• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dan yang terakhir yaitu penutup yang berisi tentang kesimpulanpenelitian dan saran untuk BMT dan penelitian selanjutnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah sekumpulan penelitian terdahulu yang mempunyai kaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berkaitan dengan persepsi harga, kualitas pelayanan, dan minat anggota atau nasabah atau konsumen yang telah diteliti pada berbagai penelitian terdahulu. Penelitian mengenai persepsi harga atau margin pernah diteliti oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Setiyarini

(2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Persepsi Nasabah dan

Margin Terhadap Keputusan Pengambilan Pembiayaan Murabahah di

Bmt Bumi Sekar Madani” menyatakan bahwa persepsi nasabah dan

margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pengambilan Pembiayaan Murabahah di BMT Sekar Madani. Penelitian yang sama juga dilakukan Cahyani, Saryadi & Nurseto (2013) dalam

jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Persepsi Bunga Bank dan Kualitas

Pelayanan Terhadap minat menabung pada bank BNI Syariah di kota

Semarang” yang menyatakan bahwa menurut hasil dari analisis regresi

penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi bunga bank dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap minat menabung pada Bank BNI Syariah di Kota Semarang adalah 36,3% dan 47,2%.

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari Kusdyah (2012) yang

berjudul “Persepsi Harga, Persepsi Merek, Persepsi Nilai, Dan Keinginan

Pembelian Ulang Jasa Clinic Kesehatan (Studi Kasus Erha Clinic

Surabaya)” yang menyatakan bahwa (1)Persepsi harga berpengaruh

positif terhadap persepsi nilai; (2) Persepsi merek berpengaruh positif terhadap persepsi nilai; (3) Persepsi harga tidak berpengaruh terhadap keinginan pembelian ulang; (4) Persepsi merek tidak berpengaruh terhadap keinginan pembelian ulang; (5) Persepsi nilai berpengaruh positif terhadap keinginan pembelian ulang. Yang artinya Persepsi harga tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang. Penelitian

Septiana dan Mayasari (2011) yang berjudul “Pengaruh kualitas produk dan harga terhadap loyalitas melalui kepuasan konsumen” juga

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh dari persepsi harga terhadap minat beli konsumen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain adalah peneliti menggunakan persepsi harga dan kualitas pelayanan sebagai variabel bebas dan minat anggota sebagai variabel terikat terhadap pembiayaan

murabahah di lembaga keuangan mikro syariah (studi kasus BMT Amal Mulia Suruh).

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Pembiayaan

Menurut UU no 7 tahun 1992, pembiayaan adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka

waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil.Pembiayaan didalam aktivitas BMT sering disebut sebagai lending – financing.Didalam lembaga keuangan mikro syariah seperti BMT, pembiayaan merupakan salah satu aktivitas penting karena berhubungan dengan perencanaan perolehan pendapatan.

Menurut Syafi’i Antonio (2001) secara umum jenis-jenis pembiayaan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Jenis-jenis pembiayaan

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu seperti dalam peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi

b. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi.

Pembiayaan

P .konsumtif

P. produktif P. investasi P. modal kerja

Menurut keperluannya pembiayaan produktif dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan untuk peningkatan produksi dan untuk keperluan perdagangan.

b. Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat dengan itu.

Dalam penyaluran pembiayaan modal kerja, BMT harus memperhatikan jenis kebutuhan dan rencana pemanfaatannya. Dan berdasarkan tujuan penggunaannya, produk pembiayaan syariah dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

a. Transaksi pembiayaan dengan prinsip jual beli yaitu seperi produk Murabahah, Salam, dan Istisna. Untuk pendapatan atau keuntungannya disebut margin

b. Transaksi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu produk

Mudharabah dan Musyarakah. Dan untuk pendapatan keuntungannya disebut bagi hasil

c. Transaksi pembiayaan dengan prinsip sewa (ujrah) yaitu produk

Ijarah dan Ijarah muntahiyah bittamlik. Dan untuk pendapatan keuntungannya dinamakan upah

Pembiayaan antara lembaga keuangan syariah sering kali dianggap sama dengan pemberian kredit lembaga keuangan

konvensional. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara pembiayaan bank syariah dan pemberian kredit bank konvensional yang dipaparkan oleh Chikmah (2014). Persamaan antara pembiayaan lembaga keuangan syariah dan pemberian kredit lembaga keuangan konvensional adalah :

a. Prosedur pemberian kredit atau pembiayaan

b. Persyaratan pemberian kredit atau pembiayaan yang diajukan debitur atau nasabah atau anggota kepada bank.

Dan untuk perbedaan antara pembiayaan lembaga keuangan syariah dan pemberian kredit lembaga keuangan konvensional adalah sebagai berikut :

a. Keuntungan yang diperoleh

Pada lembaga keuangan konvensional, keuntungan berdasarkan basarnya tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan kepada debitur atau nasabah atau anggota yang mengajukan kredit. Dengan adanya beban bunga tersebut maka jumlah pembiayaan kredit yang diajukan nominalnya menjadi lebih besar dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada lembaga keuangan syariah, keuntungan diperoleh dari margin yang disepakati oleh kedua belah pihak, yakni pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota. Perjanjian yang dilakukan diawal transaksi adalah kesepakatan untuk menentukan prosentase penetuan keuntungan atau margin antara pihak lembaga dengan debitur atau nasabah

atau anggota, baik keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama.

b. Prinsip yang diterapkan dalam pemberian kredit atau pembiayaan.

Pada lembaga keuangan konvensional, prinsip yang diterapkan adalah antara lain : melayani semua jenis kredit baik kredit modal usaha, kredit konsumtif, maupun kredit investasi dan tidak membedakan antara transaksi halal maupun haram. Sedangkan pada lembaga keuangan syariah, prinsip yang diterapkan adalah : prinsip jual beli seperti murabahah, istisna, salam kemudian prinsip bagi hasil seperti mudharabah, musyarakah, dan yang terakhir prisip sewa seperti produk

ijarah, dan ijarah mumtahiyah bit-tamlik.

c. Pengikutan kontrak dan perjanjian pihak lembaga dengan pihak debitur atau nasabah atau anggota.

Pada lembaga keuangan konvensional, tidak ada pengikatan kontrak atau perjanjian yang disepakati diawal terhadap debitur atau nasabah atau anggota dan hanya menetapkan bunga atas jumlah kredit yang dipinjam dengan presentase yang pasti dan dalam jangka waktu yang ditentukan. Apabila debitur atau nasabah atau anggota menunggak maka akan dikenakan denda berupa jumlah bunga kredit yang lebih besar dari sebelumnya.

Pada lembaga keuangan syariah, terjadi perjanjian dan kesepakatan diawal transaksi antara pihak lembaga dengan debitur atau nasabah atau anggota yang berisi tentang kontrak dan perjanjian serta perhitungan jumlah bagi hasil bagi pihak lembaga sesuai kesepakatan bersama. Kemudian untuk keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama antara pihak lembaga keungan dengan debitur atau nasabah atau anggota. d. Jenis pemberian kredit atau pembiayaan yang diberikan pihak

lembaga keuangan

Pada lembaga keuangan konvensional tidak membatasi jenis kredit yang diajukan, selama memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Dan tidak memperdulikan hukum hukum jenis kredit yang diajukan, selama dapat dilunasi tepat waktu beserta bunganya. Pada lembaga keuangan syariah, hanya menyanggupi pembiayaan bila telah jelas hukum dan penggunaannya. Dari segi kriteria usaha yang dibiayai, bank syariah mengharuskan usaha-usaha yang halal.

2.2.2 Pembiayaan Murabahah

a. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Murabahah (Wiroso, 2005) didefinisikan oleh para fuqoha sebagai penjualan seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik

murabahah adalah penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga pokok perolehan barang dan jumlah keuntungan yang ditambahkan serta tersepakati oleh keduanya.

Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No: 91/Kep/M.KUKMI/IX/2004 tentang Petunjuk Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, murabahah adalah :

Murabahah adalah tagihan atas transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati pihak penjual (koperasi) dan pembeli (anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya) atas transaksi jual beli tersebut, yang mewajibkan anggota untuk melunasi kewajibannya sesuai jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran imbalan berupa

margin keuntungan yang disepakati dimuka sesuai akad.

Menurut PSAK No 102, “ Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus menggungkapkan biaya perolehan harga

barang tersebut kepada pembeli”.

Jadi pembiayaan murabahah adalah pembiayaan modal kerja dan investasi dengan prinsip jual beli dimana BMT berperan sebagai penjual dan anggota BMT sebagai pembeli dan dengan adanya kesepakatan pada harga asal dan tambahan keuntungan terhadap harga asal (margin).

Untuk mempermudah pemahaman kita mengenai pembiayaan murabahah menurut Antonio (2001)adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Skema pembiayaan murabahah

Dari skema pembiayaan murabahahpada gambar 2.3 dapat kita ketahui bahwa pembiayaan murabahah diawali dengan negoisasi dan penjelasan persyaratan dan lain sebagainya mengenai pembiayaan

murabahah antara pihak BMT dan pihak anggota BMT. Selanjutnya langkah kedua apabila kedua belah pihak sudah saling sepakat kemudian dimulailah akad. Kemudian langkah ketiga pihak BMT membeli barang sesuai dengan yang diinginkan anggota kepada suplier. Langkah keempat

suplier mengirimkan barang yang sudah dibeli kepada pihak anggota. Langkah kelima barang dan dokumen-dokumen kepemilikan barang diserahkan kepada pihak anggota. Dan yang terakhir pihak anggota melakukan pembayaran secara tangguh atau cicilan kepada pihak BMT.

Negoisasi Dan Persyaratan

BANK

ANGGOTA

Suplier Penjual Akad Jual Beli

Bayar

Beli Brg Kirim Terima brg

& 1 2 6 3 4 5

b. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah

Hukum Murabahah adalah jaiz atau boleh karena murabahah

merupakan akad jual beli yang didalam hukum islam dipersamakan dengan jual beli yang hukumnya adalah jaiz atau boleh. Berikut merupakan dasar hukum yang melandasi Murabahah yaitu

1) Al-quran surat al-baqoroh ayat 275 yang mempunyai arti : “... dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....”

2) Al-hadist dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rosulullah SAW

bersabda, “ Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh(murabahah), muqaradhah (mudharabah),

dan mencampur gandum dengan tepung untuk kepentingan

rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah)

c. Syarat Dan Rukun Pembiayaan Murabahah

Adapun mengenai syarat pembiayaan murabahah (Antonio, 2001) adalah sebagai berikut :

1) BMT memberi tahu biaya modal kepada anggota

2) Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan 3) Kontak harus bebas dari riba

4) BMT harus menjelaskan kepada anggota bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian

5) BMT harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.

Secara prinsip bila poin (1), (4), (5) tidak terpenuhi, maka pembeliatau dalam hal ini adalah anggota boleh memilih untuk melanjutkan pembelian, barang dikembalikan ke BMT dan minta ganti, atau membatalkan kontrak.

Adapun rukun murabahah adalah sama dengan rukun jual beli pada umumnya yaitu BMT sebagai penjual, anggota sebagai pembeli, barang yang dijual belikan, harga, dan ijab qobul.

d. Jenis – Jenis Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pembiayaanmurabahah tanpa pesanan yaitu ada yang beli atau tidak, ada yang pesan atau tidak BMT menyediakan barang dagangannya. Maksudnya penyediaan barang pada murabahah tidak terpengaruh atau tidak ada kaitannya dengan ada tidaknya pesanan. Yang kedua adalah

Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya adalah BMT baru akan melakukan transaksi Murabahahapabila ada anggota BMT yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada yang memesan. Murabahah berdasarkan pesanan menurut sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu bersifat mengikat yang berarti bahwa

apabila telah memesan harus dibeli dan bersifat tidak mengikat yang berarti bahwa walaupun anggota BMT telah memesan, anggota dapat menerima ataupun membatalkan pesanan.

Pada prinsipnya dalam transaksi Murabahah, pengadaan barang menjadi tanggung jawab BMT sebagai penjual. Dalam Murabahah tanpa pesanan, BMT menyediakan barang yang akan diperjual belikan tanpa memperhatikan ada anggota BMT yang membeli atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi jual beli

Murabahah dilakukan. Pengadaan barang dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu sebagai berikut :

1) Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip Murabahah) 2) Memesan kepada pembuat barang pembuat barang dengan

pembayaran dilakukan secara keseluruhan setelah akad (akad salam)

3) Memesan kepada pembuat (produsen) dengan pembayaran yang dilakukan didepan, selama dalam proses pembuatan, atau setelah penyerahan barang (prinsip istishna)

4) Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah dan

e. Aplikasi Murabahah

Sebagaimana telah diuraikan bahwa Murabahah masih mendominasi transaksi penyaluran dana BMT, berikut beberapa contoh transaksi yang terjadi dalam praktik :

1) Pengadaan barang seperti kebutuhan kendaraan bermotor, kebutuhan barang investasi, rumah, komputer, dll

2) Persediaan modal kerja (modal kerja barang) seperti penyediaan barang persediaan dapat dilakukan dengan transaksi

Murabahah, namun transaksi ini hanya dapat dilakukan sekali putus, bukan sekali akad untuk pembelian berulang-ulang. Namun untuk modal kerja ini lebih tepatnya menggunakan akad

mudharabah atau akad musyarakah.

3) Untuk kebutuhan renovasi rumahsemisal pembelian bata merah, genteng dapat menggunakan akad murabahah namun akad inipun juga sekali putus. Namun lebih tepatnya untuk kebutuhan renovasi rumah menggunakan akad istishna.

2.2.3 Minat Anggota

Minat (Poerwardarminta, 2006 : 76) dalam kamus umum bahasa indonesia yaitu kesukaan (kecenderungan hati) terhadap sesuatu; perhatian; keinginan. Minat anggota (Kotler, 2002) dalam mengambil pembiayaan dapat diasumsikan sebagai minat beli, merupakan perilaku

yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan penelitian.

Minat beli digambarkan sebagai situasi seseorang sebelum melakukan tindakan, dalam hal ini adalah pembelian. Maksudnya adalah situasi yang timbul sebelum keputusan dicetuskan, apakah anggota akan membeli atau tidak jadi membeli. Keputusan pembelian atau minat belinya muncul dengan diawali dari adanya rangsangan, dari rangsangan ini kemudian melewati berbagai proses yang kemudian sampai pada keputusan pembeli, apakah akan membeli atau tidak membeli. Berikut model perilaku konsumenKotler (2002)oleh mengenai tahap-tahap keputusan pembelian : Rangsangan pemasaran Rangsangan lain Ciri-ciri pembeli Proses keputusan pembeli Keputusan pembeli

Produk Ekonomi Budaya Pemahaman

masalah

Pemilihan produk

Harga Politik Sosial Pencarian

informasi

Pemilihan merk Saluran

Pemasaran

Teknologi Pribadi Pemilihan alternatif

Pemilihan saluran pembelian Budaya Psikologi Keputusan

pembelian Penentuan waktu pembelian Promosi Perilaku pasca pembelian Jumlah pembelian

Dari gambar 2.4 sebelum sampai pada minat pembelian, terlebih dahulu calon anggota akan menerima rangsangan atau stimuli yang mereka terima dari para pemasar yang diberikan melalui iklan dan media pemasar lainnya setelah anggota menyadari kebutuhan yang dibutuhkannya. Dan setelah menerima rangsangan tersebut anggota akan mulai mengevaluasi berdasarkan pengalaman dan persepsi mereka. Namun dalam proses ini para anggota juga akan menerima faktor-faktor yang akan mempengaruhi minatnya, apakah itu dari keluarga, budaya, ataupun kelompok sosial yang kemudian membantu menyaring berbagai pilihan yang ditawarkan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian yaitu :

a. Faktor budaya

Budaya mampu mempengaruhi perilaku pembelian. Faktor budaya ini meliputi budaya agama, ras, kebangsaan, daerah geografis, strata sosial dan lain sebagainya.

b. Faktor sosial

Perilaku pembelian juga dipengaruhi oleh faktor sosial, dan faktor sosial ini meliputi kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

c. Faktor pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakterisik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia, siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian pembeli.

d. Faktor psikologis

Faktor psikologi dipengaruhi oleh motivasi (kebutuhan pendorong seseorang anggota untuk bertindak), persepsi (proses seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti), pembelajaran (perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman), serta keyakinan (gambaran yang dianut seseorang tentang suatu hal) dan sikap (evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan).

Setelah menerima rangsangan dan kemudian melewati ciri-ciri pembelian, anggotaakan masuk ke tahap proses pembelian. Anggota akan melewati lima tahap pembelian sebelum sampai pada pembelian aktual diantaranya pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian. Dilihat dari lima tahap tersebut proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu.

Namun tahap proses pembelian tersebut tidak berlaku, terutama atas pembelian dengan keterlibatan rendah, seperti contoh pembelian yang biasa dilakukan seorang anggota akan melewatkan beberapa tahap dimulai dari kebutuhan yang dibutuhkan langsung pada pembelian semisal seorang anggota ketika membutuhkan sepeda motor

biasanya langsung menggunakan produk murabahah di BMT X, maka ketika suatu hari si-anggota membutuhkan mobil, dia akan langsung ke BMT X lagi karena sudah sangat percaya dengan produk yang ditawarkan. Si-anggota tidak akan melewati tahap pencarian informasi mengenai lembaga keuangan lain dan memilih-milih lembaga-lembaga keuangan lain yang ditawarkan. Tahap ini kita tampilkan karena mencakup seluruh pertimbangan yang muncul saat anggota akan menghadapi pembelian baru dengan keterlibatan yang tinggi.

Berikut tahap-tahap proses keputusan pembelian baru dengan keterlibatan tinggi sebelum sampai pada perilaku pasca pembeliandiantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pengenalan masalah

Proses pengenalan masalah atau kebutuhan yang dicetuskan oleh rangsangan internal maupun eksternal seperti lapar, haus, dll. Pada tahap ini semisal anggota membutuhkan sepeda motor namun dana yang dimiliki tidak mencukupi untuk membeli, kemudian anggota akan mulai menyadari bahwa ia membutuhkan jasa lembaga keuangan yang mampumembantu memenuhi kebutuhannya.

b. Pencarian informasi

Kemudian akan terdorong bagi si-anggota untuk mencari informasi yang lebih banyak dan menjadi lebih peka terhadap informasi mengenai lembaga keuangan yang menawarkan jasa

atau produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Anggota akan mencari tahu dari teman, brosur, pamflet, dan iklan mengenai produk lembaga keuangan yang diinginkannya. Melalui pencarian informasi tersebut, anggotaakan menemui dan mengetahui mengenai berbagai jenis lembaga keungan serta produk-produknya.

c. Evaluasi alternatif

Setelah mendapat informasi mengenai berbagai lembaga keuangan beserta produk-produk yang ditawarkan, anggota akan memproses informasi tersebut dan mulai membuat penilaian serta membandingkan berbagai produk secara sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar evaluasi anggota yaitu :

1) Pertama anggota berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. 2) Kedua anggota mencari manfaat tertentu dari solusi yang

ditawarkan produk.

3) Ketiga anggota memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

Dalam evaluasi alternatif , para anggota mempunyai sifat yang berbeda-beda dalam memandang atribut yang dianggap relevan dan penting serta memberikan perhatian yang besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Kemudian anggota

mengembangkan sekumpulan keyakinan merek tentang dimana posisi setiap merek dalam masing-masing atribut.Kumpulan keyakinan atas suatu merek membentuk citra merek. Citra merek akan berbeda-beda karena perbedaan pengalaman mereka yang disaring oleh persepsi selektif, distorsi selektif, dan ingatan selektif.

Kemudian anggotaakan sampai pada sikap (preferensi, keputusan) atas bermacam-macam merek melalui prosedur evaluasi atribut. Kebanyakan anggota mempertimbangkan beberapa atribut dalam aktifitas pembelian mereka seperti contoh harga, manfaat, kualitas, kuantitas, ketahanan, dll. Dalam tahap ini, anggota membentuk preferensi dan merek-merek atas kumpulan pilihan.

d. Keputusan pembelian

Setelah terbentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan, anggota juga mungkin membentuk niat untuk membeli dan keputusan pembelian, terdapat dua faktor yang mempengaruhi diantara niat membeli dan keputusan pembelian yaitu :

1) Sikap orang lain

Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai orang akan tergantung pada dua hal, pertama

intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai anggota, kedua motivasi anggota untuk menuruti keinginan orang lain.

2) Faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

e. Perilaku pasca pembelian

Setelah melakukan perilaku pembelian, anggotaakan mengalami level kepuasan dan ketidakpuasan tertentu. Kepuasan anggota adalah hasil dari seberapa dekat harapan yang diinginkan anggota dengan kinerja atau manfaat yang dirasakan anggota setelah melakukan pembelian. Dan hasilnya disuatu saat, anggotaakan menggunakan kembali produk yang ditawarkan, dan bahkan menyarankan orang-orang disekitar untuk menggunakan produk tersebut. Dan sebaliknya, ketidakpuasan anggota adalah kesenjangan yang dirasakan anggota antara harapan yang diinginkan dengan kinerja atau manfaat yang dirasakan kemudian mempengaruhi perilaku pembelian selanjutnya.

Selain itu perlu diperhatikan bahwa keputusan untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh dua hal yaitu sikap dan pendirian orang lain dan faktor situasi yang tidak diantisipasi. Sampai dimana pengaruh orang lain tersebut terhadap minat membeli anggota ditentukan oleh intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang

disukaianggota dan motivasi anggota untuk menuruti orang lain. Sedangkan pengaruh faktor situasi yang diantisipasi terhadap minat membeli anggota didasarkan pada faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, dan melihat produk yang diharapkan.

Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu. Minat beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari anggota ketika memutuskan untuk mengadopsi suatu produk. Keputusan

Dokumen terkait