• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

3. Penurunan Kadar Kolesterol

Kolesterol merupakan komponen essential membran struktural semua

sel dan merupakan komponen utama sel otak dan sel saraf. Namun apabila

membentuk endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan

penyempitan yang disebut aterosklerosis (Almatsier, 2009). Aterosklerosis

dapat dicegah dengan cara menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Dalam penelitian ini digunakan infusa daun tempuyung untuk menurunkan

kadar kolesterol. Dosis infusa daun tempuyung yang digunakan adalah

812,6 mg/kgBB, 1425 mg/kgBB, dan 2500 mg/kgBB. Sebelum perlakuan

infusa daun tempyung mencit kelompok kontrol positif dan dosis I, II , III

ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan volume simvasatin dan

infusa daun tempuyung yang akan diberikan ke mencit. Volume

simvastatin dan infusa daun tempuyung serta contoh perhitungannya

terlampir dalam lampiran 3

Perlakuan infusa daun tempuyung diberikan selama 7 hari. Sebelum

Pada hari ke-8 setelah perlakuan diukur kembali kadar kolesterolnya. Hasil

pengukuran kadar kolesterol ini digunakan sebagai data kadar kolesterol

darah mencit setelah perlakuan. Hasil Pengukuran kadar kolesterol darah

mencit hiperkolesterolemia dan setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel

4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2.

Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Hiperkolesterolemia dan setelah Perlakuan

Kelompok

Kadar Koleterol total (mg/dL) Hiperkolesterolemia Setelah Perlakuan Selisih penurunan Kontrol Negatif 175,38 104,7 70,68 Kontrol Positif 223,6 104,48 119,12 Dosis I 215,92 107,2 108,72

Kelompok

Kadar Koleterol total (mg/dL) Hiperkolesterolemia Setelah Perlakuan Selisih penurunan Dosis II 184,92 92,78 92,14 Dosis III 235,52 129,28 106,24 Keterangan :

- Kontrol Negatif = aquadest

- Kontrol Positif = suspensi simvastatin

- Dosis I = infusa daun tenpuyung dengan dosis 812,6 mg/kgBB - Dosis II= infusa daun tenpuyung dengan dosis 1425,31 mg/kgBB - Dosis III= infusa daun tenpuyung dengan dosis 2500

mg/kgBB

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata kolesterol pada darah

mencit setelah mendapat perlakuan masing-masing, penurunan kadar

kolesterol total terbesar ditunjukkan oleh kelompok kontrol positif, dengan

selisih penurunan dari hiperkolesterolemia ke setelah perlakuan 119,12

mg/dL). Sedangkan penurunan kadar kolesterol terendah ditunjukkan oleh

kelompok kontrol negatif dengan selisih penurunan dari hiperkolesterol ke

setelah perlakuan 70,68 mg/dL. Penurunan kadar kolesterol keadaan

hiperkolesterolemia dan kadar kolesterol setelah perlakuan dapat dilihat

Gambar 4.2. Diagram Pengukuran Kadar Kolesterol Hiperkolesterolemia dan sesudah Perlakuan

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar kolesterol

total hiperkolesterolemia dan setelah mendapat perlakuan pada

masing-masing kelompok. Untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan bermakna

atau tidak terhadap perubahan kadar kolesterol pada masing-masing

kelompok setelah 8 hari perlakuan dilakukan juga uji statitistik. Uji

statistik yang dilakukan adalah Uji t (lampiran 7). Hasil uji t terlihat pada

tabel 4.6.

Tabel 4.3

Hasil Uji t (Paired-Samples T Tast) kadar Kolesterol pada Mencit Jantan

Kelompok Kontrol (-) sesudah perlakuan Kontrol (+) sesudah perlakuan Dosis I sesudah perlakuan Dosis II sesusah perlakuan Dosis III sesudah Perlakuan Kontrol (-) Hiperkolesterol 0.002 s Kontrol (+) Hiperkolesterol 0,000 s Dosis I Hiperkolesterol 0,000 s 0 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 Kadar Kolesterol Hiperkolesterolemia Kadar Kolesterol sesudah Perlakuan

Kelompok Kontrol (-) sesudah perlakuan Kontrol (+) sesudah perlakuan Dosis I sesudah perlakuan Dosis II sesusah perlakuan Dosis III sesudah Perlakuan Dosis II Hiperkolesterol 0,008 s Dosis III Hiperkolesterol 0,002 s Keterangan:

- Nilai sig=<0.05, rata-rata kadar kolesterol total darah mencit hiperkolesterolemia dan sesudah perlakuan (berbeda nyata)

- s = siginifikan

- Kontrol Negatif = aquadest

- Kontrol Positif = suspensi simvastatin

- Dosis I = infusa daun tempuyung dengan dosis 812,6 mg/kgBB - Dosis II= infusa daun tempuyung dengan dosis 1425,31 mg/kgBB - DosisII= infusa daun tempuyung dengan dosis 2500 mg/kgBB

Berdasarkan tabel 4.3. hasil uji Paired-samples T test, pada kelompok

kontrol negatif nilai sig. 0,002 (p<0,05), ini berarti perlakuan aquadest

pada kelompok kontrol negatif, memiliki pengaruh yang signifikan dalam

penurunan kadar kolesterol total darah mencit. Pada kelompok kontrol

posistif yang diberi suspensi simvastatin menunjukkan bahwa simvastatin

memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol

total mencit. Hal ini ditunjukkan (lampiran 7b) dengan nilai signifikan

0,000 (p<0,05). Pada kelompok dosis 812,6 mg/kgBB berdasarkan uji

statistik (lampiran 7c dan tabel 4.3.) memiliki nilai sig.0,000 (p<0,05)

yang berarti antara kelompok dosis I hiperkolesterol dan setelah perlakuan

signifikan, hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa daun tempuyung

dengan dosis 812,6 mg/kgBB memberikan pengaruh yang signifikan

dalam penurunkan kadar kolestesterol total darah mencit. Pada kelompok

berdasarkan uji statistik (lampiran 7d dan tabel 4.3.) memiliki nilai

sig.0,008 (p<0,05) yang berarti antara kelompok dosis II hiperkolesterol

dan setelah perlakuan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa pemberian

infusa daun tempuyung dengan dosis 1425,31 mg/kgBB memberikan

pengaruh yang signifikan dalam penurunan kadar kolestesterol darah

mencit. Pemberian infusa dauan tempuyung dengan dosis 2500 mg/kgBB

memberikan pengaruh yang signifikan dalam penurunkan kadar

kolestesterol darah mencit. Berdasarkan uji statistik (lampiran 7e dan tabel

4.3) kelompok dosis III memiliki nilai sig.0,002 (p<0,05) yang berarti

antara kelompok dosis III hiperkolesterol dan setelah perlakuan signifikan.

Untuk mengetahui perubahan kadar kolesterol pada masing-masing

kelompok setelah 7 hari perlakuan apakah bermakna atau tidak, maka

dilakukan uji statistik terhadap kadar kolesterol total darah mencit

hiperkolesterolemia dan setelah perlakuan. Uji statistik yang dilakukan

adalah uji ANOVA One way. Sebelum dilakukan uji ANOVA, terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Apabila data yang

diperoleh tidak homogen dan terdistribusi tidak normal maka uji ANOVA

one Way tidak dapat dilakukan. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas

data kadar kolesterol darah mecit hiperkolesterolemia dan sesudah

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan mengetahui faktor variabel berdistribusi

normal atau tidak (uji normalitas terlampir pada lampiran 8a, 9a, dan

10a). Hasil analisa statistik normalitas dapat dilihat pada tabel 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.4.

Tes Normalitas Kadar Kolesterol Total Darah Mencit Hiperkolesterolemia dan setelah Perlakuan

Kadar Kolesterol Kolmogorov-Smirnov

a

Mean Df Sig. Hiperkolesterolemia 207.06 25 0.814 Setelah Perlakuan 107.68 25 0.813 Selisih penurunan 99.38 25 0.838

Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh kadar kolesterol total

darah mencit pada keadaan hiperkolesterolemia memiliki probabilitas

kesalahan 0.814>0.05 yang berarti Ho ditolak, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa data kadar kolesterol total hiperkolesterolemia

berdistribusi normal. Kemudian pada kadar kolesterol total darah

mencit sesudah perlakuan memiliki probalitas kesalahan 0.517>0,05

dengan demikian Ho ditolak dan uji statistik ini menunjukkan data

pengukuran kadar kolesterol total setelah perlakuan berdistribusi

normal. Begitu juga selisih kadar kolesterol normal dan setelah

perlakuan diperoleh p=0.619 dengan demikian Ho ditolak dan uji

statistik ini menunjukkan data selisih kadar kolesterol total setelah

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas atau test homogenity of variance digunakan untuk

mengetahui apakah variabel identik atau tidak identik (uji homogenitas

terlampir pada lampiran 8b, 9b dan 10b) Hasil analisa statistik uji

homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5.

Uji Homogenitas Kadar Kolesterol Total Darah Mencit Hiperkolesterolemia dan setelah Perlakuan Kadar Kolesterol Levene

Statistik

df1 df2 Sig

Hiperkolesterolemia .990 4 20 .436 Sesudah Perlakuan .355 4 20 .837 Selisih pretest dan

posttest 1.482 4 20 .245

Berdasarkan tabel 4.5. nilai levene statistik untuk kadar kolesterol

total darah mencit hiperkolesterolemia adalah 0.990 dengan probalitas

kesalahan (sig.) 0,436 hal ini berarti 0,436>0,05 dengan demikian data

kadar kolesterol total darah mencit hiperkolesterolemia identik atau

penelitian tiap ulangan adalah homogen. Untuk kadar kolesterol total

darah mencit sesudah perlakuan nilai levene statistiknya sebesar 0,837

dengan probalitas kesalahan (sig) 0,507, maka ini menunjukkan bahwa

data kadar kolesterol total darah mencit sesudah perlakuan identik atau

penelitian tiap ulangan adalah homogen. Nilai levene statistik untuk

selisih kadar kolesterol total darah mencit hiperkolesterolemia dan

setelah perlakuan adalah 1,482 dengan probalitas kesalahan (sig.) 0,245

kolesterol total darah mencit hiperkolesterolemia dan setelah perlakuan

identik atau penelitian tiap ulangan adalah homogen

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh bahwa

data selisih antara kadar kolesterol total mencit hiperkolesterolemia dan

sesudah perlakuan terdistribusi normal dan datanya homogen atau identik.

Oleh sebab itu, uji ANOVA dapat dilakukan. Untuk mengetahui apakah

terjadi perbedaan yang bermakna atau tidak terhadap kadar kolesterol total

darah mencit setelah perlakuan, dilakukan juga uji statistik. Berdasarkan

hasil uji ANOVA One Way didapat p=0,124 (p>0,05) (lampiran 10c). Hal

ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata penurunan

kolesterol dari kelima perlakuan. Karena uji Anova menunjukkan hasil

yang tidak signifikan maka uji lanjutan untuk mengetahui kelompok mana

yang memberikan beda nyata dalam penurunan kadar koelsterol tidak

dapat dilakukan.

Dalam penelitian ini aquadest juga dapat menurunkan kadar kolesterol

darah mencit. Menurut Anonim (2013), perbanyak minum air putih juga

akan meningkatkan metabolisme yang juga akan melunturkan lemak dan

kolesterol. Berdasarkan tabel 4.2. dari ketiga dosis infusa daun tempuyung

yang paling besar menurunkan kadar kolesterolmmencit

hiperkolesterolemia adalah dosis I yaitu infusa daun tempuyung dengan

dosis 812,6 mg/kgBB. Dari ketiga dosis ini dosis 816,2 mg/kgBB

merupakan titik optimal dari ketiga dosis yang digunakan sehingga

digunakan melebihi titik optimal dosis tersebut masih dapat menurukan

kadar kolesterol namun efeknya lebih kecil. Tidak menutup kemungkinan

bahwa dosis dibawah dosis I memberikan efek penurunan kadar kolesterol

yang lebih besar. Oleh karena itu perlu dilakuan variasi dosis lagi.

Kebanyakan obat diubah di dalam hati, kadang-kadang dalam ginjal.

Kalau fungsi hati tidak baik maka obat yang biasanya diubah dalam hati

tidak mengalami perubahan atau hanya sebagian yang diubah. Hal tersebut

mnyebabkan efek obat berlangsung lebih lama dan obat menjadi toksik.

Respon obat terhadap dosis obat yang rendah biasanya meningkat

sebanding langsung dengan dosis. Namun dengan meningkatnya dosis

peningkatan repon menurun. Pada akhirnya tercapailah dosis yang tidak

dapat meningkatkan respon lagi (lamidi, 1995).

Perlakuan infusa daun tempuyung dengan dosis 812,6 mg/kgBB

mampu memberikan pengaruh penurunan paling besar terhadap penurunan

kadar kolesterol darah mencit dan perlakuan infusa daun tempuyung

dengan dosis II yaitu dengan dosis 1425,31 memberikan pengaruh

penurunan paling rendah diantara ketiga dosis yang diberikan. Menurut

Malole dalam Puti (2013), efek farmakologi suatu obat dapat dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor antara lain:

a. Pada penelitian ini rute pemberian obat diberikan secara oral. Rute

pemberian oral memberikan efek sistemik dan dilakukan melalui

obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus. Pemberian

peroral akan memberikan onset paling lambat karena melalui saluran

cerna dan perlu proses metabolisme sehingga lambat diadsorbsi oleh

tubuh. Selain itu pemberian secara oral membutuhkan dosis yang

paling besar diantara rute pemberiannya karena melalui metabolisme

di hati.

b. Bobot tubuh dan luas permukaan tubuh berpengaruh dalam hasil

percobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh yang besar akan lebih

membutuhkan lebih banyak dosis dibandingkan dengan yang memiliki

bobot dan luas permukaan yang kecil untuk mendapatkan data

kuantitatif yang akurat pada efek farmakologis yang terjadi.

c. Status kesehatan dan nutrisi berpengaruh terhadap hasil percobaan

karena efek yang dihasilkan dalam dosis akan cepat diserap oleh tubuh

dan berlangsung cepat efek yang dihasilkan.

d. Usia hewan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kerja obat.

Hewan yang berusia lebih muda tentu saja membutuhkan dosis yang

lebih sedikit dibanding yang lebih tua.

e. Tingkat resistensi dari hewan percobaan yang berbeda-beda. Hewan

percobaan yang lebih resisten tentu mengakibatkan onset dan durasi

obat menjadi lebih cepat dari pada seharusnya atau tidak timbul efek

pada hewan percobaan walaupun diberikan injeksi sesuai dosis yang

f. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain

pemeliharaan lingkungan fisiologik, suplai oksigen. Meningkatnya

kejadian penyakit infeksi pada hewan percobaan disebabkan karena

kondisi lingkungan yang jelek di mana hewan itu tinggal. Maka

dengan meningkatnya penyakit infeksi dan disertai dengan keadaan

nutrisi yang jelek pula akan berakibat resistensi tubuh menurun

sehingga berpengaruh terhadap hasil suatu percobaan. Jadi untuk

menghasilkan hasil percobaan yang baik faktor eksternal tersebut

harus disesuaikan dengan karateristik hewan percobaan agar hewan

tersebut tidak stress. Karena kalau stress akan menghambat percobaan.

Perlakuan infusa daun tempuyung secara statistik mampu menurunkan

kadar kolesterol . Tempuyung mengandung banyak senyawa kimia, seperti

golongan flavonoid (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida dan

apigenin-7-O-glukosida), kumarin, taraksasterol serta asam fenolat bebas. Kandungan

flavonoid total dalam daun tempuyung 0,1044%, akar tanaman 0,5%

dengan jenis yang terbesar adalah apigenin-7-O-glikosida (3,4,5)

(Setyawan, 2012). Kandungan kimia dalam daun tempuyung yang dapat

digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol adalah saponin dan

flavonoida.

Menurut Dewangga (2009), Ekstrak etanolik daun tempuyung dapat

menurunkan kadar kolesterol total serum tikus putih (Rattus Norvegicus

L.) galur Wistar Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewangga ini

selama 14 hari yaitu dosis 10, 20, 40 mg/kg BB/hari. Berdasarkan uji

anova yang dilakukan efek terbesar ditunjukkan oleh kelompok dosis 40

mg/kgBB yang ekstrak etanolik daun tempuyung mampu menurunkan

kadar kolesterol total serum tikus putih. Berdasarkan penelitian yang

dilaksanakan Arief, dkk (2012) menunjukkan bahwa kandungan flavonoid

dan Saponin dalam bunga karamunting mampu menurunkan kadar

kolestrol total pada tikus yang diinduksi PTU.

Flavonoid dalam tempuyung mampu mengurangi sintesis kolesterol

dengan cara menghambat aktivitas enzim ACAT pada sel HepG2 yang

berperan dalam penurunan esterifikasi kolesterol pada usus dan hati, serta

menghambat aktivitas enzim 3-hidroksi-3-meti-glutaril-Coa yang

menyebabkan penghambatan sintesis kolesterol. Flavonoid dalam daun

tempuyung berperan menurunkan penyerapan kolesterol dan asam epedu

pada usus halus demi menginduksi peningkatan ekskresi fekal asam

empedu dan steroid. Hal ini menyebabkan hati lebih banyak merubah

kolesterol dalam tubuh menjadi empedu yang akibatnya dapat menurunkan

kolesterol dan meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL, yang

mengakibatkan peningkatan laju penurunan kadar kolesterol. Setiap hari,

sekitar 1 gram kolesterol dikeluarkan dari tubuh. Sekitar separuhnya

diekskresikan di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi asam

empedu. Sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah

senyawa utama dalam tinja di mana senyawa ini dibentuk dari kolesterol

dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, saponin mampu

menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dengan mengikat dan

mencegah absorbsi kolesterol karena interaksi saponin-kolesterol

merupakan kompleks yang tidak larut. Absorbsi kolesterol yang rendah

menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dan memaksa

meningkatnya metabolisme kolesterol dalam hati. Saponin juga dapat

menguras kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kembali dan

meningkatkan ekskresi (Prahastuti,dkk, 2011). Pada penelitian ini tidak

dilakukan uji untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam

daun tempuyung dan berapa kadar zat-zat tersebut serta belum terbukti zat

flavoniod atau saponin yang menurunkan kadar kolesterol total darah

mencit

Dokumen terkait