• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

Tabel V.2 Perubahan rasio-rasio Aktivitas sebelum dan sesudah akuisisi ...57 Tabel V.3 Perubahan rasio-rasio Leverage sebelum dan sesudah akuisisi...60 Tabel V.4 Perubahan rasio-rasio Nilai Pasar sebelum dan sesudah akuisisi ...63 Tabel V.5 Perubahan rasio-rasio profitabilitas sebelum dan sesudah akuisisi ...65 Tabel V.6 Hasil uji Wilcoxon pada rasio Likuiditas ...70 Tabel V.6 Hasil uji Wilcoxon pada rasio Aktivitas...71 Tabel V.6 Hasil uji Wilcoxon pada rasio Leverage...72 Tabel V.6 Hasil uji Wilcoxon pada rasio Nilai Pasar...73 Tabel V.6 Hasil uji Wilcoxon pada rasio Profitabilitas...74

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha saat ini memasuki era perdagangan bebas yang menimbulkan persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan, karena persaingan yang terjadi tidak hanya sebatas perusahaan bertaraf nasional namun juga melibatkan perusahaan bertaraf global. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya serta memperbaiki kinerjanya.

Sehubungan dengan semakin ketatnya persaingan antar pelaku bisnis maka perusahaan dituntut dapat memperluas segala aktivitas perusahaan. Salah satu cara yang sering dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan penggabungan badan usaha (business combination). Strategi akuisisi merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan perusahaan tersebut. Dalam akuntansi dikenal tiga macam bentuk penggabungan badan usaha, yaitu : merger, akuisisi, dan konsolidasi. Dengan terjadinya penggabungan badan usaha maka diharapkan perusahaan akan memperoleh kondisi keuangan yang lebih baik dibandingkan sebelum melakukan penggabungan usaha. Abdul Moin (2004) mengemukakan delapan macam alasan mengapa perusahaan melakukan akuisisi, yaitu : Mendapatkan cash inflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas, untuk memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan, untuk memperoleh

karyawan yang telah berpengalaman, untuk mendapatkan pelangggan yang sudah mapan tanpa harus merintis dari awal, untuk memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan, untuk mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru, dan untuk memperoleh infrastruktur dalam mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.

Selain membawa manfaat akuisisi juga memiliki kelemahan, yaitu : Proses integrasi perusahaan yang tidak mudah, kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat, biaya konsultan yang mahal, meningkatnya kompleksitas birokrasi, biaya koordinasi yang mahal, tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan, tidak menjamin kemakmuran pemegang saham.

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan penampilan finansial perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kemampuan perusahaan dalam menjaga eksistensinya dalam menghadapi persaingan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi perusahaan yang bersangkutan.

Dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan yang disusun setiap akhir periode akuntansi. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Analisis terhadap laporan keuangan tersebut memerlukan adanya pengukuran tertentu. Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan data keuangan adalah dengan rasio. Rasio keuangan dapat dihitung dari angka-angka

yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Secara umum jumlah angka rasio bermacam-macam. Tujuan pokok dari rasio keuangan adalah memenuhi kebutuhan seseorang penganalisis dalam mengetahui kondisi likuiditas, aktivitas, Rasio leverage, rasio rasio pasar, rasio profitabilitas.

Banyak penelitian di Indonesia yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh akuisisi terhadap kinerja perusahaan. Salah satunya adalah Yudyatmoko dan Na’im (2000) yang menunjukan bahwa akuisisi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PERBEDAAN

KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI Studi

kasus pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang listed di BEJ dan melakukan akuisisi pada periode 1998-2002.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi ditinjau dari analisis rasio keuangannya ?

C. Batasan Masalah

1. Tingkat rasio keuangan meliputi Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Financial

Leverage, Rasio Pasar, Rasio Profitabilitas sebelum dan sesudah akuisisi

2. Penelitian ini dibatasi pada tiga periode sebelum dan tiga periode sesudah akuisisi.

D. Tujuan penelitian

Mengetahui apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah dilakukannya akuisisi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya yaitu :

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada perusahaan dalam pengambilan keputusan.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan, menambah wacana, sebagai dasar pembuatan skripsi yang mempunyai topik yang sama dan menambah pengetahuan bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana yang efektif didalam usaha untuk menerapkan secara langsung teori yang telah diterima selama dibangku kuliah kedalam praktek nyata, khususnya analisis kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis akan memberikan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, Rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian dan pembahasan selanjutnya serta sebagai dasar dalam mengolah data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, hipotesis penelitian, data yang dicari, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai riwayat singkat perusahaan, sumber daya manusia, dan kegiatan usaha.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai analisis rasio-rasio keuangan dan analisis perkembangan rasio-rasio keuangan.

BAB VI PENUTUP

LANDASAN TEORI

A. Kinerja Perusahaan

1. Pengertian Kinerja Perusahaan

Kinerja adalah tingkat keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam suatu tahun buku tertentu. Kinerja juga mengandung pengertian kemampuan kerja untuk menghasilkan keuntungan secara efisien dan efektif. Dalam suatu badan usaha, tinggi rendahnya kinerja diukur dalam bentuk laba yang dihasilkan. Di dalam Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia,1994: 4) dikemukakan bahwa:

“Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna dalam pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.”

Untuk menghasilkan laba yang maksimal, diperlukan kemampuan melihat celah-celah keuntungan dan memprediksi masa yang akan datang. Disamping itu, manajemen harus memiliki kemampuan untuk

menggerakkan kreativitas sumber daya manusia yang ada agar dapat bekerja sama secara efektif dan efisien.

Pada akhirnya, kemampuan manajemen menggerakkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada akan dapat dinilai dari laporan keuangan yang disusun setiap akhir periode. Melalui laporan keuangan tersebut dapat dievaluasi dan pada akhirnya diperbaiki hal-hal yang menjadi penghalang maksimisasi kinerja perusahaan. Disamping itu, juga dapat direncanakan hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan peningkatan kinerja dimasa yang akan datang.

2. Unsur-Unsur Kinerja Perusahaan

Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar ukuran yang lain seperti imbalan investasi

(return on investment) atau penghasilan per lembar saham (earning per

share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan

bersih (laba) adalah penghasilan (income) dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya (Prastawa, 2002: 11)

Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi (setoran) penanaman modal (Prastawa, 2002:11). Penghasilan

meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Pendapatan muncul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang normal, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividend royalty, dan sewa. Sedangkan keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan yang mungkin timbul atau tidak dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Keuntungan meliputi pos yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar dan keuntungan yang belum direalisasi, misalnya kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.

Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (Prastawa, 2002: 10). Beban mencakup kerugian (loss) maupun beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas biasa. Beban ini meliputi antara lain beban pokok penjualan, gaji dan depresiasi, yang biasanya berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktivitas seperti kas (setara kas), persedian dan aktiva tetap.

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu alat yang dengan mana informasi dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya

dimasukan dalam laporan keuangan yang dikomunikasikan secara periodik kepada para pemakainya. (Sofyan Syafri, 1994: 117)

Menurut Myer (dikutip dalam Munawir, 1995: 5) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah :Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagi.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti: laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan segmen industri dan geogafis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. (Ikatan Akuntansi Indonesia, 1999:2)

Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir, 1999 :2)

Laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahan, terutama bagi mereka yang berkepentingan terhadap perkembangan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah (Munawir,1999:3)

a. Pemilik perusahaan,

Mereka sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaan. Karena hasil-hasil stabilitas serta kontinuitas atau kelangsungan perusahaan tergantung dari cara kerja atau efisiensi manajemennya.

b. Manajer atau pimpinan perusahaan

Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya maka seorang manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem, dan menentukan kebijakan yang tepat untuk masa yang akan datang. Bagi manajemen yang terpenting adalah bahwa laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga cukup baik, struktur permodalan sehat dan bahwa perusahaan memiliki rencana yang baik mengenai hari depan, baik dibidang keuangan maupun bidang operasi Dalam hubungannya dengan analisis laporan keuangan tersebut manajer merupakan “orang dalam”, orang yang

dapat menggunakan data keuangan apapun yang ada dalam perusahaan, dan hasil analisa sepenuhnya untuk kepentingan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu analisis yang dilakukan oleh manajemen tersebut disebut “analisis intern“

c. Investor

Mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa yang akan datang, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari analisa laporan tersebut para investor akan dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya.

d. Kreditur

Informasi keuangan bermanfaat bagi kreditur untuk memutuskan apakah pinjaman yang diberikan serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pemerintah

Pemerintah sangat berkepentingan untuk menentukan besarnya pajak yang yang harus ditanggung oleh perusahaan. Selain itu dengan melihat laporan keuangan dimana para buruh bekerja maka pemerintah akan mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan upah dan jaminan sosial yang lebih baik.

3. Keterbatasan Laporan Keuangan

Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (dikutip dalam Sofyan Syafri, 1994 : 10) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah :

a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

d. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang materil. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang materil terhadap kelayakan laporan keuangan.

e. Laporan keuangan bersifat konserfatif dalam menghadapi ketidakpastian.

f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.

g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis dari informasi yang disajikan.

h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan.

C. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, menelaah hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.

Leopold A. Bernstein (dikutip dalam Prastawa 2002 :30) memberikan definisi Analisis Laporan Keuangan sebagai berikut :

Financial statement analysis is the judgmental process that aims to evaluate the current and past financial positions and results of operation of enterprise, with primary objective of determining the best possible estimate and predictions about future conditions and performance.

Dari definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. (Prastawa, 2002:30)

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Ada kesenjangan antara informasi yang disajikan laporan keuangan dengan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai. Disatu sisi laporan keuangan menyajikan suatu informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara disisi lain para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang mungkin terjadi dimasa depan.

Untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan informasi diperlukan suatu analisa terhadap laporan keuangan, terutama dalam memprediksi apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Dengan demikian fungsi yang pertama dan yang utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengkorversi data menjadi informasi.

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, namun tujuan yang terpenting adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan dan intuisi, serta mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak dapat dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan ( Prastawa,1995:30 ).

3. Prosedur, Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan a. Prosedur Analisis Laporan Keuangan.

Berbagai langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan adalah sebagai berikut ( Prastawa, 1995 :31-32 ) :

1) Memahami latar belakang perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan.

2) Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan.

Kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai kecendrungan industri dimana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen; perubahan faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi, dan pajak; perubahan yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri seperti perubahan posisi manajemen kunci.

3. Mempelajari dan me-review laporan keuangan

Sebelum berbagai teknik analisis laporan keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan me-review ini adalah untuk

mendapatkan gambaran data keuangan yang relevan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 4. Menganalisis laporan keuangan

Setelah mengetahui profil perusahaan dan me-review

laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterprestasikan hasil tersebut.

b. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu metode analisis vertikal, dan metode analisis horizontal ( Prastawa, 1995:32-33 ).

1. Metode analisis Horizontal (dinamis)

Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecendrungannya. Disebut metode horizontal karena analisis ini membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut dinamis karena metode ini bergerak dari waktu ke waktu. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis perubahan, analisis indeks (trend), analisis

sumber dan penggunaan, dan analisis perubahan laba kotor.

2. Metode analisis vertikal (statis)

Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka metode ini disebut metode vertikal. Disebut statis karena metode ini membandingkan pos-pos laporan keuangan pada periode yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (Common-size), analisis rasio, dan analisis

Break-even.

D. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan (financial ratio analysis) menggambarkan posisi perusahaan pada suatu saat. Pembandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lain sejenis atau rasio industri akan lebih bisa menunjukkan posisi perusahaan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan pesaing.

Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang telah tersedia, yang terdiri dari (Alwi,1994 : 107-108)

1. Balance Sheet atau neraca, yang menunjukan posisi finansial perusahaan pada suatu saat.

2. Income Statement atau laba rugi yang merupakan laporan

operasi perusahaan selama periode tertentu.

Dalam menganalisis tujuan penganalisis pada umumnya adalah untuk mengetahui likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, dan rasio pasar perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu rasio-rasio keuangaan dapat digolongkan menjadi :

1. Rasio Likuiditas

Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, ataupun kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 1999:31). Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu :

a. Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya; yaitu pada waktu ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak ekstern)

b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern)

c. Membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan. d. Memelihara tingkat kredit yang dibutuhkan.

Alat yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Current Ratio

Current Ratio adalah perbandingan antara jumlah aktiva

lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar perusahaan ada sekian kalinya hutang jangka pendek.

Current Ratio dihitung dengan cara sebagai berikut :

Aktiva Lancar

Current Ratio = Hutang Lancar

b. Quick Ratio

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang lama untuk direalisasi menjadi kas, walaupun kenyataannya persediaan lebih likuid daripada piutang (Munawir, 1999: 75).

Quick Ratio dihitung dengan menggunakan rumus :

Aktiva lancar - Persediaan

Quick Ratio = Hutang Lancar

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivitasnya. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar kecepatan aset-aset perusahaan dikelola atau diputar dalam rangka melakukan aktivitas bisnisnya.

a. Asset turnover

Asset turnover mengukur seberapa efektif aktiva perusahan

mampu menghasilkan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. Semakin tinggi asset turnover berarti semakin efektif aktiva tersebut dalam menghasilkan pendapatan.

Asset Turnover dapat dihitung dengan rumus:

Total Operating Revenue Asset Turnover = Total Assets

b. Receivable Turnover

Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara pendapatan operasi atau penjualan dengan piutang selama periode misalnya satu tahun. Piutang yang dimaksud dalam hal ini adalah piutang yang telah dikurangi piutang yang potensial untuk tidak tertagih.

Receivable Turnover dapat dihitung dengan cara:

Total Operating Revenue

Receivable turnover = Receivable

c. Inventory Turnover

Inventory Turnover diperoleh dengan membandingkan

antara harga pokok penjualan dengan persediaan.

Inventory Turnover dapat dihitung dengan rumus :

Cost of Goods Sold

Inventory Turnover = Inventory

3. Rasio Leverage

Pembiayaan dengan hutang dimaksudkan untuk mendongkrak kekuatan perusahaan dalam membiayai usahanya. Kemampuan perusahaan dengan hanya mengandalkan modal sendiri sering kali terbatas, sehingga pembiayaan dengan hutang ditempuh

Dokumen terkait