• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Manajemen HKI di Perguruan Tinggi Luar Negeri

VI. ISSU-ISSU YANG TERKAIT DENGAN HAK KEKAYAAN

2. Pentingnya Sumber Daya Genetika

Karena nilai sumber daya genetika yang demikian potensial, baik untuk kepentingan sosial dan ekonomi, banyak diskusi di tingkat regional dan internasional mengenai pemanfaatan dan perlindungan sumber daya genetika. Dalam konteks pemanfaatan, sebelum ditandatanganinya Convention on Biodiversity (CBD), ada pemikiran bahwa keanekaragaman hayati di dunia ini merupakan warisan kemanusiaan (human heritage/common heritage), sehingga tanpa

Biodiversity/ Biological resource SDG Pemanfaatan Tradisional Modern Penyilangan Bioteknologi Rekayasa genetika Bioprospekting Varietas baru

mempertimbangkan di mana beradanya sumber daya genetika tersebut, setiap orang dapat memanfaatkannya secara bebas. Namun, pemikiran ini ditentang oleh negara yang memiliki dan memelihara sumber daya genetika. Sekalipun alam telah menyediakan sumber daya genetika di lokasi tertentu, tetapi peran masyarakat setempat untuk melestarikan dan memanfaatkan sumber daya genetika dimaksud besar sehingga pengakuan terhadap masyarakat tersebut tetap harus diberikan dalam bentuk pemberian kewenangan pemanfaatan sumber daya genetika dalam otoritas wilayahnya. Hal ini tertuang dengan tegas dalam Article 3 yang berjudul Principle dari CBD:

”States have, in accordance with the Charter of the United Nation and the principles of international law, the sovereign right exploit their own resources pursuant to their own environment policies, and the responsibility to ensure that activities within the jurisdiction or control do not cause damage to the environment other States or of areas beyond the limits of national jurisdiction.”

(Sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan asas- asas hukum internasional, setiap Negara mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber-sumber dayanya sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkannya sendiri, dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam yurisdiksinya atau kendalinya tidak akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan Negara lain atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasionalnya).

Walaupun kewenangan Negara untuk memanfaatkan sumber daya genetika dikaitkan dengan pelestarian lingkungan, namun dengan tegas telah disebutkan dan disetujui oleh banyak Negara bahwa negaralah yang mempunyai kewenangan untuk memanfatkan semua sumber daya yang dimilikinya (termasuk sumber daya genetika).

Dari sudut nilai uang yang dihasilkannya, misalnya di bidang kehutanan saja lebih dari 100 spesies pohon ditebang secara komersial guna menghasilkan sekitar 35 juta m3 kayu untuk industri kayu yang bernilai lebih dari US$4,5 juta per tahun. Sementara itu selama pertengahan tahun 1980-an, daging binatang liar telah menyumbangkan sekitar US$100 juta setiap tahun kepada perekonomian Sarawak, sebuah negara Malaysia yang terletak di pulau Kalimantan/Borneo yang berpenduduk sekitar 1,5 juta orang. Angka–angka sebanding per orang di Kalimantan, Irian Jaya dan tempat lainya di Indonesia mungkin sama. Dari sini dapat diperoleh nilai sebesar US$12,50/hektar/tahun, yang berarti US$1,25 milyar per tahun. Sedangkan untuk tingkat dunia, pada tahun 1995 pemanfaatan tanaman obat-obatan dari masyarakat tradisional saja sudah mencapai nilai $43 juta (Singh, 2002).

Negara maju telah mendapatkan manfaat yang besar dari sumber daya genetika bersama-sama dengan PT dan EF. Data dan fakta menunjukkan bahwa negara maju telah mendapat keuntungan berkisar US$500 miliar-US$800 miliar negara berkembang untuk produk farmasi (Sardjono, 2004). sumber daya genetika tumbuhan juga memberikan sumbangan yang tak ternilai terhadap pertanian yang menopang kesejahteraan manusia di dunia. Mengingat luar biasanya peranan sumber daya genetika tumbuhan bagi kelangsungan hidup manusia ini, Stepen Brush (1994) di dalam Dutfield (2002) menyatakan bahwa sumber daya genetika tumbuhan merupakan dasar bagi semua produk pangan dan kunci untuk memberi makan manusia. 'the foundation of all food production, [and] the key to feeding unprecedented numbers of people in times of climate and other environmental change'.

Namun demikian, memperkirakan nilai ekonomi dari sumber daya genetika sangatlah sulit. Nilai ekonominya secara tidak langsung dapat diperkirakan dari nilai penjualan global atas produk-produk yang dihasilkan dari SDG. The International Seed Trade Federation (FIS) dan the International Association of Plant Breeders (ASSINSEL), dua NGO internasional yang mewakili industri benih di lebih dari 60 negara,

misalnya memperkirakan bahwa nilai komersial pasar benih mencapai US$30 milyar/tahun (FIS and ASSINSEL 1998). Di pihak lain, Putterman memperkirakan bahwa penjualan benih pertanian dunia hanya mencapai US$13 milyar/tahun. Tidak masalah angka yang mana yang paling mendekati, satu hal yang dapat dikatakan bahwa nilai dari plasma nutfah meningkat. Peningkatan terjadi karena meningkatnya permintaan pangan dunia karena pertumbuhan penduduk, terbatasnya jumlah tanah baru yang dibuka untuk produksi pangan, dan juga meningkatnya penggunaan bioteknologi baru yang memungkinkan transfer gen antar gen yang memiliki hubungan jauh.

Namun demikian, angka-angka ini hanya menunjukkan nilai pasar dunia atas varietas tanaman modern, tidak meliputi plasma nutfah sebagai raw material bagi varietas-varietas tersebut atau sebagai kultivar antar mereka sendiri, seperti: leluhur tanaman liar dan keluarganya, yang berhubungan dengan tanaman semi-domestik, dan landraces (atau varietas asli) dari spesies tanaman dari nenek moyang. Walaupun benih landraces dapat dibeli dan dijual sebagai produk pertanian, benih juga bisa sebagai raw material dalam industri pemuliaan yang dapat dipergunakan oleh pemulia yang harganya bisa lebih murah daripada mengambilnya di tempat asalnya. Dalam kekosongan pasar, sangatlah sulit untuk memperkirakan nilai ekonomi sumber daya genetika sebagai bahan untuk pemuliaan tanaman modern. Walaupun demikian, ada juga upaya yang telah dilakukan untuk memperkirakan nilai ekonomi landraces, termasuk studi penggunaan dan nilai landraces untuk pemuliaan beras di India (Evenson 1996; NRC, dalam Brush 1994). Diperkirakan landraces beras yang digunakan India dan negeri lainnya memberi kontribusi sebesar 5.6%, atau sebesar US$75 juta bagi lahan padi India. Dengan asumsi bahwa landraces memberikan kontribusi yang setara dengan negeri lainnya dimana padi ditanam, maka nilai tambah atas lahan padi dunia dengan menggunakan landraces dapat diperhitungkan sebesar US$400 juta per tahun (Dutfield, 2002).

Kegiatan khusus lainnya dalam memanfaatkan sumber daya genetika bisa juga dilakukan untuk kepentingan komersial, yang dikenal dengan bioprospeksi (bioprospecting); dengan cara ini proses pencarian dilakukan dengan sengaja dan untuk tujuan pemasaran produk yang dihasilkan ke masyarakat. Aktivitas bioprospeksi biasanya dilakukan oleh perusahaan farmasi, makanan, tekstil, peternakan, dan lain-lain. Seringkali dalam melakukan bioprospeksi ini, pengetahuan tradisional yang terkait dengan sumber daya genetika tersebut juga ikut; hal ini bertujuan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya, disamping bahwa pengetahuan tradisional tersebut telah terbukti khasiatnya dan karenanya tidak perlu diragukan lagi seperti dalam pengembangan suatu produk. Hasil dari bioprospeksi akan dilanjutkan dimintakan perlindungannya (Lubis, 2002).

Dokumen terkait