Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan dan merupkan inti dari pembahasan kasus ibu hamil dengan hipertensi, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Konsep Dasar Kehamilan a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung dari saat lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (Wiknjosastro, 2009).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat (Mandriwati, 2006). b. Klasifikasi dalam kehamilan
Dalam kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dari 0-12 minggu, trimester kedua minggu ke-13 hingga ke-27, dan trimester ketiga minggu ke-27 hingga ke-40 (Wiknjosastro, 2009).
c. Proses kehamilan
1) Menurut Sulistyawati (2009), proses kehamilan meliputi :
a) Konsepsi yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan.
b) Fertilisasi yaitu kelanjutan dari proses konsepsi terjadi penyatuan sperma dan ovum, sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan
c) Implantasi (Nidasi) yaitu masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Salmah (2006), adalah Perkiraan hamil bisa dilihat melalui gejala subjektif dan tanda objektif. Gejala subjektif misalnya amenore, mual dan muntah (morning sickness), payudara menegang dan sensitif, sering kencing, berat badan bertambah dan perubahan perasaan.
Tanda-tanda objektif bervariasi seperti perubahan fisik termasuk perubahan pada kulit yaitu striae gravidarum dan pigmentasi pada wajah dan perut (kloasma, linea nigra) perubahan pada payudara, pembesaran perut, perubahan pada uterus dan vagina.
3) Tanda-tanda pasti kehamilan
Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya denyut jantung janin, gambaran sonogram janin, dan gerakan janin (Prawirohardjo, 2010).
4) Kunjungan dalam kehamilan
Menurut Salmah (2006), ibu hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan.
a) Kehamilan trimester (<13 minggu) satu kali kunjungan.
b) Kehamilan trimester kedua (13-27 minggu) satu kali kunjungan. c) Kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu
ke 36) dua kali kunjungan.
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut : sampai kehamilan 28 minggu periksa empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali.
Bila ada masalah atau gangguan kehamilannya, ibu segera menemui petugas kesehatan profesional (bidan atau dokter) untuk penanganan lebih lanjut.
d. Asuhan pada ibu hamil
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program layanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Sesuai dengan standar 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, imunisasi TT, pemberian Zat besi, tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2010).
Penerapan 7 langkah manajemen menurut Varney dalam memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil secara sistematis adalah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data dasar
2) Menginterpretasikan/menganalisis data 3) Merumuskan diagnosis/masalah potensial 4) Tindakan segera
5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
6) Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisisen dan aman
7) Mengevaluasi terhadap asuhan yang telah dilaksanakan e. Tujuan asuhan kebidanan menurut Sulistyawati (2009).
1) Menentukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian riwayat lengkap dan uji skrining yang tepat.
2) Menetapkan catatan dasar tentang tekanan darah, urinalisis, nilai darah, serta pertumbuhan dan perkembangan janin yang dapat digunakan sebagai standar pembanding sesuai kemajuan kehamilan.
3) Mengidentifikasi faktor resiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang.
4) Memberi kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran
tentang kehamilan saat ini dan kehamilan yang lalu, proses persalinan, serta masa nifas.
5) Menganjurkan adanya pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan ibu dan perkembangan kesehatan bayinya
6) Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan adalah mitra dalam asuhan
f. Komplikasi yang menyertai kehamilan 1) Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa (Wiknjosastro, 2010) 2) Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau informasi awal yang terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah sebagai berikut :
b) Gangguan penglihatan kabur c) Nyeri epigastrik
d) Edema menyeluruh e) Protein urin positif
(Wiknjosastro, 2010). 3) Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan (Sulistyawati, 2009). 2. Hipertensi dalam kehamilan
a. Pengertian
Hipertensi apabila tekanan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
diastolik ≥ 90 mmHg (Yulianti, 2010 ).
b. Klasifikasi hipertensi
1) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu.
2) Hipertensi gestasional adalah hipertensi akibat kehamilan, atau PIH (pregnancy induced hypertension) peningkatan tekanan darah selama kehamilan tanpa proteinuria atau terjadi selama 24 jam pertama pasca partum pada wanita dengan tekanan darah normal, dan tidak mempunyai riwayat hipertensi vaskuler.
Resiko hipertensi meningkat cukup besar pada keadaan-keadaan ketika pembentukan antibodi penghambat terhadap tempat-tempat antigenik di plasenta terganggu.
d. Patofisiologi Hipertensi
Selama kehamilan normal terdapat perubahan-perubahan dalam sistem kardiovaskuler, renal dan endokrin. Perubahan ini akan berbeda dengan respon pada patologi yang timbul pada HDK. Pada trimester kedua akan terjadi perubahan tekanan darah, yaitu penurunan sistolik rata-rata 5mmHg dan tekanan darah diastolik 10mmH, yang selanjutnya meningkat kembali dan mencapai tekanan darah normal pada usia kehamilan trimester ketiga.
Pada keadaan istirahat, curah jantung meningkat 40% dalam kehamilan, meningkat pada usia kehamilan 20-30 minggu. Tahanan perifer menurun pada usia kehamilan trimster pertama. Keadaan ini disebabkan karenameningkatnya aktifitas sistem renin-angiotensin aldosteron dan sistem saraf simpatis. Penurunan tahanan perifer total disebabkan oleh menurunnya tonus otot polos oleh pembuluh darah. Volume darah yang beredar yang juga meningkat 40 %, peningkatan ini melebihi jumlah sel darah merah, sehingga hemoglobin dan viskositas darah menurun. Terjadi tekanan penurunan osmotik plasma darah yang menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluler, sehingga timbul edema perifer yang biasa timbul pada kehamilan nornal e. Penatalaksanaan hipertensi
1) Penatalaksanaan Hipertensi secara umum
Menurut Riny (2012), penatalaksanaan penanganan secara umum adalah
a) Menurunkan berat badan sampai berat badan ideal.
b) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.
c) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (atau disertai dengan asupan kalium,magnesium dan kalium yang cukup ) dan mengurangi alcohol.
d) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Terapi obat penderita hipertensi obat dimulai dengan salah satu obat :
(1)Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg dengan dosis tunggal padapagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai dengan odem paru)
(2)Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal
(3)Propanolol mulai dari 10 mg 2x sehari dapat dinaikan menjadi 20mg 2x sehari(kontra indikasi untuk penderita asma)
(4)Nifedipine mulai dari 2,5 mg 2x sehari dapat dinaikan 10 mg 2x sehari
2) Penanganan hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria Menurut Pudiastuti (2012)
a) Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan.
(1) Pantau tekanan darah meningkat, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu
(2) Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia (3) Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan. b) Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi :
(1) Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes / menit atau dengan prostaglandin.
(2) Jika servik belum matang,berikan prostaglandin, misoprostol atau kateterFoley, atau terminasi dengan seksio sesarea. f. Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil menurut
manuaba (2008)
1) Berkurangnya aliran darah ke plasenta
Resiko yang mungkin dialami ibu hamil dengan hipertensi adalah kurangnya aliran pasokan darah, oksigen dan nutrisi ke bayi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat dan dapat meningkatkan bayi berat lahir rendah.
2) Penyakit kardiovaskuler di masa depan
Wanita yang mengalami preeklamsia (ditandai dengan tingginya tekanan darah dan protein dalam urin setelah 20 minggu kehamilan) berisiko mengalami peningkatan penyakit kardiovaskular di kemudian hari, meskipun fakta menunjukkan bahwa tekanan darah akan kembali normal setelah melahirkan.
3) Plasenta abrupsio (plasenta lepas sebelum waktunya) Pada beberapa kasus ibu hamil dengan hipertensi, plasenta dapat terlepas sebelum waktunya dan terpisah dari rahim. Abrupsio plasenta akan menghentikan pasokan oksigen ke bayi dan menyebabkan perdarahan yang berat pada ibu. Risikonya adalah kematian pada janin.
4) Kelahiran prematur
Untuk mencegah terjadinya komplikasi berbahaya yang mungkin bisa mengancam nyawa ibu atau bayi, tidak jarang masa kehamilan dipercepat sebelum waktunya sehingga bayi berisiko lahir secara prematur.
5) Kebutaan
Preeklamsia dapat memicu gangguan pada pembuluh darah di mata. Bahkan menurut Aria, pembuluh darah mata di retina bisa pecah sehingga memicu kebutaan. Tapi lanjutnya, pada kondisi yang ringan seperti misalnya pembengkakan pada otak yang mengenai saraf mata, hal ini hanya membuat pasien buta sementara.
B.Teori manajemen Kebidanan menurut Varney 1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah digunakan sebagai metode pengorganisasian pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007). 2. Proses Asuhan Kebidnan
Proses asuhan kebidanan menurut Varney (2007) terdiri dari 7 langkah yaitu : pengkajian atau pengumpuan data dasar, interpretasi data, diagnosa atau masalah potensial, antisipasi, tindakan segera, pelaksanaan dan evaluasi.
Langkah I : Pengkajian data
Mengumpulkan data subjektif dan data objektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan, dan pemeriksaan laboratorium. Jenis data yang dikumpulkan adalah :
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapt ditentukan oleh bidan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).
b. Data subjektif :
1) Biodata ibu dan suami :
a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan pasien. b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko kehamilan c) Agama : untuk memberikan motivasi dorongan moril
sesuai dengan agama yang dianut
d) Suku bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
e) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan karena tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang
f) Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi seseorang g) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal serta
mempermudah pemantauan 2) Alasan ibu memeriksakan diri
Alasan ibu hamil datang mengunjungi RB/RS dan diungkapkan dengan kata-kata sendiri (Varney, 2007). Pada kasus ibu hamil dengan hipertensi yang dikeluhkan meliputi sakit kepala yang menetap, bengkak pada wajah dan ekstermitas (Pudiastuti, 2012). 3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche, siklus disminorhea, lama menstruasi ( Salmah,2006).
4) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui tanggal haid, umur kehamilan, perkiraan lahir,
masalah atau kelainan pada kehamilan sekarang (Prawirohardjo, 2005).
5) Riwayat penyakit
Untuk mengetahui apakah saat ini ibu sedang menderita suatu penyakit, atau pernah menderita suatu penyakit sistemik seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM dan hipertensi.
6) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa menikah (Prawirihardjo, 2005). 7) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui sebelum hamil ibu menggunakan alat kontrasepsi atau tidak dan berapa lama menggunakannya (Prawirihardjo, 2005). 8) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui tanggal, bulan dan tahun berapa anaknya lahir, tempat persalinan, jenis persalinan, penolong persalinan dan keadaan anak (Salmah, 2006).
9) Pola kebiasaan sehari-hari a) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji meliputi frekuensi, kualitas, keluhan, makanan pantangan. Pada kasus hipertensi diberi diet tinggi protein, rendah garam (Wiknkjosastro, 2010).
b) Pola eliminasi
Untuk mengetahui berapa kali Ibu BAB dan BAK dalam sehari selama kehamilan (Varney, 2007)
c) Pola aktivitas
Dikaji karena dasar dari pengobatan hipertensi adalah istirahat dan diet makanan (Pudiastuti, 2012)
d) Pola istirahat / tidur
Istirahat berbaring memperbaiki kelancaran sirkulasi retroplasenta (Mufdalifah, 2009). Pada kasus ibu hamil dengan hiepertensi harus cukup tidur.
e) Pola seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual dalam seminggu (Saifuddin, 2010).
f) Pola psikososial budaya
Untuk mengetahui apakah adanya pantangan makanan atu tidak, kehamilan ini direncanakan atau tidak dan dukungan keluarga (Varney, 2007).
g) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Kebiasaan ibu dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dan kehamilan (Manuaba, 2007).
c. Data objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Data inidiperoleh melalui kepekaan bidan selama melakukan fisik (Nursalam, 2009).
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan ibu baik atau tidak
b) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis (kesadaran penuh) atau tidak. c) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
atau hipertensi. Batas normal 120/80 mmHg. Pada kasus Ibu hamil dengan hipertensi tekanan darah 150/100 (Manuaba, 2007).
d) Suhu : Untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak. Pada kasus hipertensi suhu < 35 dapat merupakan gejala preeklampsi (Manuaba, 2007).
e) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal 60-100 per menit (Prawirohardjo, 2010).
f) Respirasi : Untuk menilai pernafasan dan bunyi nafas. Apakah kurang dari 40 kali per menit / lebih dari 60 kali permenit (Salmah, 2006).
g) Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, jika kurang dari 145 cm maka termasuk resiko tinggi (Salmah, 2006).
h) Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama kehamilan yang rata-rata 0,3-0,5 kg per minggu (Wiknjosastro, 2010). Pada kasus hipertensi berat badan naik1kg tiap minggu (Manuaba, 2007).
i) LILA : Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu hamil apakah 23,5 cm atau tidak dan termasuk resiko tinggi atau tidak (Varney, 2007).
2) Pemeriksaan sistematis
a) Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, berketombe atau tidak (Alimul, 2008)
b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak ada oedema atau tidak(Alimul, 2008). Pada kasus hipertensi ibu hamil muka sedikit pucat dan tidak ada oedema (Manuaba, 2007).
c) Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelra putih atau tidak (Alimul, 2008).
d) Hidung : Untuk mengetahui apakah hidung ada benjolan atau tidak (Alimul, 2008).
e) Telinga : Untuk mengetahui ketajaman pendengaran, bentuk, warna dan adanya benda asing (Varney, 2007).
f) Mulut, gigi, gusi : Untuk mengetahui bersih atau tidak, ada caries
atau tidak ada stomatitis atau tidak (Saifuddin, 2010).
g) Leher : Untuk menilai adanya tekanan vena jugularis dan untuk menilai ada atau tidaknya masa dalam leher (Alimul, 2008).
h) Pemeriksaan dada dan axilla (1) Jantung
Jantung normal, tidak berdetak cepat (Varney, 2007). (2) Paru-paru
Untuk mengetahui tanda kemungkinan penyakit paru, gagl jantung, gagal ginjal (Manuaba, 2007).
(3) Mammae
Untuk mengetahui kebersihan puting susu, menonjol atau tidak (Wiknjosastro, 2010).
(4) Axilla
Untuk mengetahui adakah tumor atau benjolan, ada nyeri tekan atau tidak
i) Ekstremitas
Untuk mengetahui oedem atu tidak, varices atau tidak, reflek patella untuk mengetahui reflek saraf kaki + / -, betis merah, lembek atu keras (Saifuddin, 2010). Pada hipertensi ibu hamil, faktor terjadinya hipertensi, bendungan vena akibat multigravida, akibat infeksi (Manuaba, 2007).
3) Pemeriksaan khusus obstetri a) Abdomen
Pemeriksaan fisik ini meliputi pemeriksaan dengan metode pemriksaan (inspeksi, palpasi, auskultasi )
(1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai pembesaran perut sesuai atau tidaknya dengan usia kehamilan, bentuk perut membesar kedepan atau ke samping (Alimul, 2008).
(2) Palpasi menurut Manuaba (2008)
Palpasi dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan metode leopold.
Pemeriksaan palpasi meliputi :
Leopold I : Palpasi fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri dengan dua telapak tangan dan
menentukan apa yang terdapat pada fundus uteri (kepala atau bokong janin )
Leopold II : Palpasi bagian lateral uterus untuk menentukan punggung janin, punggung merupakan bagian yang keras dan rata.
Leopold III : Palpasi pelvis dengan pemeriksa mengarah ke kaki ibu, kepala akan dapat terjadi ballotement di antara dua tangan, kepala taraba bulat dan keras. Leopold IV : Bagian terendah digerakkan antara jempol dan jari
tangan menentukan kepala atau bokong dan seberapa bagian telah masuk pintu atas panggul. TBJ : Untuk mengetahui perkiraan berat janin.
Dihitung dengan cara mengukur TFU ,apabila kepala janin sudah masuk panggul dikurangi 11, dan bila belum dikurangi 12 di kali 155.
(3) Auskultasi
Auskultasi dilakukan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan anak, gerakan anak, bising rahim serta bising usus. Dalam keadaan sehat bunyi jantung janin antara 120-160 kali per menit (Alimul, 2008)
b) Pemeriksaan panggul menurut Mandriwati (2008)
Untuk mengertahui kesan panggul normal atau tidak. Ukuran distantia spinarum (normal 23-26 cm), distantia kristarum (normal 26-29 cm), conjugate eksterna (normal 18-20 cm), dan lingkar panggul (normal 80 cm).
c) Pemeriksaan Anogenital
(1) Vulva vagina : untuk mengetahui adakah varices, luka, kemerahan, dan adanya pengeluaan pervaginam.
(2) Perinium : untuk mengetahui ada atau tidaknya bekas luka dan lain-lain.
(3) Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid atau tidak
d) Pemeriksaan penunjang
Mendukung diagnosis medis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya diarahkan untuk mengkaji kadar protein urine (Salmah, 2006)
Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar di atas data yang telah dikumpulkan yaitu dengan diagnosa kebidanan (Salmah, 2006).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam ruang lingkup kebidanan dan memenuhi standar nomen klatur diagnose kebidanan (Salmah, 2006).
Data dasar : 1) Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapt ditentukan oleh bidan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009).
Data subjektif pada ibu hamil dengan hipertensi menurut Saifuddin (2003) :
a) HPHT (hari pertama haid terakhir)
b) Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke c) Ibu mengatakan sering pusing
d) Ibu mengatakan pandangan kabur 2) Data objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Data inidiperoleh melalui kepekaan bidan selama melakukan fisik (Nursalam, 2009).
Data objektif pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi : a) HPL (hari perkiraan lahir)
c) Leopold I : Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terdapat di fundus
Leopold II : Palpasi bagian lateral uterus untuk menentukan punggung janin, punggung merupakan bagian yang keras dan rata.
Leopold III : Palpasi pelvis dengan pemeriksa mengarah ke kaki ibu, kepala akan dapat terjadi ballotement di antara dua tangan, kepala taraba bulat dan keras.
Leopold IV : Bagian terendah digerakkan antara jempol dan jari tangan menentukan kepala atau bokong dan seberapa bagian telah masuk pintu atas panggul. TBJ : untuk mengetahui perkiraan berat janin. Dihitung
dengan cara mengukur TFU , apabila kepala janin sudah masuk panggul dikurangi 11, danbilabelumdikurangi 12 di kali 155.
b. Masalah
Masalah Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa (Salmah, 2006). Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi : pandangan mata kabur, sering sakit kepala (Saifuddin, 2003).
c. Kebutuhan
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data
(Salmah, 2006). Kebutuhan ibu hamil dengan hipertensi : diet tinggi protein, makan rendah garam, dan banyak istirahat (Saifuddin, 2003). Langkah III : Diagnosa Potensial
Merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya (Salmah, 2006). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi adalah pertumbuhan janin yang lambat, kematian janin, persalinan premature (Saifuddin, 2003).
Langkah IV : Antisipasi atau tindakan segera
Pada tahap ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan orang lain berdasarkan kondisi klien (Salmah, 2006).
Tindakan segera untuk ibu hamil dengan hipertensi, melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk mencegah komplikasi hipertensi lebih lanjut (Saifuddin, 2003).
Langkah V : Perencanaan
Menyusun rencana yang menyeluruh mengacu pada diagnose, masalah asuhan, serta kebutuhan yang telah sesuai dengan kondisi klien saat diberi asuhan (Salmah, 2006).
Asuhan yang direncanakan pada ibu hamil dengan hipertensi tinggi menurut (Saifuddin, 2003).
1. Pantau tekanan darah ibu, protein urine dan memonitor DJJ 2. Beri informasi tentang keadaan ibu dan keadaan kehamilannya
3. Anjurkan ibu banyak istirahat
4. Anjurkan ibu untuk diet makanan rendah garam, diet makanan tinggi protein, cukup vitamin, rendah lemak
5. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya yaitu 1 minggu sekali.
Langkah VI : Implementasi atau Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisen dan aman. Rencana asuhan menyeluruh seperti apa yang telah direncanakan, dilaksanakan secara efisien dan aman biasanya dilaksanakan oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya (Salmah, 2006).
Pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat (Saifuddin, 2003).
1. Memantau tekanan darah ibu, protein urine, memonitor DJJ
2. Memberi informasi tentang keadaan ibu dan keadaan kehamilannya 3. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat
4. Menganjurkan ibu untuk diet makanan rendah garam, diet makanan tinggi protein, cukup vitamin, rendah lemak
5. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya yaitu 1 minggu sekali.
Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi
dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi (Salmah, 2006).
Evaluasi pada ibu hamil dengan hipertensi