• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

2.1.1 Pengertian Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun bagi laki-laki

Pada dasarnya kemiskinan dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: a. Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari. Sementara itu Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah pada kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi

b. Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan.

Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

 Perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan,

 Perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan,

 Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya,

 Perbedaan peranan sektor swasta dan negara,

 Perbedaan struktur industri,

 Perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain

 Perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri. Sedangkan menurut Jhingan (2000), mengemukakan tiga ciri utama negara berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada kemiskinan. Pertama, prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki ketrampilan ataupun keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya sebahagian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif dan yang ketiga adalah penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan dengan metode produksi yang telah usang dan ketinggalan zaman.

2.1.2 Faktor Kemiskinan

Berikut merupakan faktor-faktor penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107): 1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah. 2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas

sumber daya manusia rendah yang berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.

3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.

Gambar 2. 1 Lingkaran Kemiskinan Dari Segi Pasar Modal Sumber : Google

Negara berkembang sampai kini masih saja memiliki ciri-ciri utama sulitnya mengelola pasar dalam negerinya menjadi pasar persaingan yang lebih sempurna. Ketika mereka tidak dapat mengelola pembangunan ekonomi, maka kecenderungan kekurangan kapital dapat terjadi, diikuti dengan rendahnya produktivitas, turunnya pendapatan riil, rendahnya tabungan, dan investasi mengalami penurunan sehingga mengakibatkan keadaan kurangnya modal. Demikian seterusnya, berputar. Oleh karena itu, setiap usaha dalam memerangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini.

Selain dijelaskan dengan faktor pasar, lingkaran setan atau penyebab timbulnya kemiskinan juga dapat dijelaskan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. 2 Vicious Circle Of Poverty Sumber : Google

Dari gambar diatas menjelaskan bahwa terjadinya kemiskinan dapat menimbulkan suatu siklus, dimana faktor adanya kurang gizi, menurunnya kesehatan, produktivitas rendah dan pendapatan rendah dapat mempengaruhi kemiskinan begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat dianalogikan yaitu ketika manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dapat mengakibatkan manusia kekurangan gizi. Dengan gizi yang kurang berpengaruh terhadap kesehatannya sehingga produktivitas dan pendapatan menjadi rendah, inilah yang nantinya menimbulkan kemiskinan ataupun sebaliknya. Siklus ini akan terus berulang sampai salah satu rantainya terputus, misalnya dengan peningkatan kesehatan manusia.

Sementara itu Robert Chambers (1987) berpendapat bahwa inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletakada apa yg disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari lima unsur yaitu:

1. Kemiskinan itu sendiri 2. Kelemahan fisik

3. Keterasingan atau kadar isolasi 4. Kerentanan

5. Ketidakberdayaan

Kelima faktor diatas dapat dijelaskan bahwa lilitan kemiskinan hilangnya hak atau kekayaan disebabkan oleh desakan kebutuhan yang melampaui ambang batas kekuatannya. Misalnya pengeluaran yang sudah diperhitungkan sebelumnya, namun jumlahnya sangat besar atau tiba-tiba dihadapkan pada krisis yang hebat. Lazimnya kebutuhan yang mendorong sesorang yang terlilit kemiskinan berkaitan dengan lima hal yaitu kewajiban adat, musibah, ketidak mampuan fisik, pengeluaran tidak produktif dan pemerasan.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya kemiskinan adalah adanya faktor internal berupa kebutuhan yang segera harus terpenuhi namun tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam berusaha mengelola sumber daya yang dimiliki (keterampilan tidak memadai, tingkat pendidikan yang minim dan lain-lain). Faktor ekstemal berupa bencana alam seperti halnya krisis ekonomi ini, serta tidak adanya pemihakan berupa kebijakan yang memberikan kesempatan dan peluang bagi masyarakat miskin.

2.2 Kriminalitas

2.2.1 Pengertian Kriminalitas

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa, tindak kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122).

Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Bentuk-bentuk tindak kriminal seperti: a. Pencurian ; Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi atau diam-diam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan pencurian. Dengan demikian pengertian pencurian adalah orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam dengan jalan yang tidak sah. (Poerwardarminta, 1984:217)

b. Tindak asusila ; Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum wanita c. Pencopetan ; Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri barang

berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik orang lain atau bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak diketahui oleh korban maupun orang di sekitarnya

d. Penjambretan ; Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga menimbulkan kerugian materi bagi korban.

e. Penodongan dengan senjata tajam/api ; Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda miliknya.

f. Pembunuhan ; Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang. Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa perbuatan pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan sengaja, atau tidak sengaja dan atau semi sengaja. (Wahbah Zuhali, 1989: 217).

g. Penipuan ; Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar. (R. Sugandhi, 1980 : 396).

h. Korupsi ; Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. korupsi dalam pengertian sosiologis sebagai: Penggunaan yang korup dari kekuasaan yang dialihkan, atau sebagai penggunaan secara diam-diam kekuasaan yang dialihkan berdasarkan wewenang yang melekat pada kekuasaan itu atau berdasarkan kemampuan formal, dengan merugikan tujuan-tujuan kekuasaan asli dan dengan menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan kekuasaan itu dengan sah Hamzah(1991).

2.2.2 Faktor Penyebab Kriminalitas

Faktor Penyebab Tindakan Kriminalitas Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering terdapat penyimpangan terhadap norma-norma, terutama norma hukum. Di dalam pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan atau kriminalitas. Dan kriminalitas itu sendiri merupakan masalah sosial yang berada di tengah-tengah masyarakat, dimana tindak kriminalitas tersebut mempunyai faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi terjadinya kriminalitas tersebut.

Menurut Andi Hamzah (1986:64), faktor penyebab kriminalitas dikelompokan menjadi faktor dari dalam diri pelaku dan faktor dari luar diri prilaku.

1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri. maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor-faktor dari dalam tersebut antaralain:

a. Faktor Biologik secara Genothype dan Phenotype Stephen Hurwitz (1986:36) menyatakan perbedaan antara kedua tipe tersebut bahwa Genotype ialah warisan sesungguhnya, Phenotype ialah pembawaan yang berkembang. Sekalipun sutu gen tunggal diwariskan dengan cara demikian hingga nampak keluar, namun masih mungkin adanya gen tersebut tidak dirasakan. Perkembangan suatu gen tunggal adakalanya tergantung dari lain-lain gen, teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di samping itu, nampaknya keluar sesuatu gen, tergantung pula dari pengaruh-pengaruh luar terhadap organism yang telah 22 atau belum lahir. Apa yang diteruskan seseorang sebagai pewarisan kepada genrasi yang berikutnya semata-mata tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya keluar olehnya, adalah phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang diwaris dari orang tuanya dengan pengaruh-pengaruh dari luar.

b. Faktor Pembawaan criminal Stephen Hurwitz (1986:39) setiap orang yang melakukan kejahatan mempunyai sifat jahat pembawaan, karena selalu adainteraksi antara pembawaan dan lingkungan. Akan tetapi hendaknya jangan member cap sifat jahat pembawaan itu, kecuali bila tampak sebagai kemampuan untuk melakukan susuatu kejahatan tanpa adanya kondisi-kondisi luar yang istimewa dan luar biasa. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara pembawaan dan kejahatan

c. Umur Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.

2. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri pelaku. Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri. 23 Faktor-faktor dari luar tersebut antaralain:

a. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu mengandung suatu kemungkinan untuk memberi pengaruh dan terujudnya kemungkinan tindak kriminal tergantung dari susunan (kombinasi) pembawaan dan lingkungan baik lingkungan stationnair (tetap) maupun lingkungan temporair (sementara). Menurut Kinberg (dalam Stephen Hurwitz, 1986:38) menyatakan bahwa pengaruh lingkungan yang dahulu sedikit banyak ada dalam kepribadian seseorang sekarang. Dalam batas-batas tertentu kebalikannya juga benar, yaitu lingkungan yang telah mengelilingi seseorang untuk sesuatu waktu tertentu mengandung pengaruh pribadinya. Faktor-faktor dinamik yang bekerja dan saling mempengaruhi adalah baik factor pembawaan maupun lingkungan.

b. Kemiskinan Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak kriminalitas karena pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan akan mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi kebutuhan sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (tempat tinggal) sehingga untuk memenuhi segala kebutuhan tersebut seseorang melakukan berbagai cara guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum.

c. Pendidikan Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam pencapaian kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan dapat terpenuhi. 24 Dengan demikian seseorang yang mempunyai penghasilan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis. Sehingga apabila seseorang memiliki pendidikan yang rendah hal tersebut dapat mendorong seseoang untuk melakukan tindakan kriminal.

d. Bacaan, Harian-harian, Film Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan romanroman dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografik, bukubuku picisan lain dan akhirnya cerita-cerita detektif dengan penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah gambaran sesuatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat dikatakan tentang koran-koran. Di samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap

menyebabkan pertumbuhan kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan dan kerugian yang dapat dilihat disamping kegunaan pokok bacaan, harian, dan film tersebut.

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Lokasi Studi

Kampung stren Kali Jagir berada di wilayah administrasi Kelurahan Ngagel Rejo, Surabaya. Morfologi kampung ini membentuk koridor sepanjang ±1 Km dengan luas wilayah 1,23 Ha. Adapun batas lokasi studi Kampung stren Kali Jagir antara lain:

 Sebelah Utara : PDAM Provinsi Jawa Timur

 Sebelah Selatan : Kali Jagir

 Sebelah Barat : Pintu air Kali Jagir

 Sebelah Timur : Kelurahan Barata Jaya

Kampung Stren Kali Jagir memilki ketinggian tanah 7 meter dari permukaan air laut. Adapun banyaknya curah hujan yang dimiliki yaitu 279 mm/tahun. Sedangkan topografi kampung ini digolongkan kedalam topografi rendah dengan suhu udara rata-rata antara 230C hingga 340C. Untuk melihat batas lokasi studi Kampung stren Kali Jagir, dapat dilihat pada Peta 3.1 .

Gambar 3.1 Lokasi Studi Kasus

3.1.2 Jumlah Penduduk

Data kependudukkan Kampung stren Kali Jagir tidak tercatat di dalam Laporan Data Monografi Kelurahan Ngagel Rejo, karena kampung ini merupakan sebuah kampung tempat berdirinya permukiman kumuh illegal. Namun ketua paguyuban dari Kampung stren Kali Jagir, Pak Warsito selalu melakukan pendataan penduduk setidaknya dua tahun sekali. Dari sinilah diperoleh data jumlah penduduk Kampung stren Kali Jagir. Walaupun pendataan data kependudukan yang dilakukan tidaklah spesifik, yaitu hanya menghitung jumlah KK atau Kepala Keluarga yang berada di Kampung Stren Kali Jagir, ketua Paguyuban melakukan pendataan penduduk pada tahun 2009, lalu melakukan pendataan lagi pada tahun 2013. Dari pendataan tersebut diperoleh data sebagai berikut :

Dari data di atas, dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk Kampung stren Kali Jagir mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, jumlah KK di Kampung stren Kali Jagir sebesar 78 KK. Dan bertambah pada tahun 2013 menjadi 182 KK. Jumlah KK tersebut didapatkan langsung dari wawancara dengan ketua paguyuban kampung Stren Kali Jagir dan di dapatkan jumlah penduduk di kawasan ini sebesar 1092 jiwa penduduk. Menurut hasil survei yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa mayoritas penduduk Kampung stren Kali Jagir adalah pendatang. Mereka adalah pendatang dari luar Surabaya yang datang ke Surabaya untuk mencari nafkah. Menurut hasil survey primer yang dilakukan, kepadatan penduduk di Kampung stren Kali Jagir sebesar 910 jiwa/Ha. Angka ini didapat

2009 2013 Jumlah KK 78 182 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

J U M L AH K K K AM P U NG STRE N K AL I

JAG I R, K E LU RAHAN NG AG E L RE J O TAHU N

2 0 0 9 - 2 0 1 3

Gambar 3.2 Jumlah penduduk Kampung stren Kali Jagir tahun 2009 dan 2013

dari perbandingan data jumlah penduduk dan luas wilayah Kampung stren Kali Jagir, dimana 1 KK terdiri dari 6 jiwa.

3.1.3 Pekerjaan Penduduk

Berdasarkan hasil wawancara, penduduk di Kampung Stren Kali Jagir kebanyakan berprofesi di sektor informal, dengan berbagai pekerjaan yang bervariasi, mulai dari pemulung, tukang bangunan, tukang batu, serta pembantu. Beberapa warga ada yang melakukan usaha berskala kecil dengan membangun toko kelontong, warung makan, atau warung kopi di sepanjang kawasan ini. Hanya segelintir penduduk saja yang berkerja di sektor formal seperti tukang bersih bangunan atau sopir, itupun semuanya adalah pekerja outsourching.

Penduduk di kawasan barat Kampung Stren Kali Jagir ada yang berprofesi sebagai tukang pijat serta wanita penghibur. Kondisi lingkungannya yang sering dijadikan ‘pasar malam’ (istilah warga Kampung Stren Kali Jagir untuk menyebutkan tempat prostitusi) membuat di tempat tersebut terdapat kosentrasi PSK.

3.1.4 Penyediaan Sarana

 Pendidikan

Selama ini, sarana pendidikan yang menunjang kegiatan belajar mengajar di Kampung stren Kali Jagir menggunakan Balai Pertemuan Warga. Belum ada tempat khusus sebagai sarana pendidikan di kampung ini. Balai pertemuan warga ini bersifat multifungsi. Setiap minggu diadakan program belajar gratis untuk anak-anak di Kampung stren Kali Jagir yang diadakan relawan mahasiswa di Surabaya, LSM, dan lain-lain.

 Kesehatan

Pemenuhan pengobatan warga Kampung stren Kali Jagir juga diselenggarakan di Balai Pertemuan Warga setempat. Di Balai Pertemuan Warga diadakan pengobatan gratis. Pengobatan gratis ini atas usulan warga. Dari usulan warga ini, ketua paguyuban Kampung baru meminta ke puskesmas terdekat untuk melakukan pengobatan gratis kepada masyarakat setempat.

 Peribadatan

Terdapat sebuah musholla di Kampung stren Kali Jagir yang letaknya di bagian timur. Walaupun letaknya di bagian timur, masyarakat yang tinggal di bagian barat juga ikut menggunakannya. Keadaan musholla juga cukup baik. Jalan di depan musholla juga sudah terpaving.

 Kebudayaan dan rekreasi

Di Kampung stren Kali Jagir terdapat sebuah Balai pertemuan warga. Balai pertemuan warga ini terletak di sebelah rumah ketua paguyuban Kampung stren Kali Jagir. Balai pertemuan warga ini bersifat multifungsi, karena segala jenis kegiatan seperti belajar gratis, pengobatan gratis, penyuluhan dari mahasiswa atau LSM, dan lain-lain diadakan di tempat ini. Selain itu, 2 bulan sekali warga berkumpul untuk pertemuan warga.

Dari pembahasan penyediaan sarana di Kampung Stren Kali Jagir tersebut dapat kita lihat bahwa sarana rekreasi dan sarana peribadatan di wilayah ini sudah tercukupi karena di wilayah ini sudah terdapat musholla dan balai pertemuan warga. Namun pada sarana kesehatan dan sarana pendidikan masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana pendidikan yang tersedia masih berupa sarana pendidikan non-formal yaitu adanya penyediaan sarana bimbingan belajar bersama dengan beberapa mahasiswa yang berasal dari salah satu universitas di Surabaya.

Sedangkan untuk sarana pendidikan formal sendiri masih belum tercukupi. Belum tercukupinya sarana pendidikan formal tersebut mengakibatkan masyarakat harus

Gambar 3.3 Foto musholla Baitus Salam, Kampung stren Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

Gambar 3.4 Foto Balai Pertemuan Warga, Kampung stren Kali Jagir

mengandalkan sekolah formal yang berada di luar Kampung Stren Kali Jagir. Mereka tidak bisa mengakses sekolah negeri dikarenakan status warga mereka sebagi penghuni illegal, sehingga hanya bisa mengakses sekolah swsta yang harus membayar lebih mahal ketimbang skeolah negeri.

Untuk sarana kesehatan di kampung Stren Kali Jagir masih belum terpenuhi karena tidak adanya bangunan fasilitas kesehatan di wilayah ini. Masyarakat masih harus mengandalkan bantuan dari LSM dan mengusulkan pengobatan gratis yang akhirnya terlaksanakan di Balai Warga. Hal tersebut dilakukan karena tidak adanya praktek dokter diwilayah ini. Warga di kawasan ini juga tidak mendapatkan bantuan BPJS, sekali lagi dikarenakan status mereka di kawasan tersebut sebagai penghuni illegal.

3.1.5 Prasarana

 Air Bersih

Di bagian timur, distribusi air bersih sudah masuk. Air bersih ini berasal dari PDAM. Selain PDAM, sebagian kecil sumber air bersih masyarakat setempat didapat dengan cara menggunakan pompa air listrik. Masing-masing rumah warga di wilayah bagian timur dari kampung ini juga sudah terdapat MCK.

Sedangkan di bagian barat Kampung Stren Kali Jagir, untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari masih mengambil air dari kali Jagir. Kegiatan mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain mengambil air dari kali Jagir. Untuk kebutuhan air minum, warga membeli air dari tukang air minum keliling. Selain itu setiap rumah warga di bagian barat ini belum terdapat MCK di. Hal tersebut menyebabkan warga setiap kali mandi harus memanfaatkan kali Jagir dan berada di tempat terbuka.

 Listrik

Masyarakat Kampung Stren Kali Jagir menggunakan listrik prabayar untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Sebelum mendapatkan listrik prabayar, masyarakat diwilayah ini mengalami kesulitan untuk menggunakan listrik karena adanya penolakan pengajuan berkas untuk menjadi pelanggan listrik resmi. Karena penolakan tersebut

Dokumen terkait