• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbandingan rangkaian transimpedansi amplifier ganda dan rangkaian fotokonduktif ganda untuk sensor weight in motion berbasis serat optik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbandingan rangkaian transimpedansi amplifier ganda dan rangkaian fotokonduktif ganda untuk sensor weight in motion berbasis serat optik"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PERBANDINGAN RANGKAIAN TRANSIMPEDANSI

AMPLIFIER GANDA DAN RANGKAIAN FOTOKONDUKTIF

GANDA UNTUK SENSOR

WEIGHT IN MOTION

BERBASIS

SERAT OPTIK

NUR TAUFIK ZAMARI

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii ANALISIS PERBANDINGAN RANGKAIAN TRANSIMPEDANSI AMPLIFIER GANDA

DAN RANGKAIAN FOTOKONDUKTIF GANDA UNTUK SENSOR WEIGHT IN MOTION BERBASIS SERAT OPTIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah

NUR TAUFIK ZAMARI 1110097000004

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PERBANDINGAN RANGKAIAN TRANSIMPEDANSI AMPLIFIER GANDA DAN RANGKAIAN FOTOKONDUKTIF GANDA UNTUK SENSOR WEIGHT IN

MOTION BERBASIS SERAT OPTIK Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :

NUR TAUFIK ZAMARI 1110097000004

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Asrul Aziz, DEA Dwi Hanto, M.Si NIP : 195106171985031001 NIP : 19840425008121003

Mengetahui,

Kepala Prodi Fisika, FST-UIN

(4)

iv PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “ANALISIS PERBANDINGAN RANGKAIAN TRANSIMPEDANSI

AMPLIFIER GANDA DAN RANGKAIAN FOTOKONDUKTIF GANDA UNTUK SENSOR WEIGHT IN MOTION BERBASIS SERAT OPTIK” yang ditulis oleh Nur Taufik Zamari dengan NIM 1110097000004 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

5 Januari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Fisika.

Jakarta, Januari 2015

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Edi Sanjaya, M.Si Dr. Nur Aida NIP : 197307152002121001 NIP : 197806162005012009

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Asrul Aziz, DEA Dwi Hanto, M.Si NIP : 195106171985031001 NIP : 19840425008121003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains Dan Teknologi Kepala Program Studi Fisika

(5)

v LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI, BUKAN JIPLAKAN DARI KARYA ORANG LAIN, KECUALI

BEBERAPA PENDAPAT ATAU KUTIPAN ORANG LAIN YANG SAYA SEBUTKAN

MASING-MASING SUMBERNYA.

Jakarta, Januari 2015

(6)

vi

ANALISIS PERBANDINGAN RANGKAIAN TRANSIMPEDANSI

AMPLIFIER GANDA DAN RANGKAIAN FOTOKONDUKTIF GANDA

UNTUK SENSOR

WEIGHT IN MOTION

BERBASIS SERAT OPTIK

ABSTRAK

Telah dibuat rangkaian penguat transimpedansi ganda dan rangkaian fotokonduktif ganda sebagai pengkondisi sinyal sensor weight in motion. Kedua rangkaian mampu mengkonversi besaran optik ke elektrik dengan proporsional terhadap sinyal optik dan derau kecil. Pada kedua rangkaian tersebut, satu bagian digunakan sebagai pembaca sinyal sensor sedangkan bagian yang lainnya digunakan sebagai pembaca sinyal referensi sebagai pembanding. Kedua rangkaian dibangun dari photodetektor, resistor, dan kapasitor. Yang membedakannya adalah pada rangkaian penguat transimpedansi digunakan sebuah operational amplifier. Pengujian dilakukan dengan menggunakan dua macam sinar laser dengan panjang gelombang yang berbeda, yaitu dengan laser 1310 nm dan 1610 nm. Pengujian terdiri atas dua macam, yaitu pengujian untuk mengetahui jangkauan daya optik dan pengujian untuk mengamati kestabilan dan derau dari hasil keluaran. Pengujian daya optik dilakukan dengan memberikan variasi sinyal optik pada rangkaian yang bertindak sebagai pembaca sensor dan sinyal optik yang konstan pada rangkaian yang bertindak sebagai pembaca referensi. Sedangkan pengujian kestabilan dilakukan dengan membiarkan sistem bekerja selama 14 jam. Hasil percobaan diamati dengan menggunakan perangkat lunak Weight In Motion Sensor Based on Optical Fiber buatan Pusat Penelitian Fisika LIPI yang ditunjukkan dengan nilai tegangan. Dari pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa rangkaian berjalan dengan baik ketika menggunakan sinar laser dengan panjang gelombang 1610 nm. Dari pengujian daya optik, didapat bahwa rangkaian fotokonduktif memiliki jangkauan daya optik lebih besar, yaitu sekitar 12 dBm. Sedangkan jika dilihat berdasar faktor kestabiilan dan derau yang dihasilkan, rangkaian penguat transimpedansi memiliki kestabilan yang baik, namun memiliki derau yang lebih besar dari rangkaian fotokonduktif yaitu sekitar 0,05 volt..

(7)

vii ABSTRAK

Has been made a dual transimpedance amplifier circuit and dual photoconductive circuit as a signal conditioner for weignt in motion sensor. Both of them are able to convert amount of optical into electrical propotional to the optical signal and has low noise. Both of them, one part is used as a sensor signal reader and the other is used as a refrence signal reader for comparison. Both of them built from photodetector, resistor, and capacitor. The difference lies in the use of operational amplifier for trnasimpedance amplifier circuit. Tests carried out by using two kinds of laser beams with different wavelengths, namely the laser 1310 nm and 1610 nm. The test consists of two kinds, namely testing to determine the range of optical power and test to observe the stability and noise of the output. Optical power testing is done by giving the variation of optical signals in the circuit which acts as a sensor reader and constant optical signal in the circuit which acts as a reference reader.While the stability testing is done by allowing the system to work for 14 hours. The experimental results were observed using the software Weight In Motion Sensor Based on Optical Fiber made by LIPI Physics Research Center indicated by the value of the voltage. From the tests, it can be said that the circuit runs fine when using a laser beam with a wavelength of 1610 nm.From optical power testing, found that a photoconductive circuit has greater optical power range, which is about 12 dBm.Meanwhile, if viewed based on factors of stability and noise generated, a transimpedance amplifier circuit has good stability, but has a greater noise than photoconductive circuit is about 0.05 volts.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya, serta shalawat dan salam diberikan pada Nabi Muhammad SAW sehingga dapat memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi yang berjudul : “ANALISIS PERBANDINGAN RANGKAIAN

TRANSIMPEDANSI AMPLIFIER GANDA DAN RANGKAIAN FOTOKONDUKTIF GANDA UNTUK SENSOR WEIGHT IN MOTION BERBASIS SERAT OPTIK”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana di Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi.

Dalam hal ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa materil, moril, tenaga, dan saran mulai dari proses penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, sampai dengan proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala rasa hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Dr. Dwi Hanto, M.Si selaku pembimbing di lapangan selama penelitian skripsi ini berlangsung.

2. Bapak Ir. Asrul Aziz, DEA selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi, nasehat, ide, diskusi, serta bimbingannya yang diberikan kepada penulis. 3. Kepada Ayah dan Ibu yang senantiasa mendukung saya baik berupa materil maupun

doa.

4. Kepada bapak Sutrisno, M.Si selaku ketua prodi fisika yang sudah berupaya memberikan bantuan yang sangat kepada saya agar saya bisa melakukan ujian sidang skripsi.

5. Bapak Edi Sanjaya M.Si dan Ibu Dr. Nur Aida selaku penguji dalam ujian skripsi. 6. Seluruh staff dosen Prodi Fisika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(9)

ix 8. Seluruh anggota HIMAFI ( 2011, 2012, 2013) yang selalu memberikan semangat dan

doa.

9. Kepada Bang Dandi Hambali yang sudah bersedia meminjamkan saya laptop dan printer guna memudahkan kelancaran skripsi saya.

10.Kepada Hadi Kusumo yang sudah memperbaiki laptop dan menyumbangkan kertas saya demi kelancaran skripsi saya.

11.Kepada Nano, Choucho, Houkago Tea Time, Supercell, One Ok Rock, dan para musisi-musisi jepang yang telah menciptakan lagu-lagu bagus yang lagunya senantiasa menemani dan menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya

Akhir kata, semoga semua bantuan dari semua pihak yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta berniai ibadah di sisi Allah SWT. Amin

Jakarta, Januari 2015

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Batasan Masalah ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II DASAR TEORI ... 7

2.1. Sejarah Eksperimen Transimis Cahaya dan Hukum Snellius ... 7

2.2. Serat Optik ... 10

(11)

xi

2.4. Laser Dioda ... 13

2.5. Coupler Serat Optik ... 16

2.6. Optical Attenuator... 19

2.7. Fotodioda ... 21

2.8. Rangkaian Transimpedansi Amplifier ... 25

2.9. Rangkaian Fotokonduktif ... 27

2.10. Power Meter ... 28

2.11. Akuisisi Data (DAQ) ... 29

2.12. Optical Spectrum Analizer ... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 32

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

3.2. Alat dan Bahan ... 32

3.3. Tahapan Penelitian ... 33

3.3.1. Perancangan Rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda ... 33

3.3.2. Perancangan Rangkaian Fotokonduktif Ganda ... 37

3.4. Cara Kerja Penelitian ... 38

3.4.1 Persiapan ... 38

3.4.2 Pengujian Spektrum Sinar Laser ... 40

3.4.3 Pengujian Atenuasi ... 41

3.4.4 Pengujian Stabilitas ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Hasil Pengujian Spektrum Sinar Laser ... 46

(12)

xii

4.3. Hasil Pengujian Kestabilan ... 53

4.4. Perhitungan Noise ... 55

BAB V PENUTUP ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran ... 59

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kombinasi Pengujian ... 42

Tabel 4.1 Hasil perhitungan jangkauan atenuasi dari masing-masing rangkaian ... 52

Tabel 4.2 Hasil perhitungan noise keseluruhan pada kedua rangkaian ... 55

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penggambaran Hukum Snellius... 9

Gambar 2.2 Pemantulan sinar yang terjadi dalam serat optik ... 10

Gambar 2.3 Penampang serat optik ... 12

Gambar 2.4 Sensor serat optik dan bagian-bagiannya ... 13

Gambar 2.5 Struktur P-N junction di dalam laser dioda ... 14

Gambar 2.6 Penyearahan pancaran sinar laser dengan bantuan Collimating Lens ... 15

Gambar 2.7 Grafik hubungan panjang gelombang terhadap atenuasi dari berbagai sumber ... 16

Gambar 2.8 Skema optical splitter ... 17

Gambar 2.9 Skema optical combiner ... 18

Gambar 2.10 Skema tree coupler ... 18

Gambar 2.11 Skema star coupler ... 19

Gambar 2.12 Macam-macam fixed optical attenuator ... 20

Gambar 2.13 Macam-macam optical attenuator bervariasi ... 20

Gambar 2.14 Pelepasan elektron valensi dan hole akibat mendapat energi foton ... 22

Gambar 2.15 Aliran elektron dan hole membentuk photocurrent ... 23

(15)

xv

Gambar 2.17 Skema rangkaian fotokonduktif ... 27

Gambar 2.18 Power meter ... 29

Gambar 2.19 Hubungan antara DAQ dengan sensor dan PC ... 30

Gambar 2.20 Optical Spectrum Analyzer ... 31

Gambar 3.1 Rangkaian Transimpedansi Amplifier mode photovoltaic yang umum digunakan 34 Gambar 3.2 Rancangan rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda ... 35

Gambar 3.3 Diagram alir pembuatan rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda ... 36

Gambar 3.4 Rancangan rangkaian Fotokonduktif yang direkomendasikan ... 37

Gambar 3.5 Rancangan rangkaian Fotokonduktif Ganda ... 37

Gambar 3.6 Diagram alir pembuatan rangkaian Fotokonduktif Ganda ... 38

Gambar 3.7 Skema Pengujian Spektrum Sinar Laser ... 40

Gambar 3.8 Skema pengujian atenuasi ... 43

Gambar 3.9 Skema pengujian stabilitas ... 44

Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Hasil analisis spektrum untuk laser 1310 nm ... 46

Gambar 4.2 Hasil analisis spektrum untuk laser 1610 nm ... 47

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya optik laser 1310 saat menggunakan rangkaian transimpedansi amplifier ganda ...48

(16)

xvi transimpedansi amplifier ganda ... 49

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran daya optik laser 1310 saat menggunakan rangkaian

fotokonduktif ganda ... 50

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran daya optik laser 1610 saat menggunakan rangkaian

fotokonduktif ganda ... 51

Gambar 4.7 Grafik kestabilan rangkaian Transimpedansi Ganda ... 53

Gambar 4.8 Grafik kestabilan rangkaian Fotokonduktif Ganda ... 54

Gambar 4.9 Grafik kestabilan rangkaian transimpedansi amplifier ganda dan fotokonduktif ganda

(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Beban berlebih atau overloading merupakan suatu keadaan di mana

berat as kendaraan yang melebihi batas maksimum yang diizinkan yang dalam

hal ini MST (Muatan Sumbu Terberat) ditetapkan berdasarkan PP yang

berlaku [1]. Terdapatnya kendaraan-kendaraan dengan beban berlebih

diakibatkan oleh adanya penyelewengan dalam pengawasan jembatan timbang

menyebabkan kerusakan jalan sebelum periode teknis tercapai. Dampak

negatif lain yang ditimbulkan adalah menurunnya tingkat keselamatan,

menurunnya pelayanan lalu-lintas dan menurunnya kualitas lingkungan [2].

Banyak teknik yang bisa dilakukan untuk menghitung beban suatu

kendaraan selain dengan menggunakan jembatan timbang. Weight In Motion

atau penimbangan berat dalam keadaan berjalan merupakan sistem yang

tengah dikembangkan saat ini guna menimbang berat meski benda dalam

keadaan bergerak. Dengan adanya sistem ini, perhitungan berat dapat

dilakukan dalam waktu singkat sehingga sangat memungkinkan menempatkan

sistem ini pada jalan-jalan dengan lalu lintas yang sibuk seperti jalan arteri,

jalan tol, maupun di pelabuhan.

Weight In Motion bisa dikembangkan dengan berbagai macam sensor,

(19)

2 namun sayangnya penggunaan sensor-sensor tersebut masih memiliki

kelemahan karena tidak tahan terhadap adanya gangguan gelombang

elektromagnetik. Pusat Penelitian Fisika LIPI Puspitek Serpong sekarang ini

tengah mengembangkan sistem Weight In Motion berbasis serat optik.

Pemilihan serat optik sebagai sensornya adalah karena serat optik lebih tahan

terhadap gangguan gelombang elektromagnetik dari luar [4]. Pada dasarnya,

serat optik dapat dijadikan sebagai sensor dengan prinsip microbending [4].

Microbending adalah peristiwa di mana pembengkokan mikro pada inti serat

optik yang mengakibatkan intensitas sinar yang dibawa di dalamnya akan

mengalami atenuasi. Jika kita lewatkan sebuah sinar pada serat optik,

kemudian kita beri beban yang mengakibatkan serat optik mengalami

microbending, maka kita akan dapat merepresentasikan berat beban tersebut

berdasarkan jumlah intensitas yang berkurang. Tentunya pengurangan

intensitas ini perlu dikonversi dalam satuan elektrik agar mampu terbaca pada

oleh program yang dibuat pada PC.

Weight In Motion yang tengah dibangun ini menggunakan sebuah

sensor dan fotodetektor sabagai konverter optik ke listrik. Berbagai pengujian

telah dilakukan di dalam laboratorium. Namun yang menjadi masalah adalah

kalau sistem tersebut digunakan dalam waktu yang lama dan di daerah luar.

Perubahan bisa saja terjadi sewaktu-waktu karena kerusakan pada serat optik

atau perubahan daya laser. Oleh karena itu, para peneliti di Pusat Penelitian

(20)

3 berkas laser menjadi dua buah, yaitu untuk sensor dan untuk referensi.

Dengan adanya pemecahan berkas sinar laser ini, kerusakan atau perubahan

pada salah satu berkas sinar laser (terutama untuk laser yang melewati sensor)

akan mudah terdeteksi.

Tentunya dengan melakukan pemecahan berkas sinar laser menjadi

dua membutuhkan dua buah pengkondisi sinyal. Fotodioda FGA01FC yang

digunakan sebagai sensor cahaya memiliki sebuah rangkaian pengkondisi

sinyal yang direkomendasikan oleh pihak produsen guna mendapatkan hasil

keluaran yang baik. Rangkaian itu bisa kita sebut sebagai rangkaian

Fotokonduktif. Namun, ternyata selain menggunakan rangkaian tersebut, ada

rangkaian lain yang bisa berperan sama sebagai pengkondisi sinyal untuk

sistem Weight In Motion. Rangkaian yang dibentuk dengan menggunakan

sebuah amplifier sebagai pusat pengolah sinyalnya itu biasa disebut sebagai

rangkaian Transimpedansi Amplifier. Maka pada penelitian ini, akan dilihat

manakah rangkaian yang paling baik untuk sistem Weight In Motion dengan

menguji kedua rangkaian tersebut pada laser dengan panjang gelombang 1310

nm dan 1610 nm dengan pertimbangan nilai jangkauan atenuasi, kestabilan,

serta noise.

1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat ditarik

(21)

4 1. Seperti apakah rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda dan rangkaian

Fotokonduktif Ganda yang perlu dibuat?

2. Manakah kombinasi yang baik antara rangkaian pengkondisi dan panjang

sinar laser yang digunakan?

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Membuat rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda dan rangkaian

Fotokonduktif Ganda

2. Menganalisis dan membandingkan kedua rangkaian dengan menggunakan

laser dengan panjang gelombang 1310 nm dan 1610 nm dengan

pertimbangan: jangkauan atenuasi, kestabilan, dan noise.

1.4.

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan-pembatasan masalah agar

lebih terarah dalam membahasnya, antara lain :

1. Pengujian dilakukan dalam skala laboratorium.

2. Melakukan pengujian dengan dua variasi panjang gelombang sinar laser,

yaitu 1310 nm dan 1610 nm.

3. Penelitian ini difokuskan pada pengujian atenuasi dan pengujian

(22)

5 4. Tegangan keluaran diamati melalui program Weight In Motion Based

Optical Fiber

5. Rangkaian Transimpedansi Amplifier dibuat dalam mode photovoltaic.

6. Kesalahan dalam pengukuran tidak diperhitungkan

7. Dalam pembuatan rangkaian, digunakan fotodioda FGA01FC, OPA2356

untuk rangkaian Transimpedansi Amplifier, Data Translation Simultanous

DT 9816

1.5.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini ialah :

1. Mengetahui rangkaian manakah yang lebih baik digunakan dalam sistem

WIM berbasis serat optik.

2. Menyempurnakan sistem WIM yang sedang dibuat.

3. Sebagai bahan refrensi jika ingin dilakukan pengembangan penelitian

lebih lanjut

1.6.

Sistematika Penulisan

Sistem penulisan yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini

ialah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang penelitian, tujuan

penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan

(23)

6

BAB II Dasar Teori

Berisi mengenai landasan teori dasar dan pendukung

serta pengenalan terhadap penghubung seluruh kegiatan

penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian

Berisi mengenai tahap-tahap penelitian dan keseluruhan

sistem kerja dari proses pencarian nilai jangkauan daya

optik, kestabilan rangkaian, serta perhitungan noise.

BAB IV Pembahasan dan analisa data

Pada bab ini dibahas mengenai hasil pengukuran dari

perubahan nilai daya optik yang terukur ketika diberi

attenuasi, hasil dari kestabilan rangkaian serta

penarikan nilai noise rangkaian dari hasil visualisasi

data pada pengukuran menggunakan program Weight

In Motion Based Optical Fiber.

BAB V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan serta saran untuk penelitian yang bisa

(24)

7

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

Sejarah Eksperimen Transmisi Cahaya dan Hukum Snellius

Sebenarnya penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sudah

dilakukan bertahun-tahun lamanya, dengan penelitian lebih lanjut, akhirnya

pada sekitar tahun 1930-an para peneliti Jerman mencoba mengawali

eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang diberi nama

serat optik. Dengan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, akhirnya

prototype serat optik pertama kali diusulkan oleh para ilmuwan inggris sekitar

tahun 1958. Prototype yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas

lainnya inilah yang akhirnya terus digunakan hingga sekarang [4].

Pada tahun 1959, laser ditemukan [4]. Laser (Light Amplification by

Stimulated Emission of Radiation) adalah sinar yang dihasilkan melalui

pancaran radiasi atom-atom, kemudian melalui proses stimulasi, pancaran radiasi ini terus dilipatgandakan sebelum sinar ini keluar [7]. Laser dirasa

lebih cocok digunakan dalam serat optik karena memiliki panjang gelombang

yang tunggal.

Pada dasarnya, prinsip penjalaran sinar laser sebagai pembawa

informasi dalam serat optik tidak lepas dari Hukum Snellius. Menurut Hukum

Snellius, jika suatu sinar yang berasal dari medium yang indeks biasnya lebih

(25)

8 besar, maka seluruh sinar akan merambat sepanjang inti medium tersebut

menuju ujung yang lain. Umumnya, pada serat optik memiliki dua buah bahan

transparan (cladding dan core). Ketika cahaya menjalar pada salah satu bahan

transparan dengan indeks bias tinggi (core) yang kemudian bertemu dengan

bahan transparan dengan indeks bias lebih rendah (cladding), maka dua hal

akan terjadi, yaitu:

1. Sebagian cahaya dipantulkan

2. Sebagian cahaya diteruskan ke dalam bahan transparan kedua

(cladding)

Cahaya yang diteruskan biasanya berubah arah ketika memasuki

bahan kedua karena adanya pembiasan. Pembiasan ini terjadi karena cahaya

memiliki cepat rambat yang berbeda untuk tiap bahan yang dilewatinya,

kecepatan ini berbeda di dalam bahan dengan indeks bias yang berbeda [8].

Menurut Hukum Snellius dikatakan bahwa “perbandingan nilai sinus sudut

datang dan sudut bias adalah konstan yang tergantung pada indeks bias

medium”.

Dalam rumusan lain, ada pula yang menyebutkan bahwa

“perbandingan nilai sinus sudut datang dan sudut bias adalah sama dengan

kecepatan pada kedua medium yang berbanding terbalik dengan perbandingan

(26)

9 Gambar 2.1 Penggambaran Hukum Snellius [5]

Secara matematis, Hukum Snellius dapat ditulis:

=

=

(1)

Lambang dan merupakn sudut datang dan sudut bias. Lambang

dan merupakan indeks bias medium yang dilalui sudut datang dan

indeks bias yang dilalui sudut bias. Sedangkan untuk lambang dan

merujuk pada kecepatan sinar datang dan kecepatan sinar bias [4].

Ketika sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka akan terjadi

pemantulan sempurna. Hal inilah yang terjadi dalam serat optik, di mana

gelombang cahaya menjalar dengan mengalami pemantulan-pemantulan

sempurna dari dinding seratnya (cladding) yang indeks biasnya lebih kecil

(27)

10 Gambar 2.2 Pemantulan sinar yang terjadi dalam serat optik [4]

Pada gambar di atas dapat kita lihat penjalaran sinar melalui serat

optik yang mengalami pemantulan sempurna. Pada dasarnya, alasan mengapa

inti serat optik perlu dilapisi oleh lapisan cladding adalah agar hanya terdapat

sedikit perbedaan antara nilai dan , sehingga pengiriman gelombang

bisa dilakukan dengan band yang lebih lebar dan jarak yang jauh tanpa terjadi

distorsi [4].

2.2.

Serat Optik

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat

dari kaca atau plastik yang sangat halus. Ia dapat digunakan untuk

mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber

cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter

lebih kurang 120 mikrometer dan memiliki kecepatan transmisi yang bagus

(28)

11 Serat optik terdiri dari dua jenis, yaitu serat optik kabel dan serat optik

plastik, serat optik kabel banyak digunakan untuk transmisi jarak jauh,

sementara serat optik plastik hanya digunakan untuk komunikasi jarak

pendek.

Secara garis besar kabel serat optik terdiri dari 2 bagian utama [9]:

1. Core merupakan inti dari serat optik di mana pada bagian inilah

cahaya ditransimiskan. Bagian ini biasanya terbuat dari kaca yang

diameternya 2 sampai 125 µm.

2. Cladding adalah selubung dari core. Cladding juga terbuat dari kaca

dengan diameter antara 5 sampai 250 µm yang mempunyai indek bias

lebih rendah dari pada core. Karena cladding mempunyai indeks bias

yang lebih rendah, sehingga cladding akan memantulkan kembali

cahaya yang mengarah keluar dari core kembali ke dalam core lagi.

Dalam aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin

yang disebut dengan jacket, biasanya berbahan plastik. Lapisan ini dapat

menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya

yang keluar dari selubung inti. Selain itu, guna lapisan ini juga untuk

(29)

12 Gambar 2.3 Penampang serat optik [6]

2.3.

Sensor Serat Optik

Sensor serat optik adalah jenis sensor optik yang menggunakan serat

optik dalam mekanisme penginderaan atau pendeteksian, baik sebagai

komponen aktif sensor maupun sekedar sebagai pemandu gelombang (optik)

saja. Sistem sensor optik dilengkapi dengan paling tidak tiga komponen

utama, yaitu komponen optoelektronik, link optik dan probe. Komponen

optoelektronika meliputi sumber cahaya, detektor optik dan pengolah sinyal.

Link optik berupa gelombang serat optik yang berfungsi memandu cahaya ke

atau dari bagian penginderaan. Sedangkan probe adalah bagian sensing atau

transducing, baik pada bagian dalam maupun luar serat optik, yang bertindak

sebagai transduser dan berinteraksi langsung dengan obyek atau besaran yang

diukur. Sensor serat optik didasarkan pada mekanisme modulasi gelombang

optik (cahaya) dari suatu sumber seperti LED, diode laser, atau yang lainnya

(30)
[image:30.595.92.514.151.605.2]

13 Gambar 2.4 Sensor serat optik dan bagian-bagiannya

Kuantitas optik yang dimodulasi dapat berupa intensitas atau

amplitudo, panjang gelombang, fase gelombang dan polarisasi gelombang

optik tersebut. Modulasi ini dapat terjadi di luar maupun di dalam serat optik.

Sampai saat ini ada 3 jenis fiber yang digunakan pada umumnya [4] yaitu :

• Step index, multimode

• Graded index, multimode

• Step index, singlemode

2.4.

Laser Dioda

Laser dioda adalah semikonduktor laser yang dipompa secara elektrik

di mana media aktifnya dibentuk oleh P-N junction dari dioda semikonduktor

(31)

14 Laser dioda adalah tipe laser yang paling umum diproduksi. Laser

dioda memiliki area penggunaan yang luas, tidak hanya terbatas pada

penggunaan komunikasi serat optik, tapi juga bisa digunakan sebagai pembaca

barcode, laser pointer, pembaca dan perekam pada CD/DVD/Blu-ray, laser

printing, scanning, dan lain-lain. Alasan utama mengapa laser dioda

digunakan sebagai sumber cahaya pada komunikasi serat optik adalah karena

mudah dimodulasi dan mudah dipecah menjadi beberapa berkas, serta mampu

dibuat dengan panjang gelombang yang bervariasi. [10]

Laser dioda bekerja ketika P-N junction mendapat arus listrik. Ketika

kedua bagian tersebut mendapatkan arus, semikonduktor P menghasilkan

hole, sementara semikonduktor N menghasilkan elektron. Hole dan elektron

ini akan saling bertemu pada celah di bagian tengah P-N junction dan akan

melepaskan foton. Pada celah di bagian tengah dari P-N juction dilapisi oleh

[image:31.595.90.516.146.651.2]

bahan kaca yang mampu memenjarakan foton.[11]

(32)

15 Ketika berada di celah P-N junction, foton akan memantul ke atas dan

ke bawah pada dinding kaca dan mengakibatkan lepasnya foton lain ke dalam

celah tersebut. Foton-foton yang terlepas tersebut akan memiliki fase,

polarisasi dan arah yang sama dengan foton yang pertama kali terlepas.

Pemantulan foton ini akan terus berlanjut hingga seluruh celah dari P-N

junction terisi penuh oleh foton. Ketika celah pada P-N junction penuh, maka

sebagian sinar laser akan dilepaskan menuju fotodioda yang ada di belakang

untuk mengatur tegangan yang dibutuhkan oleh laser dioda, sedangkan

sebagian sinar laser yang lain akan dipancarkan ke bagian depan. Sinar laser

yang dipancarkan tersebut akan mengalami difraksi yang sangat liar. Dengan

bantuan dari collimating lens, sinar tersebut akan diarahkan sehingga menjalar

[image:32.595.88.516.157.578.2]

lurus ke depan.[11]

Gambar 2.6 Penyearahan pancaran sinar laser dengan bantuan Collimating

Lens [11]

Laser dioda diproduksi dengan berbagai macam panjang gelombang,

akan tetapi dalam penggunannya sebagai sumber cahaya pada komunikasi

(33)

16 atenuasi akibat dari berbagai macam faktor, utamanya adalah faktor absorbsi

dan hamburan Rayleigh. Berdasar pada kedua faktor tersebut, maka nilai

atenuasi dalam 1 km serat optik dapat digambarkan dalam grafik sebagai

[image:33.595.90.518.168.536.2]

berikut:

Gambar 2.7 Grafik hubungan panjang gelombang terhadap atenuasi dari

berbagai sumber [12]

Berdasarkan grafik atenuasi di atas, maka panjang gelombang laser

yang umum digunakan dalam sistem komunikasi serat optik adalah berada

pada sekitar 1,3 µm (1300 nm) atau lebih besar dari 1,5 µm (1500 nm).

2.5.

Coupler

Serat Optik

Coupler serat optik adalah suatu perangkat yang dapat

mendistribusikan sinyal optik dari satu serat ke beberapa serat yang lain atau

sebaliknya. Coupler dapat berupa komponen aktif maupun komponen pasif,

(34)

17 sinyal listrik, sedangkan pada coupler aktif, sinyal optik dirubah dahulu

menjadi sinyal listrik, kemudian di-split atau dikombinasikan satu sama lain.

Secara umum coupler terdiri dari N port input dan M port output,

biasanya nilai N dan M antara 1 – 64. Jumlah dari port input dan output ini

tergantung pada penggunaan dari coupler. Coupler dapat digunakan sebagai

optical splitter, optical combiner, x coupler, tree coupler dan star coupler

[13].

1. Optical splitter adalah perangkat pasif yang membagi daya optik pada

[image:34.595.91.520.168.552.2]

single input menjadi dua output.

Gambar 2.8 Skema optical splitter [13]

Pada gambar di atas mengilustrasikan transfer daya optik pada optical

splitter. Tipe ini biasa disebut juga dengan Y-coupler. Tipe ini dapat

membagi daya optik secara merata pada kedua output. Sebuah optical

splitter dapat membagi sebagian besar daya optik kepada salah satu

output saja, hanya sejumlah kecil yang dibiarkan masuk pada output

sekunder. Tipe ini biasa disebut sebagai T-coupler [13].

2. Optical combiner adalah sebuah perangkat pasif yang dapat

mengkombinasikan daya optic dari kedua input menjadi single output

(35)

18 Gambar 2.9 Skema optical combiner [13]

3. X-coupler adalah sebuah perangkat yang mengkombinasikan fungsi

optical splitter dan optical combiner. X-coupler mengkombinasikan

dan membagi daya optik antara dua input dan dua output [13].

4. Tree dan star coupler adalah perangkat multiport coupler yang

memiliki lebih dari dua input dan output. Tree dapat berperan sebagai

optical splitter yang membagi satu input menjadi beberapa output.

Tree coupler juga bisa berperan sebagai optical combiner yang

[image:35.595.90.513.147.714.2]

menggabungkan beberapa input menjadi satu output [13].

(36)

19 5. Sedangkan star coupler adalah perangkat pasif yang menditribusikan

[image:36.595.88.518.136.561.2]

daya optik lebih dari multiple input ke multiple output [13].

Gambar 2.11 Skema star coupler [13]

2.6.

Optical Attenuator

Optical attenuator merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

mereduksi kekuatan dari sinyal optik. Alat ini memungkinkan kita untuk

mengatur seberapa besar daya optik yang ingin kita kirim ke receiver apabila

daya optik yang dikirmkan dari transmitter terlalu besar. Secara garis besar,

optical attenuator dibedakan menjadi dua jenis, fixed optical attenuator dan

optical attenuator bervariasi [14].

1. Fixed optical attenuator merupakan jenis optical attenuator yang nilai

atenuasinya tidak bisa dirubah-rubah. Biasanya bentuk optical

attenuator ini tertanam dalam sebuah konektor atau adaptor. Prinsip

pengurangan daya optik yang terjadi di dalamnya bisa menggunakan

prinsip gap loss (pemberian jeda antar konektor) atau dengan

(37)
[image:37.595.87.518.147.687.2]

20 Gambar 2.12 Macam-macam fixed optical attenuator [15]

2. Optical attenuator bervariasi adalah jenis optical attenuator yang nilai

atenuasinya bisa diatur sesuai keinginan. Optical attenuator bervariasi

biasanya didesain dalam bentuk sebuah rangkaian listrik yang

terbungkus rapi atau digabungkan ke dalam power meter. Banyak

prinsip yang bisa digunakan untuk melakukan pereduksian pada

optical attenuator bervariasi ini, di antaranya dengan cara mekanik,

magnetik, akustik, dan lain sebagainya.

(38)

21

2.7.

Fotodioda

Fotodioda adalah sebuah dioda yang dapat mengasilkan aliran elektron

(arus listrik) akibat mendapatkan masukan berupa cahaya.

Material yang digunakan sebagai penerima energi cahaya umumnya

terbuat dari material semikonduktor. Pada dasarnya, material ini memiliki

kemiripian dengan material logam di mana sifat konduktivitas elektriknya

ditentukan oleh elektron valensinya. Namun berbeda dengan logam yang

konduktivitasnya menurun apabila mengalami kenaikan suhu, material

semikondukor mengalami kenaikan konduktivitas yang signifikan apabila

mengalami kenaikan suhu. Material semikonduktor yang umum digunakan

untuk fotodioda adalah Silikon, namun akhir-akhir ini beredar pula fotodioda

dengan yang terbuat dari Germanium dan Galium Arsenida [17].

Pada dasarnya, mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat

adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Konduktifivtas

elektron suatu material terletak dari banyaknya elektron valensi dari suatu

material. Ketika foton dari suatu sumber cahaya menumbuk suatu elektron

valensi dari atom semikonduktor, hal ini mengakibatkan suatu energi yang

cukup besar untuk memisahkan elektron tersebut lepas dari struktur atomnya.

Elekton yang terlepas tersebut menjadi bebas di dalam bidang kristal. Elektron

tersebut bermuatan negatif dan berada pada daerah pita konduksi dari material

(39)

22 Sementara itu akibat hilangnya elektron maka terbentuklah

kekosongan pada struktur kristal yang disebut “hole” dan bermuatan positif.

Berikut gambar yang mengilustrasikan pelepasan elektron dan pembentukan

[image:39.595.95.518.139.547.2]

hole.

Gambar 2.14 Pelepasan elektron valensi dan pembentukan hole akibat

mendapat energi foton [18]

Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan bersifat negatif

disebut daerah tipe N, sedangkan daerah semikonduktor dengan hole dan

bersifat positif disebut daerah tipe P. Ikatan dari kedua daerah ini membentuk

P-N junction yang menghasilkan energi listrik internal yang akan mendorong

elektorn bebas dan hole untuk bergerak ke arah yang berlawanan. Elektron

akan bergerak menuju sisi negatif, sedangkan hole akan bergerak menuju sisi

positif. Ketika P-N junction dihubungkan dengan sebuah beban, maka akan

(40)
[image:40.595.84.513.139.595.2]

23 Gambar 2.15 Aliran elektron dan hole membentuk photocurrent [18]

Setiap bahan pembentuk fotodioda memiliki responsitivitas terhadap

cahaya yang berbeda-beda. Responsitivitas (R) didefinisikan sebagai arus

yang dihasilkan (photocurrent ( )), ketika suatu foton cahaya diserap

terhadap daya foton cahaya tersebut (P). Berdasarkan refrensi nomor [19],

secara matematis dapat ditulis:

= (2)

Photocurrent sendiri bisa didefinisikan sebagai berikut:

= ( . !)

" (3)

Di mana adalah jumlah elektron yang dibangkitkan, ! adalah

muatan elektron (1,602 × 10-18 C). Sedangkan daya foton (P) bisa

didefinisikan sebagai berikut:

= ( . $ )

(41)

24 Dengan memasukan persamaan (3) dan (4) responsitivitas fotodioda

bisa pula dinyatakan sebagai:

= ( . !) ( . $ ) =

(&'. !)

$ (5)

Di mana &' adalah efisiensi dari fotodioda yang merupakan

perbandingan antara dengan [19].

Untuk mendapatkan hasil yang maksimum, fotodioda haruslah

memiliki beberapa kriteria di antaranya [4]:

1. Sensitivitas: fotodioda yang digunakan harus sangat sensitif. Arus

yang dihasilkan harus sebisa mungkin merespon daya optik yang

diterima.

2. Responsitivitas: merupakan perbandingan arus keluar terhadap cahaya

yang masuk. Nilai responsitivitas haruslah besar agar arus yang keluar

bisa terbaca dengan baik oleh pengolah sinyal.

3. Liniearitas: hubungan antara masukan dan keluaran yang linear. Hal

ini penting untuk menghindari distorsi pada hasil keluaran.

4. Rise/fall time: merupakan kecepatan respon terhadap masukan.

Fotodioda harus mampu merespon masukan meski hanya terjadi

beberapa saat.

5. Active area (bandwidth): active area harus cukup besar agar cahaya

(42)

25

2.8.

Rangkaian Transimpedansi Amplifier

Rangkaian Transimpedansi Amplifier merupakan jenis rangkaian yang

mampu mengubah energi cahaya ke dalam bentuk tegangan elektrik. Pada

rangkaian ini, fotodioda digunakan untuk menangkap energi cahaya dan

mengubahnya ke dalam arus yang lemah. Arus tersebut bersifat proporsional

dengan tingkat pencahayaan dari sumber cahaya. Kemudian sebuah

preamplifier akan mengubah arus dari fotodioda ke dalam bentuk tegangan.

Dalam penggunaannya, sebuah rangkaian Transimpedansi Amplifier dapat

dibedakan menjadi dua mode, yaitu mode photovoltaic dan mode

fotokonduktif.

Fotodioda yang dikonfigurasikan ke dalam mode photovoltaic

memiliki tegangan bias nol (tidak disambungkan dengan sumber tegangan).

Dalam mode ini, respon cahaya terhadap arus dimaksimalkan untuk

sensitivitas cahaya dan linearitas, sehingga cocok untuk aplikasi sensor yang

mana lebih mengutamakan tingkat keperesisian. Sedangkan untuk fotodioda

yang dikonfigrasikan ke dalam mode fotokonduktif memiliki tegangan bias

balik. Dalam mode ini, fotodioda dioptimalkan untuk respon yang cepat

terhadap sumber cahaya. Aplikasi tersebut sangat ideal jika digunakan dalam

(43)

26 Perbedaan kedua mode rangkaian dapa dilihat pada gambar berikut:

[image:43.595.96.515.149.572.2]

(a) (b)

Gambar 2.16 Skema rangkaian transimpedansi amplifier (a) mode

photovoltaic (b) mode fotokonduktif. [20]

Pada gambar 2.16 (a) dapat dilihat bahwa fotodioda dikonfigurasikan

pada mode photovoltaic. Pada rangkaian tersebut, ketika cahaya menyinari

fotodioda, hal ini menyebabkan arus dioda mengalir dari katoda ke anoda.

Karena impedansi masukan dari inverting input opamp sangat tinggi, arus

yang dihasilkan oleh fotodioda akan mengalir melalui resistor feedback (RF).

Sehingga didapat fungsi pengkonversi dari arus-ke-tegangan yaitu sebesar

[20]:

(44)

27

2.9.

Rangkaian Fotokonduktif

Rangkaian fotokonduktif merupakan rangkaian yang bisa digunakan

pula untuk mengamati dan mengolah besaran optik menjadi besaran elektrik.

Umumnya pada rangkaian ini fotodioda dipasang secara reverse bias dan

disambungkan pada sumber tegangan pada katodanya. Pada mode reverse

bias ini, arus bocor yang terjadi antara P-N junction sangatlah kecil. Arus

bocor ini bisa diperbesar apabila P-N junction diberikan energi panas. Energi

panas ini bisa saja didapat dari cahaya yang masuk dalam fotodioda. Dengan

demikian, rangkaian fotokonduktif akan menghasilkan arus bila fotodioda

[image:44.595.90.517.156.566.2]

yang dipasang mendapat sinar masukan.

Gambar 2.17 Skema rangkaian fotokonduktif [22]

Pada rangkaian di atas, arus bocor yang dihasilkan fotodioda bisa

diamati sebagai tegangan dengan meletakan resistor RL (RLoad) antara anoda

fotodioda dengan ground. Tegangan keluaran dari rangkaian berdasarkan

(45)

28

) 4 = × ℜ × 7 (7)

Di mana P adalah daya optik dari sinar laser dan ℜ adalah

responsitivitas dari fotodioda.

2.10.

Power Meter

Power meter adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menghitung

daya pada sinyal optik. Dalam hal ini, nilai yang terukur merupakan nilai

rata-rata dari daya optik yang diukur dalam satuan dBm. Umumnya, power

meter terdiri atas sensor terkalibrasi, sebuah amplifier pengukur, dan

komponen penampil (display). Sensor utama yang digunakan adalah

fotodioda yang dipilih untuk kisaran yang tepat dengan panjang gelombang

dan tingkat daya yang digunakan. Selanjutnya daya yang terukur dan panjang

gelombang yang digunakan akan ditampilkan pada komponen penampil

(46)

29 Gambar 2.18 Power meter

Biasanya di dalam power meter juga dilengkapi dengan fitur yang

berguna untuk mengukur rugi-rugi daya optik. Untuk melakukan fungsi

utamanya, yaitu mengukur daya optik, power meter terlebih dahulu harus

dikalibrasi dan diatur sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan.

2.11.

Akuisisi Data (DAQ)

Akuisisi data (DAQ) adalah proses pengukuran fenomena elektrik atau

fisik seperti tegangan, arus, temperatur, tekanan, atau suara dengan komputer.

Sistem data akuisisi terdiri atas sensor, perangkat keras pengukuran DAQ, dan

(47)

30 menggunakan sistem DAQ memiliki keunggulan yaitu lebih kuat, lebih efektif

dan lebih efisien dibanding dengan pengukuran secara konvensional [23].

Gambar 2.19 Hubungan antara DAQ dengan sensor dan PC [23]

Seperti yang dijelaskan pada gambar di atas, komponen utama dalam

akuisisi data ini ada tiga, yaitu:

1. Sensor: sensor atau bisa disebut sebagai tranduser adalah alat

yang digunakan untuk mengukur atau mengkonversi fenomena

fisik menjadi sinyal listrik yang terukur.

2. DAQ: merupakan perangkat keras yang bertindak sebagai

interface antara komputer dan sinyal dari luar. Ia juga bisa

berperan sebagai pengkonversi sinyal analog ke digital,

pengkondisi sinya, ataupun sebagai penghubung komputer

3. Komputer: komputer yang dimaksud di sini adalah komputer

yang sebelumnya sudah terinstall perangkat lunak yang mampu

berhubungan dengan DAQ. Komputer berperan sebagai

pemroses, penampil hasil pengukuran, serta penyimpan hasil

(48)

31

2.12.

Optical Spectrum Analyzer

Optical Spectrum Analyzer (OSA) adalah perangkat presisi yang

didesain untuk menghitung dan menampilkan distribusi daya dari sumber

optik pada panjang gelombang tertentu. Sebuah OSA akan menampilkan daya

optik pada skala vertikal dan dan panjang gelombag pada skala horizontal

[24].

(49)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Analisis Perbandingan Rangkaian Transimpedansi

Amplifier Ganda dan Rangkaian Fotokonduktif Ganda untuk Sistem Weight

In Motion Berbasis Serat Optik dilakukan pada bulan Maret sampai dengan

September 2014. Adapun tempat penelitian di Pusat Penelitian Fisika ( P2F )

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) Serpong Tanggerang.

3.2.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Alat

a) Sebuah Data translation (DAQ)

b) Sebuah Power Meter

c) Beberapa buah Serat Optik

d) Laser dioda 1310 nm beserta rangkaian APC dan power supplynya

e) Laser dioda 1610 nm beserta rangkaian APC dan power supplynya

f) Sebuah Coupler

g) Sebuah PC

h) Sebuah Attenuator

(50)

33

2. Bahan

a) Sebuah rangkaian Fotokonduktif Ganda

b) Sebuah rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda

c) Sebuah Batterai 8 volt

d) Program Weight In Motion Based Optical Fiber

e) Microsoft excel 2007

f) Program Veusz versi 1.21

3.3.

Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dari

awal penelitian hingga akhir penelitian.

3.3.1. Perancangan Rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda

Pada tahap ini, penulis merancang sebuah rangkaian

Transimpedansi Amplifier Ganda. Rangkaian Transimpedansi Amplifier yang

digunakan kali ini merupakan rangkaian yang bekerja pada mode

photovoltaic. Mode ini dipilih karena output sinyalnya lebih linear jika

dibandingkan dengan mode fotokonduktif.

Rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda merupakan rangkaian

yang sama dengan rangkaian Transimpedansi Amplifier pada umumnya,

terdiri dari sebuah operasional amplifier, sebuah fotodioda, dan beberapa buah

rangkaian filter RC. Hal yang membedakannya adalah hanya bentuknya saja

(51)

34 Gambar 3.1 Rangkaian Transimpedansi Amplifier mode photovoltaic yang

(52)
[image:52.595.86.514.159.537.2]

35 Gambar 3.2 Rancangan rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda

Pada perancangan rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda ini,

operasional amplifier yang digunakan adalah OPA 2356 dengan bandwidth

200 MHz [26]. Fotodioda yang digunakan adalah fotodioda FGA01FC

dengan range baca panjang gelombang antara 800 – 1700 nm [22]. Rangkaian

R1, C1, R2, dan C2 bertindak sebagai filter tegangan yang masing-masing

bernilai 11kΩ dan 105µ F, Cf1 dan Cf2 merupakan serangkaian kapasitor

dengan kapasitas total sebesar 0,2 pF yang bertindak sebagai pengontrol

frekuensi respon, sedangkan Rf1 dan Rf2 merupakan resistor feedback yang

(53)

36 komponen Rf yang digunakan biasanya hanya berupa resistor biasa, namun

pada kesempatan kali ini, kami menggunakan potensiometer bourns 3296

dengan range resistansi 10 Ω hingga 2 MΩ [27] sebagai Rf agar penguatan

[image:53.595.89.512.172.544.2]

tegangan keluaran bisa diatur sesukanya.

Gambar 3.3 Diagram alir pembuatan rangkaian Transimpedansi Amplifier

Ganda Mulai

Studi Pustaka

Membuat rangkaian

(54)

37

3.3.2. Perancangan Rangkaian Fotokonduktif Ganda

Pada tahap ini, dibuat sebuah rangkaian Fotokonduktif Ganda.

Rangkaian Fotokonduktif ini sebenarnya sudah tercantum dan

direkomendasikan pada datasheet fotodioda FGA01FC seperti bisa dilihat

[image:54.595.91.514.173.649.2]

pada gambar berikut:

Gambar 3.4 Rancangan rangkaian Fotokonduktif yang

direkomendasikan [22]

Karena rangkaian yang ingin dibuat adalah rangkaian Fotokonduktif

Ganda, maka tentu rangkaian di atas perlu dimodifikasi. Rancangan rangkaian

Fotokonduktif Ganda adalah sebagai berikut:

(55)

38 Pada rangkaian di atas, Rload diganti menggunakan potensiometer

bourns 3296 dengan range resistansi dari 10 Ω hingga 2 MΩ agar

penguatannya bisa diatur, sedangkan untuk tegangan bias yang digunakan

[image:55.595.91.511.165.549.2]

adalah bersumber dari baterai bertegangan 8 volt.

Gambar 3.6 Diagram alir pembuatan rangkaian Fotokonduktif Ganda

3.4.

Cara Kerja Penelitian

3.4.1

Persiapan

Sebelum melakukan pengujian, perlu dilakukan beberapa

persiapan terlebih dahulu. Pengujian dimulai dengan mengatur kekuatan

output daya optik pada rangkaian APC sinar laser. Pengaturan ini bertujuan

untuk menentukan seberapa besar penguatan yang ingin dicapai. Untuk laser

dengan panjang gelombang 1310 nm, output daya optik yang diatur ialah

sebesar 0 dBm sedangkan pada laser dengan panjang gelombang 1610 nm, Mulai

Studi Pustaka

(56)

39 output daya optik yang diatur adalah sebesar -4.33 dBm. Pengaturan outpu

daya optik ini dilakukan dengan menyambungkan sinar laser pada power

meter yang dihubungkan melalui serat optik, kemudian memutar salah satu

potensiometer pada rangkaian sinar laser yang berfungsi untuk menurunkan

daya optik laser.

Setelah pengaturan output daya optik sinar laser selesai, maka

selanjutnya adalah menyambungkan serat optik pada sinar laser pada coupler

dan pada fotodioda. Pada pengujian dengan menggunakan sinar laser dengan

panjang gelombang 1310 nm, serat optik disambungkan pada alat attenuator

sebelum memasuki fotodioda, sedangkan pada pengujian dengan

menggunakan sinar laser dengan panjang gelombang 1610 nm, tidak

disambungkan pada alat attenuator. Atenuasi yang diberikan adalah berupa

lilitan pada serat optik (dengan menggunakan prinsip makrobending). Hal ini

dilakukan karena fasilitas attenuator untuk panjang gelombang 1610 nm pada

Pusat Penelitian Fisika LIPI kurang memadai. Hal yang perlu dilakukan

selanjutnya adalah menghubungkan fotodioda pada rangkaian serta

menghubungkan rangkaian pada power supply. Untuk rangkaian

Transimpedansi Amplifier Ganda, sumber tegangan yang digunakan adalah

power supply dengan tegangan. 5 volt sedangkan untuk rangkaian

Fotokonduktif Ganda, sumber tegangan yang dipakai adalah baterai 8 volt.

Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menghubungkan kabel tegangan

(57)

40 Setelah menyalakan semua peralatan, langkah selanjutnya adalah

mengatur penguatan rangkaian untuk serat optik sensor hingga mencapai

tegangan keluaran maksimalnya, sedangkan untuk penguatan rangkaian untuk

serat optik refrensi, hasil tegangan keluarannya tidak perlu diatur sedemikian

rupa karena tidak terlalu berpengaruh pada hasil pengukuran nantinya. Untuk

rangkaian Transimpedansi Amplifier Ganda, penguatan tegangan keluaran

maksimalnya adalah sekitar 4 volt, sedangkan untuk rangkaian fotokonduktif,

penguatan tegangan keluaran maksimalnya adalah sekitar 8 volt. Ketika

semua persiapan seperti yang dijelaskan di atas sudah selesai, barulah

pengujian bisa dimulai.

3.4.2

Pengujian Spektrum Sinar Laser

Pengujian yang pertama kali dilakukan adalah dengan menguji

spektrum sinar laser yang digunakan. Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui nilai panjang gelombang yang sebenarnya dari sinar laser yang

akan digunakan serta mengetahui nilai daya optiknya. Pengujian ini dilakukan

dengan menyambungkan rangkaian sinar laser pada Optical Spectrum

Analyzer (OSA). Berikut adalah skema pengujiannya.

(58)

41 3.4.3

Pengujian Atenuasi

Pengujian yang kedua adalah pengujian atenuasi. Pengujian ini

bertujuan untuk mengetahui berapa nilai atenuasi yang mampu dibaca oleh

rangkaian pengkondisi sinyal. Cara kerja dari pengujian ini bermula dengan

melakukan persiapan seperti yang sudah dijelaskan di atas. Untuk pengujian

ini, data diambil berdasarkan variabel output tegangan rangkaian, yaitu mulai

dari tegangan output maksimal (pada rangkaian Transimpedansi Amplifier

Ganda adalah sekitar 4 volt dan pada rangkaian Fotokonduktif Ganda adalah

sekitar 8 volt) hingga mencapai tegangan 0,5 volt pada rangkaian

Transimpedansi Amplifier Ganda dan 1 volt pada rangkaian Fotokonduktif

Ganda dengan penurunan setiap 0,5 volt. Setelah persiapan selesai, barulah

serat optik diberikan atenuasi. Pada pengambilan data awal yang

menghasilkan tegangan output maksimal, atenuasi yang diberikan adalah 0

dB. Untuk mengamati kestabilannya, nilai tegangan diamati selama 30 detik

melalui program Weight In Motion Based Optical Fiber. Program tersebut

terkoneksi dengan sebuah file spreadsheet pada Microsoft Excel, sehingga

apabila pengamatan sudah selesai, nilainya akan tersimpan pada spreadsheet

dan file tersebut harus dicopykan terlebih dahulu pada folder lain agar tidak

tertiban apabila ingin melakukan pengambilan data yang baru. Kemudian

pengamatan dilanjutkan dengan mengukur daya optik sinar laser baik untuk

(59)

42 bertindak sebagai refrensi dengan menghubungkannya pada power meter.

Pengukuran daya optik laser pada serat optik refrensi cukup dilakukan sekali

saja. Hal ini dirasa sudah cukup mewakili karena pada serat optik refrensi

tidak diberi atenuasi, sehingga meskipun terdapat perubahan, tidaklah terlalu

signifikan. Untuk level keluaran tegangan selanjutnya, atenuasi terus

diberikan hingga mencapai hasil tegangan keluaran yang diinginkan.

Kemudian dilakukan langkah-langkah yang sama seperti yang sudah

dijelaskan di atas. Pada pengujian daya optik ini, dilakukan beberapa

kombinasi antara serat optik, fotodioda, dan rangkaian pengkondisi sinyal.

Berikut tabel kombinasinya:

No Sensor Refrensi

1 PS1 PS2

[image:59.595.87.514.197.534.2]

2 PS2 PS1

Tabel 3.1 Tabel Kombinasi Pengujian

Keterangan: PS1 = Rangkaian Pengkondisi Sinyal 1

(60)
[image:60.595.89.516.165.656.2]

43 Berikut adalah skema pengujian yang dilakukan:

Gambar 3.8 Skema pengujian atenuasi

3.4.4

Pengujian Stabilitas

Pengujian yang ketiga adalah dengan melakukan pengujian stabilitas.

Pengujian ini bertujuan untuk melihat kestabilan sinar laser yang terbaca pada

masing-masing pengkondisi sinyal. Selain itu, data dari pengujian ini pun bisa

digunakan sebagai data untuk menentukan nilai noise dari masing-masing

rangkaian. Cara kerja dari pengujian ini adalah dengan membiarkan sistem

bekerja salama 14 jam guna melihat kestabilan tegangan outputnya. Hanya

saja pada pengujian ini tidak digunakan attenuator pada serat optik sensor dan

tidak dilakukan pengukuran pada daya optik laser. Hal yang perlu

diperhatikan dalam pengujian ini adalah pencuplikan datanya. Dalam setiap

menit, pencuplikan data diambil selama 1 detik, yaitu antara detik ke-10

hingga detik ke-11 dengan sampling rate 1000 data per detik. Berikut skema

(61)
[image:61.595.90.513.149.560.2]
(62)

45 Untuk lebih jelasnya, semua tahapan penelitian akan dijelaskan pada

diagram alir sebagai berikut:

Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian Mulai

Pembuatan rangkaian Fotokonduktif ganda

Analisis Spektrum Sinar

Laser

Kesimpulan

Selesai

(63)

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Spektrum Sinar Laser

Berdasarkan pada pengujian sinar laser menggunakan Optical

[image:63.595.89.514.153.547.2]

Spectrum Analyzer, didapati hasil sebagai berikut.

(64)
[image:64.595.89.515.157.565.2]

47 Gambar 4.2 Hasil analisis spektrum untuk laser 1610 nm

Berdasarkan dari hasil analisis OSA tersebut, diketahui bahwa nilai

panjang gelombang yang sebenarnya dari sinar laser yang digunakan adalah

1304,304 nm dan 1605,462 nm dengan daya optik masing-masing 1 dBm dan

-7,7 dBm

4.2 Hasil Pengujian Atenuasi

Sebagai bahan pengukuran pertama, akan dilihat hubungan antara

tegangan output dengan daya optik dari sinar laser. Tegangan output

divariasikan dari mulai tegangan tertinggi rangkaian hingga tegangan terendah

yang diinginkan dengan penurunan setiap 0,5 volt. Pada pengujian ini

divariasikan juga panjang gelombang sinar laser yang digunakan, yaitu sinar

(65)

48 gelombang 1610 nm. Selain variasi di atas, dilakukan juga variasi antara

rangkaian pengkondisi sinyal 1 dengan rangkaian pengkondisi sinyal 2.

Data tegangan diambil oleh rangkaian pengkondisi sinyal yang

kemudian terbaca pada program di PC, sementara data daya optik laser

diambil oleh power meter. Data daya optik diambil setelah data tegangan

diamati kestabilannya selama 30 detik pada program Weight In Motion Based

Optikal Fiber. Berikut hasil yang didapat dari pengujian rangkaian

Transimpedansi Amplifier Ganda:

Sinar Laser dengan panjang gelombang 1310 nm

[image:65.595.88.511.153.575.2]

(a) (b)

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran daya optik laser. (a) Transimpedansi

Amplifier 1 sebagai sensor dan Transimpedansi Amplifier 2 sebagai refrensi.

(b) Transimpedansi Amplifier 1 sebagai refrensi dan Transimpedansi

(66)

49 Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai daya optik pada serat

optik sensor ketika tegangan tertinggi adalah sekitar -15 dBm, sedangkan nilai

daya optik pada tegangan terrendahnya adalah sekitar -23 dBm. Dengan

demikian, nilai atenuasi yang bisa diukur dengan menggunakan rangkaian

transimpedansi amplifier ganda pada laser 1310 nm adalah sekitar -15 – (-23)

= 8 dB. Sedangkan untuk nilai daya optik pada serat optik refrensi adalah

berada sekitar -11 dBm

Sinar Laser dengan panjag gelombang 1610 nm

[image:66.595.88.513.159.590.2]

(a) (b)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran daya optik laser. (a) Transimpedansi

Amplifier 1 sebagai sensor dan Transimpedansi Amplifier 2 sebagai refrensi.

(b) Transimpedansi Amplifier 1 sebagai refrensi dan Transimpedansi

(67)

50 Dari grafik di atas terdapat perbedaan dengan percobaan sebelumnya.

Pada serat optik sensor ketika mendapat tegangan tertinggi, terukur daya optik

sebesar sekitar -11 dBm, sedangkan untuk tegangan terrendahnya, nilai daya

optik yang terukur adalah sekitar -22 dBm. Dengan demikian nilai atenuasi

yang bisa diukur adalah sekitar -11 – (-22) = 11 dB. Sementara untuk nilai

daya optik pada serat optik refrensi adalah sekitar -22.5 dBm. [3]

Berikut hasil yang didapat dari pengujian rangkaian Fotokonduktif

Ganda:

Sinar Laser dengan panjang gelombang 1310 nm:

[image:67.595.90.514.165.587.2]

(a) (b)

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran daya optik laser. (a) Fotokonduktif 1

sebagai sensor dan Fotokonduktif 2 sebagai refrensi. (b) Fotokonduktif 1

(68)

51 Pada grafik di atas dapat kita lihat nilai tegangan yang diambil adalah

dari mulai 8 volt hingga 1 volt. Pada tegangan 8 volt, nilai daya optik untuk

serat optik sensor yang terukur adalah sekitar -12.6 dBm, sedangkan pada

keadaan tegangan keluaran 1 volt, nilai daya optik pada serat optik sensor

yang terukur adalah sekitar -22.5 dBm. Dari sini dapat dianalisa bahwa dari

nilai tegangan output tertinggi hingga nilai tegangan 1 volt, nilai atenuasi

yang bisa diukur dengan menggunakan rangkaian ini adalah sekitar -12.6 –

(-22.5) = 9.9 dB. Sedangkan untuk serat optik refrensi, nilai daya optik

cenderung stabil pada nilai -12.5 dBm.

Sinar Laser dengan panjang gelombang 1610 nm.

[image:68.595.89.511.156.597.2]

(a) (b)

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran daya optik laser. (a) Fotokonduktif 1

sebagai sensor dan Fotokonduktif 2 sebagai refrensi. (b) Fotokonduktif 1

(69)

52 Berbeda dengan hasil sebelumnya, ketika menggunakan laser dengan

panjang gelombang 1610 nm, ternyata nilai daya optik pada serat optik sensor

saat tegangan tertinggi yaitu sekitar -10.5 dBm, sedangkana untuk nilai daya

optik terrendahnya masih tetap sekitar -22.5 dBm. Sehingga nilai atenuasi

yang bisa diukur dengan menggunakan rangkaian pada panjang gelombang

tersebut adalah sekitar: -10.5 – (-22.5) = 12 dB. Sementara untuk serat optik

refrensi, nilai daya optik yang terukur mengalami perbedaan.

Dari pengujian atenuasi di atas, maka didapat nilai jangkauan atenuasi

untuk setiap rangkaian dan panjang sinar laser yang digunakan. Untuk

rangkaian Fotokonduktif Ganda, jangkauan atenuasi pada saat menggunakan

laser 1310 dan laser 1610 tidaklah jauh berbeda, namun pada penggunaan

sinar laser 1610. Sementara untuk rangkaian Transimpedansi Amplifier

Ganda, terdapat perbedaan nilai jangkauan atenuasi pada laser 1310 dan laser

1610. Berikut tabel yang menyajikan jangkauan atenuasi dari masing-masing

[image:69.595.90.518.149.637.2]

rangkaian dengan laser yang berbeda:

(70)

53 4.3 Hasil Pengujian Kestabilan

Selanjutnya untuk pegujian kestabilan, data yang diambil adalah data

tegangan keluar dari tiap rangkaian serta dengan memvariasikan panjang

gelombang sinar laser yang digunakan pula. Pada pengujian ini, rangkaian

dibiarkan menyala selama 14 jam dan attenuator tidak dipergunakan.

Berikut hasil yang diperoleh dari pengujian kestabilan rangkaian

Transimpedansi Ganda:

[image:70.595.89.519.161.536.2]

(a) (b)

Gambar 4.7 Grafik kestabilan rangkaian Transimpedansi Ganda (a) pada laser

(71)

54 Pada grafik di atas dapat dilihat pula bahwa kestabilan rangkaian yang

baik yaitu ketika menggunakan sinar laser dengan panjang gelombang 1610

nm. Namun terjadi penurunan tegangan pula sekitar 0,2 volt.

Berikut hasil yang diperoleh dari pengujian kestabilan rangkaian

Fotokonduktif Ganda:

[image:71.595.91.513.176.547.2]

(a) (b)

Gambar 4.8 Grafik kestabilan rangkaian Fotokonduktif Ganda (a) pada laser

1310 nm (b) pada laser 1610 nm

Pada grafik di atas dapat terlihat jelas bahwa hasil kestabilan

rangkaian terlihat lebih bagus ketika menggunakan sinar laser dengan panjang

gelombang 1610 nm. Namun sayangnnya, masih terdapat penurunan tegangan

sebesar 0,25 volt. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kestabilan

tegangnan output terganggu. Bisa karena laser itu sendiri ataupun dari

rangkaian pengkondisi sinyalnya. Pada rangkaian fotokonduktif dengan

(72)

55 output diduga terjadi karena melemahnya batterai yang digunakan mengingat

bahwa pengujian kestabilan dilakukan dengan menjalankan sistem pada waktu

yang lama. Untuk ke depannya, mungkin tegangan bias untuk rangkaian

Fotokonduktif Ganda bisa digunakan sumber tegangnan yang berasal dari

listrik arus AC.

4.4 Hasil Perhitungan Noise

Perhitungan noise dilakukan dengan menggunakan data ke

Gambar

Gambar 2.4 Sensor serat optik dan bagian-bagiannya
Gambar 2.5 Struktur P-N junction di dalam laser dioda [11]
Gambar 2.6 Penyearahan pancaran sinar laser dengan bantuan Collimating
Gambar 2.7 Grafik hubungan panjang gelombang terhadap atenuasi dari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur pencapaian pencapaian Sasaran kinerja tersebut ditetapkan 3 (Tiga) Indikator Kinerja Kegiatan yaitu persentase satuan pendidikan jenjang SD, SMP, SMA,

Pada penelitian sebelumnya yang melibatkan siswa kelas V SD Wiyung 1 Surabaya dengan penggembangan media pembelajaran adobe flash sebagai media untuk pengajaran

pengusulan proposal penelitian dilakukan oleh dosen/staf pengajar AKBID Wijaya Husada (baik secara individual maupun berkelompok) dengan mengikuti

berarti variabel Orientasi Kewirausahaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap Keberhasilan Usaha, sedangkan variabel keunggulan bersaing Berdasarkan pengujian

Hasil simulasi menunjukkan untuk semua model kanal Saleh Valenzuela, model kanal SV1 merupakan model kanal yang memiliki performansi paling baik dibandingkan dengan ketiga model

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) bagaimana aktivitas guru dalam penerapan model

Dukungan sosial teman yang didapat dari mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi adalah dukungan atau bantuan yang berasal dari orang yang memiliki sosial akrab dengan

Putusan Badan Arbitrase Syariah tidak mengikat atau tidak mempunyai kekuatan hukum tetap, sepanjang putusannya belum didaftarkan ke panitera pengadilan agama dalam