• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 7

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan tahun 2015, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pembinaan upaya kesehatan.

Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Sasaran Kegiatan Setditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015-2019 No Sasaran

Kegiatan Indikator Kinerja

Target 2015 2016 2017 2018 2019 1 Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pembinaan pelayanan kesehatan 1 Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif 30% 40% 60% 80% 100% 2 Persentase Satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas 100% 100% 100% 100% 100%

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 8

No Sasaran

Kegiatan Indikator Kinerja

Target

2015 2016 2017 2018 2019

3 Persentase UPT vertical yang sudah memiliki system manajemen kinerja berbasis renstra 30% 40% 50% 60% 70% 4 Persentase UPT vertical yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kerja 60% 70% 80% 90% 100% 5 Persentase program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional 50% 60% 70% 80% 90% B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun 2015 mengacu pada rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2015.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 9

Tabel 2. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja dan Target Tahun 2015 Setditjen Bina Upaya Kesehatan

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target 2015

1

Meningkatnya

dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pembinaan pelayanan kesehatan

1

Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif

30%

2

Persentase Satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas

100%

3

Persentase UPT vertical yang sudah memiliki system manajemen kinerja berbasis renstra

30%

4

Persentase UPT vertical yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kerja

60%

5

Persentase program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 10

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran kinerja dilakukan untuk tingkat kinerja yang dicapai denganstandar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2015.

Tahun 2015 adalah tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator kegiatan dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator, Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang, agar setiap program/kegiatan yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Sasaran Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah sebagai berikut:

.

MENINGKATKAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA

PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 11

Indikator pencapaian sasaran tahun 2015 dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung jawab sekretariat direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif

2. Persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas

3. Persentase UPT vertikal yang sudah memiliki sistem manajemen kinerja berbasis Rencana Strategis

4. Persentase UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja

5. Persentase program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional.

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya kesehatan pada tahun 2015 telah melaksanakan utama yang unit organisasi. Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Prestasi Setditjen Bina Upaya Kesehatan

a. Sistem Informasi, Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi (SIPERMON)

Dalam rangka menerapkan reward and punishment dalam siklus penganggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan telah melaksanakan SIPERMON. SIPERMON adalah integrasi antara sistem informasi, perencanaan, monitoring dan evaluasi, dimana masing-masing sistem tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Alur kerja adalah setiap satker sebelum menyampaikan usulan perencanaan tahun berikutnya berkewajiban menyampaikan update data RS Online, melaporkan capaian kegiatan Kantor Daerah dan DAK (Dana Alokasi Khusus), updating data ASPAK (Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan) dan updating data usulan hibah BMN (Barang Milik Negara). Apabila satker tidak menyampaikan data tersebut di atas, maka tidak bisa mengusulkan perencanaan tahun berikutnya melalui e-planning.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 12

Gambar 3. Aplikasi SIPERMON Ditjen Bina Upaya Kesehatan

b. Penerapan Transparasi Informasi Melalui Penyediaan Data Secara Online

1) SIRANAP (Sistem Informasi Rawat Inap)

Adanya keluhan masyarakat tentang kesulitan mendapatkan informasi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit direspon Ditjen Bina Upaya Kesehatan dengan membangun sistem informasi rawat inap di Indonesia. Sistem ini memberikan informasi ketersediaan jumlah dan jenis tempat tidur di rumah sakit yang dapat diakses secara online melalui situs sirs.buk.kemkes.go.id/si-ranap/ atau aplikasi yang diunduh melalui smartphone berbasis android. Sampai dengan akhir tahun 2015 terdapat 17 RS UPT Vertikal yang telah menyediakan data tempat tidur melalui aplikasi SIRANAP, yaitu: RSU Cipto Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSJPD Harapan Kita, RSAB Harapan Kita, RSPI Prof. Sulianti Saroso, RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUP Dr. Sardjito, RSU Kariadi, RSU Dr. Wahidin

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 13

Sudirohusodo, RS Mata Cicendo, RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, RS Paru H.A. Rotinsulu, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, RSUP Sanglah, dan RSU Prof. Dr. R.D. Kandou.

Gambar 4. Aplikasi SIRANAP Ditjen Bina Upaya Kesehatan

2) SIMPADU (Sistem Informasi Pelayanan Terpadu)

Citra pelayanan publik di sejumlah lembaga pemerintahan yang terkesan lambat dan berbelit-belit menjadi perhatian khusus dalam program percepatan reformasi birokrasi. Oleh karenanya, tuntutan pelayanan publik yang cepat dan inovatif terus diupayakan sebagai salah satu dari sembilan program percepatan reformasi birokrasi.

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, Ditjen Bina Upaya Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Pelayanan Terpadu (Simpadu). Simpadu merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan di Loket 8 Unit Layanan Terpadu (ULT) Kementerian Kesehatan RI.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 14

Pada 4 Mei 2015 Loket 8 Ditjen Ditjen Bina Upaya Kesehatan membuka layanan untuk pengurusan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) jabatan fungsional kesehatan Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Inovasi yang berupa aplikasi SIMPADU BUK yang dapat di akses di www.simpadubuk.net. Aplikasi ini memudahkan pemohon/pelanggan dalam melakukan tracking berkas sehingga kepegurusan DUPAK dapat lebih cepat, tepat, mudah, dan transparan. Gambar 5. Aplikasi SIMPADU Ditjen Bina Upaya Kesehatan

2. Pencapaian Kinerja Setditjen Bina Upaya Kesehatan

a. Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif Untuk mencapai indikator tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya pada tahun 2015 telah melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang terintegrasi.

1) Sasaran indikator/kegiatan

Terwujudnya sistem perencanaan, monitoring dan evaluasi yang terintegrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 15

2) Definisi Operasional

Monitoring dan evaluasi terintegrasi adalah monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan dengan instrumen terintegrasi (gabungan seluruh instrumen dari unit eselon II di Direktoral Jenderal Bina Upaya Kesehatan) secara efektif (tujuan tercapai, tepat sasaran dan tepat waktu).

3) Cara Perhitungan

Jumlah pelaksanaan evaluasi terintegrasi yang berjalan efektif

x 100% Seluruh pelaksanaan evaluasi terintegrasi

4) Pencapaian

Upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif adalah:

a) Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi yang terintegrasi

Instrumen yang disusun dikumpulkan dari masukan seluruh direktorat di lingkaungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan

b) Melakukan pembekalan terhadap surveior

Untuk menyamakan persepsi para surveior terhadap instrumen monitoring dan evaluasi yang terintegrasi

c) Melakukan pengumpulan data dan penyusunan laporan

Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data melibatkan seluruh unit utama di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 16

Diagram 1. Perbandingan Target dan Realisasi Indiaktor Persentase Monitoring dan Evaluasi yang Terintegrasi Berjalan Efektif

Monitoring dan evaluasi yang terintegrasi disini meliputi integrasi materi evaluasi dan sumberdaya manusia (SDM). SDM dari setiap eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan terintegrasi mulai dari tahap penyusunan instrumen dan pengumpulan data (surveyor). Pada tahun 2015 di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan terdapat 3 macam monitoring dan evaluasi yang akan dilaksanakan secara terintegrasi, yaitu Jaminan Kesehatan Nasional(JKN), Rencana Strategis dan Dana Alokasi Khusus ()DAK). Akan tetapi pada tahun 2015 ini baru satu monitoring dan evaluasi yang dapat dilaksanakan terintegrasi yang berjalan efektif yaitu JKN. Realisasi tahun 2015 sebesar 33,3% dari target yang ditetapkan 30% (pencapaian 111%).

Pada tahun 2014 kegiatan tersebut belum ada, sehingga capaiannya tidak bisa dibandingkan dengan tahun 2014. Apabila dibandingkan dengan target akhir perencanaan jangka menengah yaitu tahun 2019 (target 100%), maka perlu upaya yang keras dan inovasi untuk mencapai target tersebut.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 17

5) Permasalahan:

Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu pelaksanaan serta sulitnya menyamakan jadwal monev JKN dengan jadwal rutin masing-masing direktorat yang harus dilaksanakan oleh surveyor.

6) Usulan Pemecahan Masalah:

Pada tahun 2016 rencana pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang terintegrasi akan disusun lebih baik dan pelaksanaannya akan dilakukan lebih awal.

7) Realisasi Anggaran:

Pada tahun 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp. 3.080.566.000,-dan realisasi 56,35% (Rp. 1.736.031.617,-).

b. Persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas

1) Sasaran indikator/kegiatan

Terwujudnya ketepatan alokasi anggaran.

2) Definisi Operasional

Alokasi anggaran yang dimaksud adalah anggaran yang bersumber dari dana tugas Pembantuan.

Satker yang dimaksud adalah RSUD Propinsi/Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan kriteria yang ditetapkan adalah:

 Kabupaten/Kota yang menjadi target MDGs  Kabupaten/Kota yang termasuk daerah DTPK

 Kabupaten/Kota yang memiliki RS Rujukan Regional (yang ditetapkan dengan SK Gubernur)

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 18

3) Cara Perhitungan

Jumlah satker yang mendapatakan anggaran sesuai dengan kriteria prioritas

x 100% Jumlah satker yang mendapatkan alokasi anggaran

pada tahun tersebut 4) Pencapaian

Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya pada tahun 2015 telah melakukan kegiatan Penyusunan RKA-KL Program BUK.

Diagram 2. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Persentase Satker yang Mendapatkan Alokasi Anggaran Sesuai dengan Kriteria Prioritas

Pada tahun 2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan telah terealisasi sebesar 100% dari target sebesar 100% (pencapaian 100%). Pada tahun 2014 tidak terdapat indikator tersebut, sehingga tidak dapat dibandingkan. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2019 (akhir perencanaan jangka menengah), maka target tersebut telah tercapai, akan yang perlu dilakukan adalah mempertahankan pencapaian tersebut.

5) Permasalahan:

Masih terdapat satker-satker yang mengajukan usulan kegiatan diluar ketentuan yang ada serta kurangnya data dukung dalam melengkapi dokumen perencanaan.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 19

6) Usulan Pemecahan Masalah:

Perlunya sosialisasi perencanaan yang lebih intensif sehingga satker dapat memahami dan melaksanakan perencanaan program dan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.

7) Realisasi Anggaran:

Pada tahun 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp. 603.184.000 dengan realisasi 74,99% (Rp. 452.300.000,-)

c. Persentase UPT vertikal yang sudah memiliki sistem manajemen kinerja berbasis Rencana Strategis

1) Sasaran indikator/kegiatan

Terwujudnya sistem manajemen sistem manajemen kinerja fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Definisi Operasional

Sistem manajemen berbasis Rencana Strategis adalah pengelolaan kinerja Unit Pelaksana Teknis Vertikal yang berdasarkan pada langkah-langkah pencapaian sasaran yang telah ditentukan dalam rencana strategis, termasuk dalam monitoring pencapaian indikator kinerja secaa rutin bulanan, dan tergambar dari dashboard monitoring pencapaian kinerja yang dapat diakses secara online.

3) Cara Perhitungan

Jumlah Unit Pelaksana Teknis Vertikal yang memiliki sistem manajemen berbasis kinerja

x 100% Jumlah seluruh Unit Pelaksana Teknis

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 20

4) Pencapaian

Diagram 3. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Persentase UPT Vertikal yang Sudah Memiliki Sistem Manajemen Kinerja Berbasis Rencana Strategis

Pada tahun 2015 telah dilaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap UPT vertikal yang sudah memilki sistem manajemen kinerja berbasis rencana strategis. Dari 49 UPT Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang sudah sudah memilki sistem manajemen kinerja berbasis rencana strategis sebanyak 39 UPT Vertikal. Dengan kata lain realisasi sebesar 79,59% dan pencapaiannya sebesar 265,3%. Pencapaian indikator Penyampaian laporan kinerja ini masih dilaksanakan secara manual, adapun daftar UPT Vertikal tersebut adalah:

1. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo 2. RSUP H. Adam Malik Medan 3. RSUP Dr. Hasan Sadikin 4. RSUP Dr. Kariadi 5. RSUP Dr. Sardjito

6. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo 7. RSUP Sanglah

8. RSUP Fatmawati

9. RSUP Dr. Mohammad Hoesin 10. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro 11. RSUP Dr. M. Djamil

12. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou 13. RSUP Persahabatan

14. RSJP Harapan Kita 15. RSAB Harapan Kita 16. RS Kanker Dharmais

17. RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan 18. RS Dr. H. Marzoeki Mahdi 19. RS Jiwa Prof. Dr. Soeroyo 20. RS Jiwa Radjiman Widiodiningrat 21. RS Mata Cicendo

22. RS Ortopedi Prof.Dr.R. Soeharso 23. RS Kusta Sitanala

24. RS Kusta Dr. Rivai Abdullah, 25. RS Kusta Tadjuddin Chalid

26. RS Paru Dr. Ario Wirawan 27. RS Paru Dr. M. Goenawan

Partowidigdo

28. RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu 29. RS Ketergantungan Obat 30. RS Stroke Nasional Bukit Tinggi 31. RSPI Sulianti Saroso

32. RS Ratatotok

33. RS Pusat Otak Nasional 34. BBKPM Makassar 35. BBKPM Surakarta 36. BBKPM Bandung 37. BKMM Makassar 38. BKMM Cikampek 39. BBLK Palembang 40. BBLK Makassar 41. BBLK Surabaya 42. BBLK Jakarta 43. BPFK Jakarta 44. BPFK Surabaya 45. BPFK Makassar 46. BPFK Medan 47. LPFK Surakarta 48. LPFK Banjar Baru 49. Poliklinik Kemenkes

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 21

Pada tahun 2014 tidak terdapat indikator kegiatan tersebut, sehingga hasilnya tidak dapat dibandingkan. Apabila dibandingkan dengan target rencana jangka menengah maka target itu telah tercapai, yang perlu dilakukan oleh Ditjen Bina Upaya Kesehatan adalah mempertahannya.

5) Permasalahan

a) Beberapa indikator susah dicapai karena sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Misalnya BOR RS tertier, dengan berlakukan rujukan berjenjang dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, maka BOR RS tertier menurun.

b) Adanya perbedaan persepsi terhadap definisi operasional indikator kinerja.

6) Usulan Pemecahan Masalah:

a) Melakukan revisi indikator sesuai dengan kondisi saat ini dan masa mendatang

b) Melakukan sosialisasi kepada UPT Vertikal tentang indikator termasuk definisi operasionalnya.

7) Realisasi Anggaran:

Pada tahun 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp. 300.576.000 dengan realisasi 50,17% (Rp. 150.808.000,-).

d. Persentase UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja

1) Sasaran indikator/kegiatan

Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

2) Definisi Operasional

Unit Pelaksana Teknis Vertikal adalah Unit Pelaksana Teknis yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan baik

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 22

berupa Rumah Sakit/Balai/Loka/Klinik. Kontrak kinerja yang dimaksud adalah antar Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan dengan pimpinan UPT Vertikal. Berkinerja baik maksudnya medapatkan nilai pencapaian kinerja baik berdasarkan penilaian SAKIP oleh Inspektorat Jenderal.

3) Cara Perhitungan

Jumlah Unit Pelaksana Teknis Vertikal dengan nilai AA

x 100% Total Jumlah Unit Pelaksana Teknis Vertikal (49 UPT)

4) Pencapaian

Untuk mencapai indikator tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya pada tahun 2015 telah melakukan kegiatan pembinaan dan fasilitasi penyusunan LAKIP, evaluasi terhadap SAKIP dan Perjanjian Kinerja kepada 49 UPT Vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Diagram 4. Perbandingan Target dan Realisasi Persentase UPT Vertikal yang Dibina dengan Indeks Kinerja Baik Sesuai dengan Kontrak Kinerja

Jumlah UPT yang mendapatkan nilai AA sebanyak 41 UPT (realisasi sebesar 83,67% dan pencapaian sebesar 139,45%). Apabila dibandingkan dengan target akhir perencanaan jangka menengah maka masih perlu upaya untuk mencapainya. Sedangkan pada tahun 2014 tidak ada indikator kegiatan tersebut sehingga tidak dapat dibandingkan. Adapun hasil evaluasi yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 23

Kesehatan terhadap 49 LAKIP UPT Vertikal tahun 2014 didapatkan hasil:

a) Mendapatkan nilai AA: 41 UPT b) Mendapatkan nilai A: 4 UPT c) Mendapatkan nilai B: 4 UPT.

Tabel 3. Daftar Nilai LAKIP UPT Vertikal

NO UNIT KERJA KATEGORI

1. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo AA

2. RSUP H. Adam Malik AA

3. RSUP Dr. Hasan Sadikin AA

4. RSUP Dr. Kariadi AA

5. RSUP Dr. Sardjito AA

6. RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo AA

7. RSUP Sanglah AA

8. RSUP Fatmawati AA

9. RSUP Dr. Mohammad Hoesin AA

10. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro AA

11. RSUP Dr. M. Djamil AA

12. RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou AA

13. RSUP Persahabatan Jakarta AA

14. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita AA 15. RS Anak dan Bunda Harapan Kita AA

16. RS Kanker Dharmais AA

17. RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan AA

18. RS Dr. H. Marzoeki Mahdi AA

19. RS Jiwa Prof. Dr. Soeroyo AA

20. RS Jiwa Radjiman Widiodiningrat AA

21. RS Mata Cicendo AA

22. RS Ortopedi Prof.Dr.R. Soeharso AA

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 24

NO UNIT KERJA KATEGORI

24. RS Kusta Tadjuddin Chalid AA

25. RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo AA 26. RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu AA

27. RS Ketergantungan Obat AA

28. RS Stroke Nasional Bukit Tinggi AA

29. RSPI Sulianti Saroso AA

30. BBLK Surabaya AA 31. BBLK Palembang AA 32. BBLK Jakarta AA 33. BBLK Makassar AA 34. BBKPM Surakarta AA 35. BBKPM Bandung AA 36. BBKPM Makassar AA 37. BPFK Jakarta AA 38. BPFK Surabaya AA 39. BPFK Makassar AA 40. LPFK Surakarta AA 41. LPFK Banjarbaru AA

42. RS Paru Dr. Ario Wirawan A

43. BBKPM Makassar A

44. BKMM Cikampek A

45. BPFK Medan A

46. RSUP Ratatotok Buyat Sulawesi Utara B 47. RS Kusta Dr. Rivai Abdullah, Palembang B

48. RS. Pusat Otak Nasional B

49. Unit Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI B

5) Permasalahan:

Masih ada perbedaan persepsi antara evaluator (Inspektorat Jenderal Kemenkes) dengan satuan kerja (UPT Vertikal) yang dievaluasi

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 25

terhadap kertas kerja evaluasi. Misalnya: adanya perbedaan nomenklatur rencana aksi kegiatan untuk eselon II sedangkan di UPT vertikal adanya rencana bisnis strategis.

6) Usulan Pemecahan Masalah:

Perlunya pertemuan sebelumevaluasi LAKIP antara evaluator dan unit pembina yang difaslitasi oleh Sekretariat Jenderal untuk menyamakan persepsi terhadap kertas kerja evaluasi.

7) Realisasi Anggaran:

Pada tahun 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp. Rp. 230.280.000,- dengan realisasi Rp.179.057.600,- (77,8%).

e) Persentase program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional.

1) Sasaran indikator/kegiatan

Terwujudnya sistem perencanaan, monitoring dan evaluasi yang terintegrasi.

2) Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional adalah program atau kegiatan yang telah dilaksanakan oleh direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang mengacu pada pencapaian sasaran atau target yang menjadi prioritas di daerah sasaran nasional yang ditetapkan melalui SK Menkes atau SK Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

3) Cara Perhitungan

Program atau kegiatan direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional

x 100% Total program atau kegiatan di Direktorat

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 26

4) Pencapaian

Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya pada tahun 2015 telah melakukan kegiatan Penyusunan Kegiatan dan Anggaran Program BUK.

Diagram 5. Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Persentase Program Direktorat yang Mengacu Kepada Daerah Sasaran Nasional

Pada tahun 2015 terdapat 69 kegiatan di Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan. Dari 69 kegiatan tersebut hanya 12 kegiatan yang mendukung pencapaian indikator sasaran program. Adapun indikator sasaran program pembinaan pelayanan kesehatan adalah:

a) Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas yang tersertifikasi akreditasi

b) Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional.

Realisasi indikator di atas sebesar 17,39% dan pencapaiannya sebesar 34,78%. Pada tahun sebelumnya tidak terdapat kegiatan tersebut sehingga tidak dapat dibandingkan hasilnya. Apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yaitu sebesar 90%, maka masih perlu upaya yang sangat keras untuk mencapainya.

LAKIP SETDITJEN BINA UPAYA KESEHATAN TAHUN 2015 27

5) Permasalahan

Banyaknya kegiatan lainnya di Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan yang tidak secara langsung mendukung pencapaian pencapaian indikator kinerja program misalnya: Puskesmas mampu PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar), Bank Darah Rumah Sakit (BDRS), dan lainnya. Kegiatan-kegiatn tersebut mendukung pelaksanaan Nawacita, prioritas Kementerian Kesehatan, SDGs, Percepatan Papua dan Papua Barat, dan lainnya.

6) Usulan Pemecahan Masalah

Mengusulkan untuk indikator persentase program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran nasional target tahun 2019 tidak sebesar 90% untuk mendukung kegiatan pencapaian indikator kinerja program. Mengingat masih perlunya pembiayaan kegiatan lainnya misalnya pelaksanaan Nawacita, prioritas Kementerian Kesehatan,

Dokumen terkait