• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

5. Lampiran

1) Perjanjian Kinerja Tahun 2016 2) Daftar Penghargaan

3) Pernyataan Telah Direviu

LAPORANKINERJATAHUN2016 8| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

9 BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Strategis Tahun 2015 - 2019

Rencana Strategis (Renstra) BKPM 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan dengan periode lima tahun serta merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Renstra BKPM 2015-2019 juga mengacu kepada dokumen perencanaan jangka panjang maupun jangka menengah yang telah disusun sebelumnya, antara lain Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), serta telah didasarkan pada dokumen perencanaan kebijakan sektoral.

Renstra BKPM 2015-2019 telah direvisi dengan diterbitkannya Peraturan Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015-2019.

Perubahan Renstra BKPM 2015-2019 dipandang perlu karena dalam Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 Tahun 2015 terdapat beberapa indikator kinerja yang belum ditetapkan target per tahun.

Revisi Renstra BKPM 2015-2019 secara rinci dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

LAPORANKINERJATAHUN2016 10| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

Tabel 1. Target Kinerja BKPM Tahun 2015-2019

TUJUAN SASARAN INDIKATOR

Target

B. Tujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015-2019

Berdasarkan tugas dan fungsi BKPM dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, BKPM menetapkan tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015-2019, yaitu:

Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing dalam rangka mendorong penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan

Tujuan ini diarahkan pada upaya untuk memberikan kecepatan, kemudahan, kepastian dan transparansi proses pelayanan perizinan dan nonperizinan, mengembangkan

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

11 SPIPISE untuk mendukung penyelenggaraan PTSP di Pusat dan Daerah, meningkatkan kepastian hukum dan penyederhanaan prosedur perizinan dan nonperizinan, memberikan insentif fiskal dan non fiskal yang lebih menarik dan transparan, serta memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan penanaman modal (debottlenecking).

Di samping itu tujuan ini juga disusun dalam rangka mendorong penanaman modal pada sektor-sektor prioritas, meningkatkan penanaman modal dan penyebarannya di Luar Pulau Jawa, meningkatkan peran UKM dalam perekonomian melalui kemitraan dengan usaha besar PMA dan PMDN, meningkatkan efektivitas strategi dan upaya promosi penanaman modal, memfasilitasi percepatan penanaman modal dengan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), meningkatkan pemanfaatan kerjasama ekonomi internasional untuk kepentingan nasional, serta meningkatkan peran perencanaan sebagai nerve kegiatan di unit-unit BKPM agar lebih efektif dan terintegrasi.

C. Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, BKPM menetapkan 2 (dua) sasaran strategis yaitu:

1. Meningkatnya realisasi penanaman modal melalui kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal dalam rangka

LAPORANKINERJATAHUN2016 12| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

meningkatkan daya saing penanaman modal melalui berbagai upaya sebagai berikut:

a.

Memfasilitasi dan mengawal realisasi investasi proyek-proyek strategis (Mega Project) yang nilainya sangat besar dan berdampak besar ke perekonomian Indonesia.

b.

Melanjutkan dan memperkuat reformasi perizinan, termasuk PTSP, Izin 3 Jam, dan KLIK (Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi)

.

c.

Memperkuat hubungan dan memberikan bantuan kepada PTSP Daerah dalam memberikan pelayanan perizinan kepada investor termasuk dalam hal penggunaan teknologi informasi.

d.

Mendorong selesainya Bilateral Investment Treaty (BIT) dan Free Trade Area (FTA) dengan partner strategis, seperti EU dan Australia.

e.

Mendorong investasi di sektor-sektor strategis seperti pariwisata, industri kreatif, maritim, dan infrastruktur pendukung (seperti properti).

2. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat dengan didukung oleh:

a. Tersusunnya perencanaan penanaman modal dan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

13 peningkatan daya saing penanaman modal pada sektor prioritas.

b. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal antara lain melalui perbaikan kemudahan memulai berusaha.

c. Meningkatnya daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal.

d. Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal.

e. Meningkatnya kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan aparat yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM.

D. Program Badan Koordinasi Penanaman Modal

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut ditetapkan 3 (tiga) program yaitu:

1. program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya;

2. program peningkatan sarana prasarana aparatur BKPM;

3. program peningkatan daya saing penanaman modal.

LAPORANKINERJATAHUN2016 14| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

E. Target Realisasi Investasi Periode 2015-2019

Target realisasi investasi Tahun 2016 adalah sebesar Rp594,8 triliun. Sedangkan target realisasi investasi periode 2015-2019 sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2. Target Realisasi Investasi Periode 2015-2019

Meningkatnya investasi PMA dan PMDN ditargetkan mencapai Rp932,9 triliun pada Tahun 2019 dengan peningkatan rata-rata investasi setiap tahun sebesar 15,36%.

2015 2016 2017 2018 2019

TOTAL 519,5 594,8 678,8 792,5 932,9

PMDN 175,8 208,4 246,3 297,8 363

PMA 343,7 386,4 432,5 494,7 569,9

343,7 386,4 432,5 494,7 569,9

175,8 208,4 246,3 297,8

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

15 F. Perjanjian Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal

Tahun 2016

Pada tahun 2016, BKPM menjadikan kontrak kinerja sebagai dokumen Perjanjian Kinerja, dengan berdasarkan pada sasaran strategis yang telah ditetapkan.

Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 2. Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2016

No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Target

1 Meningkatnya realisasi penanaman modal

1. Nilai realisasi penanaman

modal 594,78 triliun

2. Rasio realisasi penanaman

modal di luar Jawa 49.10%

3. Rasio realisasi PMDN 35.00%

2.

Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,15 dari skala 4

G. Pengukuran Kinerja

Sesuai dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal, pengukuran kinerja sasaran strategis ditetapkan melalui metode balanced scorecard yang menerjemahkan tugas, fungsi, tujuan dan strategi ke dalam suatu Peta Strategi. Peta strategi menjabarkan strategi secara visual, melalui sejumlah sasaran strategis yang terangkai dalam hubungan sebab akibat dan dikelompokkan kedalam empat

LAPORANKINERJATAHUN2016 16| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

perspektif yaitu financial perspective, customer perspective, process perspective dan people perspective. Masing-masing perspektif memiliki bobot yang ditentukan sebagai berikut:

Tabel 3. Bobot Perspektif

Konsolidasi dari seluruh nilai perspektif atau seluruh realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam satu Peta Strategi ditunjukan melalui Perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) yang mengacu pada Perjanjian Kinerja dengan formula:

NKO = ∑ (% capaian kinerja x Bobot Perspektif)

Dimana penghitungan indeks capaian kinerja tersebut adalah:

a. Apabila realisasi IKU melebihi target, dimana target yang ditetapkan merupakan target maksimal yang dapat dicapai, maka indeks capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120.

b. Apabila realisasi IKU sama dengan target atau tidak memenuhi target, maka indeks capaian IKU tersebut tidak dilakukan konversi.

PERSPEKTIF BOBOT

Financial 30%

Customers 30%

Process 20%

People 20%

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

17 Tingkat capaian kinerja masing-masing sasaran strategis dikelompokkan ke dalam lima kategori sebagai berikut:

Tabel 4. Kategorisasi Kinerja

No. Nilai Kode Kategori

1. 100 –ke atas Hijau Sangat Baik

2. 76–99 Hijau Muda Baik

3. 61– 75 Kuning Cukup

4. 51 – 60 Oranye Kurang

5. 50 – ke bawah Merah Buruk

LAPORANKINERJATAHUN2016 18| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

19 BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Sasaran Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016

Pengukuran tingkat capaian kinerja dilakukan melalui perbandingan antara target kinerja yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja tersebut dibandingkan dengan realisasi yang dicapai.

Pengukuran capaian kinerja BKPM Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama

(IKU) pada masing-masing perspektif. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM adalah sebesar

109,19%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada masing-masing perspektif sebagai berikut:

a. Financial perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja 99,44%;

b. Customers perspective dengan bobot 30%, capaian kinerja 112,80%;

c. Process perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja 120,00%;

d. People perspective dengan bobot 20%, capaian kinerja 107,67%.

Hasil Capaian Nilai Kinerja Organisasi BKPM sebesar 109,19% dengan kategori Sangat Baik

LAPORANKINERJATAHUN2016 20| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

Tabel 5. Tingkat Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 No SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR

KINERJA Target Realisasi % Kategori

1. Meningkatnya

594,78 triliun 612,8 triliun 103% Sangat Baik

2.Rasio realisasi pada PTSP Pusat di BKPM

3,15 dari skala 4 3,10 dari skala 4 (setara 77,38)

98,41% Baik

Penjelasan capaian Indikator Kinerja Utama untuk untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut:

1. Sasaran Strategis 1

“Meningkatnya realisasi penanaman modal”

Tingkat capaian Sasaran Strategis 1 yaitu “Meningkatnya realisasi penanaman modal” ditunjukkan dengan tiga IKU yaitu nilai realisasi penanaman modal, rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa, dan rasio realisasi PMDN.

Berdasarkan tiga IKU di atas, BKPM telah berhasil mencapai Sasaran Strategis 1 Tahun 2016 sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

21

Tabel 6. Tingkat Capaian Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya realisasi penanaman modal”

Penjelasan dari capaian masing-masing IKU tersebut dijabarkan dalam uraian berikut ini:

a. Nilai Realisasi Penanaman Modal

Gambar 3. Perbandingan Realisasi Investasi Tahun 2015 dan Target Tahun 2016 dengan Realisasi Investasi Tahun 2016

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa capaian target nilai realisasi penanaman modal Tahun 2016 yaitu sebesar Rp612,8 triliun atau 103,0% dari target yang telah

545,4

Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016

Rp Triliun

No. INDIKATOR KINERJA Satuan Target Realisasi Kinerja Kategori

1 Nilai realisasi

penanaman modal Triliun (Rp) 594,78 612,8 103% Sangat Baik

2

Rasio Realisasi penanaman modal di luar Jawa

% 49,10% 46,4%

(284,1 triliun) 94,5% Baik

3 Rasio Realisasi

PMDN % 35,00% 35,28%

(216,2 triliun) 100,8% Sangat Baik

LAPORANKINERJATAHUN2016 22| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

ditetapkan yaitu sebesar Rp594,8 triliun, yang terdiri dari realisasi investasi PMDN sebesar 216,2 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp396,6 triliun. Nilai realisasi investasi Tahun 2016 ini meningkat 12,36% dibanding realisasi investasi pada Tahun 2015 yaitu sebesar Rp 545,5 triliun.

b. Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa

Pada periode Januari–Desember Tahun 2016, realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar Rp328,62 triliun (104,79%) dan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar Rp284,18 triliun (101,07%). Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada Tahun 2015 sebesar Rp248,7 triliun terjadi peningkatan realisasi investasi di luar Pulau Jawa sebesar 14,27%. Grafik persebaran realisasi investasi Jawa dan Luar Jawa pada Tahun 2016 dibandingkan dengan Tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 4 dibawah ini.

Realisasi Penanaman Modal Tahun 2016

sebesar Rp612,8 triliun atau 103% dari

target

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

23

Gambar 4. Persebaran Nilai Realisasi Investasi Jawa Dan Luar Jawa

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa secara persentase persebaran investasi di Luar Jawa pada Tahun 2016 Rp284,1 triliun (46,4 %) naik apabila dibandingkan dengan tahun 2015 Rp248,7 triliun (45,6%). Tetapi apabila dilihat dari capaian realisasi investasi Luar Jawa Tahun 2016 terjadi peningkatan Rp35,4 triliun atau 12,4% dari Tahun 2015. Hal ini cukup menggembirakan karena memberikan gambaran bahwa upaya pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi di Luar Jawa menunjukkan hasil yang positif.

c. Rasio Penanaman Modal Dalam Negeri

Capaian realisasi penanaman modal dalam negeri pada Tahun 2016 juga meningkat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Realisasi investasi PMDN pada Tahun 2016 mencapai Rp216,2 Triliun atau mencapai 35,3% dari total realisasi investasi secara nasional (PMDN dan PMA).

296,7 T

LAPORANKINERJATAHUN2016 24| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

Nilai realisasi investasi PMDN tersebut meningkat 12,4%

dari Tahun 2015 (Rp179,4 Triliun). Persentase peningkatan realisasi PMDN tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan peningkatan realisasi PMA pada Tahun 2016.

Capaian realisasi PMA pada tahun 2016 adalah sebesar Rp396,6 Triliun yang apabila dibandingkan dengan tahun 2015 (Rp365,9 Triliun) maka terjadi peningkatan sebesar 20,5%. Perbandingan realisasi PMDN dan PMA pada Tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Grafik berikut:

Gambar 5. Perbandingan Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2015 dan Tahun 2016

Adapun target realisasi investasi per provinsi dapat dilihat pada Tabel berikut:

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

25

Tabel 7. Target dan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Per Provinsi Tahun 2016

No Provinsi (Rp triliun) Target Realisasi

(Rp triliun) (%) Kategori

LAPORANKINERJATAHUN2016 26| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

No Provinsi (Rp triliun) Target Realisasi

(Rp triliun) (%) Kategori

INVESTASI 594,80 612,80 103,03 Sangat Baik

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

27 Capaian “Sangat Baik” yang dicapai oleh beberapa provinsi tersebut di atas disebabkan oleh terealisasinya beberapa proyek besar, antara lain:

 Proyek panas bumi PT. Pertamina Geothermal Energy di Provinsi Lampung terealisasi sebesar Rp2,8 Triliun;

 Proyek Pulp and Paper PT. Oki Pulp and Paper Mills (Sinarmas Group) di Provinsi Sumatera Selatan terealisasi sebesar Rp38 triliun;

 Di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu pabrik gula PT.

Sukses Mantap Sejahtera dan pertambangan PT. Amman Mineral Nusa Tenggara;

 Proyek listrik terapung (kapal listrik) sebesar US$ 200 juta di Provinsi Sulawesi Utara;

 Proyek pertambangan dan smelter nikel PT. Bintang Delapan Mineral di Provinsi Sulawesi Tengah;

 Proyek pertambangan smelter nikel PT. Feni Haltim dan PT.

Megah Surya Pertiwi serta smelter tembaga PT. Batutua Tembaga Raya di Provinsi Maluku;

 Proyek pabrik Semen Manokwari PT. SDIC Papua Cement Indonesia dan PT. Freeport Indonesia di provinsi Papua Barat.

Capaian “Buruk” yang dicapai oleh 2 provinsi disebabkan oleh tingginya perencanaan/target realisasi investasi, adanya beberapa proyek yang tertunda, dan kendala dalam pengumpulan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM).

LAPORANKINERJATAHUN2016 28| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

Selanjutnya realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan sektor usaha dapat dilihat dalam gambar berikut itu:

1. Kumulatif realisasi investasi periode Januari sampai dengan Desember 2016 sebesar Rp612,8 triliun, terdiri dari realisasi PMDN sebesar Rp216,2 triliun dan realisasi PMA sebesar Rp396,6 triliun.

2. Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah : Industri Makanan (Rp32,0 triliun); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (Rp30,1 triliun); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp26,8 triliun); Listrik, Gas dan Air (Rp22,8 triliun);

dan Tanaman Pangan Perkebunan (Rp21,0 triliun).

Gambar 6. Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Sektor Usaha

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

29 3. Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah : Jawa Timur (Rp46,3 triliun); Jawa Barat (Rp30,4 triliun); Jawa Tengah (Rp24,1 triliun);

Banten (Rp12,4 triliun); dan DKI Jakarta (Rp12,2triliun).

Gambar 7. Realisasi Investasi PMDN Berdasarkan Lokasi Proyek

4. Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah: Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik (US$ 3,9 miliar); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi (US$ 2,9 miliar);

Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (US$ 2,8 miliar); Pertambangan (US$ 2,7 miliar); dan Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya (US$ 2,4 miliar). Sedangkan apabila seluruh sektor industri digabung maka terlihat industri memberikan kontribusi sebesar US$ 16,7 miliar atau 57,6% dari total PMA.

LAPORANKINERJATAHUN2016 30| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

Gambar 8. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor Usaha

5. Realisasi PMA berdasarkan asal negara (5 besar)

adalah Singapura (US$ 9,2 miliar); Jepang (US$ 5,4 miliar); Belanda (US$ 5,1 miliar); Tiongkok (US$ 2,7 miliar) dan Hong Kong RRT (US$ 2,2 miliar).

Gambar 9. Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Asal Negara

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

31 6. Realisasi investasi berdasarkan Wilayah pada periode

Januari sampai dengan Desember 2016 adalah:

a. Wilayah Sumatera dengan realisasi investasi sebesar Rp117,6 triliun (19,2%), terdiri dari PMDN sebesar Rp39,8 triliun dan PMA sebesar US$ 5,7 miliar.

b. Wilayah Jawa dengan realisasi investasi sebesar Rp328,7 triliun (53,6%), terdiri dari PMDN sebesar Rp126,4 triliun dan PMA sebesar US$

14,8 miliar.

c. Wilayah Kalimantan dengan realisasi investasi sebesar Rp68,8 triliun (11,2%), terdiri dari PMDN sebesar Rp33,6 triliun dan PMA sebesar US$ 2,6 miliar.

Gambar 10. Realisasi Investasi Berdasarkan Wilayah

LAPORANKINERJATAHUN2016 32| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

e. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi investasi sebesar Rp15,7 triliun (2,6%), terdiri dari PMDN sebesar Rp2,6 triliun dan PMA sebesar US$ 0,9 miliar.

f. Wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi investasi sebesar Rp30,7 triliun (5,0 %), terdiri dari PMDN sebesar Rp0,3 triliun dan PMA sebesar US$ 2,2 miliar.

2. Sasaran Strategis 2

“Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat”

Dalam rangka mengukur tercapainya sasaran 2

“meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP Pusat”, pada bulan Juni 2016 dan bulan Desember Tahun 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal telah melakukan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap stakeholders (pengguna layanan).

Tujuan pelaksanaan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah:

a. Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dari masing-masing unit penyelenggara pelayanan publik dan menganalisis unsur layanan apa yang sudah dan faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan;

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

33 b. Mengukur secara berkala tingkat kepuasan pengguna layanan pada penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh semua unit layanan publik di Badan Koordinasi Penanaman Modal;

c. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan langkah perbaikan pelayanan;

d. menganalisis keterkaitan antara kinerja unsur-unsur layanan dan tingkat kepuasan pengguna layanan (stakeholders) Badan Koordinasi Penanaman Modal.

e. Sebagai umpan balik dalam memperbaiki layanan sehingga masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik.

Hasil survei tersebut menunjukkan informasi berikut:

Tabel 8. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM

Semester I Tahun 2016

INDIKATOR KINERJA Target Realisasi* Kinerja (%) Kategori Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,15 dari skala 4

3,10 dari skala 4 (setara 77,38)

98,41 Baik

*Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (150 kuesioner) yang telah diisi oleh responden.

LAPORANKINERJATAHUN2016 34| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

Tabel 9 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM

Semester II Tahun 2016

INDIKATOR KINERJA Target Realisasi Kinerja (%) Kategori Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM) atas pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM

3,15 dari skala 4

3,10 dari skala 4 (setara 77,38)

98,41 Baik

Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (453 kuesioner) yang telah diisi oleh responden.

Survei kualitas penanaman modal pada periode Semester II (Juli-Desember) Tahun 2016 menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Berdasarkan pengukuran keseluruhan kuesioner (453 kuesioner) yang telah diisi oleh responden terhadap kualitas ruang lingkup pelayanan, diperoleh hasil skor Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan angka Indeks sebesar 77,38 yang menunjukkan mutu pelayanan B dengan kategori BAIK, yaitu berada dalam nilai interval konversi Indeks Kepuasan Masyarakat 62,51 – 81,25.

Berdasarkan penilaian terhadap survei yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut:

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

35

Tabel 10. Nilai Rata-rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan

No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan NRR (Skala 4)

1. Persyaratan Pelayanan 3,095

2. Prosedur Pelayanan 2,905

3. Waktu Pelayanan 2,871

4. Biaya/ Tarif Pelayanan 3,960

5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan (Hasil dari

Pelayanan) 3,078

6. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan (Keterbukaan

Informasi) 3,089

7. Kompetensi Pelaksana (Penguasaan Materi) 3,018 8. Kompetensi Pelaksana (Keahlian) 3,024 9. Kompetensi Pelaksana (Keterampilan) 3,077 10. Kompetensi Pelaksana (Daya tanggap) 3,064 11. Perilaku Pelaksana (Kesopanan) 3,329 12. Perilaku Pelaksana (Keramahan) 3,220

13. Maklumat Pelayanan 2,980

14. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,884 NRR IKM Tertimbang 3,095 Setara ({3,095: 4} x 100) 77,38

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa unsur yang memiliki Nilai Rata-Rata (NRR) tertinggi adalah Biaya Pelayanan

LAPORANKINERJATAHUN2016 36| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

dengan indeks sebesar 3,960. Hal ini berarti bahwa rata-rata responden telah cukup puas dengan kejelasan informasi dan tidak adanya pungutan biaya pelayanan PTSP Pusat di BKPM.

Sementara itu, unsur yang memiliki Nilai Rata-Rata (NRR) terendah adalah Waktu Pelayanan dengan indeks sebesar 2,871. Meskipun waktu pelayanan memiliki nilai NRR terendah, unsur tersebut masih termasuk dalam kategori Baik (interval 2,51-3,25). Dikarenakan unsur tersebut mendapatkan nilai paling rendah diantara unsur-unsur lain, maka perlu mendapatkan perhatian lebih agar tercapai pelayanan publik yang berkualitas prima di BKPM.

Berikut adalah beberapa unsur pelayanan yang masih perlu ditingkatkan, karena memiliki indeks dibawah NRR IKM tertimbang (sebesar 3,095):

Tabel 11. Unsur Pelayanan Yang Masih Perlu Ditingkatkan

No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan

Nilai Rata-rata Tertimbang

(NRR)

Kategori Unsur Kinerja

Unit Pelayanan

1. Waktu Pelayanan 2,871 Baik 2. Penanganan Pengaduan,

Saran dan Masukan 2,884

Baik

3. Prosedur Pelayanan 2,905 Baik 4. Maklumat Pelayanan 2,980 Baik

LAPORANKINERJATAHUN2016 BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

37

5. Kompetensi Pelaksana

(Penguasaan Materi) 3,018

Baik

6. Kompetensi Pelaksana

(Keahlian) 3,024

Baik

7. Kompetensi Pelaksana

(Daya Tanggap) 3,064

Baik

8. Kompetensi Pelaksana

(Keterampilan) 3,077

Meskipun terdapat 10 unsur ruang lingkup pelayanan yang dibawah nilai rata-rata tertimbang sebesar 3,095, kesepuluh unsur tersebut masih dalam kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan penilaian masyarakat terhadap ruang lingkup pelayanan penanaman modal PTSP Pusat di BKPM pada umumnya sudah baik dan masyarakat sudah merasa puas dengan unsur-unsur pada ruang lingkup pelayanan tersebut.

Hasil survei pelayanan publik yang dilaksanakan oleh PT.

Sigma Resource Indonesia sebagai pihak yang ditunjuk

LAPORANKINERJATAHUN2016 38| BADANKOORDINASIPENANAMANMODAL

oleh Kemenpan RB pada tanggal 7 Oktober 2016 dengan perolehan skor Indeks Kualitas Pelayanan (IKP) total sebesar 2,92 (kategori Baik), namun di bawah rata-rata IKP 72 K/L sebesar 3,22. Berdasarkan analisis internal BKPM hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

a. Responden pengguna layanan BKPM adalah perwakilan dari perusahaan yang mempunyai reputasi relatif sangat baik dan telah terbiasa mendapatkan layanan yang terbaik, akibatnya mereka menempatkan ekspektasi yang tinggi atas layanan di BKPM.

b. Undangan kepada responden mencantumkan bahwa acara adalah dalam rangka evaluasi atas penyelenggaraan pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM, tidak secara tegas menyebutkan agenda pelaksanaan survei. Hal tersebut mengakibatkan terdapat persepsi kekecewaan sebagaimana diungkapkan setelah acara survei. Hal

b. Undangan kepada responden mencantumkan bahwa acara adalah dalam rangka evaluasi atas penyelenggaraan pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM, tidak secara tegas menyebutkan agenda pelaksanaan survei. Hal tersebut mengakibatkan terdapat persepsi kekecewaan sebagaimana diungkapkan setelah acara survei. Hal

Dokumen terkait