BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
3. Pentingnya Kinerja Perusahaan
Menurut Sari (2008), kinerja perusahaan adalah produktivitas perusahaan dalam melakukan kegiatan untuk menghasilkan suatu produk yang dapat memberikan sebuah nilai terhadap perusahaan. Setiap perusahaan sangat berkepentingan dengan pengukuran prestasi, baik perusahaan besar, perusahaan kecil, perusahaan swasta maupun
commit to user
perusahaan Negara. Dalam pelaksanaan pengukuran dan penilaian terhadap bagian perusahaan, perlu ditetapkan pernyataan yang jelas mengenai tujuan yang hendak dicapai, sehingga dapat melakukannya dengan benar dan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja menjadi sangat penting bagi perusahaan yang
telah go public, karena perusahaan yang telah go public adalah perusahaan
yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi. Penilaian kinerja dilakukan bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan. Dengan mendeteksi kinerja keuangan perusahaan, kita dapat mengidentifikasi kondisi perusahaan (Sari, 2008).
Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga kinerja dapat meningkatkan nilai perusahaan.
commit to user 4. Corporate Governance
Good corporate governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan
baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim
usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan
yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya
GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk
menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah
dalam menegakkan good corporate governance pada umumnya di
Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good
corporate governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Corporate governance didefinisikan oleh IICG (Indonesian instituteof Corporate Governance) sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate
governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.
Menurut YPPMI (2002), Good Corporate Governance adalah
commit to user
pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Good Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat
aturan dan prinsip-prinsip antara lain fairness, transparency,
accountability dan responsibility, yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan komisaris),
kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak
dan kewajiban masing-masing pihak (FCGI, 2001).
Dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai kinerja bisnis yang optimal.
Dalam perkembangannya, good corporate governance semakin
penting bagi perusahaan, yakni sebagai alat control manajemen dalam
meningkatkan kinerja perusahaan dan upaya menciptakan perusahaan yang
sehat. Good corporate governance dalam penerapannya akan mengatur
hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang
commit to user
kemudian, akan dimanifestasikan dalam bentuk kerangka kerja yang diperlukan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara pencapaian tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan. Dimana sebagian besar dari perusahaan-perusahaan multinasional tersebut memiliki karakteristik pemisahan fungsi kepemilikan perusahaan dan manajemen pengelolaan perusahaan (Widuri dan Paramita 2008).
Menurut Moeljono (2005), ada 5 karakteristik dari Good Corporate
Governance yaitu sebagai berikut ini.
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian, yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
professional, tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Kewajaran, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
commit to user yang sehat.
Sedangkan tujuan dari good corporate governance adalah
untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis, pelaksanaan good
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan,
dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko
yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan
keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya good
corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor
(Tjager, et al., 2003).
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat
memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001).
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
commit to user
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value. Mengembalikan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
c. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan
berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa
tindakan manajemen selaras dengan kepentingan pemegang
saham. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua
kelompok: (1) berupa mekanisme internal seperti komposisi dewan
direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi
eksekutif. (2) mekanisme eksternal seperti pengendalian oleh pasar
dan level debt financing (Barnhart & Rosentein, 1998).
Dalam penelitian ini praktek corporate governance
diproksikan dengan komisaris independen, dan kepemilikan
institusional.
commit to user
Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai
kewenangan untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan direksi dan manajemen atas pengelolaan sumber daya
perusahaan agar dapat berjalan secara efektif, efisien, dan
ekonomis dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta
memberikan nasihat bilamana diperlukan.
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan
internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas
pengawasan. Vafeas (2000) mengatakan bahwa selain kepemilikan
manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen
laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi
monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh
commit to user
Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan
Peraturan Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-A
tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di
Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang
tercatat di BEI wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya
secara proposional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki
oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah
komisaris independen 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris biasanya
mengadakan pertemuan rutin baik itu intenal maupun eksternal
dengan pihak lain. Dewan komisaris harus mengadakan rapat
minimal sebanyak 4 kali dalam setahun. Hal ini bertujuan agar
kelangsungan perusahaan dapat terjaga (corporate govenance
commit to user
Penelitian Beasley (1996) menguji hubungan antara proporsi
dewan komisaris dengan kecurangan pelaporan keuangan. Dengan
membandingkan perusahaan yang melakukan kecurangan dengan
perusahaan yang tidak melakukan kecuarangan, mereka
menemukan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan
memiliki persentase dewan komisaris eksternal yang secara
signifikan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan kecurangan.
b. Kepemilikan Institusional
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan institusional).
Investor institusional merupakan pemegang saham yang memiliki
pengaruh besar terhadap perusahaan karena kepemilikan
sahamnya yang besar. Dalam hubungannya dengan fungsi monitor,
commit to user
tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual
(Fidyati, 2004). Menurut Lee et al., dalam Fidyati, 2004
menyebutkan dua perbedaan pendapat mengenai investor
institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan
bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer
owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current
earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi
keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan
menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi
sahamnya. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa investor
institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar,
sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi
nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan
likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings
commit to user
Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai
investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat
ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings)
yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional
menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis
investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu
mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan
melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah
diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.
Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat
kontrol eksternal terhadap perusahaan. Adanya kepemilikan oleh
investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen perusahaan,
sehingga kinerja perusahaan akan meningkat (Rachmawati dan
commit to user
Kinerja perusahaan juga dapat meningkat jika institusi
mampu menjadi alat monitoring yang efektif, karena semakin tinggi
kepemilikan institusional maka akan semakin meningkatkan
pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Semakin besar
kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar
kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih
besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja
perusahaan juga akan meningkat.
Cornet et al., (2006) menyimpulkan bahwa tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat
mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya
terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku
commit to user 5. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga
saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi kemakmuran pemegang saham (Nurlela dan
Islahuddin, 2008).
Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai
buku perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai
perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan tidak hanya mengacu
pada nilai nominal.
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai
perusahaan adalah dengan menggunakan Price Book Value (PBV)
commit to user
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh (Triatmoko dan Rachmawati, 2007).
6. Corporate Governance dan Nilai Perusahaan
Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan
cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan
resources (berinvestasi) dari investasi yang tidak meningkatkan
nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan.
Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai
perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa
mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan
resources perusahaan. Corporate Governance merupakan suatu
commit to user
diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan
kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan
Good Corporate Governance dipercaya dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Herawaty, 2008).
Silveira dan Barros (2006) meneliti pengaruh kualitas CG
terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di
bursa efek pada tahun 2002. Mereka membuat suatu governance
index sebagai ukuran atas kualitas CG. Sedangkan ukuran untuk
market value perusahaan adalah dengan menggunakan dua
variabel yaitu Tobin’s Q dan PBV. Temuan yang diperoleh
menunjukkan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan
signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.
Black, Jang, and Kim (2005) membuktikan bahwa CG index
secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah satu
commit to user
perusahaan-perusahaan independen di Korea. Johnson dkk (2000)
memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas Corporate Governace
dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai
tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia.
Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif
antara Corporate Governance dengan kinerja perusahaan yang
diukur dengan return on asets (ROA) dan Tobin’s Q.
Penemuan penting lainnya adalah bahwa penerapan
corporate governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti
dalam negara berkembang dibandingkan dalam negara maju. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan
corporate governance yang baik akan memperoleh manfaat yang
lebih besar di negara-negara yang lingkungan hukumnya buruk.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika
commit to user
dari harga sahamnya. Jika nilai perusahaan tinggi maka dapat
disimpulkan bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik. Tujuan
utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Brigham, 1996).
Corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para
pemegang saham. Dengan demikian penerapan good corporate
governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Jensen dan Mecking (1976) menformalisasi hubungan antara nilai
perusahaan dan kepemilikan managerial. Corporate insider
memiliki dorongan untuk menggunakan investasi dan keputusan
keuangan yang bersifat lebih menguntungkan mereka. Penerapan
commit to user
perusahaan dan oleh karena itu variasi dari nilai perusahaan
berhubungan langsung dengan kepemilikan saham oleh corporate
insider.
B. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami isu corporate governance. Adanya pemisahan kepemilikan
oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah
organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara
principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa
laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi
diharapkan dapat meminimalkan konflik di antara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen
sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
commit to user
untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian
kompensasi kepada agen.
Corporate governance yang merupakan konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai
alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate
governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa
manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
dana yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan
bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Shlieifer dan
Vishny, 1997).
Berdasarkan argumen tersebut maka kerangka pemikiran dapat
commit to user Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Variabel
Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan telah dilakukan. Penelitian menemukan
bahwa struktur risiko keuangan dan perataan laba berpengaruh
terhadap nilai perusahaan (Herawaty, 2008). Hasil analisis penelitian
oleh Timbul dan Nugroho (2009) menunjukkan bahwa ROE tidak
mempunyai pengaruh terhadap return saham. Hal tersebut mungkin
disebabkan bahwa investor dalam membeli saham tidak
mempertimbangkan besar kecilnya ROE. Variabel Independen Kinerja Keuangan (ROA) Variabel Moderasi Corporate Governance: 1. Komisaris Independen 2. Kepemilikan Institusional Variabel Dependen Nilai Perusahaan (PBV)
commit to user
Hasil penelitian Ulupui (2007), Timbul dan Nugroho (2009),
Hakim (2006), dan Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menemukan
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian
yang dilakukan oleh Carningsih (2010), Suranta dan Pranata (2004)
menemukan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
H1 : Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menemukan bahwa ROA
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil berbeda
diperoleh oleh Carningsih (2010) dalam penelitiannya menemukan
bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan
yang tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut
commit to user
Corporate Governance sebagai variabel moderasi yang diduga ikut
memperkuat atau memperlemah pengaruh tersebut.
Pengelolaan perusahaan juga mempengaruhi nilai perusahaan,
masalah Corporate Governance muncul karena terjadinya
pemisahaan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Pemisahan ini didasarkan pada agency theory yang dalam hal ini
manajemen cenderung meningkatkan keuntungan pribadinya daripada
tujuan perusahaan. Corporate governance diharapkan bisa berfungsi
sebagai alat untuk meminimalkan konflik agensi (Jensen dan
Meckling, 1976).
Harapan dari penerapan corporate governance adalah
tercapainya nilai perusahaan. Dengan adanya mekanisme corporate
governance ini diharapkan monitoring terhadap manajer perusahaan
dapat lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan
commit to user
corporate governance diharapkan kinerja perusahaan tersebut akan
meningkat menjadi lebih baik, dengan meningkatnya kinerja
perusahaan diharapkan juga dapat meningkatkan harga saham
perusahaan sebagai indikator dari nilai perusahaan sehingga nilai
perusahaan akan tercapai.
Dalam penelitian ini indikator mekanisme corporate governance
yang digunakan adalah komisaris independen, dan kepemilikan
institusional. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa
non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer
internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan
nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta
commit to user
Ini didasarkan pemikiran bahwa semakin tinggi proporsi
komisaris independen dalam perusahaan, maka diharapkan
pemberdayaan dewan komisaris ini dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan
lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Pratana dan Machfoedz (2003), dan Xie, Biao, Wallace dan
Peter (2003) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), memberikan
simpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau outside director
dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga, jika
anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan
pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya
penggunaan discretionary accruals (Cornett et al., 2006). Maka
commit to user
H2 : Proporsi dewan komisaris independen mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
Kinerja perusahaan juga dapat meningkat jika institusi mampu
menjadi alat monitoring yang efektif, karena semakin tinggi
kepemilikan institusional maka akan semakin meningkatkan
pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Semakin besar
kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar
kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih
besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja
perusahaan juga akan meningkat. Hasil penelitian Steiner (1996)
seperti yang dikutip oleh Machfoedz (2003) memberikan bukti bahwa
kepemilikan institusional dan nilai perusahaan memiliki hubungan
yang signifikan. Pratana dan Machfoedz (2003) juga menyimpulkan
commit to user
perusahaan. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut ini.
H3 : kepemilikan institusional mempengaruhi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai populasi dan penentuan sampel penelitian yang akan dianalisis, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta pengukuran variabel.
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Sekaran (2006) menyatakan bahwa populasi adalah jumlah dari keseluruhan kelompok individu, kejadian-kejadian yang menarik perhatian penulis untuk diteliti atau diselidiki. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang melaksanakan good corporate governance pada tahun 2008.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ditentukan berdasarkan simplerandom sampling
yang berarti dimana semua elemen mempunyai peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Efferin, 2006). Adapun kriteria
perusahaan go public yang dijadikan sampel antara lain:
a. Semua perusahaan yang listing terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2008.
b. Perusahaan yang mempublikasikan annual report beserta laporan
commit to user
www.idx.co.id.
c. Perusahaan sampel tidak mengalami delisting selama periode
pengamatan.
d. Perusahaan yang memiliki data mengenai komisaris independen dan
kepemilikan institusional
e. Menyajikan data yang berkaitan dalam variabel penelitian.
Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah semua perusahaan
go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 karena
perusahaan yang telah go public adalah perusahaan yang dimiliki oleh