser dapat dilihat jika variabel independen signifikan dibawah 5%

secara statistik, maka diindikasikan terjadinya heteroskedastisitas. Jika

probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% maka model regresi

tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas (Sudarmanto, 2013:261). Hasil

pengolahan SPSS dapat dilihat pada tabel 4.13:

Tabel 4.13

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.885 1.753 1.646 .104 Kepemimpinan -.074 .050 -.200 -1.466 .147

Iklim Komunikasi Organisasi .041 .056 .100 .736 .464

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi pada uji

Glejser diatas 5% atau 0,05 dimana hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas.

4.2.5 Pengujian hipotesis

Persamaan regresi yang baik adalah yang memenuhi persyaratan asumsi klasik

diantaranya semua data berdistribusi normal, bebas dari gejala multikolinieritas

dan terbebas dari heteroskedastisitas. Dari analisis sebelumnya telah terbukti

bahwa model persamaan yang diajukan dalam penelitian ini telah memenuhi

persyaratan asumsi klasik sehingga model persamaan dalam penelitian ini sudah

dianggap baik. Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis tentang

4.2.5.1. Pengujian hipotesis 1

Hipotesis pertama yang akan diuji adalah seperti di bawah ini:

1) H01 : Kepemimpinan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan

PT. Waruna Nusa Sentana

2) Ha1 : Kepemimpinan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan PT.

Waruna Nusa Sentana

Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

regresi linier sederhana. Dari hasil analisis menggunakan SPSS diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.14

Hasil Uji Regresi Kepemimpinan dan Kinerja Karyawan

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 11.694 2.404 4.864 .000 Kepemimpinan .519 .075 .642 6.964 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Dari tabel 4.14 diatas diketahui nilai konstantanya (a) sebesar 11,694 maka

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 11,694 + 0,519X

Y : Kinerja Karyawan

X : Kepemimpinan

Nilai konstanta adalah 11,694 yang berarti bahwa total skor kinerja karyawan

untuk setiap kenaikan 1 skor kepemimpinan akan meningkatkan skor kinerja

karyawan sebesar 0,519.

Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis digunakan uji – t. Jika t hitung < t tabel atau nilai signifikasi t > 0,05, maka H0 diterima, Ha ditolak.

Sebaliknya, jika t hitung > t tabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak,

Ha diterima. Nilai thitung untuk variabel kepemimpinan (6,964) lebih besar

dibandingkan dengan nilai t

tabel(1,667), atau nilai sig t untuk variabel

kepemimpinan (0,000) lebih kecil dari alpha (0,05). Berdasarkan hasil yang

diperoleh maka menolak H01 dan menerima Ha1 untuk variabel kepemimpinan.

Dengan demikian, secara parsial dikatakan bahwa variabel kepemimpinan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dimana memberi

arti bahwa kepemimpinan berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Tabel 4.15

Nilai Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .642a .413 .404 2.522

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui nilai koefisien determinasi atau R Square

adalah 0,413, hal tersebut berarti bahwa variabel kepemimpinan memengaruhi

variabel kenerja karyawan sebesar 41,3%. Sedangkan koefisien korelasi R = 0,642

yang berarti menunjukkan terdapat hubungan yang cukup kuat dan positif antara

4.2.6. Pengujian hipotesis 2

Hipotesis pertama yang akan diuji adalah seperti di bawah ini:

1) H02 : Iklim komunikasi organisasi tidak memiliki pengaruh terhadap

kinerja karyawan PT. Waruna Nusa Sentana

2) Ha2 : Iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. Waruna Nusa Sentana

Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

regresi linier sederhana. Dari hasil analisis menggunakan SPSS diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.16

Hasil Uji Regresi Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 13.460 2.994 4.495 .000 Iklim Komunikasi .462 .092 .515 4.990 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Dari tabel 4.16 diatas diketahui nilai konstantanya (a) sebesar 13,460 maka

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 13,460 + 0,462X

Y : Kinerja Karyawan

X : Iklim Komunikasi

Nilai konstanta adalah 13,460 yang berarti bahwa total skor kinerja karyawan

yang artinya untuk setiap kenaikan 1 skor iklim komunikasi organisasi akan

meningkatkan skor kinerja karyawan sebesar 0,462.

Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis digunakan uji – t. Jika t hitung < t tabel atau nilai signifikasi t > 0,05, maka H0 diterima, Ha ditolak.

Sebaliknya, jika t hitung > t tabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak,

Ha diterima. Nilai t hitung untuk variabel iklim komunikasi organisasi (4,990) lebih

besar dibandingkan dengan nilai t

tabel (1,667), atau nilai sig t untuk variabel iklim

komunikasi oganisasi (0,00) lebih kecil dari alpha (0,05). Berdasarkan hasil yang

diperoleh maka menolak H02 dan menerima Ha2 untuk variabel iklim komunikasi

organisasi. Dengan demikian, secara parsial dikatakan bahwa variabel iklim

komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Tabel 4.17

Nilai Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .515a .265 .255 2.821

a. Predictors: (Constant), Iklim Komunikasi

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.17 diketahui nilai koefisien determinasi atau R Square

adalah 0,265, hal tersebut berarti bahwa variabel iklim komunikasi organisasi

memengaruhi variabel kenerja karyawan sebesar 26,5%. Sedangkan koefisien

korelasi R = 0,515 yang berarti menunjukkan terdapat hubungan yang cukup kuat

4.2.7. Pengujian hipotesis 3

Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah seperti di bawah ini:

1) H03 : Kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi tidak memiliki

pengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Waruna Nusa Sentana

2) Ha3 : Kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh

terhadap kinerja karyawan PT. Waruna Nusa Sentana

Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini menggunakan metode analisis

regresi linier berganda. Dari hasil analisis menggunakan SPSS diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.18

Hasil Uji Regresi Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std.Error Beta 1 (Constant) 7.329 2.837 Kepemimpinan .415 .082 .514

Iklim Komunikasi Organisasi .239 .091 .267

a. Dependent Variable : Kinerja Karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.18 maka persamaan regresi linear berganda dalam

penelitian ini adalah:

Y = 7,329 + 0,415X1+ 0,239X2

1) Koefisien regresi X

1 untuk variabel kepemimpinan bernilai positif 0,415

artinya bahwa pengaruh variabel kepemimpinan searah dengan

variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan

kinerja karyawan.

2) Koefisien regresi X

2 untuk variabel iklim komunikasi organisasi bernilai

positif 0,239 artinya pengaruh variabel iklim komunikasi organisasi searah

dengan peningkatan kinerja karyawan. Dimana hal ini menunjukkan iklim

komunikasi organisasi memberikan dampak yang positif terhadap

peningkatan kinerja karyawan.

Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan besarnya variasi

variabel dependen (kinerja karyawan) yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen (kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi). Koefisien

determinasi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel kepemimpinan,

dan iklim komunikasi organisasi dalam menerangkan variabel kinerja karyawan.

Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai R square dapat dilihat pada

tabel 4.19:

Tabel 4.19

Nilai Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .684a .467 .452 2.419

a.Predictors : (Constant), Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi

b. Dependent Variable : Kinerja Karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.19 diatas diperoleh nilai (R²) sebesar 0,467 yang artinya

bahwa kemampuan variabel independen yaitu variabel kepemimpinan (X1) dan

iklim komunikasi organisasi (X

53,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

Uji serempak/uji F dilakukan untuk mengetahui tingkat positif dan signifikansi

dari seluruh variabel independen kepemimpinan, iklim komunikasi organisasi

terhadap variabel dependen kinerja karyawan. Hasil pengujian uji F pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.20:

Tabel 4.20

Hasil Uji Hipotesis Secara Serempak

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 349.282 2 174.641 29.846 .000a

Residual 397.901 68 5.851

Total 747.183 70

a. Predictors: (Constant), Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 4.16 diatas diperoleh hasil FHitung sebesar 29,846

sedangkan F

Tabel pada α = 0,05 dengan derajat pembilang 2 dan derajat penyebut

68 diperoleh Ftabel sebesar 3,132 maka dari hasil ini diketahui Fhitung > Ftabel, dan

signifikansi 0,00 atau lebih kecil dari α = 0,05 jadi posisi titik uji signifikansi berada pada wilayah penolakan H

03. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

H

a3 diterima yang artinya variabel independen yakni variabel kepemimpinan dan

iklim komunikasi organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel dependen yakni kinerja karyawan. Hal tersebut

berarti jika kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi secara bersama-sama

PEMBAHASAN

Kepemimpinan pada PT. Waruna Nusa Sentana memberikan pengaruh secara

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dimana nilai thitung sebesar

(6,964) lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel(1,667), atau nilai sig t untuk

variabel kepemimpinan (0,00) lebih kecil dari alpha (0,05). Nilai koefisien regresi

0,519 memberi arti setiap kenaikan kepemimpinan satu satuan mengakibatkan

kinerja karyawan akan naik sebesar 0,519. Dalam penelitan ini terbukti

kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam

meningkatnya kinerja karyawan, hal selaras dengan pendapat Kartono (2005:93)

bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu penelitian yang

dilakukan Jamaluddin (2011) yang menunjukkan bahwa kepemimpinan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Mopoli Raya Medan,

dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan. Dan hasil penelitian Trisninawati

(2008) yang menunjukkan kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai dinas pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pemimpin pada PT. Waruna

Nusa Sentana memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan

pengawasan perilaku karyawan untuk peningkatan kinerja karyawan. Pengawasan

dilakukan secara konsisten dimana setiap pagi para pimpinan departemen

melalui laporan hasil kerja baik harian, mingguan maupun bulanan. Hal ini sejalan

dengan salah satu fungsi pemimpin adalah sebagai pengendali, dimana pemimpin

melaksanakan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar

terhindar dari penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun di

dalam pelaksanaan rencana dan atau program kerja perusahaan sehingga

pencapaian tujuan menjadi efektif dan efisien.

Fungsi pemimpin sebagai motivator dimana pemimpin merumuskan dan

melaksanakan berbagai kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong

karyawan untuk melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan

tanggungjawabnya yang mampu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

pencapaian tujuan perusahaan telah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan

dengan adanya dukungan pemimpin dalam meningkatkan kinerja karyawan

berupa pemberian pelatihan dan pengembangan serta perubahan – perubahan yang dilakukan oleh pemimpin dalam meningkatkan kinerja karyawan sangat dirasakan

oleh karyawan dimana inovasi dan perkembangan teknologi dalam perbaikan

kapal selalu diikuti dengan baik oleh PT. Waruna Nusa Sentana.

Inovasi dan pengembangan teknologi dalam hal perbaikan kapal yang

diterapkan pada PT. Waruna Nusa Sentana tidak terlepas dari berjalannya fungsi

pemimpin sebagai inovator dan komunikator yang unggul, sehingga setiap temuan

dan perkembangan dapat diterapkan oleh segenap karyawan yang berdampak pada

peningkatan kualitas perbaikan kapal.

Fungsi kepemimpinan pada PT. Waruna Nusa Sentana berjalan dengan baik

selaras dengan fungsi kepemimpinan menurut Gorda (2004:154) yaitu sebagai

dengan pendapat Hasibuan (2006:170) kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan

bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu

pemimpin harus mampu memandu, menuntun, membimbing dan memberikan dan

membangun motivasi kerja serta menjalin komunikasi yang baik dalam

memberikan pengawasan yang efisien dalam rangka peningkatan kinerja.

Hal yang masih harus ditingkatkan oleh para pemimpin di PT. Waruna Nusa

Sentana adalah keberanian dalam mengambil keputusan dengan

memperhitungkan keuntungan dan resiko dari setiap keputusan yang akan

diambil. Keberanian dalam mengambil keputusan diperlukan agar para anggota

atau bawahan mendapatkan suatu kepastian dalam bertindak terutama dalam hal

penyelesaian pekerjaan dimana kapal – kapal yang datang untuk diperbaiki memiliki masalah yang berbeda – beda dan memerlukan penanganan yang berbeda – beda pula. Untuk itu diperlukan kejelasan aturan dan batas kewenangan dari setiap pimpinan dalam hal pengambilan keputusan, hal ini sejalan dengan

teori birokrasi yang dikemukakan Weber dalam Morissan (2013) yang

menekankan pentingnya birokrasi rasional dalam menjalankan organisasi yang

meliputi 3 (tiga) aspek yaitu otoritas, spesialisasi dan peraturan.

Keberhasilan pemimpin dalam melaksanakan tugasnya untuk menghasilkan

kinerja tidak terlepas dari dukungan dari iklim komunikasi organisasi yang

mendorong tercapainya kinerja tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi antara lain : kepercayaan, pembuatan keputusan

dalam komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan – tujuan berkinerja tinggi (Pace dan Faules, 2010: 159 -160).

Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Waruna Nusa Sentana ditemukan bahwa

iklim komunikasi organisasi berperan positif dan signifikan terhadap peningkatan

kinerja karyawan dimana nilai thitung sebesar (4,990) lebih besar dibandingkan

dengan nilai ttabel(1,667), atau nilai sig t untuk variabel iklim komunikasi

organisasi (0,00) lebih kecil dari alpha (0,05). Nilai koefisien regresi 0,462

memberi arti setiap kenaikan iklim komunikasi organisasi sebesar satu satuan

berdampak pada kenaikan kinerja karyawan sebesar 0,462. Tingkat kepercayaan

terhadap pimpinan dan rekan kerja cukup baik, perbedaan pendapat di dukung

oleh organisasi dalam rangka memperoleh terobosan baru dalam peningkatan

kinerja, serta organisasi menempatkan kesejahteraan karyawan sebagai sesuatu

yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yaitu penelitian yang

dilakukan Onom (2011) yang menunjukkan bahwa variabel iklim komunikasi

organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di kantor

regional IV Badan Kepegawaian Negara Medan. Dan hasil penelitian Sanra

(2010) yang menunjukkan terdapat hubungan yang tinggi antara iklim komunikasi

organisasi dengan kinerja pegawai di UPT. BBI Gedung Johor Medan.

Dalam rangka meningkatkan iklim komunikasi organisasi yang positif

keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan dalam PT. Waruna Nusa

Sentana perlu ditingkatkan. Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan

akan menimbulkan rasa memiliki dan meningkatkan dukungan karyawan pada

Waruna Nusa Sentana untuk melihat suatu kebijakan ataupun keputusan yang

akan diambil dari sudut pandang karyawan yang nantinya akan

mengimplementasikan kebijakan atau keputusan tersebut.

Keterbukaan terhadap informasi berupa penerimaan informasi dan kemudahan

akses terhadap informasi yang dibutuhkan karyawan berkaitan dengan

pekerjaannya harus mendapatkan perhatian dari management PT. Waruna Nusa

Sentana, pemanfaatkan teknologi informasi berbasis internet dan komunikasi dua

arah saat pertemuan rutin merupakan solusi yang dapat dilaksanakan dalam

rangka membangun iklim komunikasi organisasi yang positif. Sesuai dengan

pendapat Muhammad (2009:85) iklim komunikasi yang positif akan mendorong

anggota organisasi untuk berkomunikasi secara terbuka rileks dan ramah dengan

anggota lainnya. Keterbukaan dan keramahan dalam berkomunikasi pada

organisasi akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan. Hal ini sekaligus

mempertegas teori informasi organisasi yang dikemukakan oleh Karl Weick

dimana salah satu asumsi dalam teori tersebut menyatakan bahwa organisasi

berusaha untuk mengurangi ketidakpastian informasi (Morrisan, 2013:399).

Kinerja menurut Mangkunegara (2009:67) adalah hasil kerja secara kualitas

Dokumen terkait