• Tidak ada hasil yang ditemukan

Era milenium ketiga adalah era informasi komunikasi dan transformasi teknologi dimana pergaulan antarbangsa, ras dan suku semakin mendunia dan menghilangkan batas- batas antarnegara. Era ini ditanggapi oleh Provinsi Gorontalo yang masih seumur jagung

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

dengan menentukan arah, visi, dan misi progresif-reformatif yang terkandung dalam Pola Dasar Pembangunan Gorontalo 2002 -2007. Berdasarkan hal tersebut diatas maka visi dan misi yang dibentuk bertumpu pada nilai-nilai luhur yang mendasari sendi berkehidupan masyarakat Gorontalo. Sistem etik nilai-nilai tersebut tersimpul dalam adat, Syarak dan kitabullah dengan formulasi: “Ádat bersendikan Syarak, Syarak Bersendikan Kitabullah”.

5.1 Ringkasan

PROKLAMASI Indonesia oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945 sudah diketahui semua orang. Tetapi, mungkin belum banyak orang tahu, jauh sebelum tanggal tersebut, sudah ada wilayah Indonesia berhasil menyatakan kemerdekaan. Menaikkan bendera Sang Merah-Putih, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan menjalankan roda pemerintahan hampir selama satu tahun. Wilayah tersebut adalah Gorontalo, daerah yang akan menjadi provinsi baru, terpisah dari Sulawesi Utara. "Peristiwanya berlangsung Jumat siang 23 Januari 1942 (5 Muharam 1361 H). Sekitar 500 pemuda dipimpin Nani Abdulkadir Wartabone mulai menguasai pemerintah daerah Gorontalo. Petugas keamanan dilumpuhkan, bendera Belanda diturunkan, diganti dengan Sang Merah Putih," kenang Prof. Dr. Aloei Saboe dalam buku Penderitaanku untuk Merah Putih.

Situasi awal tahun 1942 memang menguntungkan para pejuang kemerdekaan. Pemerintah Hindia Belanda sedang dilanda kepanikan sesudah negara induknya diduduki Jerman, sementara di Asia Jepang bersiap menyerbu. Situasi tersebut dipakai Wartabone untuk mengusir kekuasaan Hindia Belanda dan menyatakan Gorontalo merdeka. Mereka kemudian membentuk Dewan Nasional untuk menjalankan pemerintahan, terdiri dari Nani Wartabone, Koesno Danoepojo, Oesoep Reksosoemitro, dan Aloei Saboe. Sayang, langkah mereka bagai bertepuk sebelah tangan, "...meskipun berita kemerdekaan tersebut kami kirim ke daerah- daerah lain, tidak ada sambutan dan dukungan." Pasukan Jepang bulan Maret tahun 1942 berhasil menaklukkan seluruh Hindia Belanda, tetapi 'membiarkan' Gorontalo tetap menikmati

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

kemerdekaan. Baru pada tanggal 16 Desember 1942, armada Jepang dipimpin Laksamana Mori mendarat di Gorontalo dan meringkus para pejuang kemerdekaan. Daerah merdeka dengan nama Gorontalo seluas 50.000 km2 (sekitar setengah luas Negeri Belanda) tersebut disatukan dalam Provinsi Sulawesi. Dalam perkembangannya, Gorontalo pernah menjadi bagian Provinsi Sulawesi Utara-Tengah (tahun 1960-an), kemudian bagian Provinsi Sulawesi Utara (1970-2000), dan pada milenium ketiga ini akan menjadi provinsi yang mandiri. "Gorontalo selalu jadi pintu belakang dan cenderung dilupakan," keluh Ir. Razif Uno. Namun, walau disembunyikan di belakang, sejumlah nama eks Gorontalo sempat mewarnai kancah nasional; semisal Habibie, Gobel, Ciputra, Panigoro, Katili, Uno, dan Biki.

5.2 Kesimpulan

Demikianlah penjelasan mengenai Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata di Gorontalo.Berwisata di daerah tersebut dapat menjadi suatu pengalaman yang sangat menarik dengan adanya keragaman cerita sejarah dan budaya masyarakatnya. Selain menambah ilmu pengetahuan, tentu kita juga dapat merasa menjadi bagian dari kekayaan sejarahnya. Namun masih banyak lagi yang dapat ditemui di Gorontalo, termasuk kekayaan alam. Oleh karena itu, mari bersiap-siap menjelajahi berbagai kekayaan yang dimiliki tanah air Indonesia.

5.3 Saran

Untuk mewujudkan masyarakat Gorontalo masa depan ditetapkan misi sebagai berikut  Dalam bidang pemerintahan, teerwujudnya kemampuan untuk merumuskan,

melaksanakan dan mengendalikan seluruh kegiatan pemerintah sesuai kondisi daerah guna memberikan pemerataan dalam pelayanan kepada masyarakat, serta menciptakan adanya kepastian hukum dengan mengedepankan supremasi hukum.

 Dalam bidang pembangunan, terwujudnya kemampuan menginventarisasi, merumuskan dan menyusun skala prioritas dengan tetap menjaga keseimbangan dan pemerataan.

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

 Dalam bidang sosial kemasyarakatan, terwujudnya kemampuan : menciptakan peningkatan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari; menginventarisasi data kemiskinan serta merumuskan penyebab dan alternatif pemecahannya yang bertumpu pada potensi yang dapat dikembangkan; menciptakan kondisi yang menunjang pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja yang sejajar dalam pengambilan kebijakan dan

 Menempatkan hukum sebagai pedoman masyarakat dengan menciptakan suasana kondusif dalam masyarakat sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang patuh dan taat akan hukum.

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Kaluku. “ Kebudayaan Limo lo Pohala ” , 1968, Gorontalo, Sekuntum Bunga.

Manurung, Happy, Drs, SH, MH. “ Pengetahuan Kepariwisataan “,2002, Elfabeta, Bandung. Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangna.

Drs. H. Oka A. Yoeti, MBA. “ Pengantar Ilmu Pariwisata “, Bandung, Angkasa. R.G. Soekadijo. “ Anatomi Pariwisata “, 1997, JakartaGramedia Pustaka Utama. Hazed, Djoeli, Travel Terminology, 2004, Medan.

Drs. Kaelany HD dan Dr. Samsuridjal D. “ Peluang Di Bidang Pariwisata ” 1996, Mutiara Sumber Widya.

Dr. James J. Spillane, S.J, “ Pariwisata Iandonesia “, 1994, Kanisus.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, “Adat istiadat Daerah Gorontalo” 1977, Jakarta, Balai Pustaka.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, “ Upacara tradisional Daerah Sulawesi Utara “, 1985, Jakarta.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, “ Kaitanya Dengan Nilai Budaya Masyarakat di Daerah Sulawesi Utara “ 1996, Manado.

Penelitian dan Pengembagan Departemen Luar Negri, Pariwisata Sebagai Pendukung Dalam Rangka Pelaksanaan Diplomasi di Bidang Kebudayaan, 1987, Jakarta.

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Popyram Asriyani

Alaamat : Jl. Perjuangan No 7A Sunggal Medan 20122 Tempat / Tanggal Lahir : Tebing – Tinggi 26 Agustus 1987

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : H.Ramelan

Ibu : Hj. Erly Kamba

Alamat Orang Tua : BTN Paya – Pasir Blok B4 Tebing - Tinggi

PENDIDIKAN FORMAL

1992 - 1993 : TK Swasta R.A Kartini Tebing - Tinggi 1993 - 1999 : SD Swasta R.A Kartini Tebing - Tinggi 1999 - 2002 : SMP Tsanawiyah Al - Kautsar Medan 2002 - 2005 : SMU Swasta Adabiah Padang

Dokumen terkait