• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK SAMPLING

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS, VALIDITAS DAN RELIABILITAS

7. Penulisan Item

Dari berbagai bentuk dan format aitem yang dapat ditulis dalam penyusunan skala psikologis pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu a) bentuk pernyataan dengan pilihan, dan b) bentuk pertanyaan. Disamping itu ada bentuk-bentuk yang merupakan kombinasi keduanya dan bahkan ada pula bentuk aitem yang sertai gambar-gambar atau figure-figur sebagai stimulusnya.

Taerdapat beberapa kaidah penulisan aitem yang seyogyanya diikuti dalam proses penulisan aitem, di antaranya:

a. Gunakan kalimat yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh responden dengan tulis dengan tetap mengikuti tatatulis yang baku,

b. Kalimat tidak menimbulkan penaf siran ganda,

c. Selalu ingat bahwa penulisan aitem harus mengacu pada indikator atribut atau perilaku yang hendak diungkap.

d. Stimulus atau pilihan jawaban harus tetap relevan dengan tujuan pengukuran. e. Setiap aitem selalu mempunyai daya beda dengan aitem lain,

f. Aitem tidak boleh mengandung social desirability, artinya isi aitem jangan disesuaikan dengan keinginan masyarakat pada umumnya.

g. Sebagian aitem perlu dibuat arah negatif ( arah favorable),

8. Reliabiltas

Reabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. nama-nama lain reliabiltas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabiltas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan sebagai memiliki reliabilitas tingi apabila misalnya skor tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor murninya sendiri. Reliabilitas dapat pula ditafsirkan seberapa tingginya korelasi antara skor tampak pada dua tes pararel.

Terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menguji tingkat reliabailtas suatu instrument (termasuk skala psikologis) di anataranta adalah :

a. Pendekatan Tes-Ulang (test-retest)

Dalam pendekatan ini suatu instrument ukur diberikan kepada sekelompok subjek sebanyak dua kali dengan tenggang waktu tertentu. Koefisien reliabiltas diperoleh dengan cara menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subjek pada pemberian tes pertama dan distribusi skor tes yang ke dua.

Syarat-syarat pendekatan tes – ulang: (a) pergunakan jumlah subjek yang mencukupi agar normalitas distribusi skor dapat terpenuhi. (b) kelompok subjek yang dikenai tes merupakan sampel yang representatif dari populasi subjek yang akan dikenai tes nanti.

Adapun kelemahan metode tes-ulang ini di antaranya adalagh sebagai berikut: (a) perbedaan kondisi subjek pada saat melakukan tes pertama dan kedua. (b) terjadinya efek bawaan, maksudnya subjek masih ingat jawaban yang pernah diberikan pada saat mengerjakan tes pertama dan kemudioan mempengaruhi jawaban pada tes kedua. (c) dimungkinkan terjadinya rejeksi atau penolakan terhadap tes ke

dua karena subjek menyadari bahwa pernah mengerjakan tes yang sama sebelumnya sehingga mersa menjadi kelinci percobaan. Adapun tehnik analisis yang dapat digunakan dalam pengujian reliabilitas ini adalah korelasi product-moment.

b Pendekatan Bentuk Paralel

Dalam pendektan ini dilakukan dengan memberikan sekaligus dua bentuk tes yang paralel satu sama lain, kepada kelompok subjek. Adapun syarat-syarat tes paralel adalah mempunyai kesamaan spesifikasi dalam hal: tujuan ukur, batasan objek ukur dan operasionalisasinya, indikator-indikator perilakunya, banyaknya aitem, format aitem, dan bila perlu taraf kesukaran aitemnya. means dan varians ke dua tes tersebut harus setara.

Dalam pelaksanaannya, kedua tes parallel itu dapat digabungkan terlebih dahulu sehingga seakan-akan merupakan satu bentuk tes. Adapun langkah-langkah

pendekatan bentuk parallel adalah sebagai beiut: (1) buat dua tes parallel, (2) mengujicobakan kedua alat tes tersebut kepada sejumlah subjek yang sama, (3) menghitung koefisien korelasi distribusi skor dari kedua tes yang dihasilkan oleh sejumlah respon tersebut. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah: adalah sulitnya menyusun tes parallel. Tehnik analisis yang dipergunakan adalah korelasi product-moment.

c. Pendekatan Konsistensi Internal

Pendekatan konsistensi internal ini dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes dan hanya dikenakan satu kali saja pada sekelompok subjek (single – trial administration). Tes yang akan diestimasi reliabiltasnya dapat di belah menjadi dua bagian, tiga bagian atau empat bagian, dan bahkan dapat dibelah menjadi sejumlah aitem, sehingga masing-masing belahan hanya berisi satu aitem. (dengan catatan jumlah belahannya sama). Uji reliabiltsanya dapat dilakukan dengan tehnik-tehnik korelasi, tehnik varians antar belahan, tehnik varians perbedaan skor, dan lain-lain.

Beberapa model belah dua dikelompokkan menjadi dua:pertama adalah pembelahan secara Random yaitu dengan cara mengundi nomor-nomor mana yang masuk ke belahan pertama dan mana yang masuk ke balahan kedua. Kedaua adalah pembelahan Gasal-Genap ( odd-even splits), yaitu membelah tes menjadi dua dimana

seluruh kelompok nomor aitem genap jadi kelompok pertama dan nomor aiten ganjil kelompok ke dua. Sedangkan tehnik analisis yang dapat digunakan adalah:

1) Formula Spearman-Brown untuk Belah–Dua, hanya digunakan apabila kedua belahan tes memenuhi asumsi paralelisme, dimana kedua tes menghasilkan means yang setara dan varians skor yang sebanding.

2) Formula Rulon, dapat dipergunakan untuk mengistimasi reliabilitas belah –dua tanpa perlu berasumsi bahwa kedua belahan harus mempunyai varians yang sama. 3) Koefisien Alpha, dapat digunakan apabila tidak yakin bahwa asumsi kedua tes

adalah parallel.

9. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mampunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau oinstrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, memberikan hasil ukur yang ssesuai dengan maksud dilakukan penguluran tersebut. Suatu tes dimaksudkan untuk mengukur atribut A dan kemudian memang menghasilkan informasi mengenai atribut A, dapat dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki vaaliditas tinggi.

Sisi lain pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut, artinya bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil- kecilnya di antara subjek yang satu dengan subjek yang lainnya.

Tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga katagori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstrak), criterion-releted validity (validitas berdasar kriteria).

a. Validitas Isi

Validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Validitas isi ini menjawab pertanyaan “sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi

objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”

Pengertian “mencakup keseluruhan kawasan” isi tidak hanya menunjukkan bahwa tes tersebut harus kompreshensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar darai batasan tujuan ukur. Waluapun komprehensip apabila tes tersebut mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuannya, maka validitas tes tersebut tidaklah dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya. Kelemahannya dari validitas isi ini adalah bahwa estimasi validitasnya tidak melibatkan perhitungan statistic apapun, melainkan hanya analisis rasional.

Validitas isi ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logic).

1) Validititas muka,

adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansnya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes saja. Namun demikian, validitas muka ini bukalah tidak penting, karena suatu tes yang nampak meyakinkan akan memancing motivasi individu yang dites untuk menghadapi tes tersebut dengan sungguh-sungguh.

2) Validitas logic,

validitas logic disebut juga validitas sampling. Validitas ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari cirri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logic yang tinggi, tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar beiris hanya aitem yang relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Misal pada tes hasil belajar, kawasan perilaku yang hendak diukur dapat dikembalikan pada tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Validitas logik memang sangat penting peranannya dalam penyususnan tes prestasi. b. Validitas Konstrak

Validitas konstrak adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Misal akan mengukur tingkat variabel kecemasan. Hal itu dapat dimulai dari suatu batasan mengenai variabael yang hendak diukur (kecemasan), kemudian batasan variabel itu dinyatakan sebagai suatu bentuk konstrak logis menurut konsep-konsep kecemasan yang didasari oleh suatu teori.

c. Validitas Berdasar Kriteria

Pada validitas berdasar kriteria ini menghendaki tersedianya eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel yang akan dipredesikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria.

RANGKUMAN

Pengukuran merupakan suatu proses kuantifikasi suatu atribut. Pengukuran yang diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan secara sistematis. Pengukuran di bidang nonfisik, khususnya di bidang paikologis masih berada dalam taraf perkembangan yang mungkin tidak akan pernah mencapai kesempurnaannya. Pengukuran atribut psikologis sangat sukar atau bahkan mungkin tidak akan pernah dapat dilakukan dengan validitas, reliabilitas, dan objektivitas yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh beberpa alasan sebagai berikut: 1). atribut psikologis bersifat laten atau tidak tampak. 2) aitem- aitem dalam skala psikologis didasari oleh indikator-indikator perilaku yang jumlahnya terbatas, 3) respon dapat dipengaruhi oleh suasana hati subjek, sikon, dan kesalahan administrasi, 4) atribut psikologis bersifat labil, gampang berubah sesuai dengan sikon, 5) interpretasi terhadap hasil ukur psikologis hanya dapat dilakukan secara normative, sehingga terdapat banyak sumber eror

Skala Psikologi mempunyai beberapa karakteristik, di antaranya adalah: 1)timulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, tetapi mengungkap indikator-indikator perilaku dari atribut yang akan diukur, 2) kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua

item telah diproses, 3) Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sunguh-sungguh, namun jawaban yang berbeda akan diintepretasikan berbeda. (tidak ada yang benar dan yang salah).

Dalam pemakaian sehari-hari banyak praktisi pegukuran maupun peneliti yang menukarpakaikan saja istilah angket dan skala psikologi, padahal kedua hal itu mempunyai perbedaan pokok. Perbedaan pokok antara skala psikologis dan angket tersebut menyebabkan pula perbedaan dalam penyususnan, cara pengujian kualitas, cara penggunaan, dan cara interpretasi hasilnya.

Terdapat beberapa fatoktor yang dapat melemahkan validitas, diantaranya adalah 1) identifikasi kawasan ukur tidak jelas, 2) operasinalisasi konsep yang tidak tepat, 3) penulisan item tidak mengikuti kaidah, 4) administrasi skala yang tidak berhati-hati, yang meliputi validitas tampang, kondisi subjek, dan kondisi testing.

Sebelum menyusun sebuah instrument, terlebih dahulu peneliti harus membuat Blue-print. Blue-Print adalah tabel yang memuat: uraian komponen- komponen atribut yang harus dibuat aitemnya, proporsi aitem dalam masing-masing komponen, indikator-indikator perilaku dalam setiap komponen.

Reabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. nama-nama lain reliabiltas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menguji tingkat reliabailtas suatu instrument (termasuk skala psikologis) di anataranta adalah : pendekatan Tes – Ulang (test- retest) , pendekatan Bentuk Paralel, Pendekatan Konsistensi Internal

Validitas berasal dari kata validity yang mampunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, memberikan hasil ukur yang ssesuai dengan maksud dilakukan penguluran tersebut. Sisi lain pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut, artinya bahwa pengukuran itu mampu

memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu dengan subjek yang lainnya.

Tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga katagori, yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstrak), criterion-releted validity (validitas berdasar kriteria). Sedangkan validitas isi ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logic).

SOAL-SOAL

1. Jelaskan mengapa menyusun skala psikologis adalah pekerjaan yang tidak mudah. 2. Apa perbedaan antara angket dan skala psikologis.

3. Jelaskan langkah-langlah atau prosedur penyususnan skala psikologis.

4. Buatlah minimal satu variabel beserta definisi oprasional variabelnya dan kemudian susunlah skala psikologisnya, dengan jumlah aitem minimal 25 butir. (boleh dibuat secara kelompok, jamlah anggota maksimal 4 orang.

5. Hasil penyusunana skala psikologis pada no 4 tersebut selanjutnya diujicobakan untuk dihitung tingkat validitas dan reliablitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kerlinger, 1998, Asas-asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

Syaifudin, Azwar, 1999, Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset

………., 2000, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset.

Singarimbun, 1989, Metode Penelitan Survai, Jakarta, LP3ES.

BAB VI

PENELITIAN EKSPERIMEN

Dokumen terkait