• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Pensiun

1. Definisi Pensiun

Pensiun adalah sebuah konsep sosial yang memiliki beragam pengertian (Newman, 2006). Pensiun tidak hanya sekedar berhenti bekerja karena usia. Pensiun merupakan masa putusnya hubungan kerja antara karyawan dengan tempat kerjanya. Pensiun merupakan hak dan kewajiban, merupakan hak karena seseorang berhak mengajukan pensiun kapan saja dan secara sukarela. Pensiun merupakan kewajiban karena seseorang harus segera pensiun jika sudah masanya, tanpa mempertimbangkan apakah masih senang bekerja atau tidak (Hurlock, 2002).

Pensiun merupakan suatu pemutusan hubungan kerja, bilamana karyawan mencapai saat dia berumur maksimum dan masa kerja maksimum menurut batas-batas yang ditentukan perusahaan/instansi (Tulus, 1996). Parnes dan Nessel (dalam Corsini, 1987) mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana seorang individu berhenti bekerja dari suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Francis (2001) mengemukakan bahwa pensiun dapat diartikan sebagai masa tenang karena lepasnya aktivitas yang rutin dan masa menikmati masa tua dengan keluarga, namun ada juga lansia yang memandang pensiun

sebagai masa kritis, dikarenakan persepsi orang lain terhadap dirinya yang sudah tidak berguna dan tidak kompeten lagi.

Pensiun juga mengacu kepada transisi psikologis, suatu perubahan yang terprediksi dan normatif yang melibatkan persiapan, pengertian kembali tentang peran dan peran perilaku, serta penyesuaian psikologis dari seorang pekerja yang dibayar menjadi melakukan aktivitas yang lain (Floyd, dkk dalam Newman, 2006). Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidupnya, apalagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan (Agustina, 2008).

Pensiun merupakan hal yang perlu disiapkan karena saat menjalani masa pensiun maka seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang tidak terduga dan akan menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian karena perubahan pada masa transisi pensiun. Terdapat beberapa perubahan saat menjalani masa pensiun, antara lain: perubahan dari aktivitas yang tadinya bekerja menjadi tidak bekerja, yang tadinya memiliki keterlibatan kerja atau peran ditempat kerja menjadi sudah tidak ada lagi, adanya penurunan pendapatan, adanya perubahan relasi sosial, adanya penurunan kesehatan karena usia yang semakin bertambah, dsb. (Santrock, 1998).

Berdasarkan uraian diatas, pensiun dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seorang individu berhenti bekerja dari suatu

pekerjaan yang biasa dilakukan, yang dipengaruhi oleh keadaan psikologis melalui aktivitas lain yang dilakukan.

2. Fase – fase Pensiun

Atchly (1983) dalam Hooyer dan Rooden (2009) menyatakan 7 (tujuh) fase pensiun yang dilalui oleh individu, yaitu:

a. Fase Jauh (Remote Phase)

Kebanyakan individu kurang melakukan sesuatu untuk mempersiapkan masa pensiun. Hal ini disebabkan, salah satunya oleh adanya kepercayaan bahwa mereka tidak akan meninggalkan pekerjaan, justru akan semakin menikmati pekerjaan.

b. Fase Mendekat (Near Phase)

Seorang pekerja mulai berpartisipasi dalam program pra-pensiun. Program ini biasanya membantu pekerja memutuskan kapan dan bagaimana mereka seharusnya pensiun dengan melibatkan mereka dalam diskusi komprehensif, seperti kesehatan fisik dan mental serta perencanaan keuangan. Setelah Fase Mendekat, maka individu akan mengalami 5 fase lanjutan setelah pensiun.

c. Fase Bulan Madu (Honeymoon Phase)

Merupakan fase terawal pensiun dan sudah terjadi pensiun. Kebanyakan individu merasa bahagia, mereka dapat melakukan aktivitas yang tidak pernah dilakukan sebelumnya dan menikmati aktivitas-aktivitas waktu luang. Namun demikian, individu yang

di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau pensiun karena marah dengan pekerjaannya, mungkin tidak mengalami aspek positif dari fase ini.

d. Fase Kekecewaan (Disenchantment Phase)

Individu menyadari bahwa bayangan saat pra-pensiun tentang fase pensiun ternyata tidak realistis. Jika penyesuaian terhadap fase pensiun sukses maka kegiatan setelah pensiun akan menjadi menyenangkan.

e. Fase Re-Orientasi (Re-orientation Phase)

Parapensiunan mengumpulkannya dan mengembangkan alternatif-alternatif kehidupan yang lebih realistis. Pada fase ini juga mereka mengevaluasi jenis-jenis gaya hidup yang memungkinkan mereka untuk dapat menikmati hidup.

f. Fase Stabil (Stability Phase)

Individu memutuskan pilihan berdasar kriteria dari alternatif yang ada pada masa pensiun dan bagaimana mereka akan menjalani salah satu pilihan yang telah dibuat.

g. Fase Akhir (Termination Phase)

Peranan fase pensiun digantikan oleh peran tergantung karena individu tidak lagi berfungsi secara mandiri dan mencukupi kebutuhannya sendiri.

3. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah pada Masa Pensiun

Menurut Jacinta (2001), ada beberapa penentu terjadinya masalah pada masa pensiun, diantaranya adalah:

a. Kepuasan kerja dan pekerjaan

Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan kebanggaan pada diri sendiri untuk dapat berprestasi maupun menuangkan kreativitas. Pada saat pensiun, mereka akan merasa kehilangan harga diri, ditambah dengan kesepian akibatberkurangnya teman-teman di sektiranya.

b. Usia

Kebanyakan individu berpendapat bahwa pensiun merupakan pertanda bahwa dirinya sudah tidak berguna dan dibutuhkan lagi karena usia yang sudah tua, serta produktivitas semakin menurun sehingga tidak lagi menguntungkan bagi organisasi/perusahan tempat mereka bekerja.

c. Kesehatan

Beberapa peneliti menemukan bahwa kesehatan fisik dan mental merupakan kondisi yang mendukung keberhasilan seseorang beradaptasi terhadap perubahan hidup yang disebabkan oleh pensiun. Jika seseorang menganggap bahwa kondisi fisik maupun penyakit yang dideritanya menjadi hambatan besar dan menjadi

pesimis terhadap hidup, maka ia akan mengalami masa pensiun yang penuh dengan kesukaran. Menurut hasil penelitian, pensiun tidak menyebabkan seseorang sering terserang penyakit, karena justru pensiun berpotensi meningkatkan kesehatan, dimana mereka ia semakin dapat mengatur waktu untuk bisa merawat dan berolah tubuh.

d. Persepsi

Individu yang kurang percaya pada potensi diri sendiri dan kurang memiliki kompetensi sosial yang baik akan cenderung pesimistik dalam menghadapi masa pensiun, serta adanya perasaan cemas dan ragu akan kemampuan mengatasi perubahan hidup dan membangun kehidupan yang baru.

e. Status sosial

Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghadapi masa pensiunnya, dimana jika semasa kerja ia memiliki status sosial tertentu sebagai hasil dari kerja keras dan prestasinya, maka ia akan cenderung lebih memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik dalam hal konsep diri dan jaringan sosial. Sebaliknya, jika status sosial tersebut bukan murni dari hasil kerja kerasnya, maka kebanggaan diri seseorang akan hilang sejalan dengan berkurangnya fasilitas dan atribut yang melekat pada dirinya selama masih bekerja.

Dokumen terkait