• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

BUDAYA LOKAL SEBAGAI ASET PARIWISATA DI

GORONTALO

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O L E H

POPYRAM ASRIYANI 062204054

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN

(2)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

BUDAYA LOKAL SEBAGAI ASET PARIWISATA DI

GORONTALO

KERTAS KARYA DIKERJAKAN O

L E H

POPYRAM ASRIYANI 062204054

Pembimbing

Drs. Marzaini Manday, MSPD

Kertas karya ini Diajukan Kepada Panitia Ujian

Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN

(3)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Disetujui Oleh :

PROGRAM STUDI PARIWISATA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, April 2009

ROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,

(4)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non Gelar Sastra dan Budaya Fakultas Sastra USU Medan

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Prograqm Studi Pariwisata

Tanggal :

Hari :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEKAN

Drs. Syaifuddin, M. A, Ph. D Nip. 132 098 531

PANITIA UJIAN

No. Nama TANDA TANGAN

1. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum Ketua ...

2. Drs. Marzaini Manday, MSPD Dosen Pembimbing ...

3. Drs. Haris S Lubis, MsP Dosen Pembaca ...

(5)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim……

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah - Nya sehingga penulis masih diberikan kesehatan untuk dapat menyelesaikan kertas karya ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Diploma III, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul kertas karya ini adalah “

BUDAYA LOKAL SEBAGAI ASET

PARIWISATA DI GORONTALO

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda H. Ramelan dan Ibunda Hj. Erly Kamba yang telah memberikan bimbingan yang terbaik kepada penulis, dan doa yang tak pernah putus serta motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan Program D-III Pariwisata Fakultas Sastra USU.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M. A. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M. Hum, Selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma-III Pariwisata.

3. Bapak Mukhtar S. Sos S. Par Amd, selaku sekertaris Jurusan Program Studi Pariwisata. 4. Bapak Solahudin Nasution M. SP, selaku koordinator Parktik Program Studi

Pariwisata,bidang keahlian Usaha Wisata.

5. Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Kertas Karya ini.

(6)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

7. Seluruh Staf pengajar dan pegawai administrasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam mengurus keadministrasian penulis.

8. Keluarga tersayang “Demetripo”: Kak Dedy, Kak May (moci), dan Kak Boni.

9. Dan akak-kakak Ipar Kak lily, Bang Abi, Bang Rama, serta kemenakan yang lucu-lucu makasi semua-semua nya.

10. Buat yang Special di dalam hari-hari ku M.Johan Arifin Nst Thank’s atas suportnya, yakin dan percaya lah kita pasti bisa membahagiakan orang tua!

11. Keluarga yang di Gorontalo, Oma ,Om Im, Opa Sisa, Mak Tua,om Kk, Om Husein, Tante Yuuk ini persembshan yang bisa popy tunjukan, untuk membanggakan kampung halaman yang jauh di mata tapi dekat di hati.

12. Keluarga yang di Bandar Tinggi Nenek, Kakek, Tante Ely, Bagus, Dita makasi atas banyak dan enggak terasa popy akhir nya bisa tamat kuliah juga.

13. Buat sohib-sohib Reza, Heri, Rando, Nina dan Yuni, atas perhatian dan tangis tawanya selama tour di Bali Jawa akan selalu jadi motivasi dalam hidupku.

14. teman-teman sejati seperjuangan Akademik Pariwisata Stambuk 2006 Jurusan Usaha Wisata : Gita Akbar, Fani, Feni, Yuni kaca mata, Ira, Era, Erda, Aprina, Kak Rotua, Leony, Ati, Dewi, Friska, Yunita, Ridha, dan lain-lain yang gak bias di sebuti satu-persatu thank’s ya guys atas kebersamaannya yang telah tercipta selama ini.

15. Teman-teman Perhotelan Stambuk 2006, 2007 makasih banyak sudah membuat masa-masa indah saat di Pariwisata Septian,Rini, Ridwan, Ulan, Cindy, Yunda, Yuda, Anggi, Hariz, Rian.

(7)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Dan seluruh teman - teman yang telah banyak menemani dan membantu penulis selama menyelesaikan studi ini, yang namanya tidak dapat penulis paparkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Kertas Karya ini masih jauh dari sempurna, untuk itu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan Kertas Karya ini. Semoga Kertas Karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak.

Akhir kata Penulis Mengucapkan Wabillahi taufiq walhidayah Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, April 2008 Penulis,

(8)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Metoda Penulisan ... 2

1.5 Sistematika Penulisan... 3

BAB II : URAIAN TOERITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN 2.1 Sejarah Kepariwisataan dan Pengertian Pariwisata ... 5

2.1.1 Sejarah Kepariwisata ... 5

2.1.2 Pengertian Kepariwisataan ... 5

2.1.3 Arti Wisatawan ... 6

2.1.4 UUD Kepariwisataan di Indonesia ... 7

2.1.5 Daya Tarik Pariwisata Bagi Masyarakat ... 8

2.1.6Sistem Kepariwisataan ... 9

2.2 Wisata Budaya ... 10

2.2.1 Pengertian Kebudayaan ... 10

2.2.2 Motiv Wisata Budaya ... 11

2.2.3 Hubungan Pariwisata Dengan Kebudayaan ... 12

(9)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

BAB III : GAMBARAN UMUM MENGENAI PROVINSI GORONTALO

3.1 Provil Gorontalo ... 15

3.2 Sejarah Singkat Gorontalo Menjadi Provinsi ... 17

3.3 Sejarah Masyarakat ... 18

BAB IV : POTENSI BUDAYA SEBAGAI ASET PARIWISATA DI GORONTALO 4.1 Provil Budaya Gorontalo ... 20

4.1.1 Prosesi Pernikahan Adat Gorontalo ... 20

4.1.2 Alat Musik ... 23

4.1.3 Kerajinan Tangan ... 23

4.1.4 Budaya Pasang Lampu”Tumbilo Tohe” ... 24

4.1.5 Bahasa dan Senjata Tradisional ... 24

4.1.6 Garis Keturunan ... 25

4.1.7 Tarian dan Lagu Daerah ... 25

4.1.8 Rumah Adat ... 25

4.1.9Pakaian Adat ... 26

4.1.10 Nuansa Warna Bagi Masyarakat Gorontalo ... 26

BAB V : PENUTUP 6.1 Ringkasan ... 28

6.2 Kesimpulan ... 29

6.3 Saran ... 29

(10)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

Kota Gorontalo sejak dulu dikenal sebagai kota jasa. Jasa pendidikan dan perdagangan tidak saja dimanfaatkan oleh daerah-daerah sekitar kota, tetapi meluas sampai kepada masyarakat di wilayah Provinsi tetangga, terutama daerah di kawasan Teluk Tomini. Kota Gorontalo yang dipimpin Walikota Medi Botutihe terus memacu potensi yang dimiliki Ibukota Provinsi Gorontalo. Penetapannya sebagai ibukota dilakukan sebelum Provinsi ini berdiri, melalui serangkaian kajian multi disiplin serta sumbangan pemikiran dari seluruh komponen masyarakat Gorontalo. Kecuali letak strategisnya, pertimbangan lain yang mendukung adalah tersedianya berbagai fasilitas infrastuktur yang menjamin mulusnya penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah. Fasilitas tersebut antara lain, bangunan kantor Gubernur, Rumah Dinas Gubernur dan Gedung DPRD serta bangunan kantor-kantor dinas/ instansi dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo.

(11)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia memiliki kekayaan alam yang cukup besar dengan beribu-ribu pulau, beraneka ragam pesona alam, budaya yang unik, peniggalan sejarah dan tempat -tempat pariwisata yang membuat Indonesia sebagai salah satu daerah yang sangat mengagumkan. Khususnya Gorontalo sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki ragaman budaya yang dapat dijadikan modal bagi pengembangan sektor pariwisata, khususnya kebudayaan masyarakat Gorontalo yang di jadikan asset pariwisata di Gorontalo.

Maka dari itu sudah sepantasnya dipromosikan baik dalam negri maupun luar negri, terus di tingkatkan secara terencana, terarah, terpadu dan efektif yaitu dengan cara menjadikan pariwisata budaya. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Gorontalo, sangat banyak contohnya seperti pernikahan adat Gorontalo, alat musik polopalo, kerajinan tangan kerawang, budaya pasang lampu, bahasa, senjata tradisional dan lain-lain.

Begitu banyak kebudayaan yang di miliki oleh daerah ini, yang masih sangat minim atau belum dikenal luas. Hal ini dapat di lihat dengan jarangnya kebudayaan ini ditampilkan kepada umum. Atas dasar itulah penulis memilih pariwisata budaya di Gorontalo sebagai acuan dalam pembuatan kertas karya ini. Dengan Memberi Judul “BUDAYA LOKAL SEBAGAI ASET PARIWISATA DI GORONTALO”. Dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Peningkatan pariwisata budaya yaitu penigkatan yang diharapkan memberi kontribusi yang besar kepada pembangunan berupa devisa daerah maupun negara.

(12)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

3. Walaupun provinsi Gorontalo masih terbilang sangat muda tetapi dalam masalah kepariwisataan sangat bisa di banggakan.

4. Dan penulis adalah salah satu putri daerah yang ingin menyumbangkan buah pikiran dalam pelestarian dan menumbuhkan kembangkan budaya pariwisata Gorontalo.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalihat dari sudut pandang keanekaragaman permasalahan mengenai pengembangan kepariwisataan yang mempunyai bentuk dan bagian yang beragam yang dapat di jadikan sebagai bahan penulisan kertas karya ini. Maka penulis membatasi permasalahan mengenai Budaya Lokal Sebagi Aset Pariwisata di Gorontalo. Namun demikian pembatasan ini tidak akan mengurangi arti dan penjelasan dari topik yang dibahas, tetapi agar penulis tidak lari dari masalah yang dimaskud.

1.3 Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan dan memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata pada Program D – III Pariwisata Jurusan Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk memperkenalkan kebudayaan yang salah satunya adalah mengenai Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata di Gorontalo, sekaligus dalam rangka mempromosikan Gorontalo sebagai salah satu provibsi baru di Indonesia.

3. Memberikan penjelasan tentang pariwisata budaya di Gorontalo.

4. Agar kepariwisataan Gorontalo khususnya tidak terkikis oleh arus pengembangan tekhnologi modern maupun westternisasi.

(13)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Dalam rangka penyusunan kertas karya ini di perlukan data-data dan informasi yang kongkrit untuk dapat menjawab permasalh yang di hadapi penulis serta dapat di pertanggung jawabkan. Adapun metode yang di pergunakan dalam memperoleh data dan informasi tersebut dari Library Research (Penelitian Kepustakaan) dan Internet Research (Penelitai Internet)

Dalam mengumpulkan bahan-bahan yang ada di dalam kertas karya ini, penulis mengambil data yang di perlukan dari buku yang menyangkut permasalahan yang di angkat dan dalam mengumpulkan bahan, serta penulis juga mengambil bahan yang diperlukan dari internet untuk menyusun data-data tersebut di dalam kertas karya ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan penyusunan kertas karya ini dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I : Dalam bab ini akan di uraikan : alasan pemilihan judul,pembatasan

masalah,tujuan penulisan,metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam bab ini akan di uraikan : Sejarah Kepariwisataan, Pengertian

Kepariwisataan, Arti Wisatawan, UUD Kepariwisataan Indonesia, Daya Tarik Pariwisata Bagi Masyarakat, Sistem Kepariwisataan, Pengertian Kebudayaan, Motivasi Wisata Budaya, Hubungan Pariwisata Dengan Kebudayaan, Budaya Daerah.

BAB III : Dalam bab ini akan di uraikan : Provil Gorontlao, Sejarah Singkat Gorontalo Menjadi Provinsi, Sejarah Masyarakat Gorontalo.

BAB IV : Dalam bab ini akan di uraika : Profil Budaya Gorontalo, Prosesi Pernikahaan Adat Gorontalo, Alat Musik Gorontalo, Kerajinan Tangan, Budaya Pasang Lampu Tumbilo“Tohe”, Bahasa dan Senjata Tradisional, Garis Keturunan, Tarian dan Lagu Daerah, Rumah Adat, Pakaian Adat, Nuansa Warna Bagi Masyarakat Gorontalo.

(14)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG

KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN

2.1 Sejarah Kepariwisataan dan Pegertian Kepariwisataan 2.1.1 Sejarah Kepariwisataan

Menurut buku “Penantar Ilmu Pariwisata” pengarang Drs.H.Oka A.Yoeti,MBA. Di halaman 98-103. Sesuai dengan perkambangan sejarah kepariwisataan itu sendiri,di eropa pada waktu itu tampak bahwa pariwisata lama kelamaan semakin berkembang terus. Hal ini kelihatan lebih jelas setelah Perang Dunia I berakhir.

Memperlakukan “pariwisata” sebagia suati ilmu pengetahuan (science) pada banyak Negara ternyata merupakan faktor yang amat penting pada waktu itu, terutama untuk menghadapi masalah yang timbul dan mengmbangkan serta membina kehidupan kepariwisataan di Negara masing-masing.

Bahwasanya kepariwisataan sebagai ilmu tersendiri yang pertama kali di ajarkan di kota Dubrovnik di Yugoslavia pada tahun 1920.Di sini pernah didirikan sebuah lembaga ilmiah tentang kepariwisataan,tetapi karena kurangnya hubungan dari dunia luar,terutama degan dunia Universitas, maka lembaga ilmiah tersebut hanya dapat bertahan beberapa tahun saja dan kemudian terpaksa di bubarkan.

(15)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

kepariwisataan secara serentak dalam dua bahasa, masing-masing Reveu de Tourisme (dalam bahasa Perancis) dan Zwitschrift fur Fremdenverker ( dalam bahasa Jerman)

Dalam Kongres kepariwisataan internasional yang di selenggarakan di kota Roma pada tahun 1951, didirikanlah Association D’Experts Scientifiques du Tourisme ( AIEST), yaitu : Perkumpulan Internasioal Ahli-ahli kepariwisataan. Dalam kongres tersebut untuk pertama kalinya Prof. W. Hunzieker terpilih secara aklamasi menjadi presiden perkumpulan itu, sedangkan Prof. K. Karpt terpilih sebagai sekertarisnya.

2.1.2Pegertian Kepariwisatan

Menurut buku “Penantar Ilmu Pariwisata” pengarang Drs.H.Oka A.Yoeti,MBA di halaman 108, bahwasanya pengertian kata”pariwisata”sendiri, seperti halnya dengan istilah-istilah lainya, yang masih belum ada keseragaman tentang batasan yang di berikan. Dari literature luar negri yang banyak di bicarakan hanya batasan tentang wisatawan saja, tetapi anehnya batasan mengenai pariwisata hampir tidak pernah disinggung.

Kata”Pariwisata”sesungguhnya baru popular di Indinesia setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourism ke II di Tretes,Jawa Timur pada tanggal 12 s/d 14 Juni 1958. Sebelumnya, sebagai kata pariwisata digunakan kata “tourisme” ( bahasa belanda ) yang sering pula di Indonesia menjadi “tirisme”.

Sedangkan menurut Peninjauan secara Etymologis kata “pariwisata” yang berasal dari bahasa sanskerta, sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme”( bahasa Belanda) atau “tourism” (bahasa Inggris). Kata Pariwisata menurut pengerian ini, sinonim dengan pengertian “tour”. Pendapat ini berdasarkan pemikiran sebagai berikut: kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing - masing kata “pari” dan”wisata”.

 Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap (ingat kata paripurna)

(16)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Atas dasar itu, maka kata “pariwisata” seharusnya di artikan sebagai perjalanan yang di lakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata “Kepriwisataan” dapat di gunakan kata “Tourisme”atau “Tourism”.

Hal semacam ini sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan pengertian yang lebih luas bagi suatu kata.. Biasanya kata tersebut di beri awalan “ke-“ dan akhiran “an-“, seperti juga di lukukan dalam bahasa Inggris dan bahasa Belanda dengan menambah akhiran “-ism” atau “-isme”.

2.1.3 Arti Wisatawan

Buku “Pengetahuan Kepariwisataan” pengarang Drs. Happy Marpaung, SH, MH. Di halaman 36 BAB III, definisi wisatawaan dan yang memberi definisi adalah World Tourism

Organization (WTO) sebagai berikut:

 Pengunjung adalah setiap orang yang berkunjung ke suatu tempat lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang di berikan oleh Negara yang dikunjunginya.

 Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa memandang kewarganegaraanya, berkunjung ke suatu tempat pada Negara yang tujuan perjalannanya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini:

a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan olah raga.

b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.

(17)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Menarik untuk sedikit di bahas tentang penumang kapal persiar, yaitu mereka yang mengunjungi suatu tempat yang merapat dan berlabuh dengan kapal yang sama, secara statistic mereka biasanya di tempatkan dalam klasifikasi yang berbeda dan wisatawan lainya. World

Tourism Organization (WTO) telah merekomendasikan bahwa penumpang kapal persiar diklasifikasikan sebagai darmawisata apabila akomodasi mereka di atas kapal dan wisatawan apabila akomodasi mereka di luar kapal tersebut.

Di Indonesia, pengertian “wisatawan” tercantum dalan intruksi presiden RI No.9 Tahun 1969, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu.

Definisi ini telah mencakup wisatawan dalan dan luar negri namun tidak memberikan batasan waktu kunjungannya. Untuk tujuan wisatawan sebagai berikut: Wisatawan bisa saja adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di tempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain mencari pekerjaan.

2.1.4 UUD Kepariwisataan di Indonesia

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya

tarik wisata.Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu :  Kegiatan perjalanan

 Dilakukan secara sukarela  Bersifat sementara

 Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

(18)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat ziarah dan lain-lain.

Di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata, yakni :

 Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata)

 Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya

(19)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

2.1.5 Daya Tarik Pariwisata bagi Masyarakat

(20)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

2.1.6 Sistem Kepariwisataan

Dalam penyelenggaraan kepariwisataan terdapat proses pergerakaan wisatawan dari daerah asalnya menuju daerah tujuan wisata, seperti gambar dibawah ini :

Sistem Kepariwisataan

Dalam kepariwisataan terdapat unsur-unsur terkait dimana unsure-unsur yang satu dengan yang lainnya membentuk suatu system yang terdiri dari:

 Wisatawan, adalh pihak yang melakukan perjalanan

 Dunia usaha, adalah pihak pengusaha yang mengusahakan fasilitas penunjang bagi wisatawan.

 Pemerintah adalah pihak yang berkepentingan untuk menciptakan iklim yang sehat dan kesejahteraan bagi masyarakat melaliu pembangunan kepariwisataan.

 Masyarakat adalah pihak penduduk uang menerima dampak dan kegiatan kepariwisataan di daerahnya.

Operasional tidak hanya berdiri sendiri karena diantara Industri kepariwisataan ini ada kegiatna yang sangat erat dan saling mempengaruhi kegagalan salah satu industri

kepariwisataan untuk meberi kesan yang baik bagi wisatawan akan mempengaruhi citra seluruh daerah di sekitar lokasi industri pariwisata.

Masyarakat Pemerintah

Wisatawan

(21)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

2.2Wisata Budaya

2.2.1 Pengertian Kebudayaan

Drs. Supratono W. M. M. dalam bukunya yang berjudul Ilmu Budaya Dasar mengartikan kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa sanskerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan di artikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adal akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari culere (bahasa Yunani) yang berarti mengerjakan tanah. Dengan mengerjakan tanah, manusai mulai hidup sebagai penghasil makanan. Hal ini berarti manusia telah berbudi daya mengerjakan tanah karena telah meninggalkan kehidupan yang hanya memungut hasil alam saja.Dalam sejarah kebudayaan, bajak dijadikan benda sejarah sebagai buktu manusia telah berbudaya. Kata cultuur dalam bahasa Balanda, masih mengandung pengertian pengarjaan tanah. Pemilihan definisi kebudayaan yang tepat sangat sukar karena begitu banyak orang yang medefinisikannya.

2.2.2 Motif Wisata Budaya

Berdasarkan buku yang berjudul “ Anatomi Pariwisata” pengarang R.G Soekadijo halaman 40 dan buku “peluang di bidang Pariwisata” pengarang Dr. Samsuridjal D.

(22)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

tertentu untuk mencari dan mengumpulkan obyek lukisan.Mereka itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan motif kebudayaan.

Jelas bahwa atraksinya tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga keindahan alam, dalam wisata budaya itu juga termaksuk kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khususnya (special events) sepoerti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian yang terkenal, dan sebagainya.

Jenis Wisata ini juga merupakan daya tarik bagi wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Gorontalo yang mempunyai budaya yang unik dan di sukai wisatawan dari manca-negara.Keunikan budaya tersebut perlu di jaga, janganlah karena ingin mengkomersialkan nilai-nilai budaya sumber menjadi berubah dan menurun mutunya. Kehidupan masyarakat terasing di berbagai daerah di Indonesia terutama di Kalimanta, Irian Jaya dan Termaksud juga Gorontalo yang masih mempunyai tradisi dan Kehidupan zaman dahulu untuk mengundang minat wisatawan entnik.

2.2.3 Hubungan Pariwisata dengan Kebudayaan

Menurut buku yang berjudul Pariwisata Indonesia pengarang Dr.James J. Spillane, S.J di halaman13-14, bahwasanya hubungan pariwisata dengan pariwisata cukup erat karena seorang pengamat social pernah mengatakan bahwa kalau seorang turis berkunjung di daerah dengan hal-hal yang baik dapat menigkatkan kebudayaan miliknya sendiri.Kalupun kebetulan dia berkunjung di daerah yang lebih jelek,seorang turis itu tidak akan mencontohnya.dengan seperti itu, menjadi cukup jelas bahwa gejala pariwisata sesungguhnya tidak dapat lepas dari apa yang di sebut kebudayaan sebauh masyarakat.Hal ini meningkatkan bahwa penilaian positif atau pun negativ adalah sesuata yang sangat di warnai konteks kebudayaan yang berkunjung maupun yang di kunjungi.

(23)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Buku Ilmu Budaya Dasar juga menyatakan Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki budaya yang majemuk ( pluralistic ).

Faktor - faktor yang menyebabkan antara lain karena wilayahnya, penduduknya, dan kepentingannya, seperti yang diuraikan berikut ini.

a. Wilayah

wilayah Indonesia terdiri atas beribu – ribu pulau. Menurut angka resmi terakhir, Indonesia terdiri atas 13.667 pulau ( hitungan baru lebih dari 17.000 pulau ). Hal tersebut menyebabkan penduduknya hidup terpencar-pencar,yaitu menempati pulau yang berbeda-beda. Selain itu, yang menempati pulau yang sama pun masih dapat terpisahkan oleh sungai, danau, pegunungan, gunung, dan teluk sehingga masih menimbulkan banyak perbedaan.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila dalam Negara Kepulauan terdapat beraneka ragam kebudayaan yang makin menyatakan sifat majemuknya.

b. Penduduk

Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam keturunan, ras ataupun bangsa. Di Indonesia bagian timur, penduduk asli Indonesia termasuk dalam ras negroid subras, papua melanesoid dengan ciri-ciri kulit hitam, rambut keriting, dan badan kekar. Sedangkan di Indonesia bagian barat, penduduk aslinya termasuk ras mongoloid subras melayu dengan ciri - ciri kulit sawo matang, rambut lurus, dan badan sedang.

Selain dari kedua subras tersebut, keanekaragaman bangsa Indonesia masih ditambah lagi dengan penduduk hasil dari perkawinan campuran. Pada umumnya dalam percampuran tersebut, induknya berasal dari penduduk asli, sedangkan bapaknya dari penduduk asing, seperti Cina, Arab, India,dan Barat..

c. Kepentingan

(24)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

pegawai, dan sebagainya. Pendidikan yang makin tinggi kedudukannya, makin tinggi pula syaratnya. Peralatan mereka juga berbeda-beda, bajak berbeda dari perahu, jauh pula bedanya dengan mesin tulis apalagi komputer. Nelayan dan petani merasa tidak terlalu terikat pada disiplin waktu, sedangkan bagi pegawai, soal tersebut mutlak, begitu juga dalam praktiknya antar petani atau nelayan suatu daerah.

Antara masyarakat satu dan masyarakat yang lain memiliki perbedaan budaya sesuai dengan mata pencahariannya. Oleh karena itu,pendidikan bagi masyarakat petani dan nelayan. Kurang diperlukan, lain halnya dalam masyarakat pegawai, pendidikan merupakan hal yang mutlak. Hal itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan dari keturunan. Demikian juga dengan pegawai yang ada disuatu daerah diindonesia sikap dan pemikirannya akan berbeda dengan pegawai yang ada di pusat.

Dari ketiga faktor tersebut,timbulah yang dinamakan daerah budaya ( cultural area

atau kultuurprovinz ) yang memilki suatu budaya yang khas yang membedakannya dengan Daerah lain, dan suatu daerah budaya tidaklah sama dengan daerah pemerintahan ( public

(25)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI

PROVINSI GORONTALO

3.1 Profil Gorontalo

Kabupaten Gorontalo yang lahir pada 26 November 1673 (16 Syakban 1084 Hijriah) dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi, dengan ibu kota semula Isimu, lalu dipindahkan ke Limboto (1978). Sebelum dimekarkan menjadi dua kabupaten: Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo, 12 Oktober, 1999, Kabupaten Gorontalo terdiri atas 18 kecamatan, dengan luas 11.696 km2, berpenduduk 672.000 jiwa pada tahun 1997.Adapun ke-18 kecamatan tahun 1997 dimaksud adalah: Atinggola, Batudaa, Batudaapantai, Boliohuto, Bonepantai, Kabila, Kwandang, Limboto, Marisa, Paguat, Paguyaman, Popayato, Sumalata, Suwawa, Tapa, Telaga, Tibawa, dan Tilamuta.

Kabupaten Gorontalo terletak pada posisi di antara 0o.24"--1o.02 Lintang Utara (LU) dan 121o.59"-- 123o.32 Bujur Timur (BT), dengan batas-batas wilayah:

(26)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

 Selatan: Teluk Tomini

 Timur: Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulut, dan

 Barat (Kabupaten Boalemo) dan Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah).

Wilayah Kabupaten Gorontalo meliputi 44,12 % (5.411,38 km2) dari luas Provinsi Gorontalo (12.215,54 km2), yang terdiri atas 19 kecamatan, 199 desa, dan 33 kelurahan, dengan jumlah penduduk 514.107 jiwa (SP 2000), dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,63% per tahun.

(27)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Adapun kecamatan di wilayah Kabupaten Gorontalo sampai dengan 2 Januari 2007 adalah sebagai berikut:Batudaa ,Batudaapantai ,Boliyohutp ,Bongomeme ,Limboto (Ibukota),Limboto Barat,Mootilango,Pulubala ,Telaga ,Telagabiru ,Tibawa ,Tolangohula Rakyatnya terbagi dalam suku-suku (linula - linula, yang kemudian disebut kaum) dan dikepalai oleh seorang Olongia.

Asal - usul nama Gorontalo terdapat berbagai pendapat dan penjelasan antara lain  Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat menjadi

Hulontalo.

 Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang gowa yang berjalan lalu-lalang.

"Hulutalangi" yang artinya lebih mulia.

"Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan gabus.  "Pongolatalo" atau "Pohulatalo" yang artinya tempat menunggu.  "Gunung Telu" yang artinya tiga buah gunung

"Hunto" yang artinya suatu tempat yang senantiasa digenangi air.

Jadi asal-usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas bahwa kata "Hulontalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan oleh orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya, diucapkan dengan "HORONTALO" dan bila dituliskan menjadi "GORONTALO".

Lambang Gorontalo "Duluo Limo Lo Pohalaa" "Bumi Serambi Madinah"Tanggal penting 16 Februari 2001 (hari jadi)Ibu kota Kota GorontaloGubernur Ir. H. Fadel MuhammadLuas 12.215 km²Penduduk 887.000 (+/-)Kabupaten 5Kodya/Kota 1Suku Suku Gorontalo, Suku Bugis, Suku Polahi, Suku Jawa, Suku Makassar, Suku Bali, Suku MinahasaAgama Islam, Kristen, Animisme.Bahasa bahasa Gorontalo, bahasa Indonesia Zona waktu WITA

(28)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

 Drs. Tursandi Alwi(Pejabat Gubernur) 16 Februari 2001 12 September 2001 Dilantik oleh Mendagri dan Otonomi Daerah Surjadi Soedirdja

 Fadel Muhammad 12 September 2001 17 Januari 2007 Pasangan Ir. Fadel Muhammad dan Ir. Gusnar Ismail MMadalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur periode 2001-2006.  Fadel Muhammad 17 Januari 2007 Sekarang Pasangan Ir. Fadel Muhammad dan Ir.

Gusnar Ismail MMadalah pasangan Gubernur-Wakil Gubernur periode 2007-2012. Ini merupakan periode ke-2 pasangan ini.

3.2 Sejarah Singkat Gorontalo Menjadi Provinsi

Provinsi Gorontalo sebagai provinsi ke-32 di wilayah RI dengan ibu kota Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo yang disetujui dan disahkan oleh DPR RI pada tanggal 5 Desember 2000 bertepatan dengan tanggal 8 Ramadan 1421 Hijriah. Undang-undang tersebut ditandatagani oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 22 Desember 2000 atau 25 Ramadan 1421 Hijriah. Dua bulan kemudian, tepatnya Jumat, tanggal 16 Februari 2001 (22 Zulhijah 1421 Hijriah) Mendagri dan Otonomi Daerah, Surjadi Soedirdja, Meresmikan Gorontalo sebagai provinsi ke-32 di wilayah Republik Indonesia. Peresmian itu berlangsung di Lapangan Taruna Remaja Kota Gorontalo, ditandai dengan pelepasan 32 ekor burung merpati sebagai perlambang 'provinsi ke-32', pelepasan ratusan balon ke udara, penyerahan dana alokasi umum (DAU) Rp 45 miliar, dan penyerahan sumbangan bagi para korban banjir di Kota Gorontalo.

3.3 Sejarah Masyarakat

(29)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Gorontalo pra Islam (antara abad XIII-XV) mengharuskan atas dirinya untuk menjunjung tinggi nilai harmoni. Harmoni dengan lingkungan hidup maupun dengan lingkungan abiotik pada semesta alam

Ketika itu tidak ada guru, apalagi sekolah dan perpustakaan. Alamlah yang menjadi mahaguru tunggal, sumber inspirasi, sumber logika satu-satunya. Otodidaktik dan kemandirian pada gilirannya mengguncang kesadaran berfilsafat. Itulah sebabnya ilmu dan teori dalam periode ini lebih bernuansa filsafat. Air, misalnya, menjadi salah satu sumber terbentuknya kebudayaan dan adat-istiadat. Ungkapan taluhu sifati moopa (sifat air selalu mencari tempat yang rendah) dimaksudkan agar manusia bersifat rendah hati. Sifati taluhu mololohe deheto (sifat air bergerak mengalir menuju samudra) dimaksudkan agar setiap insan terus berusaha dengan tekun sampai tujuannya tercapai. Wonu moda’a taluhu, pombango moheyipo (Jikalau banjir, pinggiran sungai pun pindahlah) bermaksud; jikalau ada yang lebih tinggi ilmu pengetahuannya, maka seorang pemimpin hendaklah menyerahkan kepemimpinannya kepada orang itu.Filsafat air berkembang di Gorontalo karena lingkungan hidup mereka adalah lingkungan air.Maklum, danau, telaga dan sungai begitu banyak di daratan ini. Belum lagi hamparan samudra Teluk Tomini dan Laut Sulawesi. Selanjutnya, filsafat Gorontalo dihiasi pula dengan pemikiran tentang api, udara dan tanah. Manusia dianggap sempurna ketika ia mampu mendarahdagingkan sifat-sifat keempat anasir itu ke dalam dirinya. Itulah yang dianggap sebagai “kebenaran obyektif” di masa itu.

(30)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

masing-masing mempunyai seorang pemimpin yang disebut Olongia (raja) serta memegang kekuasaan atas nama dan tanggungjawab bersama. Jabatan Olongia sebagai pemimpin Linula tidak didasarkan atas penunjukan sewenang-wenang karena keturunan, melainkan atas pilihan dan persetujuan kelompokkelompok laihe yang disebut Lemboa.

BAB IV

POTENSI BUDAYA SEBAGAI ASET PARIWISATA

DI GORONTALO

4.1 Provil Budaya Gorontalo

Sebuah buku Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Sulawesa Utara bahwasanya Pusat penelitian sejarah dan budaya pada tahun anggaran 1976/1977 memulai suatu kegiatan yang dinamakan Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Pada giliran tahap ke II yaitu tahun anggaran 1977/1978 kegiatan proyek ini dilaksanakan di daerah provinsi Suluawesi Utara sebelum kabupaten Gorontalo berdiri menjadi provinsi.

(31)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

 Aspek Adat Istiadat Daerah.  Aspek cerita Rakyat Daerah.  Aspek Geografi Budaya Daerah.

 Aspek Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah.

Adat istiadat daerah sebagai salah satu aspek mengandung beberapa unsure budaya daerah yang pada pokoknya berintikan “system ekonomi atau mata pencaharian hidup,system

teknologi atau perlengkapan hidup, system kemasyarakatan, dan system religi atau

kepercayaan hidup di dlaam masyarakat”.Dan di Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, alat musik tradisional, adat-istiadat, upacara keagamaan, rumah adat, dan pakaian adat.

4.1.1 Prosesi Pernikahan Adat Gorontalo

Termasuk adat pernikahan di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami.Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah.Tahapan pertama disebut Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan Tolobalango atau Peminangan.Tolobalango adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh pemangku adat Pembesar Negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria (Lundthu Dulango Layio) dan juru bicara utusan keluarga wanita (Lundthu Dulango Walato). Penyampaian maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-pantun yang indah.Dalam Peminangan Adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan (Tonelo) oleh pihak utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang terpenting mengungkapkan Mahar (Maharu) dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.

(32)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

paket lengkap kosmetik tradisional Gorontalo dan kosmetik modern, ditambah seperangkat busana pengantin wanita, sirih, dan bermacam buah-buahan dan dilonggato atau bumbu dapur.Semua hantaran ini dimuat dalam sebuah kendaraan yang didekorasi menyerupai perahu yang disebut Kola-Kola. Arak-arakan hantaran ini dibawa dari rumah Yiladiya (kediaman/rumah raja) calon pengantin pria menuju rumah Yiladiya pengantin wanita diringi dengan gendering adat dan kelompok Tinilo diiringi tabuhan rebana melantunkan lagu tradisional Gorontalo yang sudah turun temurun, yang berisi sanjungan, himbauan dan doa keselamatan dalam hidup berumah tangga dunia dan akhirat.Pada malam sehari sebelum akad nikah digelar serangkaian acara Mopotilandthu (malam pertunangan). Acara ini diawali dengan Khatam Qur'an, proses ini bermakna bahwa calon mempelai wanita telah menamatkan atau menyelesaikan ngajinya dengan membaca 'Wadhuha' sampai surat Lahab. Dilanjutkan dengan Molapi Saronde yaitu tarian yang dibawakan oleh talon mempelai pria dan ayah atau wali laki-laki.

(33)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Islam. Dengan cara setengah berjongkok mempelai pria dan penghulu mengikrarkan ijab kabul dan mas kawin yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga. Acara ini selanjutnya ditutup dengan doa sebagai tanda syukur atas kelancaran acara penikahan ini.

Dalam adat perkawinan Gorontalo sebelum hari H dilaksanakan acara “Dutu“, di mana kerabat pengantin pria akan mengantarkan harta dengan membawakan buah–buahan, seperti buah jeruk, nangka, nenas, dan tebu. Setiap buah yang dibawa juga punya makna tersendiri, misalnya buah jeruk bermakna bahwa ‘pengantin harus merendahkan diri’, duri jeruk bermakna bahwa ‘pengantin harus menjaga diri’, dan rasanya yang manis bermakna bahwa ‘pengantin harus menjaga tata kerama atau bersifat manis supaya disukai orang. Nenas, durinya juga bermakna bahwa pengantin harus menjaga diri, dan begitu pula rasanya yang manis. Nangka dalam bahasa Gorontalo Langge lo olooto, yang berbau harum dan berwarna kuning emas mempunyai arti bahwa pengantin tersebut harus memiliki sifat penyayang dan penebar keharuman. Tebu warna kuning bermakna bahwa pengantin harus menjadi orang yang disukai dan teguh dalam pendirian.

4.1.2 Alat Musik

(34)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

tradisional Polopalo merupakan alat musik jenis idiofon atau golongan alat musik yang sumber bunyinya diproleh dari badannya sendiri (M. Soeharto 1992 : 54), Dalam artian bahwa ketika Polopalo tersebut di pukul atau sebaliknya memperoleh pukulan, bunyinya akan dihasilkan dari proses bergetarnya seluruh tubuh Polopalo tersebut.

4.1.3 Kerajinan Tangan

Di antaranya adalah kerajinan sulaman “Kerawang” dan anyaman “Upiya Karanji” atau Kopiah Keranjang yang terbuat dari bahan rotan Kopiah Keranjang ini belakangan makin populer di Indonesia sejak dipakai oleh Presiden Abdurrahman Wahid.Yaitu karao atau kerawang dan kopia keranjang. Karao dan kopiah keranjang ini bisa dijadikan oleh-oleh selain kue kerawang dan pia (sejenis kue ). Pia Ramayana dan Primadona terekenal dengan kelezatannya.Masih banyak jenis industri kecil lain yang terus dipacu perkembangannya.Sulaman kerawang adalah salah satu contoh jenis industri kecil yang terus berkembang di Bila dikaitkan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sumbangan sektor industri masih terlalu kecil, yakni baru sebesar Rp 177,50 juta atau 6,57 persen dari total penerimaan PAD tahun 2000 yang Rp 2,70 milyar. Sedangkan kontribusinya bagi kegiatan ekonomi Kota Gorontalo sebesar 6,88 persen atau senilai Rp 22,16 milyar.

4.1.4 Budaya Pasang Lampu “Tumbilo Tohe”

(35)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

merefleksikan eksistensi diri sebagai manusia. Hal tersebut merupakan momentum paling indah untuk menyadarkan diri sebagai fitrah ciptaan Allah SWT.

Menurut sejarah kegiatan Tumbilotohe sudah berlangsung sejak abad XV sebagai penerangan diperoleh dari damar, getah pohon yang mampu menyala dalam waktu lama. Damar kemudian dibungkus dengan janur dan diletakkan di atas kayu. Seiring dengan perkembangan zaman dan berkurangnya damar, penerangan dilakukan dengan minyak kelapa (padamala) yang kemudian diganti dengan minyak tanah.Setelah menggunakan damar, minyak kelapa, kemudian minyak tanah, Tumbilotohe mengalami pergeseran. Hampir sebagian warga mengganti penerangan dengan lampu kelap-kelip dalam berbagai warna. Akan tetapi, sebagian warga masih mempertahankan nilai tradisional, yaitu memakai lampu botol yang dipajang di depan rumah pada sebuah kerangka kayu atau bambu.Saat malam tiba, “ritual” Tumbilotohe dimulai. Kota tampak terang benderang. Nyaris tidak ada sudut yang gelap. Keremangan malam yang diterangi cahaya lampu-lampu botol di depan rumah- rumah penduduk tampak memesona.

4.1.5 Bahasa&Senjata Tradisional

Bahasa daerah sebenarnya ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga bahasa yaitu: bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola. Dalam proses lahirnya bahasa yang ada khusus untuk bahasa daerah adalah bahasa Gorontalo. Saat ini bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, sehingga kemurnian bahasa agak sulit diperoleh di Gorontalo.Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialek Gorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialek Gorontalo. Sedangkan senjatanya adalah Senjata tradisional Yaitu

Sabele/Parang

(36)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

Penarikan garis keturunan yang berlaku di masyarakat Gorontalo adalah bilateral, garis ayah dan ibu. Seorang anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya, melainkan harus berlaku taat dan sopan. Sifat hubungan tersebut berlaku juga terhadap saudara laki-laki ayah dan ibu.

4.1.7 Tarian&Lagu Daerah

Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga. Sedangkan lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku), Ambikoko (nama orang), Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang), Tobulalo Lo Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta (Sup Jagung).Penyanyi-penyanyi asal daerah Gorontalo yang terkenal, antara lain, Rama Aipama, Silvia Lamusu, Lucky Datau, Hasbullah Ishak, Shanty T., dan Gustam Jusuf.

4.1.8 Rumah Adat

Rumah adat dengan seluas tanah kurang lebih lima ratus ini dilengkapi dengan taman bunga , serta bangunan tempat penjualan sovenir, dan ada sebuah bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama Talanggeda.Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan, untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat).Contoh Rumah Adat di Gorontalo

 Rumah Adat Dulohupa

(37)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

bangunan tempat penjualan cenderamata, serta bangunan garasi bendi kerajaan yang bernama talanggeda. Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan. Bangunan ini terletak di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo.

 Rumah Adat Bandayo Pomboide

Terletak di depan Kantor Bupati Gorontalo. Bantayo artinya 'gedung' atau 'bangunan', sedangkan Pomboide berarti 'tempat bermusyawarah' . Bangunan ini sering digunakan sebagai lokasi pagelaran budaya serta pertunjukan tari di Gorontalo. Di dalamnya terdapat berbagai ruang khusus dengan fungsi yang berbeda. Gaya arsitekturnya menunjukkan nilai-nilai budaya masyarakat Gorontalo yang bernuansa Islami.

4.1.9 Pakaian Adat

Gorontalo memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun yang lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut Bili’u atau Paluawala. Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu ungu, kuning keemasan, dan hijau.

4.1.10 Nuansa Warna bagi Masyarakat Gorontalo

(38)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

pakaian warna gelap, maka mereka akan memilih warna hitam yang bermakna ‘keteguhan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa’. Warna putih bermakna ‘kesucian atau kedukaan’.

BAB VI

PENUTUP

(39)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

dengan menentukan arah, visi, dan misi progresif-reformatif yang terkandung dalam Pola Dasar Pembangunan Gorontalo 2002 -2007. Berdasarkan hal tersebut diatas maka visi dan misi yang dibentuk bertumpu pada nilai-nilai luhur yang mendasari sendi berkehidupan masyarakat Gorontalo. Sistem etik nilai-nilai tersebut tersimpul dalam adat, Syarak dan kitabullah dengan formulasi: “Ádat bersendikan Syarak, Syarak Bersendikan Kitabullah”.

5.1 Ringkasan

PROKLAMASI Indonesia oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945 sudah diketahui semua orang. Tetapi, mungkin belum banyak orang tahu, jauh sebelum tanggal tersebut, sudah ada wilayah Indonesia berhasil menyatakan kemerdekaan. Menaikkan bendera Sang Merah-Putih, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan menjalankan roda pemerintahan hampir selama satu tahun. Wilayah tersebut adalah Gorontalo, daerah yang akan menjadi provinsi baru, terpisah dari Sulawesi Utara. "Peristiwanya berlangsung Jumat siang 23 Januari 1942 (5 Muharam 1361 H). Sekitar 500 pemuda dipimpin Nani Abdulkadir Wartabone mulai menguasai pemerintah daerah Gorontalo. Petugas keamanan dilumpuhkan, bendera Belanda diturunkan, diganti dengan Sang Merah Putih," kenang Prof. Dr. Aloei Saboe dalam buku Penderitaanku untuk Merah Putih.

(40)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

kemerdekaan. Baru pada tanggal 16 Desember 1942, armada Jepang dipimpin Laksamana Mori mendarat di Gorontalo dan meringkus para pejuang kemerdekaan. Daerah merdeka dengan nama Gorontalo seluas 50.000 km2 (sekitar setengah luas Negeri Belanda) tersebut disatukan dalam Provinsi Sulawesi. Dalam perkembangannya, Gorontalo pernah menjadi bagian Provinsi Sulawesi Utara-Tengah (tahun 1960-an), kemudian bagian Provinsi Sulawesi Utara (1970-2000), dan pada milenium ketiga ini akan menjadi provinsi yang mandiri. "Gorontalo selalu jadi pintu belakang dan cenderung dilupakan," keluh Ir. Razif Uno. Namun, walau disembunyikan di belakang, sejumlah nama eks Gorontalo sempat mewarnai kancah nasional; semisal Habibie, Gobel, Ciputra, Panigoro, Katili, Uno, dan Biki.

5.2 Kesimpulan

Demikianlah penjelasan mengenai Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata di Gorontalo.Berwisata di daerah tersebut dapat menjadi suatu pengalaman yang sangat menarik dengan adanya keragaman cerita sejarah dan budaya masyarakatnya. Selain menambah ilmu pengetahuan, tentu kita juga dapat merasa menjadi bagian dari kekayaan sejarahnya. Namun masih banyak lagi yang dapat ditemui di Gorontalo, termasuk kekayaan alam. Oleh karena itu, mari bersiap-siap menjelajahi berbagai kekayaan yang dimiliki tanah air Indonesia.

5.3 Saran

Untuk mewujudkan masyarakat Gorontalo masa depan ditetapkan misi sebagai berikut

 Dalam bidang pemerintahan, teerwujudnya kemampuan untuk merumuskan, melaksanakan dan mengendalikan seluruh kegiatan pemerintah sesuai kondisi daerah guna memberikan pemerataan dalam pelayanan kepada masyarakat, serta menciptakan adanya kepastian hukum dengan mengedepankan supremasi hukum.

(41)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

 Dalam bidang sosial kemasyarakatan, terwujudnya kemampuan : menciptakan peningkatan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari; menginventarisasi data kemiskinan serta merumuskan penyebab dan alternatif pemecahannya yang bertumpu pada potensi yang dapat dikembangkan; menciptakan kondisi yang menunjang pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja yang sejajar dalam pengambilan kebijakan dan

(42)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Kaluku. “ Kebudayaan Limo lo Pohala ” , 1968, Gorontalo, Sekuntum Bunga.

Manurung, Happy, Drs, SH, MH. “ Pengetahuan Kepariwisataan “,2002, Elfabeta, Bandung. Perencanaan, Pengkajian, dan Pengembangna.

Drs. H. Oka A. Yoeti, MBA. “ Pengantar Ilmu Pariwisata “, Bandung, Angkasa. R.G. Soekadijo. “ Anatomi Pariwisata “, 1997, JakartaGramedia Pustaka Utama. Hazed, Djoeli, Travel Terminology, 2004, Medan.

Drs. Kaelany HD dan Dr. Samsuridjal D. “ Peluang Di Bidang Pariwisata ” 1996, Mutiara Sumber Widya.

Dr. James J. Spillane, S.J, “ Pariwisata Iandonesia “, 1994, Kanisus.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, “Adat istiadat Daerah Gorontalo” 1977, Jakarta, Balai Pustaka.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, “ Upacara tradisional Daerah Sulawesi Utara “, 1985, Jakarta.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, “ Kaitanya Dengan Nilai Budaya Masyarakat di

Daerah Sulawesi Utara “ 1996, Manado.

Penelitian dan Pengembagan Departemen Luar Negri, Pariwisata Sebagai Pendukung Dalam

(43)

Popyram Asriyani : Budaya Lokal Sebagai Aset Pariwisata Di Gorontalo, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Popyram Asriyani

Alaamat : Jl. Perjuangan No 7A Sunggal Medan 20122 Tempat / Tanggal Lahir : Tebing – Tinggi 26 Agustus 1987

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : H.Ramelan

Ibu : Hj. Erly Kamba

Alamat Orang Tua : BTN Paya – Pasir Blok B4 Tebing - Tinggi

PENDIDIKAN FORMAL

1992 - 1993 : TK Swasta R.A Kartini Tebing - Tinggi 1993 - 1999 : SD Swasta R.A Kartini Tebing - Tinggi 1999 - 2002 : SMP Tsanawiyah Al - Kautsar Medan 2002 - 2005 : SMU Swasta Adabiah Padang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks pengembangan produk pariwisata berbasis masyarakat lokal di kawasan pariwisata Candidasa, beberapa karakteristik pasar utama maupun pasar potensial yang dapat

Dengan asumsi investasi di sektor pariwisata dapat meningkatkan minat wisatawan berkunjung ke Kota Surakarta, dalam penelitian ini digunakan tiga variabel

aktif di posyandu lanjut usia desa Gajahan mengatakan tidak pernah. berkunjung ke posyandu lanjut usia karena kegiatan posyandu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memberitahu, fungsi mendidik, fungsi menghibur. Seperti awal proses pariwisata mulai dari membujuk seorang wisatawan untuk berkunjung ke suatu

INVE-NTARISASI DAN DOKUMENTASI BANGUNAN KUNO DI KAMPUNG MUMAN SURAKARTA SEBAGAI UPAYA.. PENGEMBANGAN PARIWISATA

Predikat WBD memiliki manfaat strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis subak di Desa Mengesta. Pembangunan pariwisata yang terintegrasi dengan pertanian,

Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keberagaman budaya. Kawasan situs Trowulan merupakan salah satu pariwisata budaya yang dapat diunggulkan

Hubungan preferensi wisatawan domestik maupun mancanegara dengan karakteristik wisatawan yang berkunjung di obyek wisata tentang kebutuhan angkutan pariwisata di Daerah