• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi ringkasan hasil analisis data dan saran yang bisa digunakan atau bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Investasi

Terdapat banyak penulis memberikan defnisi investasi diantaranya yaitu

menurut Halim (2009), “Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di

masa mendatang”. Menurut Jogiyanto (2014), “Investasi dapat didefinisikan

sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif

selama periode waktu yang tertentu”. Menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004, investasi adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi dapat dibagi dalam berbagai jenis, dalam praktiknya jenis investasi dibagi dua macam, yaitu:

1. Investasi nyata (real investment), merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan, atau mesin-mesin.

2. Investasi finansial (financial investment), merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi, atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

Investasi jangka panjang adalah investasi yang berumur lebih dari satu tahun, sedangkan investasi jangka pendek adalah investasi yang memiliki umur

maksimal satu tahun. Menurut Abdul (2005:134), “Investasi pada aset riil

termasuk dalam penganggaran modal (capital budgeting), yaitu keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang pengeluaran dana yang

jangka waktu pengembaliannya lebih dari satu tahun”. Menurut Sarwoko dan Abdul (1989:143), “Capital Budgeting adalah suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka pemilikan atau keperluan akan aktiva tetap.” Dengan demikian penganggaran modal mempunyai

arti yang sangat penting bagi perusahaan, karena:

1. Jika salah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan akan berakibat berat dan panjang bagi perusahaan, mengingat jumlah dana yang dikeluarkan cukup besar dan terikat dalam jangka waktu yang lama.

2. Jika salah dalam melakukan perkiraan kebutuhannya, misalnya investasi terlalu besar (over investment) akan timbul beban-beban yang seharusnya tidak perlu. Sebaliknya jika investasi terlalu kecil (under investment) perusahaan akan kekurangan kapasitas produksi.

Menurut Sarwoko dan Abdul (1989:145) secara teoritis penanaman modal dibagi atas beberapa golongan sebagai berikut:

1. Penggantian (Replacement)

Suatu aktiva tetap yang digunakan tentu akan aus atau semakin menyusut kegunaannya, oleh karena itu suatu aktiva tetap sangat dimungkinkan untuk diganti. Sejumlah dana dibutuhkan untuk penanaman modal dalam rangka penggantian tersebut.

2. Ekspansi (Ekspansion)

Suatu perusahaan yang tumbuh berkembang membawa konsekuensi untuk memperluas usahanya. Bila permintaan akan produk perusahaan meningkat berakibat tertundanya pemenuhan permintaan, maka hal ini menunjukkan perlunya pemikiran untuk penambahan kapasitas yang diperlukan adanya penanaman modal.

3. Diversifikasi (Diversification)

Risiko kegagalan pasar untuk perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk lebih kecil daripada perusahaan yang hanya menghasilkan satu jenis produk saja. Perusahaan-perusahaan yang mencoba untuk memasuki pasar baru akan mempertimbangkan usulan-usulan untuk membeli mesin-mesin yang baru dan fasilitas-fasilitas lainnya untuk menangani produk-produk baru.

4. Riset dan Pengembangan (Research and Development)

Perusahaan-perusahaan di dalam industri yang berubah dengan cepat akan cenderung membelanjakan sejumlah besar untuk penelitian dan pengembangan produk-produk baru. Jika sejumlah besar uang dibutuhkan untuk peralatan, maka usulan-usulan ini akan termasuk di dalam capital bugeting.

5. Lain-lain

Perusahaan sering kali mempunyai pemgeluaran dana yang cukup besar yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha pencapaian laba yang diinginkan perusahaan. Misalnya pemasangan sistem musik untuk meningkatkan produktivitas, pemasangan alat pencegah polusi, sistem pemadam kebakaran yang otomatis, dan lain-lain. Itu semua termasuk dalam lingkup capital budgeting.

B. Kelayakan Investasi dan Analisis Kelayakan Investasi 1. Kelayakan Investasi

Kelayakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat berarti pantas atau patut atau perihal yang patut atau pantas dikerjakan. Investasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penanaman modal atau uang dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Kelayakan investasi dapat diartikan disini sebagai besarnya manfaat atau keuntungan yang pantas diperoleh untuk suatu penanaman modal pada suatu perusahaan atau proyek. Keuntungan dapat dikatakan pantas atau patut apabila keuntungan yang diperoleh diatas ketentuan maksimal yang berlaku secara umum untuk masing-masing jenis usaha. Batasan keuntungan yang patut atau pantas diperoleh berdasarkan kemampuan mengembalikan modal yang ditanam dengan memperhitungkan nilai mata uang sekarang atau setelah memperhitungkan discount factor berdasarkan suku bunga bank yang berlaku secara umum. “Secara

keseluruhan pengertian kelayakan investasi adalah bagaimana melakukan aktivitas dengan menggunakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang kita punyai pada saat sekarang agar mendapatkan suatu keuntungan yang pantas dimasa yang akan datang sesuai dengan yang telah kita

rencanakan”. (Maulia 2005:15) 2. Analisis Kelayakan Investasi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), “ Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu

kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut

dijalankan. Menurut Halim (2009), “Analisis Kelayakan Investasi Bisnis

merupakan suatu kegiatan menganalisis secara mendalam tentang suatu investasi bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan keputusan layak tidaknya

investasi tersebut dibiayai”. Tipe-tipe keputusan yang memerlukan analisis ini antara lain:

1. Keputusan pemilihan aset tetap baru 2. Keputusan ekspansi

3. Keputusan penggantian (replacement) aset tetap 4. Keputusan sewa atau beli

Menurut Halim (2009: 2) dalam pengambilan keputusan tersebut, diperlukan informasi berupa asset, pendapatan, dan biaya masa yang akan datang, informasi asset memberikan ukuran berapa jumlah dana yang akan ditanamkan dalam investasi bisnis, sedangkan pendapatan dan biaya masa yang akan datang memberikan ukuran tingkat kemampuan menghasilkan laba dari investasi bisnis tersebut, keputusan tersebut diambil menyangkut apakah suatu investasi bisnis yang diusulkan memenuhi kelayakan akseptasi yang telah ditentukan atau tidak ditinjau dari aspek keuangan.

Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan menurut Kasmir dan Jakfar (2003) sebagai berikut:

1. Aspek hukum

Dalam aspek ini yang akan dibahas adalah masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki.

2. Aspek pasar dan pemasaran

Aspek pasar diperlukan untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak.

3. Aspek keuangan

Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-baya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek jadi dijalankan. Penelitian ini meliputi seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali. Kemudian dari mana saja sumber pembiayaan bisnis tersebut dan bagaimana tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga apabila dihitung dengan formula penilaian investasi sangat menguntungkan.

4. Aspek teknis/operasi

Dalam aspek ini yang akan diteliti adalah mengenai lokasi usaha, penentuan layout gedung, mesin, dan peralatan serta layout ruangan sampai kepada usaha perluasan selanjutnya.

5. Aspek manajemen/organisasi

Aspek manajemen menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.

6. Aspek ekonomi sosial

Penelitian dalam aspek ekonomi adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek dijalankan. Pengaruh ini terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosial terhadap masyarakat secara keseluruhan.

7. Aspek dampak lingkungan

Aspek ini berkaitan dengan dampak dilaksanakannya proyek terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap darat, air, dan udara yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan sekitar.

C. Penyelenggaraan Pelayanan Hemodialisis

Sebelum membahas mengenai analisis kelayakan investasi pengadaan alat hemodialisis di Panti Waluyo berikut adalah pengertian sehubungan dengan alat hemodialisis. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/Per/VII/2010, yang dimaksud dengan:

1. Dialisis adalah tindakan medis pemberian pelayanan terapi pengganti fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal ginjal dalam upaya mempertahankan kualitas hidup yang optimal yang terdiri dari dialisis peritoneal dan hemodialisis.

2. Dialisis Peritoneal adalah salah satu terapi pengganti fungsi ginjal yang mempergunakan peritoneum pasien yang bersangkutan sebagai membran semipermeabel antara lain Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan Ambulatory Peritoneal Dialysis (APD).

3. Hemodialisis adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksin uremik dan mengatur cairan, elektrolit tubuh.

4. Fasilitas pelayanan dialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan dialisis, baik di dalam maupun di luar rumah sakit.

5. Persyaratan Penyelenggaraan Pelayanan Hemodialisis (Pasal 3)

Setiap penyelenggaraan pelayanan hemodialisis harus memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sarana dan prasarana, peralatan, serta ketenagaan.

Persyaratan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) sekurang-kurangnya meliputi:

a. Ruang peralatan mesin hemodialisis untuk kapasitas 4 (empat) mesin hemodialisis.

b. Ruang pemeriksaan dokter/konsultasi c. Ruang tindakan

d. Ruang perawatan, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan obat dan ruang penyimpanan medik

e. Ruang administrasi dan ruang tunggu pasien f. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan

Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) sekurang-kurangnya meliputi:

a. 4 (empat) mesin hemodialisis siap pakai b. Peralatan medik standar sesuai kebutuhan c. Peralatan reuse dialiser manual atau otomatik d. Peralatan sterilisasi alat medis

e. Peralatan pengolahan air untuk dialisis yang memenuhi standar, dan f. Kelengkapan peralatan lain sesuai kebutuhan.

D. Cara Penilaian Kelayakan Investasi

Keputusan investasi harus dipertimbangkan dengan baik karena merupakan keputusan penting dan beresiko jika salah dalam mengambil keputusan. Pertimbangan tersebut tidak hanya berkenaan dengan biaya yang dikeluarkan, tetapi pihak manajemen harus memikirkan juga mengenai keuntungan yang didapatkan (cost and benefit). Dalam mengambil keputusan investasi seharusnya perusahaan melakukan studi kelayakan investasi. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) studi kelayakan investasi menjadi hal yang sangat penting

untuk memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika ternyata hasil dari investasi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Penelitian ini hanya akan membahas mengenai studi kelayakan investasi dari aspek keuangan saja, aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek ini sama pentingnya dengan aspek yang lain, bahkan ada beberapa perusahaan yang menganggap justru aspek inilah yang paling utama untuk dianalisis karena dari aspek ini tergambar jelas hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan perusahaan, sehingga merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diteliti kelayakannya (Kasmir dan Jakfar, 2012). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti:

1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh 2. Kebutuhan biaya investasi

3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.

4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan. 5. Kriteria penilaian investasi

6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan. Sebelum membahas mengenai metode yang dipakai untuk analisis kelayakan investasi dari aspek keuangan ada beberapa hal yang penting untuk diketahui, antara lain:

1. Sumber-Sumber Dana

Untuk mendanai suatu kegiatan investasi, maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar. Perolehan dana dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada seperti dari modal sendiri atau dari modal pinjaman atau keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) dalam praktiknya kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam:

a. Modal Investasi

Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva tetap seperti bangunan, mesin-mesin, peralatan, serta inventaris lain dan biasanya modal investasi diperoleh dari pinjaman dengan jangka waktu panjang (di atas satu tahun).

b. Modal Kerja

Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan selama perusahaan beroperasi. Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Jangka waktu penggunaan modal kerja relatif pendek yaitu untuk satu atau beberapa siklus operasi perusahaan (satu tahun).

2. Biaya Kebutuhan Investasi

Komponen yang terkandung dalam biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) secara garis besar biaya kebutuhan investasi meliputi:

a. Biaya prainvestasi terdiri dari biaya pembuatan studi dan biaya pengurusan izin-izin.

b. Biaya pembelian aktiva tetap

1) Aktiva tetap berwujud antara lain tanah, mesin-mesin, bangunan, peralatan, inventaris kantor, dan aktiva berwujud lainnya.

2) Aktiva tetap tidak berwujud antara lain good will, hak cipta, lisensi, dan merek dagang.

c. Biaya operasional yang terdiri dari: 1) Upah dan gaji karyawan 2) Biaya listrik

3) Biaya telepon dan air 4) Biaya pemeliharaan 5) Pajak

6) Premi asuransi 7) Biaya pemasaran 8) Biaya-biaya lainnya.

3. Estimasi Pendapatan dan Biaya

Peramalan atau estimasi merupakan pengetahuan dan seni untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang pada saat sekarang. Dalam melakukan estimasi, pembuat estimasi harus mencari data dan informasi masa lalu. Dalam praktiknya terdapat berbagai metode peramalan, metode tertentu dipilih tergantung dari data dan informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai.

Estimasi pendapatan dan biaya merupakan perkiraan berapa pendapatan yang akan diperoleh dan berapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu periode. Pada akhirnya cash flow akan terlihat pada kas akhir yang diterima perusahaan. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut serta berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Dalam cash flow semua data pendapatan yang akan diterima dan biaya yang akan dikeluarkan baik jenis maupun jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang. Jadi cash flow (arus kas) menurut Kasmin dan Jakfar (2012) adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersebut. Menurut Halim (2009), terdapat beberapa komponen utama aliran kas yakni :

a. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) adalah investasi awal yang mencakup pengeluaran-pengeluaran sejak ide, studi kelayakan hingga investasi tersebut siap beroperasi secara penuh.

b. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) meliputi aliran kas masuk dan keluar dari operasi setiap tahun selama usia investasi. Aliran kas bersih atau Net Cash Flow (NCF) adalah selisih antara aliran kas keluar dengan aliran kas masuk operasi. Penentuan NCF didasarkan pada laporan akuntansi setelah dikurangi penyesuaian. Penyesuaian tersebut meliputi depresiasi yang bukan pengeluaran kas dan beban bunga seandainya investasi tersebut dibiayai dengan pinjaman.

c. Aliran kas masuk akhir (Terminal Cash Flow) adalah aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan sebagai akibat habisnya umur ekonomis investasi peralatan. Terminal Cash Flow akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu proyek investasi dan dapat juga diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan untuk investasi. Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku peralatan tersebut.

Cara untuk menghitung arus kas masuk bersih dengan modal sendiri didapat dengan menjumlahkan laba setelah pajak dan penyusutan, sedangkan untuk menghitung operasional arus kas masuk dengan modal sendiri dan modal pinjaman adalah dengan rumus (Kasmir dan Jakfar, 2012:98):

Kas masuk bersih = laba setelah bunga dan pajak + penyusutan + bunga (1-pajak)

Selain ketiga komponen aliran kas diatas, penyusutan (depresiasi) juga penting untuk diketahui. Penyusutan (depresiasi) adalah bagian dari biaya (cost) suatu modal aktiva berwujud yang dialokasikan atau dibebankan sebagai expense selama periode tertentu. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan supaya perhitungan penyusutan dapat dilakukan dengan tepat, yaitu nilai aktiva, nilai residu, dan umur aktiva. Nilai aktiva adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan pengadaan aktiva tersebut. Nilai residu adalah perkiraan nilai sisa dari aktiva, apabila aktiva tersebutsudah tidak digunakan lagi. Umur aktiva merupakan perkiraan umur ekonomis atau umur pelayanan dari aktiva tetap tersebut.

Metode penyusutan yang sering digunakan untuk menentukan biaya penyusutan yang dibebankan adalah metode garis lurus (Metode Straight Line). Rumus untuk menghitung penyusutan tahunan dengan metode straight line adalah sebagai berikut (Manurung, 2011:94):

Penyusutan/tahun = Life Usefull of Years Value Residual -Cost

4. Kriteria Penilaian Investasi

Ada beberapa kriteria untuk menentukan layak tidaknya suatu investasi ditinjau dari aspek keuangan. Setiap penilaian layak diberikan nilai standar

untuk usaha yang sejenis dengan cara membandingkan dengan rata-rata industri atau target yang telah ditentukan (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Ada berbagai macam kriteria yang bisa digunakan untuk penilaian kelayakan investasi, namun umumnya yang sering digunakan ada tiga kriteria, yaitu:

a. Payback Period Method (PP)

Menurut Adisaputo dan Anggarini (2011:331), metode Payback Period mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali modal suatu proyek, atau dengan kata lain menunjukkan lamanya waktu dimana arus kas masuk kumulatif sama dengan arus kas keluar kumulatif. Menurut Halim (2015:126) rumus Payback Period jika cash flow per tahun jumlahnya berbeda adalah:

Payback Period = 1 tahun   b c b a n Keterangan simbol:

n = tahun terakhir dimana jumlah cash flow masih belum bisa menutup original investment

a = jumlah original investment

b = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke n c = jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke n+1

Rumus Payback Period jika cash flow per tahun jumlahnya sama adalah:

Payback Period = 1 tahun

Flow Cash

Investment Original

Original Investment disebut juga nilai investasi, initial investment, atau capital outlay, ketentuan yang berhubungan dengan original investment adalah:

1) Proyek investasi pada assets baru, nilai investasinya sebesar harga perolehan, yaitu sebesar seluruh pengeluaran uang untuk memperolehnya sampai dengan proyek tersebut siap dioperasikan. 2) Proyek investasi penggantian asset, nilai investasinya dihitung

sebagai berikut:

Harga perolehan asset baru xxxx

Harga jual asset lama xxxx (-)

Pajak yang dibayar/dihemat*) xxxx(+/-)

Nilai investasi xxxx

*) Pajak akan menjadi positif (dibayar) jika hasil penjualan asset lama memperoleh keuntungan, sebaliknya pajak akan menjadi negatif (dihemat) jika hasil penjualan asset lama menderita kerugian.

Konsep Payback Period didasarkan pada pertimbangan tentang pentingnya mempertahankan likuiditas perusahaan, dan juga berusaha sejauh mungkin mengurangi unsur ketidakpastian yang ada pada suatu investasi, dengan menganggap bahwa semakin pendek usia investasi, maka semakin kecil pula risiko ketidakpastian yang mungkin

ditimbulkan.

Payback lebih menekankan pada cepat tidaknya modal proyek dapat kembali, maka sebenarnya payback lebih memberikan gambaran mengenai keadaan likuiditas suatu proyek bukannya profitabilitas proyek tersebut (Adisaputo dan Anggarini (2011:331)). Manfaat payback dapat digunakan untuk: (Adisaputo dan Anggarini (2011:332))

1) Menunjukkan proyek-proyek yang memerlukan waktu lama untuk dapat mengembalikan modal.

2) Sederhana dan mudah dimengerti.

3) Mengukur likuiditas suatu proyek jika keadaan likuiditas merupakan faktor penting bagi perusahaan.

4) Sesuai untuk proyek dengan tingkat ketidakpastian dan risiko diluar kontrol yang tinggi.

5) Keadaan dimana tingkat bunga sangat tinggi sehingga faktor kembali modal (capital recovery) menjadi sangat penting.

6) Proyek yang tergantung pada perubahan model, teknologi, citarasa, dan sebagainya.

Kelemahan payback menurut Adisaputo dan Anggarini (2011:331) : 1) Tidak melihat arus kas masuk yang terjadi diluar periode payback

2) Tidak memperhatikan adanya time value of money dan cost of fund. Kelemahan ini dapat dihindari dengan mendiskontokan arus kas tahunan kembali ke nilai sekarang. Teknik ini disebut dengan discounted payback. Jadi teknik ini menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan agar nilai sekarang arus kas kumulatif mencapai nol.

3) Tidak membedakan proyek dengan kebutuhan investasi yang berbeda.

Menurut Sartono (2010:194) untuk menentukan apakah proyek layak dilaksanakan atau tidak, maka pertama harus ditentukan terlebih dahulu payback maksimum yang diisyaratkan. Apabila ternyata payback periodnya lebih pendek dari pada payback period maksimum maka proyek tersebut layak dan sebaliknya jika lebih lama dari pada payback period maksimum maka tidak layak.

Sebagai pedoman untuk menentukan payback period maksimum adalah dengan mencari investasi yang sejenis dan memiliki tingkat risiko yang sama atau rata-rata payback dalam industri. Selain itu harus dipertimbangkan pula risiko proyek itu sendiri. Jika risiko investasi tinggi maka sebaiknya payback maksimumnya ditentukan sedikit lebih rendah.

2. Net Present Value Method (NPV)

Menurut Abdul (2003:136) Net Present Value (nilai sekarang bersih) merupakan metode yang dipakai untuk menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang, sehingga cash flow yang dipakai adalah cash flow yang telah didiskontokan atas dasar cost of capital perusahaan/interest rate/required rate of return yang diinginkan. Menurut Halim (2015:129) rumus NPV sebagai berikut:

NPV = OI i CF i CF i CF i CF n n                ) (1 ) (1 ) ... (1 ) 1 ( 3 3 2 2 1 1 Keterangan:

CF1, CF2, CF3, CFn = cash flow tahun 1,2, 3 sampai tahun ke n i = cost of capital/ interest rate / equired

rate of return

n = umur proyek investasi

OI = original investment

Penentuan tingkat bunga atau discount rate yang tepat sangat penting sehubungan dengan adanya kebutuhan dana guna membiayai

Dokumen terkait