• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menyajikan kesimpulan dari analisis data dan saran untuk perusahaan serta peneliti selanjutnya.

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Akuntansi Biaya

Mulyadi (2015:7), akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya dalam penghitungan harga pokok produksi berperan untuk menetapkan, menganalisa dan melaporkan pos-pos biaya yang mendukung laporan keuangan sehingga dapat menunjukkan data yang wajar. Akuntansi biaya juga menyediakan data yang berkaitan dengan biaya untuk berbagai tujuan salah satunya untuk penetapan harga pokok penjualan maka biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan dan dicatat dengan sebenarnya sehingga memungkinkan penghitungan harga pokok produksi dilakukan secara teliti.

Akuntansi biaya membantu manajemen dalam masalah klasifikasi biaya, yaitu pengelompokan biaya kedalam kelompok tertentu menurut persamaan yang ada untuk memberi informasi yang sesuai dengan kebutuhan manajeman. Pengklasifikasian biaya adalah proses pengklasifikasian secara sistematis atau keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan tertentu untuk dapat memberikan yang lebih punya arti atau lebih penting. Informasi biaya harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan informasi biaya oleh pemakainya.

B.Biaya dan Penggolongannya

Biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Definisi biaya berbeda dengan beban, karena beban sendiri meruakan suatu arus keluar yang diukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba (Carter, 2006: 30). Menurut Mulyadi (2007:4), arti sempit biaya (expense) didefinisikan sebagai bagian dari harga pokok yang dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2015: 8).

Bastian (2007:4) mengatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Beban adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang dan sekarang telah habis. Suwardjono (2009: 298) kos yang melekat pada operasi perusahaan disebut dengan kos operasi. Kos operasi yang dianggap melekat pada atau berkaitan dengan produk yang telah terjual (menimbulkan pendapatan) akan menjadi pengukur biaya (expense). Jadi, dalam suatu perioda operasi, angka biaya diukur dengan kos yang melekat pada biaya tersebut. Itulah sebabnya pengertian kos (cost) harus dibedakan dengan biaya (expense). Biaya merupakan wadah sedangkan kos merupakan pengukur.

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Secara umum penggolongan biaya disesuaikan dengan atas dasar tujuan yang

hendak dicapai dan karenanya maka dikenal konsep: “different cost for different purposes”. Menurut Mulyadi (2015: 13), biaya dapat digolongkan menurut:

1. Objek pengeluaran.

Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya saja pada studi kasus yang dilakukan oleh peneliti nama objek pengeluaran adalah transportasi maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan transportasi disebut “biaya transportasi”. Fungsi pokok dalam perusahaan. 2. Penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan

Selanjutnya adalah biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Penggolongan biaya menurut fungsi perusahaan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap jual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan pemasaran.

c. Biaya administrasi umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah gaji

kegiatan keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Menurut Mulyadi (2015: 14), penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

a. Biaya Langsung (direct costs)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung meliputi biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak Langsung (indirect costs)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut disebut dengan biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk.

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Penggolongan biaya yang terakhir adalah penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume.

Perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan atau aktivitas dibagi menjadi:

a. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya Semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya Semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

c. Biaya Semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh: biaya tetap adalah gaji manajer perusahaan. 5. Jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan

a. Pengeluaran modal (capital expenditure)

Pengeluaran modal adalah biaya yang memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortasi, atau dideplesi. Contoh

pembelian aktiva seperti gedung, peralatan, pengeluaran untuk riset dan pengembangan.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dab dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh biaya iklan.

C.Penghitungan Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Supriyono (2000: 288), harga pokok produksi adalah semua elemen biaya yang diproduksi baik tetap maupun variabel”. Bastian (2008: 40) penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.”

2. Metode Penghitungan Harga Pokok Produksi

Metode penghitungan harga pokok produksi suatu barang merupakan tujuan pokok akuntansi biaya. Harga pokok produksi tersebut diperoleh melalui pengumpulan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut.

Ada tiga metode penghitungan harga pokok produksi yaitu:

a.Metode harga pokok sesungguhnya (actual cost)

Dalam metode ini penghitungan harga pokok produksi per unit berdasarkan biaya bahan baku sesungguhnya, biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Metode penghitungan harga pokok produksi sesungguhnya biasanya digunakan pada metode harga pokok proses yang menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode periodik.

b.Metode harga pokok normal (normal costing)

Pada metode ini, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan biaya sesungguhnya karena biaya tersebut mudah untuk ditelusuri kepada produk tertentu, dan biaya overhead pabrik menggunakan tarif pembebanan di muka. Metode ini biasanya digunakan pada metode harga pokok pesanan (job-order costing) yang menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode perpetual.

c.Metode harga pokok standar (standard costing)

Dalam metode ini, perusahaan terlebih dahulu menetapkan harga pokok produk per unit dengan menggunakan standar tertentu, sehingga harga pokok produk per unit bukan harga pokok sesungguhnya, tetapi harga pokok yang seharusnya. Metode harga pokok standar ini biasanya digunakan pada perusahaan yang memproduksi secara massa dan

menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode perpetual.

D.Elemen Biaya Produksi

Menurut Dunia et al (2012:23), biaya produksi adalah mengolah bahan metah atau bahan baku menjadi bahan jadi. Di dalam mengolah bahan baku tersebut diperlukan biaya produksi atau harga pokok produksi. Biaya produksi merupakan kumpulan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memproduksi suatu barang. Biaya produksi biasanya terdiri dari tiga elemen:

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku yang digunakan untuk proses produksi. Seperti pada produksi tempe bahan baku yang digunakan adalah kedelai.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja manusia, ada yang langsung berhubungan dengan pengerjaan proses produksi ada yang tidak langsung berhubungan dengan dengan pengerjaan proses produksi.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya umum selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Contohnya biaya depresiasi, biaya-biaya listrik, air, telepon, asuransi, perbaikan mesin dan masih banyak contoh yang lain. Elemen biaya overhead pabrik antara lain adalah depresiasi bangunan dan depresiasi mesin. Jusup (2005: 162) mengatakan bahwa depresiasi merupakan proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya

selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis. Metode yang digunakan untuk mendepresiasi antara lain:

a. Garis lurus b. Saldo menurun

c. Jumlah angka-angka tahun d. Satuan kegiatan

E.Metode pengumpulan Biaya Produksi

1. Metode Harga Pokok Proses/Proccess Costing Method

Pengumpulan harga pokok proses ditentukan oleh biaya yang terbentuk dari kumpulan biaya produksi berdasarkan pada produksi massa. Perusahaan yang berproduksi secara massa melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan gudang. Dengan metode ini biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan (Mulyadi, 2015:17).

2. Metode Harga Pokok Pesanan/Job order costing Method

Harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Metode harga pokok pesanan biasanya digunakan oleh perusahaan– perusahaan yang membuat produksinya berdasarkan pesanan,

bentuk dan kualitas produk dibuat sesuai dengan keinginan pemesan sehingga setiap produk memiliki sifat yang berbeda. Produk dibuat berdasarkan pemesanan dan bukan untuk memenuhi stok gudang (Supriyono: 36).

F. Penentuan Harga Pokok Produksi

Mulyadi (2015:17) menjelaskan bahwa metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi, Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi, terdapat 2 pendekatan:

1. Full costing

Dalam pendekatan full costing, taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun yang berperilaku tetap seperti berikut:

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Tetap xxx

Biaya Overhead Variabel xxx +

Biaya Produksi xxx

2. Variable costing

Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos

produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Variabel xxx+

Biaya produksi variabel xxx

G.Penentuan Harga Jual

Samryn (2012:38) menyatakan bahwa harga merupakan salah satu jenis informasi penting yang diterima pelanggan tentang suatu produk. Penetapan harga juga berhubungan dengan seluruh tujuan jangka pendek dan sasaran jangka panjang sebuah perusahaan. Krismiaji dan Aryani (2011:325) menyatakan bahwa pendekatan umum dalam penentuan harga jual adalah menambahkan angka perkiraan laba (markup) pada harga pokok. Markup adalah selisih antara harga jual dan harga pokok produk. Markup biasanya berupa persentase tertentu dari harga pokok produk. Pendekatan ini disebut dengan cost-plus pricing karena persentase markup yang telah ditentukan dimuka ditambahkan pada angka harga pokok untuk menentukan harga jual. Cara penghitungan dengan markup adalah:

Penghitungan markup:

Biaya administrasi dan umum xxx

Biaya pemasaran xxx

Laba yang diharapkan xxx +

Jumlah xxx

Biaya produksi xxx

Persentase markup (%) xxx

Penghitungan harga jual:

Biaya produksi xxx

Markup (%markup x biaya produksi) xxx +

Jumlah harga jual xxx

Volume produk xxx :

Harga jual per unit xxx

Mulyadi (2012:78) menyatakan bahwa pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah markup. Dalam pendekatan full costing, taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

Biaya produksi:

Taksiran BB xxx

Taksiran TKL xxx

Biaya Overhead Tetap

Biaya Overhead Variabel xxx +

Total Kos produksi xxx

Biaya komersial:

Biaya pemasaran xxx

Biaya administrasi dan umum xxx +

Taksiran total biaya komersial xxx +

Dalam pendekatan variable costing, taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

Biaya variabel:

Biaya produksi variabel xxx

Biaya administrasi & umum variabel xxx

Biaya pemasaran variabel xxx +

Taksiran total biaya variabel xxx

Biaya tetap:

Biaya produksi tetap xxx

Biaya administrasi dan umum tetap xxx

Biaya pemasaran tetap xxx +

Taksiran total biaya tetap xxx +

19 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus, dimana peneliti mengamati langsung objek secara langsung dengan menggunakan berbagai sumber data.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan pada Unit Pasteurisasi Peternakan Sapi Seraphine, Pakem, Sleman, DIY dan waktu penelitian telah dilakukan pada Bulan November 2015- Januari 2016.

C.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian yang disasar

a. Bagian Akuntansi

b. Bagian Produksi susu cup c. Bagian Pemasaran susu cup d. Bagian adminitrasi dan Umum 2. Objek Penelitian

a. Biaya– biaya yang digunakan dalam proses produksi dan penentuan harga jual produk susu cup.

b. Metode penentuan harga pokok produksidan metode penentuan harga jual produk.

D.Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung pada subjek pada kasus ini adalah bagian keuangan, bagian produksi susu cup dan bagian pemasaran produk serta beberapa karyawan.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung objek yang akan diteliti. Dalam observasi peneliti melihat secara langsung keadaan lingkungan kerja, bahan yang digunakan, pengolahan bahan baku, produktivitas tenaga kerja, peralatan yang digunakan dalam memproduksi, bahan-bahan penolong yang digunakan dan lain-lain.

3. Dokumentasi

Data yang dibutuhkan sehubungan dengan teknik dokumentasi: a. Latar belakang atau sejarah berdirinya perusahaan

b. Struktur organisasi perusahaan

c. Catatan biaya produksi bulan Januari 2016 d. Data penghitungan HPP berdasarkan perusahaan e. Catatan penjualan

E.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat (Nurastuti, 2007: 130).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah adalah:

1. Mendeskripsikan penghitungan harga pokok produksi perusahaan dengan menjabarkan biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.

2. Menentukan prosedur penentuan harga pokok menurut metode full costing, dengan cara:

a. Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu dan mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik periode tertentu untuk menyusun laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen dalam rangka menghitung harga pokok satuan.

b. Mendeskripsikan dan melakukan penghitungan harga pokok produksi sesuai metode Full Costing:

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya TKL xxx

Biaya Overhead Pabrik xxx+

Total Biaya Produksi xxx

c. Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya tersebut.

3. Membandingkan prosedur penghitungan harga pokok produksi dari kajian teori dengan prosedur dari Perusahaan.

4. Mendeskripsikan penghitungan harga jual menurut perusahaan berdasarkan data yang diperoleh seperti biaya non produksi dan persentase laba yang di gunakan oleh perusahaan.

5. Menentukan prosedur penentuan harga jual menurut metode cost plus pricing dengan cara:

a. Mengumpulkan data produksi dan non produksi dalam periode tertentu. b. Mendeskripsikan dan melakukan penghitungan harga pokok produksi

sesuai metode cost plus pricing:

c. Menghitung harga satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya tersebut.

6. Membandingkan prosedur penghitungan harga jual menurut perusahaan dengan metode cost plus pricing.

7. Melakukan analisis terhadap perbandingan tersebut untuk mendapatkan hasil apakah ada perbedaan dengan teori.

23 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Sejarah Singkat Perusahaan

Peternakan Seraphine berdiri pada tahun 2012 menjadi salah satu bentuk pengabdian Sr. Anastasia Darmini yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup dengan cara menjaga dan memanfaatkan berbagai macam pengolahan limbah menjadi hal yang lebih berguna. Selain itu suster Anas, begitu panggilan akrab beliau, juga amat peduli dengan para petani dan juga peternak sapi di kawasan Pakem, Sleman Yogyakarta. Selama ini peternakan sering dianggap sebelah mata atau sampingan bagi petani yang memiliki kegiatan utama bercocok tanam. Padahal hasil penjualan produk dari peternakan juga lumayan untuk meningkatkan taraf hidup petani yang juga peternak khususnya peternak sapi perah di daerah Pakem.

Kualitas rumput yang baik serta pengembangbiakan yang baik bagi sapi membuat kualitas susu baik pula. Dengan memperhatikan kesehatan sapi serta kebersihan kandang menjadi modal utama yang dapat membuat hasil perahan susu peternakan Seraphine tergolong baik. Dengan bantuan berbagai pihak di bidang peternakan serta pelatihan yang diberikan membuat pengembangbiakan sapi tergolong maju dan memperhatikan lingkungan sekitar. Umur dan waktu ideal sapi diperah pun harus sesuai karena sapi juga memiliki masa panen dan masa produktif. Sapi yang sudah tidak dapat menghasilkan susu biasanya dijual menjadi sapi potong. Sementara induk

sapi yang melahirkan diberi waktu sebelum siap diperah, anak sapi atau pedhet yang baru saja lahir diberikan tempat khusus dan terpisah.

Tahun 2013 merupakan awal mula susu segar perah dari peternakan Seraphine dijual ke beberapa rekan dan juga konsumen yang membutuhkan pasokan susu segar. Seiring berjalannya waktu, salah satu kedai susu yang cukup populer di kalangan masyarakat juga mempercayakan Seraphine menjadi supplier atau pemasok utama susu setiap harinya. Kurang lebih sebanyak 20 liter per hari dan secara rutin.

Pada mulanya peternak hanya membudidayakan sapi perah dengan jumlah sedikit dan harus menunggu waktu yang cukup lama untuk dapat memerah susu sapi karena menunggu usia yang tepat bagi sapi. Seiring pesanan susu segar yang kian banyak, Seraphine memutuskan untuk menambah jumlah sapi yang produktif agar jumlah susu yang diproduksi semakin banyak dan mampu memenuhi pesanan. Kemudian pada bulan Februari 2013 ide membuat susu segar dalam kemasan yang mengalami proses pasteurisasi atau perebusan untuk menghilangkan bakteri dan membuat susu lebih tahan lama pun muncul. Manfaat dari susu sapi dirasa sangat penting bagi kesehatan tubuh, susu asri milk yang dikemas menggunakan cup dipasarkan di beberapa sekolah dasar dan juga gereja serta rekan terdekat agar kebutuhan gizi susu terpenuhi.

Susu segar yang akan diolah menjadi susu cup Asri Milk diperoleh dari peternak api perah di Kemiri. Meskipun memiliki hasil susu dari peternakan sendiri namun karena penjualan susu segar untuk kedai susu lebih dahulu

berjalan maka Peternakan Seraphine menjual susu hasil perahan sapinya, sedangkan untuk proses produksi Peternakan membeli susu segar dari luar sebagai tambahan. Namun hal ini bukanlah suatu masalah karena memang susu segar Seraphine sudah terlanjur dikenal rasanya oleh kedai susu yang sejak awal sudah berlangganan, sedangkan untuk proses produksi menggunakan susu dari peternakan lain rasanya tetap enak walaupun lebih enak susu asli hasil dari Peternakan Seraphine.

Pelestarian lingkungan hidup berusaha untuk diterapkan, proses dari pengolahan susu pun juga memanfaatkan limbah kotoran sapi yang diubah menjadi biogas untuk menggantikan gas LPG. Gas yang berasal dari biogas selain memanfaatkan limbah juga menguntungkan karena perusahaan menghemat cukup banyak biaya overhead pabrik mengingat harga LPG selalu mengalami peningkatan. Proses produksi tadinya dilakukan di gedung sebelah kandang persih kurang lebih 10 meter, hal ini tentunya kurang baik karena kandang sapi meskipun selalu dibersihkan tidak memungkiri bahwa banyak bakteri yang bisa saja mengkontaminasi susu. Selain itu sifat susu ternyata meresap bau tajam di sekitarnya. Ini bisa saja berdampak buruk bagi kesehatan dan juga kualitas susu. Saat ini Peternakan Seraphine memiliki gedung sendiri yang secara khusus dibangun untuk seluruh kegiatan

Dokumen terkait