• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penobatan Sri Mangkunegoro VIII Sebagai Raja

USAHA-USAHA KANJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYO MANGKUNEGORO VIII SEBAGAI RAJA

A. Penobatan Sri Mangkunegoro VIII Sebagai Raja

Pada Pemerintahan Jepang, tepatnya pada tanggal 19 Juli 1944 ayah K.P.H Hamijaya Sarosa (K.G.P.A.A Mangkunegoro VII) meninggal dunia. Pada tanggal itu pula K.P.H Hamidjoyo Sarosa diangkat oleh Saiko Sikikan (pemerintah Dai Nippon) menggantikan ayahnya yang bergelar Mangkunegoro Koo. K.P.H Hamidjoyo Saroso dipilih menjadi pengganti Mangkunegoro VII karena beliau adalah anak laki-laki paling tua dan berbagai pengalamannya di luar istana.61. Masa Pendudukan Jepang, Surakarta dikukuhkan sebagai daerah istimewa dengan sebutan Kochi (daerah Istimewa)62. Hal ini yang membuat penobatan K.P.H Hamidjoyo Saroso sebagai Mangkunegaran VIII pun diberi gelar tambahan koo. Semenjak bulan Maret 1942 Jepang mengambil alih pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan di Puro Mangkunegaran.

“Aku dan saudara-saudaraku tidak lagi bebas melakukan berbagai kegiatan di luar Puro, khususnya bagi perempuan karena khawatir diganggu oleh tentara Jepang. Kegiatan berkuda tidak dapat dilakukan lagi karena kuda-kuda dirampas tentara Jepang”.63

Mangkunegaran yang tidak mempunyai kekuatan militer karena pasukan Legiun Mangkunegaran telah dibubarkan. Kemudian diakui oleh Jepang sebagai Mangkunegaran Koochi dengan Adipati yang sedang bertahta sebagai Mangkunegara Koo. Pengaruh Jepang di Surakarta cukuplah kuat, Jepang membatasi hegemoni kekuasaan feodalime di Surakarta,

61

Wawancara dengan Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemo Wardhani Soerjosoejarso di Jalan Jurang No 70 Bandung pada tanggal 18 September 2012.

62

Kochi adalah daerah otonom yang setingkat dengan karasedinan, dalam bahasa Jepang disebut dengan nama Syuu. Kochi Surakarta terdiri dari kasunanan Kochi dan Mangkunegaran Kochi

63

Wawancara dengan Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemo Wardhani Soerjosoejarso di Jalan Jurang No 70 Bandung pada tanggal 18 September 2012.

berbagai kebijakan yang keluar dari dalam keraton akan mendapatkan pengawasan dari pemerintahan Jepang kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang.64

Keadaan Mangkunegoro Kotji dan rakyatnya pada umumnya boleh dikatakan aman walaupun di saat kependudukan Jepang kehidupan keraton Mangkunegaran dalam kondisi pahit dan getir, dalam kondisi itu Kanjeng Gusti Mangkunegoro VIII tetap memegang otonomi dan selalu mencari jalan, untuk meringankan beban rakyat dengan melindungi dari kekejaman tentara Jepang. Dalam masa Jepang Mangkunegaran menerima tambahan mengurusi bidang pendidikan( SR, SMP, SMA).65 Pada masa Jepang Puro Mangkunegaran mengalami perubahan-perubahan baru sebagai berikut:

Tentang kesukaran, mula-mula hal kesukaran itu terasa amat hebatnya, disebabkan adanya perubahan jaman (peralihan kekuasaan) pada zaman Jepang banyak perusahaan-perusahaan baik swasta maupun negeri ditutup hal ini menyebabkan peredaran uang sangat amat serat, akan tetapi setelah pemerintah mulai memberi pimpinan, pabrik-pabrik dibuka kembali perusahaan tempat mata pencaharian rakyat mangkunegaran dan jalan perhubungan lalu lintas hidup berjalan seperti biasa, kesukaran-kesukaran mulai berkurang namun demikian masyarakat masih dalam pengawasan jepang dalan melakukan aktivitasnya.

Pengagguran, masalah pengangguran memang sangat terasa oleh masyarakat, lebih-lebih bekas pensiunan dan bekas prajurit Mangkunegaran. Pemerintah Mangkunegaran Kotji

lalu memberikan pertolongan untuk mereka yang sangat susah hidupnya. Tiap-tiap bulan untuk keperluan itu Mangkunegaran Kotji mengeluarkan uang sejumlah f 1500,- dan menyongkong kurang lebih 1500 orang.66

64

Majalah Panja Raja. tanggal 7 Juli 1947, hlm 21.

65

Majalah Asia Raya. tanggal 10 Maret 1944, hlm 8.

66

Kejahatan (Pencuri), pada masa Jepang kejahatan pencuri boleh dikata tidak lebih banyak dari waktu jaman belanda, Barang yang dicuri dalam beberapa kasus hanyalah barang-barang biasa bukan barang mewah misalnya: Pipa, Besi, Seng dan lain-lain. Dalam hal ini kaum polisi juga tidak lalai, mereka rajin berpatroli dan giat bekerja, kemiliteran di masa Jepang dididik disiplin dan tahu akan kewajibannya sebagai kesatuan keamanann

Keadaan Perusahaan, diantara beberapa perusahaan yang perlu diuraiakan disini ialah Pabrik Gula Mangkunegaran Kotji sebab inilah salah satu sumber keuangan Mangkunegaran. Pada masa Jepang telah dibuka kembali, tetapi sebelum dibuka penuh dengan riwayat kesukaran. Beruntung Pabrik Gula Mangkunegaran mendapat pertolongan Paduka Tuan Hanada, Pengawan yang tertinggi dari seluruh pabrik gula yang ada di tanah Jawa.67 Mangkunegaran Kotji mendapat bantuan yang sangat berharga dari beliau, juga mangkunegaran Kotji berterima kasih atas pimpinan Paduka Toean Kolonel Makajama, yang mana beliau menyatakan keinginannya yang hendak meng-Indonesiakan perusahan-perusahaan Mangkunegaran Kotji. Sebelum dibuka kembali pabrik-pabrik tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah.

Pada awalnya pemerintah mengalami kesulitan, yang pertama susah mencari orang yang mengerti tentang pabrik disebabkan politik era Belanda dulu, dimana bangsanya harus hidup lebih tinggi kedudukannya dari bangsa Indonesia di dalam segala hal, baik hal kemanusiaan maupun gajinya, pangkat dan derajatnya, pemerintah Belanda tidak mengijinkan orang Jawa (Indonesia) menjabat pangkat pembesar. Kedua: perkakas-perkakas pabrik yang rusak itu susah didapat gantinya. Kesulitan-kesulitan itu dapat dihindarkan atas pertolongan pemerintah Dai Nippon dan semangat kekerasan hati Mangkunegaran kotji yang

67

berhasil menemukan Soeperintendan handal yaitu Mr Soenaria seorang ahli ekonomi pernah menjabat sebagai guru besar dalam ilmu ekonomi pada sekolah tinggi kasusteraan.68

Pada penobatan Mangkunegaran VIII sebagai penguasa, Pemerintah Jepang tetap menghargai berbagai upacara-upacara adat penobatan raja, seperti ritual menyembelih kerbau (Mahesa Lawong), dan berbagai tarian khusus seperti, Beksan Anglir mendung, terdapat pula doa bersama untuk kelangsungan Puro mangkunegaran agar mendapat perlindungan dan diberi keberkahan oleh sang pencipta69. Acara penobatan Sri Paduka Mangkunegoro VIII berlangsung dengan khidmat dan sakral, dihadiri para kerabat, rakyat dan petingi-petinggi Jepang.70

“Berdirinya Pradja Mangkunegaran, asal mulanya adalah dari kerukunan dan bantuan kawan seperjuang. Lazim disebut darah punggawa dari Sri “Paduka Mangkunegaran I, yang sangat setia dan mencurahkan segenap djiwa raganya kepada Sri Paduka itu. Keturunan dari para punggawa kawan seperjuangan ini, kelak kemudian lalu terikat dengan tali perkawinan, dan inilah menyebabkan semakin kokoh dan sentausanya Pradja Mangkunegaran. Dipandang dari jurusan ini pula, maka pradja Mangkunegaran itu, merupakan perumahan dari seorang keluarga, yang anggotanya keluarganya satu dengan yang lain sama-sama mempercayai dan setia kepada yang bertahta, baik dalam keadaan makmur atau nestapa tetap bersatu padu”71