• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matic tersebut, salah satunya adalah nilai ekuitas merek yang kurang baik di mata konsumen.

Ekuitas merek (Brand equity) sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena yang terdapat dalam ekuitas merek yaitu Kesadaran merek (Brand Awareness), Kesan kualitas (Perceived value), Asosiasi Merek (Brand association), Loyalitas Merek (Brand Loyality) dalam Keputusan Pembelian serta pencapaian keputusan tersebut, sehingga terdapat hubungan yang positif antara lima dimensi dari ekuitas merek dengan keputusan pembelian konsumen.

Beberapa ekuitas merek yang kurang baik dari konsumen adalah, sepeda motor Yamaha Matic kurang irit atau boros bahan bakar. Dari segi model, Yamaha Matic dinilai konsumen memiliki bodi yang terlalu sederhana sehingga terkesan kurang futuristic.

Ekuitas Merek (Aaker, 2003:15). (Aaker, 2003:165) juga menjelaskan bahwa Ekuitas Merek berhubungan dengan nama merek yang dikenal, kesan kualitas, dan aset-aset lainya seperti paten, dan merek dagang. Merek dapat di kelompokan dalam 4 kategori yaitu: 1. Kesadaran merek (Brand Awareness), 2. Kesan kualitas (Perceived value), 3. Asosiasi Merek (Brand association), 4. Loyalitas Merek (Brand Loyality), jika pelanggan tidak tertarik pada satu merek dan membeli karena karena karakteristik produk harga, kenyamanan, dan sedikit memperdulukan merek, kemungkinan Ekuitas Merek rendah, sedangkan jika para pelanggan cenderung membeli suatu merek walaupun dihadapkan pada

para pesaing yang menawaarkan produk yang lebih unggul, misalnya dalam hal harga kepraktisan, maka merek tersebut memiliki ekuitas tinggi.

Sedemikian pentingnya peren Ekuitas Merek sebagai landasan dalam menentukan langkah dan strategi pemasaran dari suatu produk, sehinga sering kali Ekuitas Merek memperoleh pengkajian yang mendalam. Semakin kuat Ekuitas Merek suatu produk, semakin kuat pulah daya tarinya di mata konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Dan selanjutnya dapat mengiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantar perusahaan untuk mendapatkan keutungan dari waktu ke waktu (Durianto, 2001:3). Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut (Kotler. 2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Ekuitas Merek Sepeda Motor Matic Yamaha Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Di Universitas Pembangunan Nasional ”VETERAN” Surabaya)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masala dalam penilitian ini adalah : Apakah Ekuitas Merek sepeda motor Matic Yamaha berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

1.3 Tujuan Penelitian

Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Ekuitas Merek sepeda motor Matic Yamaha terhadap keputusan pembelian di Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian diatas maka manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

• Bagi pihak lain : Diharapkan penelitin ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian selanjutnya agar faktor-faktor diteliti dalam penelitian ini dapat di kembangkan, sehingga mampu mengcover kondisi yang komplek dalam dunia nyata secara teoritis.

• Sebagai masukan dan bahan pertimbangan penelitian yang selanjutnya berhubungan dengan Ekuitas Merek.

• Penelitian ini merupakan kesempatan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan, menetapkan teori – teori ekonomi khususnya mengenai

pemasaran yang diterima di bangku kuliah terhadap masalah – masalah aktual di lapangan.

• Sebagai media untuk menguji kemamapuan menulis dalam mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh.

2.1 Penelitian Terdahulu

A. Fadli dan Qomariah (2008)

Judul penelitian ini adalah “analisis pengaruh faktor-faktor ekuitas merek sepeda motor merek honda terhadap keputusan pembelian”. Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dimensi ekuitas merek mana yang signifikan pada merek sepeda motor honda terhadap keputusan pembelian, dimana keempat dimensi ekuitas merek tersebut terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek dan bagaimana pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembelian sepada motor merek honda di lingkungan universitas sumatera utara.

B. Sr i Astuti dan Cahyadi (2007)

Judul penelitian ini adalah “pengaruh elemen ekuitas merek terhadap rasa percaya diri pelanggan di surabaya atas keputusan pembelian sepeda motor honda”. rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas, dan kesetiaan merek secara parsial dan bersama - sama terhadap keputusan pembelian masyarakat pada produk pasta gigi merek pepsoden.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas dan kesetiaan merek secara parsial dan bersama – sama terhadap keputusan pembelian masyarakat pada produk pasta gigi merek pepsoden.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian pemasaran

Banyak orang berfikir bahwa pemasaran hanyalah menjual dan mengiklankan. Dan tidak heran setiap hari kita di hujani dengan iklan televisi, iklan surat kabar, surat penawaran, dan kunjungan wiraniaga. Selalu ada seseorang yang ingin mencoba menjual sesuatu kepada kita.

Oleh karena itu, mengetahui bahwa penjualan merupakan puncak gunung es pemasaran. Semuanya hanya fungsi dari pemasaran. Pemasaran harus dipahami tidak dalam arti lama tetapi dalam arti baru. Yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan. Pemasar melakukan tugas memahami kebutuhan pelanggan dengan baik. Tujuan pemasaran adalah membuat penjualan yang lebih dari yang di targetkan, tujuannya adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian baik sehinga produk atau jasa tersebut sesuai yang diinginkanya. Jadi definisi pemasaran sebagai proses sosial dan manajerialyang membuat individu dan kelompok memperoleh apayang mereka butuhkan.

Kemudian menurut (Alma 2000:86) secara ringkas ia menyatakan bahwa: Manajemen pemasaran ialah proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh perusahaan. Logika dari definisi diatas, ialah apabila seseorang atau perusahaan, ingin memperbaiki pemasarannya, maka harus melakukan kegiatan pemasaran itu sebaik mungkin.

Untuk keberhasilan kegiatan manajemen pemasaran pada sebuah perusahaan, maka diperlukan masukan. Masukan ini misalnya informasi kegiatan yang berjalan dilapangan. Ini adalah merupakan masukan informasi yang harus diproses. Setelah diadakan analisis, dari berbagai sumber informasi lainnya, akhirnya muncullah output (luaran), yaitu berupa suatu keputusan atau kebijaksanaan yang harus ditempuh guna mencapi tujuan perusahaan. Setelah keputusan diambil dan dilaksanakan, ditunggu bagaimana pelaksanaannya. Inilah yang disebut feedback (balikan) yang sangat berguna bagi manajemen untuk memperbaiki kebijaksanaan labih lanjut. Dengan demikian proses manajemen pemasaran akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas. (Alma, 2000:87).

2.3 Ekuitas Merek (Brand Equity)

Ekuitas merek adalah nilai tambah yang di berikan pada produk dari jasa. Nilai ini mencerminkan dalam cara konsumen berfikir, merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang

dimiliki perusahaan (Kotle, 2007:334). Pendapat lain dikemukaan oleh (Amstrong 2010:357) Ekuitas merek adalah nilai dari suatu merek, menurut sejauh mana merek itu mempunyai loyalitas merek yang tinggi, kesadaran nama, kualitas yang diterima, asosiasi merek yang kuat, serta aset lain seperti paten, merek dagang dan hubungan saluran.

(Keller 2005) Mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai yang secara langsung ataupun tidak langsung dimiliki oleh merek. (Durianto, dkk 2004:4) mendefinisikan ekuitas merek sebagai seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek (brand equity) adalah kekuatan merek yang menjanjikan nilai yang diharapkan konsumen atas suatu produk sehingga akhirnya konsumen akan merasa mendapatkan kepuasan yang lebih bila dibanding produk-produk lainnya.

Menurut (Kotler 2010:86) ekuitas merek yang tinggi akan memberikan sejumah keunggulan bersaing bagi perusahaan, yaitu:

1. Perusahaan tersebut akan memiliki pengaruh perdagangan yang lebihbesar dalam melakukan tawar menawar dengan distributor dan pengecerkarena pelanggan mengharapkannya menjual merek tersebut.

2. Perusahaan tersebut dapat menggunakan harga yang lebih tinggi dari pada pesaing-pesaingnya karena merek itu memiliki persepsi mutu untuk lebih tinggi.

3. Perusahaan tersebut dapat dengan mudah melakukan perluasan produk karena nama merek tersebut menyandang kredibilitas yang tinggi.

4. Merek tersebut menawarkan kepada perusahaan itu suatu pertahananterhadap persaingan harga.

Dari beberepa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa: Ekuitas Merek sebagai kombinasi dari kesadaran konsumen akan merek, persepsi kualitas merek, asosiasi konsumen dengan merek dan loyalitas konsumen kepada merek.

Pengukuran Ekuitas Merek

Menerut (Humdiana, 2005) brand equity tidak terjadi dengan sendirinya. Brand equity dibangun oleh asset liabilitas yang terdiri dari; Kesadaran merek (Brand awareness), Kesan kualitas (Perceived value), Asosiasi merek (Brand association), Loyalitas merek (Brand loyality). 2.3.1 Kesadar an merek (Brand awareness)

Kesadaran merek merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap sebuah merek. Hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen

dalam mengingat dan mengenali kembali sebuah merek serta mengaitkan ke dalam kategori tertentu. Kesadaran merek sangatlah penting karena konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, nyaman. dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat dihandalkan.

Menurut (Humdiana,2005) kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang pembeli untuk mengenali dan mengigat kembali pada suatu merek. Menurut (Durianto dkk, 2001) Kesadaran merek (brand awareness) merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat merek itu kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari katagori produk tertentu.

Berdasarkan definisi diatas tentang kesadaran merek, maka dapat disimpulkan lagi bahwa kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatukategori produk tertentu.

Menurut (Humdiana,2005) Kesadaran merek adalah “Kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat sebuah merek untuk kategori produk tertentu”.

Menurut (Durianto, dkk 2004:56) Peran kesadaran merek (brand awareness) terhadap brand equity dapat dipahami dengan membahas bagaimana Brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling sedikit dengan 4 cara:

1. Jangkar yang jadi centelan asosiasi-asosiasi merek (Anchor to which other association can be attached)

Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai, dimana rantai tersebut menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.

2. Keakraban/rasa suka (Familiarity-liking)

Mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan.

3. Komitmen (Commitment)

Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan. Mungkin karena program iklan perusahaan yang

ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam industri dan lain-lain. Jika kualitas dari dua merek yang berbeda adalah nama, maka brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.

4. Memperhitungkan merek-merek (Brand to consider)

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang sudah dikenal sebagai pertimbangan merek mana yang akan dibeli. Merek yang memiliki top of mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi pula. Jika suatu merek tidak dapat tersimpan dalam ingatan, maka merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau bahkan merek yang dibenci.

Menurut (Humdiana,2005) bahwa kesadaran merek (X1) diukur menggunakan 3 indikator yaitu:

1) Pengenalan merek. 2) Media iklan. 3) Kegiatan promosi

2.3.2 Kesan kualitas (Perceived value)

Kesan Kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya

(Wahyuni. 2007), mendefinisikan kesan kualitas sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan.

Karena merupakan kesan dari pelanggan, maka kesan kualitas tidak dapat ditentukan secara obyektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (diukur secara relative) yang berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa. Maka dapat dikatakan bahwa kesan kualitas berarti membahas keterlibatan dan kepentingan pelanggan.

Kesan kualitas mempunyai peranan penting dalam membangun suatu merek. Dalam banyak konteks kesan kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan penting bagi pelanggan untuk mempertimbangkan dan memutuskan merek mana yang akan dibeli. Seorang pelanggan mungkin tidak memiliki informasi yang cukup untuk mengarahkan kepada kualitas suatu merek secara objektif, mungkin pula pelanggan tidak termotivasi untuk memproses informasi sehingga dalam konteks ini kesan kualitas menjadi sangat berperan dalam keputusan pelanggan.

Secara umum kesan kualitas dapat menghasilkan nilai-nilai berikut :

Gambar 2.1 . Diagram Nilai dari Kesan Kualitas.

Presepsi/ Kesan Kualit as

Alasan untuk membeli Diferensiasi/ positif Harga opt im um

M inat saluran dist ribusi

a. Alasan untuk membeli (Reason to Buy)

Keterbatasan informasi, uang, dan waktu membuat keputusan pembelian seseorang sangat dipengaruhi oleh kesan kualitas suatu merek yang ada di benak konsumen, sehingga sering kali alasan keputusan pembelian hanya didasarkan kepada kesan kualitas (perceive quality) dari merek yang akan dibelinya.

b. Diferensiasi / Posisi (Diferensiasi / Position)

Salah satu karakteristik yang penting dari merek produk adalah posisinya dalam dimensi kesan kualitas.

c. Harga Premium (Premium Price)

Salah satu keuntungan dari kesan kualitas adalah memberikan ruang pilihan dalam menentukan harga premium. Harga premium dapat meningkatkan laba yang secara langsung dapat meningkatkan profitabilitas.

d. Minat Saluran Distribusi (Channel Member Interest)

Para pengecer dan distributor akan termotivasi untuk menyalurkan merek dengan kualitas tinggi. Hal ini memberikan keuntungan bagi perluasan distribusi dari merek tersebut dan dapat pula meningkatkan citra distributor yang menyalurkan merek yang mempunyai kesan kualitas tinggi.

e. Perluasan Merek (Brand Extensions)

Merek dengan kesan kualitas tinggi dapat digunakan untuk memperkenalkan kategori produk baru dan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar dibandingkan dengan merek yang lemah. Dalam hal ini kesan kualitas merupakan jaminan yang signifikan atas perluasan-perluasan merek tersebut.

Menurut (Wahyuni. 2007) bahwa kesan kualitas (X2) diukur menggunakan 5 indikator yaitu:

1) Kinerja produk

2) Rancangan produk / desain 3) Nilai fungsional - harga jual 4) Kesempurnaan produk

5) Nilai emosional – kenyamanan 2.3.3 Asosiasi merek (Brand association)

Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek itu (Wahjudi, 2007:147). Posisi merek berdasarkan pada asosiasi-asosiasi dan bagaimana asosiasi tersebut bisa menampilkan keistimewaan dalam kompetisi. Suatu asosiasi dapat mempengaruhi pengolahan pengingatan kembali informasi, memberikan poin pembeda, menimbulkan alasan untuk membeli. Sikap-sikap landasan positif, perasaan positif dan landasan perluasan.

Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan dari suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang dingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image didalam benak konsumen. (Wahjudi, 2007:147).

Secara sederhana brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentu dibenak konsumen. (Wahjudi, 2007:147)Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality)

Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan parapelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedaan merek yang satu dengan yang lain. Terdapat lima keuntunganasosiasi merek yaitu :

a. Dapat membantu proses penyusunan asosiasi. Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spsifikasi yang dapat dengan mudahdikenal oleh pelanggan.

b. Perbedaan.Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi usaha pembedaan.

c. Alasan untuk membeli. Pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk mengambil keputuan untuk membeli.

d. Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif terhadap produk yang bersangkutan. Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru. (Rankuti Freddy, 2002 : 43-44)

Menurut (Wahjudi, 2007:147) bahwa Asosiasi Merek (X3) diukur menggunakan 3 indikator yaitu:

1) Harga produk 2) Keamanan produk

3) Lokasi penjualan dan purna jual 2.3.4 Loyalitas merek (Brand loyality)

Loyalitas merek adalah sebuah komitmen yang secara kuat dipegang pelanggan untuk kembali membeli dan terus berlangganan sebuah barang atau jasa secara konsisten dimasa yang akan datang (ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek). loyalitas konsumen merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seseorang

pelanggan pada sebuah merek. Hal ini merupakan satu indikator dari brand equity.

(Brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. (Abraheem: 2012) adalah salah satu pelopor yang menyelidiki bidang loyalitas, ia telah menunjukkan dalam studinya tentang loyalitas bahwa loyalitas adalah urutan (pengulangan) atau pemilihan (pembelian) dari merek yang sama dalam semua kasus pembelian (pemilihan). Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi preferensinya secara konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang merek yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralihan. Pembicaraan tentang konsistensi perilaku ini membutuhkan pemahaman tentang prinsip-prinsip pembelajaran konsumen (consumer learning) karena teori pembelajaran memfokuskan pada kondisi yang menghasilkan adanya konsistensi perilaku sepanjang waktu. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran, kebiasaan, dan loyalitas merupakan konsep yang saling berhubungan. Loyalitas merupakan hasil dari pembelajaran konsumen pada suatu entitas tertentu (merek, produk, jasa, atau toko) yang dapat memuaskan kebutuhannya (Rully Arlan T: 2006). (Nancy Giddens 2002) menyatakan bahwa loyalitas merek (brand

loyalty) adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek lain dalam satu kategori produk.

Loyalitas merek menurut Mowen dan Minor (Hasanah : 2009) adalah suatu kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. pendekatan attitudinal adalah maka loyalitas merek mengandung aspek kesukaan konsumen pada sebuah merek, dan yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan dimasa depan. (Rangkuti Freddy, 2002:60-61).

Loyalitas merek (brand loyalty) “merupakan suatu ukuran keterlibatan pelanggan kepada sebuah merek”. (Fadli dan Qomariah, 2008: 45). Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainya.

Dalam kaitanya dengan brand loyalty suatu produk, didapat adanya beberapa tingkatan brand loyalty. Adapun tingkat brand loyalty tersebut adalah sebagai berikut : (Durianto, dkk, 2001 : 128)

a. Switcher (berpindah – pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling tinggi. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian.

b. Habitual buyer (pembeli yang bersifat biasa)

Pembeli yang berada dalam tingkatan loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dapat membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

c. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan) Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peraliha) yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.

d. Likes the brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh- sungguh menyukai merek tersebut. Rasa

suka pembeli biasanya didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi.

e. Committed buyer (pembeli yang komit)

Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Pada tingkatan ini, salah satu aktualitas loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.

Menurut (Rully Arlan. 2006) bahwa Loyalitas merek (X4) diukur menggunakan 3 indikator yaitu:

1) Merek prioritas.

2) Minat pembelian ulang. 3) Peralihan ke merek lain. 2.4 Keputusan pembelian

Keputusan pembelian adalah proses pemilihan diantara dua atau lebih alternatif dimana terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan pembelian yaitu pemrakarsa, pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembeli, dan pemakai., Dan juga bisa di artikan Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut

(Kotler 2007;235) menjelaskan bahwa keputusan pembelian merupakan kegiatan penentuan pemilihan produk / jasa oleh konsumen yang umumnya terdiri dari lima tahapan: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

Sebelum konsumen mengambil keputusan pembelian, terdapat serangkaian proses membeli yang dimulai jauh sebelum tindakan pembelian tersebut dilakukan. Berikut ini adalah Gambar 2.1 tentang proses pembelian beserta penjelasannya:

Gambar 2.2: tahap proses keputusan pembelian.

Tahap–tahap dalam proses Keputusan Pembelian Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian produk menurut (Kotler 2007;235) adalah sebagai berikut :

1. Pengenalan kebutuhan adalah tahap dimana konsumen mengenali adanya suatu kebutuhan

2. Pencarian informasi adalah tahap dimana konumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi, dilakukan dengan cara meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi.

Pengenalan kebutuhan Pencarin inf ormasi Evaluasi alt ernat if Keput usan pembelian Perilaku paska pembeli

3. Evaluasi berbagai alternatif adalah tahap dimana konsumen menggunakan informasi yang telah didapat untuk mengevaluasi merek-merek alternatif.

4. Keputusan pembelian adalah (dalam hal ini keputusan memilih produk) adalah tahap dimana konsumen benar-benar melakukan pembelian

5. Perilaku pasca pembelian adalah tindakan lebih lanjut setelah

Dokumen terkait