PT. WARUNA NUSA SENTANA
TESIS
Oleh
RONNY EDWARD 127045007
M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PT. WARUNA NUSA SENTANA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RONNY EDWARD 127045007
M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA Nama Mahasiswa : Ronny Edward
Nomor Pokok : 127045007 Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
(Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS) (Dra. Fatma Wardi, MA)
NIP. 195808101986011001 NIP. 196208281987012001
Ketua Program Studi, Dekan,
(Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)
NIP. 196704051990032002 NIP. 196805251992031002
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS
2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA 3. Drs. Safrin, M.Si
JUDUL TESIS
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KOMUNIKASI
ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa:
1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. 2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.
3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian penulis sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Teori – teori yang digunakan adalah komunikasi organisasi, jaringan komunikasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, kepemimpinan, iklim komunikasi organisasi dan kinerja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis statistik regresi linier berganda. Analisa data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 20.0 for windows. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 250 orang dan penentuan sampel menggunakan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 71 orang karyawan PT. Waruna Nusa Sentana. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis data regresi linier berganda menghasilkan persamaan Y=7,329+0,415X1+0,239X2 membuktikan bahwa
hipotesa yang diterima adalah Ha yaitu kepemimpinan dan iklim komunikasi
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Adapun pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 46,7% dan sisanya sebesar 53,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hal tersebut berarti jika kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi PT. Waruna Nusa Sentana mengalami kenaikan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan
EMPLOYEE AT PT. WARUNA NUSA SENTANA
ABSTRACT
This research entitled the Influence of Leadership and Communication Climate of Organization to the Performance of Employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The objective of this research is to study and analyze the influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The applied theories is organization communication, communication network, communication function in organization, leadership, communication climate organization and performance. The method of research is quantitative method by multi linier regression statistic analysis. The data was analyzed using statistical data processing software SPSS 20 for windows. The population in this research is 250 respondent and sampling by Slovin formula to obtain the sampel for 71 employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The result of statistical test using multi linier regression data analysis is an equation Y=7,329+0,415X1+0,239X2 indicates that accepted hypothesis is
Ha i.e the leadership and communication climate of organization has a positive and significant influence to the performance of employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee is 46,7% and its remain for 53,3% is influence by other factors. It means that if leadership and communication climate of organization of PT. Waruna Nusa Sentana is increase, the performance of employee also increases.
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah – Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D, selaku Ketua Penguji dan Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
7. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan
8. Seluruh Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan motivasi dalam setiap perkuliahan. 9. Kepada rekan-rekan PT. Waruna Nusa Sentana yang telah membantu
dalam menyelesaikan penyusunan dan pengadaan data – data yang dibutuhkan penulis dalam penulisan tesis ini
10.Semua pihak yang telah berpartisipasi membantu penulis dalam menjalani pendidikan maupun dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, Agustus 2014 Penulis
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ... iii
PERNYATAAN ... iv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Komunikasi Organisasi ... 10
2.2.1. Definisi Komunikasi Organisasi ... 10
2.2.2. Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi ... 14
2.2.3. Fungsi Komunikasi Organisasi ... 19
2.2.4. Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi ... 22
2.2.5. Teori Komunikasi Organisasi ... 25
2.3. Kepemimpinan ... 28
2.3.1. Pengertian Kepemimpinan... 28
2.3.2. Pengertian Pemimpin ... 30
2.3.3. Fungsi, Tanggung Jawab dan Karakteristik Pemimpin ... 31
2.3.4. Gaya Kepemimpinan ... 37
2.3.5. Teori Kepemimpinan ... 40
2.4. Iklim Komunikasi Organisasi ... 41
2.4.1. Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi ... 41
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Komunikasi Organisasi ... 43
2.5. Kinerja ... 46
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54
3.2. Jenis Penelitian ... 54
3.3. Metode Pengkuran ... 54
3.3.1. Definisi Operasional Variabel ... 54
3.4.2. Sampel ... 56
4.1.3.Struktur Organisasi PT. Waruna Nusa Sentana ... 68
4.2. Hasil Penelitian ... 72
4.2.1.Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 72
4.2.1.1. Uji Validitas ... 73
4.2.1.2. Uji Reliabilitas ... 76
4.2.2.Karakteristik Responden ... 76
4.2.3.Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 78
4.2.3.1. Penjelasan Responden atas Variabel Kepemimpinan ... 78
4.2.3.2. Penjelasan Responden atas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi ... 81
4.2.3.3. Penjelasan Responden atas Variabel Kinerja Karyawan ... 85
4.2.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 87
4.2.4.1. Uji Normalitas ... 88
4.2.4.2. Uji Multikolinieritas ... 89
4.2.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 90
4.2.5. Pengujian Hipotesis ... 92 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 107
6.2. Saran ... 108
Tabel Hal
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55
3.2 Instrumen Skala Likert ... 56
4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan ... 73
4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi ... 74
4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan ... 75
4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Variabel ... 76
4.5 Jenis Kelamin Responden ... 77
4.6 Tingkat Pendidikan Responden ... 77
4.7 Usia Responden ... 78
4.8 Penjelasan Responden Atas Variabel Kepemimpinan ... 79
4.9 Penjelasan Responden Atas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi. 82 4.10 Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Karyawan ... 85
4.11 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov ... 89
4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 90
4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 92
4.14 Hasil Uji Regresi Kepemimpinan dan Kinerja Karyawan ... 93
4.15 Nilai Koefisien Determinasi ... 94
4.16 Hasil Uji Regresi Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan ... 95
4.17 Nilai Koefisien Determinasi ... 96
4.18 Hasil Uji Regresi Kepemimpinan, Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan ... 97
4.19 Nilai Koefisien Determinasi ... 98
Gambar Hal
2.1 Kerangka Berpikir ... 52
4.1 Struktur Organisasi PT. Waruna Nusa Sentana ... 68
4.2 Grafik P-Plot ... 88
KARYAWAN PADA PT. WARUNA NUSA SENTANA
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Teori – teori yang digunakan adalah komunikasi organisasi, jaringan komunikasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, kepemimpinan, iklim komunikasi organisasi dan kinerja. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis statistik regresi linier berganda. Analisa data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 20.0 for windows. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 250 orang dan penentuan sampel menggunakan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 71 orang karyawan PT. Waruna Nusa Sentana. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis data regresi linier berganda menghasilkan persamaan Y=7,329+0,415X1+0,239X2 membuktikan bahwa
hipotesa yang diterima adalah Ha yaitu kepemimpinan dan iklim komunikasi
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Waruna Nusa Sentana. Adapun pengaruh kepemimpinan dan iklim komunikasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 46,7% dan sisanya sebesar 53,3% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hal tersebut berarti jika kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi PT. Waruna Nusa Sentana mengalami kenaikan maka akan berdampak pada peningkatan kinerja karyawan
EMPLOYEE AT PT. WARUNA NUSA SENTANA
ABSTRACT
This research entitled the Influence of Leadership and Communication Climate of Organization to the Performance of Employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The objective of this research is to study and analyze the influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee at PT. Waruna Nusa Sentana. The applied theories is organization communication, communication network, communication function in organization, leadership, communication climate organization and performance. The method of research is quantitative method by multi linier regression statistic analysis. The data was analyzed using statistical data processing software SPSS 20 for windows. The population in this research is 250 respondent and sampling by Slovin formula to obtain the sampel for 71 employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The result of statistical test using multi linier regression data analysis is an equation Y=7,329+0,415X1+0,239X2 indicates that accepted hypothesis is
Ha i.e the leadership and communication climate of organization has a positive and significant influence to the performance of employee of PT. Waruna Nusa Sentana. The influence of leadership and communication climate of organization to the performance of employee is 46,7% and its remain for 53,3% is influence by other factors. It means that if leadership and communication climate of organization of PT. Waruna Nusa Sentana is increase, the performance of employee also increases.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat berdampak
pada tingginya tingkat persaingan, memberi kesadaran kepada semua pihak bahwa
perubahan diberbagai bidang termasuk lingkungan bisnis dan organisasi sedang
berlangsung dengan begitu pesat. Perubahan yang terjadi saat ini, merupakan
dampak baik secara langsung maupun tidak langsung dari globalisasi yang
dialami semua negara di dunia tidak terkecuali negara Indonesia.
Era globalisasi yang sarat akan persaingan bisnis yang kompetitif ini, menuntut
organisasi bisnis untuk terus menerus beradaptasi mengikuti arus perubahan yang
sangat cepat dan massif. Derasnya arus perubahan membawa konsekuensi logis
bagi organisasi untuk selalu mengantisipasi dan mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang
semakin dinamis, dan cenderung sulit diprediksi pada era global saat ini
membutuhkan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cakap, terampil,
berkeahlian, tanggap terhadap perubahan serta memiliki kinerja yang tinggi.
Dalam suatu organisasi kinerja perorangan (individual perfomance) sangat
menentukan kinerja organisasi (organization perfomance), organisasi dalam
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tentunya melalui kegiatan-kegiatan
yang digerakkan oleh orang atau sekelompok orang yang bekerja sama dan aktif
Dengan kata lain, tujuan organisasi dapat tercapai disebabkan adanya upaya yang
dilakukan oleh orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut.
Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh unsur karyawannya, kinerja
karyawan yang baik akan berdampak pada kinerja organisasi secara keseluruhan,
yang pada akhirnya dapat terlihat dari pencapaian organisasi. Hal ini sejalan
dengan definisi kinerja menurut Suntoro yaitu kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika,
2006:121).
Pemimpin sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi.
Kartono (2005:93) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Fungsi pemimpin adalah
untuk memandu, menuntun, membimbing, memberikan dan membangun motivasi
kerja, menjalin komunikasi yang baik dalam memberikan pengawasan yang
efisien dan membawa bawahannya kepada sasaran yang ingin dituju dengan
kriteria dan waktu yang telah ditetapkan (Kartono 2005: 64).
Kepemimpinan merupakan keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi
orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang memang
diinginkan bersama (Susilo,1998:64). Kepemimpinan mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam kehidupan organisasi maupun berkelompok. Untuk mencapai
tujuan bersama, manusia di dalam organisasi perlu membina kebersamaan dengan
mengikuti pengendalian dari pemimpinnya. Dengan pengendalian tersebut,
dipertemukan untuk digerakkan kearah yang sama oleh seorang pemimpin untuk
mencapai tujuan bersama.
Seorang pemimpin harus mampu menjadi motor penggerak bagi orang lain
atau bawahan untuk dapat menjalankan setiap aktivitas organisasi dalam
mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi. Pemimpin organisasi dapat
melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi orang lain atau bawahan
agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah dalam pencapaian tujuan
organisasi. Untuk dapat mempengaruhi orang lain atau bawahannya dalam rangka
meningkatkan kinerja dan pencapaian tujuan organisasi pemimpin harus mampu
berkomunikasi dengan baik sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan
dilaksanakan oleh orang lain atau bawahannya.
Menurut Rival (2004:53) tugas dari pemimpin adalah: pertama, instruktif
dimana pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang mengarahkan serta
menentukan apa, bagaimana, bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar
keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kedua, konsultatif yaitu konsultasi
dari pemimpin pada orang - orang yang dipimpin setelah keputusan ditetapkan
dan sedang dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipatif yaitu pemimpin berusaha
mengaktifkan orang – orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam pelaksanaannya. Keempat, delegasi yaitu
pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan
keputusan. Kelima, pengendalian yaitu pemimpin mampu mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga tujuan
bersama dapat tercapai dengan maksimal. Pemimpin bertanggung jawab atas maju
melaksanakan fungsi managerial, membina bawahan, menciptakan iklim kerja
yang baik dan harmonis serta menjadi wakil dalam membina hubungan dengan
pihak luar (Sarmita, 2013:6-7).
Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengarahkan bawahannya untuk
menghasilkan kinerja tidak terlepas dari kondisi iklim komunikasi organisasi yang
mendorong tercapainya kinerja tersebut. Komunikasi adalah salah satu aktivitas
yang sangat penting bagi suatu organisasi karena komunikasi merupakan alat
utama bagi anggota organisasi untuk dapat berkerja sama, informasi dan ide – ide
diantara para anggota organisasi dapat disampaikan secara timbal balik.
Komunikasi merupakan bagian dari organisasi yang mempunyai tujuan untuk
mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut agar
dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dewi (2006:23) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut : pertama fungsi informatif, organisasi dapat dipandang suatu
sistem pemrosesan informasi dimana seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Kedua fungsi regulatif, komunikasi berfungsi sebagai pengatur dan
pengendali organisasi. Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur,
perintah dan larangan. Ketiga fungsi persuasif, komunikasi berfungsi mengajak
orang lain mengikuti atau menjalankan ide/gagasan atau tugas. Keempat fungsi
integratif, komunikasi berfungsi menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam
tersebut mempercayai mereka dan memberikan mereka kebebasan untuk
mengambil resiko; mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab
dalam mengerjakan tugas – tugas mereka; menyediakan informasi yang terbuka
dan cukup tentang organisasi; mendengarkan dengan penuh perhatian serta
memperoleh infomasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota
organisasi; secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi
sehingga mereka melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan
dalam organisasi (Pace dan Faules, 2010: 154).
Iklim komunikasi organisasi adalah gabungan dari persepsi – persepsi suatu
evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons
karyawan terhadap karyawan lainnya, harapan – harapan, konflik – konflik
antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tesebut (Pace
dan Faules, 2010:147). Iklim komunikasi yang positif seperti adanya saling
percaya, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, memberikan informasi
terbuka dan cukup, mendengarkan dengan penuh perhatian dan saling memberi
bantuan (Pace dan Faules, 2010: 154), cenderung meningkatkan dan mendukung
komitmen serta kinerja karyawan pada organisasi
PT. Wanuna Nusa Sentana berkedudukan di jalan Bagan Deli Lama, Belawan
adalah perusahaan yang bergerak di bidang galangan kapal (shipyard) berdiri
sejak tahun 1990 merupakan salah satu perusahaan galangan kapal yang ada di
Provinsi Sumatera Utara. Saat ini PT. Waruna Nusa Sentana memiliki 6 dry dock
(dok) dengan kapasitas mulai dari 1.000 sampai dengan 50.000 deadweight
perusahaan galangan kapal terbesar di Indonesia. (Hasil wawancara dengan
Manager Galangan PT. Waruna Nusa Sentana, Februari 2014).
Pengguna jasa galangan kapal PT. Waruna Nusa Sentana meliputi berbagai
perusahaan nasional maupun internasional seperti PT. Pertamina, PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang, Wilmar Group, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Semen
Indonesia, Tbk, CNOOC, Shipload Maritime PTE LTD. Untuk mengantisipasi
peningkatan kebutuhan akan jasa galangan kapal yang terus meningkat PT.
Waruna Nusa Sentana saat ini sedang membangun dry dock yang ke-7 dengan
kapasitas 120.000 DWT yang diperkirakan selesai pada akhir tahun 2016. (Hasil
wawancara dengan Manager Galangan PT. Waruna Nusa Sentana, Februari 2014).
PT. Waruna Nusa Sentana tumbuh dengan pesat sejak didirikan dari tahun
1990 sampai saat ini menjadi salah satu perusahaan galangan kapal terbesar di
Indonesia, tidak terlepas dari kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya
(Hasil wawancara dengan Manager Galangan PT. Waruna Nusa Sentana, Februari
2014). Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kinerja karyawan
antara lain Jojor Onom (2011) meneliti bagaimana Pengaruh Iklim Komunikasi
Organisasi terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI Badan
Kepegawaian Negara Medan, dimana hasil penelitian ini menunjukan bahwa
iklim komunikasi organisasi berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja
pegawai di kantor regional VI badan kepegawaian negara Medan. Rizky Putra
(2011) meneliti bagaimana Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Petisah Medan,
Cabang Petisah Medan. Hasil penelitan - penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa kepemimpinan maupun iklim komunikasi organisasi merupakan faktor
yang mempengaruhi kinerja karyawan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waruna Nusa Sentana”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Pengaruh Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan PT. Waruna Nusa Sentana.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang :
1) Bagaimana pola kepemimpinan yang terjadi di PT. Waruna Nusa Sentana
2) Bagaimana iklim komunikasi organisasi yang terjadi di PT. Waruna Nusa
Sentana
3) Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.
Waruna Nusa Sentana?
4) Apakah iklim komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT. Waruna Nusa Sentana?
5) Apakah kepemimpinan dan iklim komunikasi organisasi secara serempak
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Menambah studi kepustakaan pada Magister Ilmu Komunikasi Universitas
Sumatera Utara
2) Bahan masukan dan informasi bagi pimpinan PT. Waruna Nusa Sentana,
khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan dan iklim komunikasi
organisasi terhadap kinerja karyawan
3) Penambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang
komunikasi organisasi khususnya yang berkaitan dengan kepemimpinan,
iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan
4) Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang menfokuskan studi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peneltian Terdahulu
Jojor Onom (2011) melakukan penelitian dengan judul : Iklim Komunikasi
Organisasi dan Peningkatan Kinerja Pegawai sebuah Studi Korelasional tentang
Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Kantor
Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Responden dalam penelitian ini
berjumlah 32 orang dan data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi
person product moment. Hasil dari penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang
tinggi atau kuat antara iklim komunikasi organisasi terhadap peningkatan kinerja
pegawai.
Jamaluddin (2011) melakukan penelitian dengan judul : Analisis Pengaruh
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Mopoli Raya Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 43 orang dan
data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Mopoli Raya
Medan, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan.
Trisninawati (2008) melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh
Komunikasi, Iklim Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Pada
Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah 80 orang dan data dianalisis dengan menggunakan analisis
1) Komunikasi, iklim organisasi dan kepemimpinan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai dinas pendidikan nasional provinsi Sumatera
Selatan;
2) Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas
pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan;
3) Iklim organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas
pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan;
4) Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai dinas
pendidikan nasional provinsi Sumatera Selatan.
2.2. Komunikasi Organisasi
Organisasi dibentuk melalui komunikasi ketika individu di dalamnya saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan individu dan tujuan bersama.
Proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi menghasilkan berbagai hal
seperti hubungan kewenangan, terciptanya peran, adanya jaringan komunikasi dan
iklim komunikasi dalam organisasi.
2.2.1. Definisi komunikasi organisasi
Dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan adanya komunikasi yang mampu
mengembangkan sikap anggota untuk merubah pola pikir dan pola perilakunya
sehingga sejalan dengan apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut.
Organisasi menurut Robbins (2001:4) diartikan sebagai suatu unit (satuan) sosial
yang dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang
berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau
Pace dan Faules (2010:11) mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan
dalam memahami organisasi yaitu pendekatan objektif dan pendekatan subjektif.
Pandangan objektif memandang bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang
bersifat fisik dan konkret dan merupakan sebuah struktur dengan batas – batas
yang pasti sedangkan pandangan subjektif memandang organisasi sebagai
kegiatan yang dilakukan orang-orang, organisasi terdiri dari tindakan – tindakan,
interaksi dan transaksi yang melibatkan orang – orang. Berdasarkan pandangan
objektif, organisasi berarti struktur sedangkan berdasarkan pandangan subjektif,
organisasi berarti proses.
Berikut merupakan beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi sebagai
dasar untuk memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi oganisasi
1) Persepsi Redding dan Saborn
Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks,
yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau
komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau
komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi,
keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan
komunikasi evaluasi program
2) Persepsi Katz dan Kahn
Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus
organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem
terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi
ini menjadi produk dan servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau
servis ini kepada lingkungan.
3) Persepsi Zelko dan Dance
Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu
sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam
organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan,
komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan
yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah
komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya,
seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan
hubungan dengan masyarakat umum.
4) Persepsi Thayer
Thayer menggunakan pendekatan sistem secara umum dalam memandang
komunikasi organisasi. Dia mengatakan komunikasi organisasi sebagai
arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses
interkomunikasi dalam beberapa cara. Dia memperkenalkan tiga sistem
komunikasi dalam organisasi yaitu:
(1) Berkenan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas
atau beroperasinya organisasi;
(2) Berkenaan dengan pergaturan organisasi seperti perintah-perintah,
(3) Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi, yang
termasuk bagian ini antara lain hubungan dengan personal dan
masyarakat, pembuat iklan dan latihan
5) Persepsi Greenbaunm
Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk
arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan
komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan
komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan
organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas (Muhammad, 2009: 65-66).
Meskipun bermacam – macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat
disimpulkan yaitu:
1) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun
eksternal
2) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media
3) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan keterampilan/skillnya. (Muhammad, 2009:66)
Sendjaja (1994:186) mengemukakan secara sederhana bahwa komunikasi
organisasi adalah komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi
dalam konteks organisasi. Komunikasi organisasi merupakan suatu kompetensi
awal bagi para anggota suatu organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan
komunikasi yang baik akan mempermudah jalannya suatu organisasi. Dengan kata
lain kemampuan berkomunikasi secara naluriah dimiliki setiap individu dan
merupakan aset yang sangat berharga bagi individu tersebut sebagai modal dalam
melakukan aktifitas organisasi. Adapun Komunikasi organisasi menurut Wayne
Pace dan Don F. Faules (2010:31) didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi.
Organisasi sebagai kerangka kerja (frame of work) dari suatu manajemen
menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas
antara pimpinan dan bawahan dalam suatu sistem manajemen modern. Ada yang
diklasifikasikan sebagai pemimpin dan ada yang bertindak sebagai bawahan.
(Ruslan, 2002:88)
Organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua orang atau lebih, dengan
kegiatan yang saling tergantung satu dengan yang lainnya. Komunikasi dalam
organisasi merupakan suatu kebutuhan, dimana dengan komunikasi segala
kemungkinan yang diusahakan untuk mewujudkan program kerja bagi suatu
organisasi dapat dicapai sesuai dengan tujuan organisasi, komunikasi adalah salah
satu aspek/bagian dalam organisasi.
2.2.2. Jaringan komunikasi dalam organisasi
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang – orang yang menduduki posisi
atau peranan tertentu. Diantara orang – orang ini saling terjadi pertukaran pesan.
Pertukaran pesan itu melalui jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi
Ada enam peranan jaringan komunikasi dalam organisasi yaitu:
1) Opinion Leader adalah pemimpin informal dalam organisasi. Mereka ini
tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam
organisasi tetapi mampu membimbing tingkah laku anggota organisasi dan
mempengaruhi keputusan mereka.
2) Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara
anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan
menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak
memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari
organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau
banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting – penting
saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers mempunyai kekuasaan
dalam memutuskan apakah suatu informasi penting atau tidak. Jika gate
keepers memutuskan bahwa informasi tertentu tidak penting, kemudian
seseorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi
tersebut tidak diberikan. Nyatalah bahwa peranan gate keepers ini sangat
penting dalam jaringan komunikasi.
3) Cosmopolites adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan
lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber
yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai
organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya.
4) Bridge adalah anggota kelompok dalam satu organisasi yang
Individu ini membantu saling memberi informasi di antara
kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok-kelompok.
5) Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri
bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga
membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompok –
kelompok dalam organisasi.
6) Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal
dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan
diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya. (Muhammad,
2009: 102-103)
Secara umum jaringan komunikasi dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:
jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Dengan kata lain
hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi secara formal dan informal.
Komunikasi formal adalah komunikasi yang terjadi diantara para anggota
organisasi yang secara tegas telah direncanakan dan ditentukan dalam struktur
organisasi formal. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku
organisasi, pembagian departemen atau tanggung jawab tertentu, posisi jabatan,
dan distribusi pekerjaan. Ada tiga bentuk arus komunikasi dalam jaringan
komunikasi formal yaitu:
1) Downward communication (komunikasi ke bawah)
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas ke
bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada
memberikan pengertian mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para
anggota sesuai dengan kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat
dijalankan melalui kegiatan: pengarahan, petunjuk, perintah, teguran,
penghargaan, dan keterangan umum. Menurut Lewis (Dalam Muhammad,
2009:108), komunikasi ke bawah juga dimaksudkan untuk merubah sikap,
membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul
karena salah informasi, dan mempersiapkan anggota organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan. Komunikasi ke bawah ini dapat
diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol-simbol, dalam
bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman
karyawan/anggota. Komunikasi ke bawah dapat didefinisikan sebagai
komunikasi yang berlangsung dari pimpinan kepada bawahan (Wursanto,
2005:162).
2) Upward communication (komunikasi ke atas)
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni
pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi/ bawahan kepada
pimpinan. Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukkan,
saran atau bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan
dapat melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi
ke atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota/karyawan untuk
menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya.
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan, pemberian
saran/pendapat, baik secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan
komunikasi yang berlangsung dari bawahan ke atasan (Wursanto,
2005:161).
3) Horizontal communication (komunikasi horizontal).
Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang
mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan
biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling
memberi informasi, penyelesaian konflik, dan koordinasi. Koordinasi
diperlukan untuk mencegah tendensi-tendensi, selain itu juga dimaksudkan
untuk memelihara keharmonisan dalam organisasi. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan cara: rapat-rapat komite, interaksi informal, memo dan
nota, dan lain-lain. Komunikasi horizontal dapat didefinisikan sebagai
komunikasi antara pimpinan atau pejabat yang setingkat dalam suatu
organisasi atau komunikasi antar satuan organsiasi yang setingkat dalam
suatu organisasi (Wursanto, 2005:164).
Komunikasi Informal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi
tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur organisasi
(Wursanto, 2005:167). Komunikasi yang terjadi diantara para anggota organisasi
atas dasar kehendak pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka
dalam organisasi. Informasi dalam komunikasi informal mengalir ke atas, ke
bawah, atau secara horizontal, dan ini terjadi jika komunikasi formal kurang
memuaskan anggota akan informasi yang diperlukan.
Komunikasi informal disebut juga dengan grapevine (desas desus) cenderung
berisi laporan rahasia mengenai orang, atau kejadian - kejadian di luar dari arus
informal, grapevine ini bermanfaat bagi organisasi. Bagi pimpinan grapevine
dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawannya, sedangkan bagi sesama
karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka
(Muhammad, 2009:124). Agar komunikasi berjalan efektif maka diperlukan
jaringan komunikasi (network) baik yang bersifat formal maupun informal.
2.2.3. Fungsi komunikasi organisasi
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan dan
menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya.
Menurut Sendjaja Fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain sebagai
berikut :
1) Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi
untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan
2) Fungsi regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif,
yaitu:
(1) Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran
manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi
perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan
sebagaimana semestinya.
(2) Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3) Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan
ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya
4) Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut,
yaitu:
(1) Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi.
(2) Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi
selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar
dalam diri karyawan terhadap organisasi. (Dalam Bungin,
2008:274)
Sedangkan fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Liliweri (2004)
terbagi dua yaitu :
1) Fungsi umum
(1) To tell : maksudnya komunikasi itu berfungsi untuk
“menceritakan” informasi terkini mengenai sebagian atau
keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
(2) To sell : maksudnya komunikasi itu berfungsi untuk “menjual”
gagasan, ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi,
sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.
(3) To learn : maksudnya komunikasi berfungsi untuk meningkatkan
2) Fungsi khusus
(1) Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu
organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu
dibawah sebuah “komando”
(2) Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi”
antara sesama bagi peningkatan produk organisasi
(3) Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani
atau mengambil keputusan – keputusan dalam suasana yang
“ambigu dan tidak pasti” (Dalam Lubis, 2013:4).
2.2.4. Hambatan dalam komunikasi organisasi
Menurut Wursanto (2005:171-178) dalam bukunya dasar – dasar ilmu
organisasi, hambatan komunikasi dalam organisasi dapat dibagi menjadi :
1) Hambatan yang bersifat teknis
Hambatan yang bersifat teknis adalah hambatan yang disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti:
(1) Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses
komunikasi;
(2) Penguasaan teknis dan metode berkomunikasi yang tidak sesuai;
(3) Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya proses
komunikasi.
2) Hambatan semantik
Hambatan semantik adalah hambatan yang disebabkan kesalahan
bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang dipergunakan dalam
proses komunikasi.
3) Hambatan Perilaku
Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan, adalah
hambatan yang disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik
dari komunikator maupun komunikan. Hambatan perilaku tampak
dalam berbagai bentuk seperti:
(1) Pandangan yang bersifat apriori;
(2) Prasangka yang didasarkan pada emosi;
(3) Susanan otoriter;
(4) Ketidakmauan untuk berubah;
(5) Sifat yang egosentris.
Robbins dalam Suharso (2013: 64-68) menunjukkan beberapa hambatan
komunikasi dalam konteks organisasi, yaitu:
1) Penyaringan (filtering)
Penyaringan pada dasarnya adalah proses memanipulasi informasi
sehingga informasi yang dikirimkan itu terksesan lebih menyenangkan.
Dalam praktik organisasi ini terjadi biasanya pada proses pengiriman
informasi dari bawahan kepada atasan (upward communication).
Komunikasi ini tidak akan menguntungkan kedua belah pihak karena ada
sebagian informasi yang disembunyikan sehingga tidak objektif lagi. Hal
ini akan berpengaruh pada keputuasn yang akan diambil oleh atasan atau
pimpinan puncak. Keputusan yang diambil berdasarkan pada informasi
2) Persepsi selektif
Persepsi selektif ini pada dasarnya proses memilih informasi yang
menguntungkan sesuai dengan kebutuhan, pengalaman, motivasi, latar
belakang dan karakter dari komunikan.
3) Kelebihan Informasi
Kelebihan informasi pada dasarnya merupakan kondisi dimana informasi
mengalir begitu cepat dan banyak melebihi kemampuan pengolahan
seorang individu. Kelebihan informasi yang terjadi pada karyawan baik
eksekutif maupun bawahan pada dasarnya akan menimbulkan dampak
negatif. Mereka cenderung akan menyeleksi, mengabaikan atau melupakan
informasi itu. Selain itu dampak yang mungkin timbul adalah situasi jenuh
dan stres pada karyawan yang akhirnya mempengaruhi produktivitas kerja
mereka menjadi menurun.
4) Defensif
Wujud dari tindakan defensif antara lain, mudah tersinggung, menyindir
orang lain yang dianggap sebagai ancaman, ungkapan – ungkapan yang
kasar, mengucilkan diri, sulit diajak berkomunikasi sehingga akhirnya
komunikasi betul-betul tidak efektif. Dalam beberapa kasus, tidak jarang
kondisi ini sampai pada tindakan yang paling fatal, yaitu tindakan fisik.
5) Bahasa
Dalam konteks organsiasi, biasanya karyawan berasal dari latar belakang
yang beraneka ragam, baik dari segi pendidikan maupun suku, oleh karena
itu memiliki pola berbicara yang berbeda. Perbedaan itu meliputi kata –
perasaannya dan sebagainya. Dengan adanya departementalisasi atau
pengelompokan kerja dalam praktik organisasi, maka akan menimbulkan
terjadinya spesialisasi kerja. Spesialisasi kerja inilah yang kemudian
memunculkan terjadinya penggunaan kata atau ungkapan khusus yang
terutama hanya dimengerti oleh masing-masing kelompok kerja tersebut.
Bagi organisasi – organisasi besar yang memiliki cabang di daerah atau
bahkan negara yang berbeda tentu saja penggunaan bahasa yang khas ini
akan lebih menyulitkan proses komunikasi.
6) Kegelisahan komunikasi
Kegelisahan komunikasi pada dasarnya ketegangan dan kecemasan yang
tidak pada tempatnya dalam komunikasi lisan, tulisan dan keduanya.
Bentuk kegelishan komunikasi ini bermacam – macam, antara lain, pucat,
keluar keringat dingin, gagap, gemetar, tidak berani menatap lawan bicara,
berjalan atau berdiri dengan sikap yang tidak meyakinkan.
2.2.5. Teori komunikasi organisasi
Teori komunikasi telah memberikan sumbangan yang besar terhadap
pengertian mengenai organisasi. Pola – pola komunikasi berperan penting dalam
memajukan studi mengenai organisasi yaitu dengan menunjukkan pentingnya pola
– pola komunikasi dalam pembangunan hubungan jaringan, stuktur kekuasaan dan
iklim komunikasi organisasi.
Beberapa teori – teori dalam komunikasi yang berkaitan dengan organisasi
1) Teori Birokrasi Weber
Max Weber adalah pemikir yang memberikan perhatian sangat besar pada
bagaimana manusia bertindak secara rasional untuk mencapai tujuannya. Weber
mendefinisikan organisasi sebagai “A System of purpose interpersonal activity
designed to coordinate individual task” (suatu sistem kegiatan interpersonal
bertujuan yang dirancang untuk mengordinasikan tugas individu)
(Morrisan,2013:391). Bagi Weber istilah birokrasi tidak dapat dipisahkan dengan
istilah rasionalitas karena menggunakan pemikiran rasional dalam
mengembangkan organisasi. Menurut Weber dalam Morissan (2013:393-397)
Ada tiga faktor yang harus dimiliki organisasi untuk mewujudkan birokrasi
rasional yaitu:
(1) Otoritas
Otoritas biasanya muncul bersama – sama dengan kekuasaan, pada
organisasi otoritas haruslah sah atau legitimate yang berarti pemegang
otoritas telah diberikan izin secara formal oleh organisasi. Ketika
seseorang menjadi anggota suatu organisasi maka orang tersebut akan
setuju untuk mengikuti segala aturan yang menjamin kewenangan atau
kekuasaan yang dimiliki oleh orang – orang tertentu dalam organisasi.
Menurut Weber, cara terbaik untuk mengelola kewenangan legal
rasional adalah melalui hirarki, dengan kata lain atasan memiliki
atasan lagi, dan atasan dengan kedudukan lebih tinggi memiliki atasan
(2) Spesialisasi
Spesialisasi berarti sejumlah individu dibagi menurut pembagian
pekerjaan, dan mereka mengetahui pekerjaan mereka masing – masing
dalam organisasi. Weber menyatakan bahwa spesialisasi adalah hal
penting bagi birokrasi yang rasional, garis batas yang jelas dan tegas
memisahkan satu fungsi bagian dengan bagian lainnya dalam
organisasi harus dinyatakan dengan aturan dan prosedur yang jelas.
(3) Peraturan
Aspek ketiga dari birokrasi adalah kebutuhan terhadap peraturan. Apa
yang membuat koordinasi organsiasi dimungkinkan adalah, karena
adanya pelaksanaan dari seperangkat aturan bersama yang mengatur
perilaku setiap orang. Menurut Weber, aturan organisasi haruslah
rasional yang berarti bahwa aturan dirancang untuk mencapai tujuan
organisasi dan supaya organisasi dapat mengikuti segala hal yang
terjadi maka setiap kegiatan operasional organisasi perlu dicatat agar
dapat dievaluasi.
2) Teori Informasi Organisasi
Teori ini dikemukakan oleh Karl Weick, teori informasi organisasi
memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi, karena
menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis bagaimana mengatur
atau mengorganisasi manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam
Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami
informasi yang membinggungkan dan multitafsir. Terdapat beberapa
asumsi yang mendasari teori ini yaitu:
(1) Organisasi berada dalam suatu lingkungan informasi;
(2) Informasi yang diterima suatu organisasi berbeda dalam hal tingkat
kepastiannya;
(3) Organisasi berusaha untuk mengurangi ketidakpastian informasi.
2.3. Kepemimpinan
2.3.1 Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi yang
mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Hal
ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama
dan memotivasi mereka dalam pencapaian tujuan.
Menurut pendapat Toha (2003:1), Organisasi akan berhasil atau bahkan gagal
sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Seorang pemimpinlah yang
bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan suatu
ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi
yang terpenting dan akan selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya.
Berikut ini merupakan beberapa definisi dari kepemimpinan menurut para ahli:
1) Kepemimpinan adalah kemampuan tiap pimpinan didalam mempengaruhi
dan menggerakkan bawahannya sedemikian rupa sehingga para
disiplin tinggi, dimana para bawahan diikat dalam kelompok secara
bersama-sama dan mendorong mereka ke suatu tujuan tertentu (Kerlinger,
2002:25).
2) Kepemimpinan adalah sifat, karakter, atau cara seseorang dalam upaya
membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang agar
mereka bersedia, berkomitmen dan setia untuk melaksanakan kegiatan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya (Gorda, 2006:157).
3) Kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi (Toha, 2003:5).
4) Kepemimpinan adalah suatu proses penggunaan pengaruh positif terhadap
orang lain untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas atau
mengubah perilakunya (Wexly dan Yulk, 2003:189).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sifat atau karakter, atau kegiatan atasan atau pimpinan
untuk mempengaruhi perilaku sekelompok karyawan secara positif, membimbing
dan mengarahkannya agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai dengan baik.
Sebuah kepemimpinan bagaikan sebuah bangunan. Ia perlu memiliki fondasi
yang kuat untuk dapat berdiri dengan tegak. Tidak jarang kekuatan sebuah
bangunan jauh tertanam di dasar tanpa perlu terlihat, namun memiliki dampak
yang signifikan bagi keseluruhan kekuatan bangunan. Menurut Suhartono (2011:
28-31) di dalam bukunya Simple Leadership DNA fondasi dari kepemimpinan
1) Attitude atau sikap sering disebut sebagai pilihan diri dalam mengambil
tindakan berdasarkan pada nilai – nilai dan apa yang dianggap benar oleh
diri sendiri;
2) Creativity atau kreativitas adalah bentuk kemampuan seorang pemimpin
memimpin situasi yang ada. Satu tahapan lebih tinggi dari sekedar
memimpin diri sendiri, ia harus mampu memimpin situasi, menggunakan
nalar, pikiran, pengamalan dan ide-ide cemerlang untuk mencapai tujuan;
3) Commitment atau komitment yaitu sebuah bentuk kemampuan memimpin
orang lain yang didasari keinginan demi mencapai kebaikan bersama-sama
dengan orang-orang di sekitarnya. Komitmen akan mengantar seorang
pemimpin menjadi contoh atau role model bagi orang – orang
disekitarnya.
2.3.2 Pengertian pemimpin
Pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa
depan kemudian pemimpin menyatukan orang dengan mengkomunikasikan visi
ini dan mengilhami anggotanya untuk mengatasi rintangan. (Robin, 2003:40).
Berikut ini merupakan pengertian dari pemimpin menurut para ahli :
1) Pemimpin adalah orang-orang yang menggerakkan orang-orang lain agar
orang-orang dalam suatu organisasi yang telah direncanakan dan disusun
terlebih dahulu dalam suasana moralitas yang tinggi, dengan penuh
semangat dan kegairahan dapat menyelesaikan pekerjaannya
masing-masing dengan hasil yang diharapkan (Kartono, 2005:33).
2) Pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Gorda (2006:157).
3) Pemimpin merupakan orang yang menerangkan prinsip dan teknik yang
memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika bekerja sama dengan
orang lain, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan
(Umar, 2005:31).
4) Pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau
sekelompok orang lain dengan prinsip dan teknik yang memastikan
motivasi, disiplin dan produktivitas sehingga dapat mempengaruhi moral
dan kepuasan kerja agar tercapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
(Handoko, 2004 : 293)
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa,
pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khusus dengan
atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya
untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran
tujuan.
2.3.3. Fungsi, tanggung jawab dan karakteristik pemimpin
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu melaksanakan
kepemimpinan dengan efektif yaitu mampu mengelola dan mengatur organisasi
secara efektif. Untuk itu seorang pemimpin harus dapat melaksanakan fungsinya
kepemimpinan dengan baik.
Menurut Gorda (2004 : 154), fungsi kepemimpinan dalam hubungannya
1) Fungsi kepemimpinan sebagai inovator
Sebagai innovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai
inovasi-inovasi baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen
yang efektif dan efisien, maupun dibidang konseptual yang
keseluruhannya dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau
meningkatkan kinerja perusahaan.
2) Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator
Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu :
(1) menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan
secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan
sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
(2) menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan
secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan
sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
(3)memahami, mengerti dan mengambil intisari
pembicaraan-pembicaraan orang lain.
3) Fungsi kepemimpinan sebagai motivator
Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai
kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk
melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya yang mampu memberikan sumbangan terhadap
4) Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler
Sebagai kontroler (pengendali) pemimpin melaksanakan fungsi
pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari
penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam
pelaksanaan rencana dan atau program kerja perusahaan sehingga
pencapaian tujuan menjadi efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Siagian (2010:46) ada 5 (lima) fungsi kepemimpinan
yaitu:
1) Pimpinan sebagai penentu arah
Seorang pemimpin harus dapat menentukan arah yang akan ditempuh
suatu organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin harus
dapat mengambil keputusan yang tetap untuk organisasinya. Strategik,
teknik, taktik, dan pengambilan keputusan serta kemampuan pimpinan
dalam menentukan arah organisasi di masa yang akan datang (masa depan)
merupakan hal yang teramat penting dalam kehidupan organisasional
untuk pencapaian tujuan organisasi.
2) Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara organisasi
Tidak ada organisasi yang akan mampu mencapai tujuannnya tanpa
memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak lain di luar
organisasi yang bersangkutan sendiri. Oleh sebab itu seorang pemimpin
harus mampu menjadi wakil dan juru bicara organisasi dalam menjalin
hubungan baik dengan berbagai pihak baik dari dalam organisasi maupun
3) Pimpinan sebagai komunikator yang efektif
Pemeliharaan hubungan baik ke luar maupun ke dalam organisasi
dilakukan melalui proses komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.
Bahkan interaksi antara atasan dan bawahan, antara sesama pejabat
pimpinan, dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan operasional
dimungkinkan terjadi dengan baik berkat komunikasi yang efektif.
Demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu dalam usaha
peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan
bahwa penguasaan teknik-teknik komunikasi dengan baik merupakan
kewajiaban bagi setiap pemimpin.
4) Pimpinan sebagai mediator
Pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator yang handal, khususnya
dalam hubungan ke dalam organisasi, terutama dalam menangani situasi
terjadinya konflik.
5) Pimpinan sebagai integrator
Di dalam suatu organisasi, tidak jarang terjadi adanya kotak-kotak atau
kumpulan golongan tertentu, baik itu yang bersifat negatif maupun positif.
Seorang pemimpin memiliki fungsi sebagai integrator maksudnya seorang
pemimpin harus mampu bersikap efektif, rasional, objektif, dan netral
dalam menghadapi keadaan tersebut diatas.
Pemimpin bertanggung jawab atas maju dan berkembangnya suatu organisasi,
1) Melaksanakan fungsi managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi
pelaksanaan, penyusunan rencana, penyusunan organisasi, pengarahan
organisasi, pengendalian penilaian dan pelaporan;
2) Mendorong bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun;
3) Membina bawahan agar dapat bertanggung jawab tugas masing-masing
secara baik;
4) Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien;
5) Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis;
6) Menyusun fungsi managemen secara baik;
7) Menjadi penggerak yang baik dan menjadi sumber kreatifitas;
8) Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar (Sarmita,
2013: 6-7).
Sedangkan kriteria seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1) Mau menerima tanggung jawab
Apabila seseorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu
tujuan, berarti ia bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya
atas apa-apa yang dilakukan bawahanya.
2) Memiliki kemampuan Perceptive.
Perceptive menunjukan Kemampuan untuk mengamati atau menemukan
kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenal
tujuan organisasi sehingga bisa bekerja untuk membantu mencapai tujuan