• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang peneliti ambil yaitu: Penelitian yang pertama adalah

skripsi dari Syafrian Akbar dengan judul “Televisi Sebagai Media Dakwah (Analisis Produksi Siaran Program Ust.Haryono di JakTV)”. Dalam skripsi ini Syafrian membahas tentang peran televisi sebagai media dakwah dan menganalisa acara produksi siaran program islami Ust.Haryono di JakTv. Persamaan dengan skripsi yang peneliti tulis adalah meneliti tentang peran televisi sebagai media dakwah dengan menganalisa program acara islami. Perbedaanya, skripsi Syafrian menganalisa produksi siarannya sedangkan skripsi peneliti membahas analisis semiotika.

Kedua, tesis dari Maruli Bonardo Tua dengan judul “Representasi Diri Ibu

di Televisi (Analisis Semiotik Peirce dalam Program Talk Show “Indonesia Lawyers Club” TVONE. Dalam tesis ini, Maruli membahas makna dan simbol yang ditemukan dari beberapa narasumber yang hadir dalam acara tersebut. Persamaan dengan skripsi peneliti adalah sama-sama membahas tentang semiotika program acara. Perbedaanya tulisan ini dengan tulisan peneliti terletak pada objek penelitian. Jika dalam tulisan ini membahas program acara Indonesia Lawyer Club, sedangkan dalam tulisan peneliti akan membahas tentang program religi acara al-Kalam di TVRI Jawa Tengah.

Ketiga, jurnal penelitian dari Hendra Tondo, Max.R Rembang, J.S Kalangi yang berjudul Analisis Semiotika Komunikasi dalam Program Acara Talkshow Sarah Sechan di Net TV. Dalam jurnal ini membahas tentang makna, simbol yang ditemukan pada narasumber acara Sarah Sechan dengan menggunakakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce. Penelitian ini memiliki persamaan dengan tulisan peneliti yaitu sama-sama membahas analisis semiotika model charles sanders pierce pada program acara. Perbedaannya terletak pada jenis program acara dan stasiun Tv nya.

Keempat, skripsi dari Siti Kholifatul Anisa dengan judul “Analisis

Semiotik Pesan Dakwah Dalam Program Acara Berita Islami Masa Kini Trans TV Edisi 10 Februari 2015. Dalam skripsi Siti Kholifatul membahas pesan dakwah yang disampaikan dalam program acara Berita Islami Masa Kini, skripsi Siti Kholifatul Anisa memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti semiotika dalam program acara islami, hanya saja perbedaanya terletak pada program acara dan stasiun TV yang diteliti.

Kelima, skripsi dari Kurnia Fajrianti dengan judul “Analisis Semiotika

Program Acara Provocative Proactive di Metro TV Episode Indonesia S.O.S (Save Our Selves). Dalam skripsi Kurnia membahas analisis semiotika dari seluruh narasumber yang hadir dan dibahas per segmen. Tulisan ini memiliki persamaan dengan yang sedang peneliti teliti yaitu sama-sama meneliti analisis semiotika model pierce dalam program acara. Perbedaanya terletak pada nama program acara dan stasiun Tv nya.

Adanya beberapa rujukan tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada yang meneliti tentang dakwah melalui media televisi dan analisis semiotika program acara al-Kalam di TVRI Jawa Tengah. Oleh karena itu peneliti mengusung judul ini untuk diteliti.

B.Landasan Teori

1. Tinjauan Tentang Dakwah

a. Pengertian Dakwah

Dakwah dalam pengertian istilah, telah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:

1) Dr.Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat bahwa dakwah adalah ajakan atau seruan kepada agama Allah, mengikuti petunjuk-Nya, mengesakan-Nya dalam beribadah, mencari keputusan hukum kepada metode-Nya di bumi, meminta pertolongan dan ketaatan, membenarkan apa yang dibenarkan Allah dan jihad di jalan Allah. Secara ringkas, dakwah adalah ajakan murni kepada Islam.

2) Dr. Taufiq Al-Wa‟I menjelaskan dakwah adalah menyatukan manusia

dalam kebaikan, menunjukkan dan membimbing mereka ke jalan yang benar dengan ucapan dan amalan, menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, membimbing mereka ke jalan yang lurus dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan.

3) Dakwah menurut H.M Arifin, M.Ed. mengandung arti sebagai suatu ajakan yang baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan, dan

sebagaimana dilakukan dengan sadar dan dengan rencana yang matang dalam usaha mempengaruhi orang, baik individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa paksaan.

Dari beberapa pendapat di atas, secara umum dakwah merupakan sebuah upaya dan aktivitas baik dalam wujud ucapan atau perbuatan yang memiliki arti untuk mengajak, menyeru, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat (Bahri. 2008:19-22).

b. Tujuan Dakwah

Dakwah memiliki tujuan yaitu menyampaiakan kebenaran ajaran yang ada di dalam Al-Qur‟an dan al-Hadits dan menyeru manusia untuk mengamalkannya (Syamsudin. 2016:11). Tujuan dakwah dalam Al-Qur‟an

terdapat dalam QS.At-taubah:22

















































Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka

beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Penjelasan tujuan dakwah di dalam hadits:

َلاَق ًُْىَع ُالله ٌَِضَر ًِرْدُخْلا دَِْعَس ٌِبَأ ْهَع

:

الله يلص ِالله َلْوُسَر ُتْعِمَس

ُلْوُقٍَ ملسو ًَلع

:

ْعِطَتْسٍَ ْمَل ْنِإَف ،ِيِدََِب ُيْرََِّغَُْلَف ًارَكْىُم ْمُكْىِم ىَأَر ْهَم

ِناَمٍِْ ْا ُ َعْضَأ َ ِلَ َو ًِِ ْلَقِ َف ْعِطَتْسٍَ ْمَل ْنِإَف ،ًِِواَسِلِ َف

[

ملسم ياور

]

(

حَحص

ملسم

.

49

)

Artinya: Dari Abu Sa‟id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu „alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman (Shohih Muslim.49)

c. Unsur Dakwah

Dalam pelaksanaan dakwah yang pada realitanya mengkomunikasikan ajaran islam, akan terlihat unsur-unsur dakwah yang meliputi: da‟i, mad‟u, materi dakwah, media dakwah, dan metode dakwah. 1) Da‟i

Da‟i adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi.

2) Mad‟u

Mad‟u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau

manusia yang menerima pesan dakwah baik individu maupun kelompok.

3) Materi Dakwah

Materi dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinyanya. Materi dakwah yang disampaikan oleh seorang

da‟i haruslah cocok dengan bidang keahlian yang dimilikinya. Selain

itu materi juga harus cocok dengan metode, media dan objek dakwahnya (Bachtiar. 1997: 33-24).

4) Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang

da‟i untuk menyampaikan suatu pesan dakwah untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Berdasarkan QS.An-/nahl: 125















































Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dari ayat tersebut, metode dakwah dibagi menjadi 3 yaitu:

(a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi yang ada. Kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan kepada kemampuan mereka.

(b) Mauidhah hasanah, berdakwah dengan menggunakan nasihat-nasihat yang halus dan penuh kasih sayang sehingga dapat menyentuh hati.

(c) Mujadalah, berdakwah dengan cara tukar pikiran/diskusi dan ada perdebatan akan tetapi tanpa menjatuhkan lawan.

d. Media Dakwah

Istilah media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema. Secara luas media dapat mencakup berbagai jenis hiburan dan informasi untuk pemirsa. Media juga merujuk pada berbagai industri atau bisnis yang berkomunikasi dengan para pemirsa, terutama dalam menyediakan pengisi waktu senggang atau hiburan (Burton, 1999:9).

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dakwah. Hamzah Yaqub membagi media dakwah itu menjadi 5, yaitu:

1) Da‟wah bi al lisan, yaitu penyampaian dakwah melalui lisan/ ucapan.

media ini merupakan media yang paling sederhana hanya menggunakan panca indera manusia yang berupa lidah dan bibir. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dll.

2)Da‟wah bi al qalam , yaitu penyampaian pesan dakwah melalui tulisan

yang berupa buku, majalah, koran, surat spanduk, email, dll. Dengan menggunakan media ini haruslah menggunakan bahasa yang baik dan

benar sehingga mudah dipahami oleh mad‟u.

3) Lukisan, gambar, karikatur dan sebagianya

4)Audio visual, merupakan media dakwah yang dapat merangsang indera penglihatan serta pendengaran. Bisa berbentuk: televisi, ohp, internet, dll. Penyampaian pesan dakwah melalui media ini akan lebih mudah diterima oleh mad‟u. Karena sifatnya menghibur tidak kaku dan membosankan.

5)Akhlak, yaitu perbuatan nyata yang mencerminkan agama islam. Jadi, sorang da‟i langsung mempraktekannya tanpa memberi materi kepada

2. Tinjauan Tentang Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi merupakan suatu sistem media komunikasi yang menggunakan rangkaian gambar elektronik yang diiringi unsur audio. Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiaran (broadcasting) dan video dari segi gambar begeraknya. Televisi adalah paduan audio dan video istilah televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh dari “visi” (vision) yang berarti penglihatan dengan asumsi televisi jauhnya ditransmisikan dengan penglihatannya diwujudkan dengan prinsip-prinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup atau bergerak (Fatmawati, 2009:3).

Televisi memiliki tiga fungsi yaitu, fungsi hiburan, informasi, dan pendidikan.

Hiburan

Informasi Pendidikan

Dari bagan di atas dapat dijelaskan tiga fungsi penyiaran Televisi: a. Hiburan

Fungsi hiburan sebenarnya hanya sebagai fungsi tambahan, yaitu sebagai hiburan, relaksasi, dan pengalihan ketegangan, misal acara film, acara musik, dan sebagainya.

b. Informasi

Fungsi informasi memberikan wawasan ke pemirsa, misalkan acara berita, talkshow dan sebagainya.

c. Pendidikan

Fungsi pendidikan sebagai pendidik para penonton, misal upin ipin yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta. Film tersebut menyajikan banyak unsur nilai pendidikan yang bisa dicontoh untuk anak-anak (Sutisno. 1993:4).

Televisi sebagai media dakwah merupakan suatu pemanfaatan hasil teknologi modern dengan memanfaatkan hasil teknologi sekarang ini diharapkan seluruh kegiatan dakwah dapat mencapai sasaran(tujuan) yang lebih baik.

Perkembangan dakwah di media televisi sekarang ini sudah berkembang pesat, dulu program aacara islami hanya disajikan saat bulan

Ramadhan saja, akan tetapi sekarang hampir seluruh stasiun televisi sudah menyajikan program acara islami setiap harinya.

Dakwah di media televisi biasanya berupa pengajian akbar, film, sinetron, drama, talkshow, dan iklan. Banyak sekali contoh dari berbagai macam dakwah di televisi, sebagai contoh program acara di TVRI Jawa Tengah Adalah “Al-Kalam” yaitu program acara dengan penyajian pesan yang berupa talkshow.

3. Tinjauan Tentang Program acara

Kata “program” itu sendiri berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara akan tetapi menggunakan istilah

“siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan

dalam berbagai bentuk. Dapat disimpulan, bahwa program acara adalah segala hal yang ditampilkan di stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan

audience/pemirsanya (Morissan, 2008:209-210).

4. Tinjauan Tentang Analisis

Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena system tanda yang sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut (Kriyantono, 2006:266).

5. Tinjauan Tentang Semiotika

a. Pengertian Semiotika

Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya, hubunganya dengan tanda-tanda lain, pengirimanya, dan penerimaanya oleh mereka yang mempergunakannya (Van Zoest, 1978 dalam Nawiroh Vera, 2004). Secara umum, semiotika dapat diartikan ilmu yang mempelajari tentang tanda, dan merupakan cabang filsafat yang

mempelajari dan menelaan “tanda”.

Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning

yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek,dan

interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang merujuk (mempresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Pierce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang,

maka akan muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut (Danesi. 2010:34).

Hubungan segitiga makna Pierce ditampilkan dalam gambar berikut:

Menurut Nawiroh Vera (2014), dalam pandangan Pierce, fungsi tanda merupakan proses konseptual yang akan terus berlangsung dan tak terbatas.

Kondisi tersebut dinamakan “semiosis tak terbatas”, yaitu rantai makna -keputusan oleh tanda-tanda baru menafsirkan tanda sebelumnya atau seperangkat tanda-tanda).

Proses tersebut tidak ada awal dan tidak ada akhir karena semuanya saling berhubungan. Selanjutnya salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata. Sedangkan sesuatu dapat disebut representamen (tanda) apabila memenuhi dua syarat diantaranya adalah pertama, bisa dipersepsi, baik dengan panca-indera maupun dengan pikiran atau perasan. Kedua, berfungsi sebagai tanda (mewakili sesuatu yang lain). Disisi lain Interpretant bukanlah

Sign

Interpretant Object

penginterpretasi atau penafsir (walaupun keduanya kadang jala tumpang tindih dalam teori Pierce). Interpretant adalah apa yang memastikan dan menjamin validitas tanda, walaupun penginterpretasi tidak ada.

Interpretant adalah apa yang diproduksi tanda di dalam kuasa pikiranlah yang jadi penginterpretasi; namun dia juga dapat dipahami representamen.

Dalam mengkaji objek, melihat segala sesuatu dari tiga konsep trikotomi, yaitu sebagi berikut:

1. Sign (Representamen) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat diserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu, trikotomi pertama dibagi menjadi tiga.

a.Qualisign adalah tanda yang menjai tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya, sifat warna merah adalah qualisign, karena dapat dipakai tanda untuk menunjukkan cinta, bahaya, atau larangan.

b. Sinsign adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat individual bias merupakan sinsign suatu jeritan, dapat berarti heran, senang atau kesakitan

c. Legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa adalah legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap

legisign mengandung di dalamnya suatu sinsign, suatu second yang menghubungkan dengan third, yakni suatu

peraturan yang berlaku umum.

2. Objek, tanda diklasifikasikan menjadi icon, (ikon), indekx (indeks), dan

symbol (simbol).

a. Ikon adalah tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Misalnya, kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis yang digambarkannya, foto, dan lain-lain. b. Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada

keberadaannya, suatu denotasi, sehingga dalam terminologi peirce merupakan suatu secondness. Indeks, dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya.

c. Simbol adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan berdua.

3. Interpretan, tanda dibagi menjadi rheme, dicisign, dan argument.

a. Rheme, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan

b. Dicisign (dicentsign), bilamana antara lambang itu dan interpretannya terdapat hubungan yang benar ada

c. Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat yang berlaku umum (merupakan thirdness) (Vera, 2015: 25-26). Jika dikaitkan dengan kajian islam, semiotika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang suatu tanda dalam ilmu pengetahuan kajian dari hasil pemahaman suatu karya yang berhubungan dengan islam yang mempunyai hubungan dan teknik tertentu.

b. Semiotika Televisi

Semiotika televisi dicirikan sebagai teks sosial. Didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi representasi lagi mengarahkan dan memberikan informasi masyarakat luas mengenai masalah-masalah mutakhir (Danesi, 2010. 167).

Dari keberadaanya televisi dihadirkan menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di belahan dunia. Dalam hal ini massa yang menjadi objek utama dari liputan media televisi (Kuswandi. 1996:21).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data ataupun informasi untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha menurunkan pemecahan yang ada sekarang berdasarkan data-data di penyajian data, menganalisis dan menginterpretasikan. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis dan membuat prediksi (Rakhmat, 1984:24).

Peneliti juga melakukan penelitian melalui analisis isi media dengan menggunakan pendekatan analisis semiotika model Charles Sanders Pierce). Data yang dapat diamati dalam penelitian ini adalah dari bumper (Opening) acara,

dakwah dari tayangan Al-Kalam inipada program acara Al-Kalam episode 21 Juli 2017.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Televisi TVRI Jawa Tengah pada bagian Program dan Pengembangan Usaha. TVRI Jawa Tengah beralamat di Jalan Pucang Gading Raya, Kel.Batursari, Kec.Mranggen, Kab.Demak, Jawa Tengah.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer berupa video program acara Al-Kalam episode 21 Juli 2017 yang telah tayang di TVRI Jawa Tengah dan peneliti mendapatkan videonya dari bagian dokumentasi dan kepustaan di TVRI Jawa Tengah yang berupa kaset DVD.

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa dokumen tertulis, yaitu seperti referensi dari artikel di internet maupun buku-buku yang relevan dengan penelitian. penulis juga menggunakan buku, jurnal, dan juga internet yang berhubungan dengan penelitian analisis semiotika model Charles Sander Pierce dengan segitiga

makna atau Triangle of meaning, yakni tiga elemen utama: tanda (sign),

objek, dan interpretant.

D.Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari: 1. Observasi

Kegiatan observasi adalah kegiatan yang setiap saat kita lakukan (Kriyantono, 2006:110), dengan menggunakan panca indera yang kita miliki dengan mengamati objek-objek yang ada di sekitar kita. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan pengamatan langsung terhadap video program acara al-kalam episode 21 Juli 2017.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, bentuk lain dari dokumen adalah surat-surat pribadi, catatan harian, berita, koran, artikel majalah, brosur, foto-foto, film dan VCD (Prihananto, 2009:118). Dokumen dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan sebagai bukti untuk suatu pengujian.

Dalam mendapatkan dokumentasi yang berupa VCD tayangan program

kepustakaan TVRI Jawa Tengah. Kemudian peneliti melanjutkan penelitian setelah memperoleh data utama yang berupa file VCD tersebut.

3. Wawancara

Menurut Berger (2000) dalam (Kriyantono, 2006:100) wawancara adalah percakapan antara periset (seseorang yang ingin mendapatkan informasi) dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai producer dan florr director

program acara Al-Kalam di TVRI Jawa Tengah dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran program acara Al-Kalam ini.

E.Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2009:335-336), analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan cara menyusun data ke dalam suatu laporan dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Deskripsi secara menyeluruh terhadap video Al-Kalam episode 21 Juli 2017. Peneliti juga menggunakan analisis semiotik dengan pendekatan teori Charles

S.Pierce dengan segitiga makna atau triangle of meaning, yakni tiga elemen utama: tanda (sign), objek, interpretant.

Adapun langkah-langkah analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengumpulkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Mengklasifikasikan seluruh data dan mengedit semua data yang masuk sesuai kebutuhan.

3. Menyusun semua data yang diperoleh sesuai dengan sistematika pembahasan. 4. Melakukan analisa untuk menjawab rumusan masalah sebagai kesimpulan.

F. Teknik Validitas Data

Validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran, dan segala jenias laporan (Alwasilah, 2003:169). Dalam sebuah penelitian, data yang dicantumkan merupakan data yang harus sudah teruji kebsahanya. Maka dari itu peneliti melakuakn pengujian terhadap data yang peneliti ditemukan menggunakan teknik trianggulasi. Analisis triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya menggunakan data empiris (sumber data lainnya yang tersedia). Jawaban subjek di cross-check dengan dokumen yang ada.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber yaitu dengan membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda,

misalnya; membandingkan hasil pengamatan dengan dengan hasil wawancara. Triangulasi metode yaitu usaha mengecek keabsahan data dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan hasil yang sama (Kriyantono, 2006:72-73).

Dengan demikian uji validitas data yang akan penulis lakukan dalam penelitian kualitatif akan membuktikan kebenaran sumber data program acara Al-Kalam ini dapat dianalisis dan mengandung semiotika (simbol dan tanda) di dalamnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait