Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran untuk penelitian yang bisa dikembangkan dari penelitian ini.
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Sejarah Eksperimen Transmisi Cahaya dan Hukum Snellius
Sebenarnya penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya, dengan penelitian lebih lanjut, akhirnya pada sekitar tahun 1930-an para peneliti Jerman mencoba mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang diberi nama serat optik. Dengan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, akhirnya prototype serat optik pertama kali diusulkan oleh para ilmuwan inggris sekitar tahun 1958. Prototype yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya inilah yang akhirnya terus digunakan hingga sekarang [4].
Pada tahun 1959, laser ditemukan [4]. Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) adalah sinar yang dihasilkan melalui pancaran radiasi atom-atom, kemudian melalui proses stimulasi, pancaran radiasi ini terus dilipatgandakan sebelum sinar ini keluar [7]. Laser dirasa lebih cocok digunakan dalam serat optik karena memiliki panjang gelombang yang tunggal.
Pada dasarnya, prinsip penjalaran sinar laser sebagai pembawa informasi dalam serat optik tidak lepas dari Hukum Snellius. Menurut Hukum Snellius, jika suatu sinar yang berasal dari medium yang indeks biasnya lebih kecil masuk dengan sudut kritis ke dalam medium yang indeks biasnya lebih
8 besar, maka seluruh sinar akan merambat sepanjang inti medium tersebut menuju ujung yang lain. Umumnya, pada serat optik memiliki dua buah bahan transparan (cladding dan core). Ketika cahaya menjalar pada salah satu bahan transparan dengan indeks bias tinggi (core) yang kemudian bertemu dengan bahan transparan dengan indeks bias lebih rendah (cladding), maka dua hal akan terjadi, yaitu:
1. Sebagian cahaya dipantulkan
2. Sebagian cahaya diteruskan ke dalam bahan transparan kedua (cladding)
Cahaya yang diteruskan biasanya berubah arah ketika memasuki bahan kedua karena adanya pembiasan. Pembiasan ini terjadi karena cahaya memiliki cepat rambat yang berbeda untuk tiap bahan yang dilewatinya, kecepatan ini berbeda di dalam bahan dengan indeks bias yang berbeda [8]. Menurut Hukum Snellius dikatakan bahwa “perbandingan nilai sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan yang tergantung pada indeks bias medium”.
Dalam rumusan lain, ada pula yang menyebutkan bahwa “perbandingan nilai sinus sudut datang dan sudut bias adalah sama dengan kecepatan pada kedua medium yang berbanding terbalik dengan perbandingan indeks bias” [4].
9 Gambar 2.1 Penggambaran Hukum Snellius [5]
Secara matematis, Hukum Snellius dapat ditulis:
= =
(1)Lambang dan merupakn sudut datang dan sudut bias. Lambang
dan merupakan indeks bias medium yang dilalui sudut datang dan indeks bias yang dilalui sudut bias. Sedangkan untuk lambang dan merujuk pada kecepatan sinar datang dan kecepatan sinar bias [4].
Ketika sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka akan terjadi pemantulan sempurna. Hal inilah yang terjadi dalam serat optik, di mana gelombang cahaya menjalar dengan mengalami pemantulan-pemantulan sempurna dari dinding seratnya (cladding) yang indeks biasnya lebih kecil daripada indeks bias refraksi inti seratnya (core) [4].
10 Gambar 2.2 Pemantulan sinar yang terjadi dalam serat optik [4] Pada gambar di atas dapat kita lihat penjalaran sinar melalui serat optik yang mengalami pemantulan sempurna. Pada dasarnya, alasan mengapa inti serat optik perlu dilapisi oleh lapisan cladding adalah agar hanya terdapat sedikit perbedaan antara nilai dan , sehingga pengiriman gelombang bisa dilakukan dengan band yang lebih lebar dan jarak yang jauh tanpa terjadi distorsi [4].
2.2. Serat Optik
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus. Ia dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120 mikrometer dan memiliki kecepatan transmisi yang bagus untuk mengirimkan gelombang cahaya [4].
11 Serat optik terdiri dari dua jenis, yaitu serat optik kabel dan serat optik plastik, serat optik kabel banyak digunakan untuk transmisi jarak jauh, sementara serat optik plastik hanya digunakan untuk komunikasi jarak pendek.
Secara garis besar kabel serat optik terdiri dari 2 bagian utama [9]:
1. Core merupakan inti dari serat optik di mana pada bagian inilah cahaya ditransimiskan. Bagian ini biasanya terbuat dari kaca yang diameternya 2 sampai 125 µm.
2. Cladding adalah selubung dari core. Cladding juga terbuat dari kaca dengan diameter antara 5 sampai 250 µm yang mempunyai indek bias lebih rendah dari pada core. Karena cladding mempunyai indeks bias yang lebih rendah, sehingga cladding akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali ke dalam core lagi.
Dalam aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin yang disebut dengan jacket, biasanya berbahan plastik. Lapisan ini dapat menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya yang keluar dari selubung inti. Selain itu, guna lapisan ini juga untuk menghindari crosstalk yang mungkin terjadi.
12 Gambar 2.3 Penampang serat optik [6]
2.3. Sensor Serat Optik
Sensor serat optik adalah jenis sensor optik yang menggunakan serat optik dalam mekanisme penginderaan atau pendeteksian, baik sebagai komponen aktif sensor maupun sekedar sebagai pemandu gelombang (optik) saja. Sistem sensor optik dilengkapi dengan paling tidak tiga komponen utama, yaitu komponen optoelektronik, link optik dan probe. Komponen optoelektronika meliputi sumber cahaya, detektor optik dan pengolah sinyal. Link optik berupa gelombang serat optik yang berfungsi memandu cahaya ke atau dari bagian penginderaan. Sedangkan probe adalah bagian sensing atau transducing, baik pada bagian dalam maupun luar serat optik, yang bertindak sebagai transduser dan berinteraksi langsung dengan obyek atau besaran yang diukur. Sensor serat optik didasarkan pada mekanisme modulasi gelombang optik (cahaya) dari suatu sumber seperti LED, diode laser, atau yang lainnya [4].
13 Gambar 2.4 Sensor serat optik dan bagian-bagiannya
Kuantitas optik yang dimodulasi dapat berupa intensitas atau amplitudo, panjang gelombang, fase gelombang dan polarisasi gelombang optik tersebut. Modulasi ini dapat terjadi di luar maupun di dalam serat optik. Sampai saat ini ada 3 jenis fiber yang digunakan pada umumnya [4] yaitu :
• Step index, multimode • Graded index, multimode • Step index, singlemode
2.4. Laser Dioda
Laser dioda adalah semikonduktor laser yang dipompa secara elektrik di mana media aktifnya dibentuk oleh P-N junction dari dioda semikonduktor yang sama ditemukan pada LED.
14 Laser dioda adalah tipe laser yang paling umum diproduksi. Laser dioda memiliki area penggunaan yang luas, tidak hanya terbatas pada penggunaan komunikasi serat optik, tapi juga bisa digunakan sebagai pembaca barcode, laser pointer, pembaca dan perekam pada CD/DVD/Blu-ray, laser printing, scanning, dan lain-lain. Alasan utama mengapa laser dioda digunakan sebagai sumber cahaya pada komunikasi serat optik adalah karena mudah dimodulasi dan mudah dipecah menjadi beberapa berkas, serta mampu dibuat dengan panjang gelombang yang bervariasi. [10]
Laser dioda bekerja ketika P-N junction mendapat arus listrik. Ketika kedua bagian tersebut mendapatkan arus, semikonduktor P menghasilkan hole, sementara semikonduktor N menghasilkan elektron. Hole dan elektron ini akan saling bertemu pada celah di bagian tengah P-N junction dan akan melepaskan foton. Pada celah di bagian tengah dari P-N juction dilapisi oleh bahan kaca yang mampu memenjarakan foton.[11]
15 Ketika berada di celah P-N junction, foton akan memantul ke atas dan ke bawah pada dinding kaca dan mengakibatkan lepasnya foton lain ke dalam celah tersebut. Foton-foton yang terlepas tersebut akan memiliki fase, polarisasi dan arah yang sama dengan foton yang pertama kali terlepas. Pemantulan foton ini akan terus berlanjut hingga seluruh celah dari P-N junction terisi penuh oleh foton. Ketika celah pada P-N junction penuh, maka sebagian sinar laser akan dilepaskan menuju fotodioda yang ada di belakang untuk mengatur tegangan yang dibutuhkan oleh laser dioda, sedangkan sebagian sinar laser yang lain akan dipancarkan ke bagian depan. Sinar laser yang dipancarkan tersebut akan mengalami difraksi yang sangat liar. Dengan bantuan dari collimating lens, sinar tersebut akan diarahkan sehingga menjalar lurus ke depan.[11]
Gambar 2.6 Penyearahan pancaran sinar laser dengan bantuan Collimating Lens [11]
Laser dioda diproduksi dengan berbagai macam panjang gelombang, akan tetapi dalam penggunannya sebagai sumber cahaya pada komunikasi serat optik, pemilihan panjang gelombang dilakukan berdasarkan nilai
16 atenuasi akibat dari berbagai macam faktor, utamanya adalah faktor absorbsi dan hamburan Rayleigh. Berdasar pada kedua faktor tersebut, maka nilai atenuasi dalam 1 km serat optik dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 2.7 Grafik hubungan panjang gelombang terhadap atenuasi dari berbagai sumber [12]
Berdasarkan grafik atenuasi di atas, maka panjang gelombang laser yang umum digunakan dalam sistem komunikasi serat optik adalah berada pada sekitar 1,3 µm (1300 nm) atau lebih besar dari 1,5 µm (1500 nm).
2.5. Coupler Serat Optik
Coupler serat optik adalah suatu perangkat yang dapat mendistribusikan sinyal optik dari satu serat ke beberapa serat yang lain atau sebaliknya. Coupler dapat berupa komponen aktif maupun komponen pasif, pada coupler pasif, sinyal optik disalurkan tanpa dirubah dahulu menjadi
17 sinyal listrik, sedangkan pada coupler aktif, sinyal optik dirubah dahulu menjadi sinyal listrik, kemudian di-split atau dikombinasikan satu sama lain.
Secara umum coupler terdiri dari N port input dan M port output, biasanya nilai N dan M antara 1 – 64. Jumlah dari port input dan output ini tergantung pada penggunaan dari coupler. Coupler dapat digunakan sebagai optical splitter, optical combiner, x coupler, tree coupler dan star coupler [13].
1. Optical splitter adalah perangkat pasif yang membagi daya optik pada single input menjadi dua output.
Gambar 2.8 Skema optical splitter [13]
Pada gambar di atas mengilustrasikan transfer daya optik pada optical splitter. Tipe ini biasa disebut juga dengan Y-coupler. Tipe ini dapat membagi daya optik secara merata pada kedua output. Sebuah optical splitter dapat membagi sebagian besar daya optik kepada salah satu output saja, hanya sejumlah kecil yang dibiarkan masuk pada output sekunder. Tipe ini biasa disebut sebagai T-coupler [13].
2. Optical combiner adalah sebuah perangkat pasif yang dapat mengkombinasikan daya optic dari kedua input menjadi single output [13].
18 Gambar 2.9 Skema optical combiner [13]
3. X-coupler adalah sebuah perangkat yang mengkombinasikan fungsi optical splitter dan optical combiner. X-coupler mengkombinasikan dan membagi daya optik antara dua input dan dua output [13].
4. Tree dan star coupler adalah perangkat multiport coupler yang memiliki lebih dari dua input dan output. Tree dapat berperan sebagai optical splitter yang membagi satu input menjadi beberapa output. Tree coupler juga bisa berperan sebagai optical combiner yang menggabungkan beberapa input menjadi satu output [13].
19 5. Sedangkan star coupler adalah perangkat pasif yang menditribusikan
daya optik lebih dari multiple input ke multiple output [13].
Gambar 2.11 Skema star coupler [13]
2.6. Optical Attenuator
Optical attenuator merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mereduksi kekuatan dari sinyal optik. Alat ini memungkinkan kita untuk mengatur seberapa besar daya optik yang ingin kita kirim ke receiver apabila daya optik yang dikirmkan dari transmitter terlalu besar. Secara garis besar, optical attenuator dibedakan menjadi dua jenis, fixed optical attenuator dan optical attenuator bervariasi [14].
1. Fixed optical attenuator merupakan jenis optical attenuator yang nilai atenuasinya tidak bisa dirubah-rubah. Biasanya bentuk optical attenuator ini tertanam dalam sebuah konektor atau adaptor. Prinsip pengurangan daya optik yang terjadi di dalamnya bisa menggunakan prinsip gap loss (pemberian jeda antar konektor) atau dengan memberikan tekanan pada serat optik.
20 Gambar 2.12 Macam-macam fixed optical attenuator [15]
2. Optical attenuator bervariasi adalah jenis optical attenuator yang nilai atenuasinya bisa diatur sesuai keinginan. Optical attenuator bervariasi biasanya didesain dalam bentuk sebuah rangkaian listrik yang terbungkus rapi atau digabungkan ke dalam power meter. Banyak prinsip yang bisa digunakan untuk melakukan pereduksian pada optical attenuator bervariasi ini, di antaranya dengan cara mekanik, magnetik, akustik, dan lain sebagainya.
21
2.7. Fotodioda
Fotodioda adalah sebuah dioda yang dapat mengasilkan aliran elektron (arus listrik) akibat mendapatkan masukan berupa cahaya.
Material yang digunakan sebagai penerima energi cahaya umumnya terbuat dari material semikonduktor. Pada dasarnya, material ini memiliki kemiripian dengan material logam di mana sifat konduktivitas elektriknya ditentukan oleh elektron valensinya. Namun berbeda dengan logam yang konduktivitasnya menurun apabila mengalami kenaikan suhu, material semikondukor mengalami kenaikan konduktivitas yang signifikan apabila mengalami kenaikan suhu. Material semikonduktor yang umum digunakan untuk fotodioda adalah Silikon, namun akhir-akhir ini beredar pula fotodioda dengan yang terbuat dari Germanium dan Galium Arsenida [17].
Pada dasarnya, mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifivtas elektron suatu material terletak dari banyaknya elektron valensi dari suatu material. Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron valensi dari atom semikonduktor, hal ini mengakibatkan suatu energi yang cukup besar untuk memisahkan elektron tersebut lepas dari struktur atomnya. Elekton yang terlepas tersebut menjadi bebas di dalam bidang kristal. Elektron tersebut bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material semikonduktor [17].
22 Sementara itu akibat hilangnya elektron maka terbentuklah kekosongan pada struktur kristal yang disebut “hole” dan bermuatan positif. Berikut gambar yang mengilustrasikan pelepasan elektron dan pembentukan hole.
Gambar 2.14 Pelepasan elektron valensi dan pembentukan hole akibat mendapat energi foton [18]
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif disebut daerah tipe N, sedangkan daerah semikonduktor dengan hole dan bersifat positif disebut daerah tipe P. Ikatan dari kedua daerah ini membentuk P-N junction yang menghasilkan energi listrik internal yang akan mendorong elektorn bebas dan hole untuk bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron akan bergerak menuju sisi negatif, sedangkan hole akan bergerak menuju sisi positif. Ketika P-N junction dihubungkan dengan sebuah beban, maka akan tercipta suatu arus listrik [17].
23 Gambar 2.15 Aliran elektron dan hole membentuk photocurrent [18]
Setiap bahan pembentuk fotodioda memiliki responsitivitas terhadap cahaya yang berbeda-beda. Responsitivitas (R) didefinisikan sebagai arus yang dihasilkan (photocurrent ( )), ketika suatu foton cahaya diserap terhadap daya foton cahaya tersebut (P). Berdasarkan refrensi nomor [19], secara matematis dapat ditulis:
= (2)
Photocurrent sendiri bisa didefinisikan sebagai berikut:
= ( . !)
" (3)
Di mana adalah jumlah elektron yang dibangkitkan, ! adalah muatan elektron (1,602 × 10-18 C). Sedangkan daya foton (P) bisa didefinisikan sebagai berikut:
= ( . $ )
24 Dengan memasukan persamaan (3) dan (4) responsitivitas fotodioda bisa pula dinyatakan sebagai:
= ( . !) ( . $ ) =
(&'. !)
$ (5)
Di mana &' adalah efisiensi dari fotodioda yang merupakan perbandingan antara dengan [19].
Untuk mendapatkan hasil yang maksimum, fotodioda haruslah memiliki beberapa kriteria di antaranya [4]:
1. Sensitivitas: fotodioda yang digunakan harus sangat sensitif. Arus yang dihasilkan harus sebisa mungkin merespon daya optik yang diterima.
2. Responsitivitas: merupakan perbandingan arus keluar terhadap cahaya yang masuk. Nilai responsitivitas haruslah besar agar arus yang keluar bisa terbaca dengan baik oleh pengolah sinyal.
3. Liniearitas: hubungan antara masukan dan keluaran yang linear. Hal ini penting untuk menghindari distorsi pada hasil keluaran.
4. Rise/fall time: merupakan kecepatan respon terhadap masukan. Fotodioda harus mampu merespon masukan meski hanya terjadi beberapa saat.
5. Active area (bandwidth): active area harus cukup besar agar cahaya yang masuk dapat diproses dengan cepat.
25
2.8. Rangkaian Transimpedansi Amplifier
Rangkaian Transimpedansi Amplifier merupakan jenis rangkaian yang mampu mengubah energi cahaya ke dalam bentuk tegangan elektrik. Pada rangkaian ini, fotodioda digunakan untuk menangkap energi cahaya dan mengubahnya ke dalam arus yang lemah. Arus tersebut bersifat proporsional dengan tingkat pencahayaan dari sumber cahaya. Kemudian sebuah preamplifier akan mengubah arus dari fotodioda ke dalam bentuk tegangan. Dalam penggunaannya, sebuah rangkaian Transimpedansi Amplifier dapat dibedakan menjadi dua mode, yaitu mode photovoltaic dan mode fotokonduktif.
Fotodioda yang dikonfigurasikan ke dalam mode photovoltaic memiliki tegangan bias nol (tidak disambungkan dengan sumber tegangan). Dalam mode ini, respon cahaya terhadap arus dimaksimalkan untuk sensitivitas cahaya dan linearitas, sehingga cocok untuk aplikasi sensor yang mana lebih mengutamakan tingkat keperesisian. Sedangkan untuk fotodioda yang dikonfigrasikan ke dalam mode fotokonduktif memiliki tegangan bias balik. Dalam mode ini, fotodioda dioptimalkan untuk respon yang cepat terhadap sumber cahaya. Aplikasi tersebut sangat ideal jika digunakan dalam saluran komunikasi digital [20].
26 Perbedaan kedua mode rangkaian dapa dilihat pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar 2.16 Skema rangkaian transimpedansi amplifier (a) mode photovoltaic (b) mode fotokonduktif. [20]
Pada gambar 2.16 (a) dapat dilihat bahwa fotodioda dikonfigurasikan pada mode photovoltaic. Pada rangkaian tersebut, ketika cahaya menyinari fotodioda, hal ini menyebabkan arus dioda mengalir dari katoda ke anoda. Karena impedansi masukan dari inverting input opamp sangat tinggi, arus yang dihasilkan oleh fotodioda akan mengalir melalui resistor feedback (RF). Sehingga didapat fungsi pengkonversi dari arus-ke-tegangan yaitu sebesar [20]:
27
2.9. Rangkaian Fotokonduktif
Rangkaian fotokonduktif merupakan rangkaian yang bisa digunakan pula untuk mengamati dan mengolah besaran optik menjadi besaran elektrik. Umumnya pada rangkaian ini fotodioda dipasang secara reverse bias dan disambungkan pada sumber tegangan pada katodanya. Pada mode reverse bias ini, arus bocor yang terjadi antara P-N junction sangatlah kecil. Arus bocor ini bisa diperbesar apabila P-N junction diberikan energi panas. Energi panas ini bisa saja didapat dari cahaya yang masuk dalam fotodioda. Dengan demikian, rangkaian fotokonduktif akan menghasilkan arus bila fotodioda yang dipasang mendapat sinar masukan.
Gambar 2.17 Skema rangkaian fotokonduktif [22]
Pada rangkaian di atas, arus bocor yang dihasilkan fotodioda bisa diamati sebagai tegangan dengan meletakan resistor RL (RLoad) antara anoda fotodioda dengan ground. Tegangan keluaran dari rangkaian berdasarkan refrensi nomor [22] dapat dirumuskan sebagai:
28
) 4 = × ℜ × 7 (7)
Di mana P adalah daya optik dari sinar laser dan ℜ adalah responsitivitas dari fotodioda.
2.10. Power Meter
Power meter adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menghitung daya pada sinyal optik. Dalam hal ini, nilai yang terukur merupakan nilai rata-rata dari daya optik yang diukur dalam satuan dBm. Umumnya, power meter terdiri atas sensor terkalibrasi, sebuah amplifier pengukur, dan komponen penampil (display). Sensor utama yang digunakan adalah fotodioda yang dipilih untuk kisaran yang tepat dengan panjang gelombang dan tingkat daya yang digunakan. Selanjutnya daya yang terukur dan panjang gelombang yang digunakan akan ditampilkan pada komponen penampil (display)
29 Gambar 2.18 Power meter
Biasanya di dalam power meter juga dilengkapi dengan fitur yang berguna untuk mengukur rugi-rugi daya optik. Untuk melakukan fungsi utamanya, yaitu mengukur daya optik, power meter terlebih dahulu harus dikalibrasi dan diatur sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan.
2.11. Akuisisi Data (DAQ)
Akuisisi data (DAQ) adalah proses pengukuran fenomena elektrik atau fisik seperti tegangan, arus, temperatur, tekanan, atau suara dengan komputer. Sistem data akuisisi terdiri atas sensor, perangkat keras pengukuran DAQ, dan komputer dengan perangkat lunak yang sudah diprogram. Pengukuran
30 menggunakan sistem DAQ memiliki keunggulan yaitu lebih kuat, lebih efektif dan lebih efisien dibanding dengan pengukuran secara konvensional [23].
Gambar 2.19 Hubungan antara DAQ dengan sensor dan PC [23]
Seperti yang dijelaskan pada gambar di atas, komponen utama dalam akuisisi data ini ada tiga, yaitu:
1. Sensor: sensor atau bisa disebut sebagai tranduser adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau mengkonversi fenomena fisik menjadi sinyal listrik yang terukur.
2. DAQ: merupakan perangkat keras yang bertindak sebagai interface antara komputer dan sinyal dari luar. Ia juga bisa berperan sebagai pengkonversi sinyal analog ke digital, pengkondisi sinya, ataupun sebagai penghubung komputer 3. Komputer: komputer yang dimaksud di sini adalah komputer
yang sebelumnya sudah terinstall perangkat lunak yang mampu berhubungan dengan DAQ. Komputer berperan sebagai pemroses, penampil hasil pengukuran, serta penyimpan hasil dari pengukuran.
31
2.12. Optical Spectrum Analyzer
Optical Spectrum Analyzer (OSA) adalah perangkat presisi yang didesain untuk menghitung dan menampilkan distribusi daya dari sumber optik pada panjang gelombang tertentu. Sebuah OSA akan menampilkan daya optik pada skala vertikal dan dan panjang gelombag pada skala horizontal [24].
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Analisis Perbandingan Rangkaian Transimpedansi
Amplifier Ganda dan Rangkaian Fotokonduktif Ganda untuk Sistem Weight In Motion Berbasis Serat Optik dilakukan pada bulan Maret sampai dengan September 2014. Adapun tempat penelitian di Pusat Penelitian Fisika ( P2F ) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) Serpong Tanggerang.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Alat
a) Sebuah Data translation (DAQ)
b) Sebuah Power Meter
c) Beberapa buah Serat Optik
d) Laser dioda 1310 nm beserta rangkaian APC dan power supplynya e) Laser dioda 1610 nm beserta rangkaian APC dan power supplynya f) Sebuah Coupler
g) Sebuah PC h) Sebuah Attenuator
33
2. Bahan
a) Sebuah rangkaian Fotokonduktif Ganda
b) Sebuah rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda c) Sebuah Batterai 8 volt
d) Program Weight In Motion Based Optical Fiber e) Microsoft excel 2007
f) Program Veusz versi 1.21