• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah

ini,sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori medis

1. Definisi KB

Menurut Hartanto (2004), Keluarga Berencana dalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. d. Mengatur interval diantara kehamilan.

2. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Menurut Winkjosastro (2008), kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.

b. Macam-macam kontrasepsi

Menurut Hartanto (2004), Macam-macam kontrasepsi : 1) Kontrasepsi Metode Sederhana

a) Tanpa alat

(1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal, metode lender serviks.

(2) Coitus Interuptus adalah suatu metode keluarga berencana tradisonal, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. b) Dengan alat

(1) Mekanisme (barier), terdiri dari kondom pria, barier intravagina (diafraghma, kap servik, spons, kondom). (2) Kimiawi, yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina

Foam, vagina jelly, vagina tablet dan vagina slube film) 2) Kontrasepsi Metode Modern

a) Kontrasepsi Hormonal

(1) Per oral : Pil kombinasi POK(Pil Oral Kombinasi), minipil, morning after pill.

(2) Injeksi atau suntikan : DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat), NET-EN, microsphere, microcapsules.

(3) Subkutis : Implant (alat kontrasepsi bawah kulit : AKBK) (a) Implant non biodegradable : (norplant, norplant 2) (b) Implant biodegradable : capronor,pellets.

b) Intra Uteri Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : Cooper T, Medus, Seven Cooper T.

3) Metode kontrasepsi mantap a) Pada wanita

b) Pada pria

Medis Operatif Pria (MOW) : Vasektomi.

3. Kontrasepsi Suntik

a. Pengertian

Kontrasepsi Suntik adalah suatu metode kontrasepsi hormonal untuk wanita yang mampu melindungi seorang wanita terhadap kemungkinan hamil yang diberikan secara suntikan (Hartanto, 2004).

b. Jenis kontrasepsi suntik

Jenis-jenis kontrasepsi suntik menurut Hartanto (2004), dibagi menjadi 3 jenis antara lain:

a) Cyclofem

Diberikan satu bulan sekali secara IM dengan dosis 50 mg. Berisi hormon progesteron dan estrogen.

b) Depo Medroxyprogesterone Asetat (Depo provera)

Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.Berisi hormon progesteron.

c) Noretisteron Enantat ( Depo Norsterat)

a) Di pakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita

b) Di berikan dalam dosis 200 mg dan di berika 2 bulan dengan cara disuntikkan intramuscular.

4. Kontrasepsi Suntik Depo Provera

a. Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik Depo Provera

Menurut Saifuddin (2006), yang diperbolehkan menggunakan kontrasepsi Depo provera antara lain:

1) Wanita usia reproduktif

2) Nulipara dan yang telah memiliki anak

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai 5) Setelah abortus atau keguguran

6) Perokok

b. Kontra indikasi kontrasepsi Depo Provera

Menurut Arum & Sujiyatini (2009), yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik Depoprovera adalah :

1) Hamil atau dicurigai hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5) Diabetes mellitus disertai komplikasi

Menurut Handayani (2010), waktu pemberian kontrasepsi suntik Depo Provera yang tepat adalah sebagai berikut:

1) Hari ke 1 sampai 7 dari siklus haid

2) Setiap saat selama siklus haid dimana dipastikan tidak hamil 3) Pasca aborsi segera atau dalam waktu 7 hari

Menurut Saifuddin (2006), penggunaan / pemberian kontrasepsi Depo Provera adalah sebagai berikut :

Jenis ini disuntikkan secara intramuscular di daerah pantat dan diberikan setiap 3 bulan atau 12 minggu. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. d. Teknik penyuntikan kontrasepsi suntik Depo Provera

Menurut Glasier & Gebbie (2005), teknik penyuntikan Depo Provera adalah:

1) Vial Depo Provera harus dikocok terlebih dahulu dengan baik 2) Semua obat harus dihisap kedalam alat suntiknya

3) Penyuntikan harus dilakukan dalam-dalam pada otot bokong (Musculus gluteus)

4) Jangan melakukan masase pada tempat suntikan

5) Kedua hal terakhir ini sangat penting karena kalau tidak ditaati, maka pelepasan otot dari tempat suntikan akan dipercepat dan akan mengakibatkan masa efektif kontrasepsinya menjadi lebih pendek.

e. Keuntungan dan kerugian Kontrasepsi suntik Depo Provera

1) Menurut Noviawati & Sujiyatini (2008), keuntungan kontrasepsi suntik Depo Provera antara lain:

a) Sangat efektif

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri d) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI e) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

2) Menurut Speroff & Darney (2005), kerugian kontrasepsi suntik Depo Provera antara lain:

a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti:

(1) Siklus haid yang memendek atau memanjang (2) Perdarahan yang banyak atau sedikit

(3) Perdarahan tidak teratur/ perdarahan bercak atau spotting (4) Tidak haid sama sekali

b) Peningkatan berat badan

c) Diperlukan penyuntikan yang teratur

f. Efek samping dan penanganan alat kontrasepsi suntik Depo Provera

1) Menurut Hartanto (2004), Efek samping kontrasepsi suntik Depo Provera adalah sebagai berikut:

a) Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu, seperti :

(1) Amenorea

(2) Perdarahan bercak (Spotting) b) Penambahan berat badan

Umumnya penambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi anatara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.Penyebab penambahan berat badan tidak jelas, tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena cairan tubuh.

c) Sakit kepala

Insident sakit kepala terjadi pada < 1 – 17 % akseptor d) Efek pada Sistem Kardiovaskuler

Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau sistem pembekuan darah maupun sistem fibrinolitik.Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDL kolestrol.Kadar HDL yang rendah menyebabkan timbulnya atherosclerosis.

e) Efek pada sistem reproduksi

Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor DMPA mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama. Rata- rata memerlukan 1,5 – 3 bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan pil oral atau IUD.

(2) Laktasi

Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI).DMPA tidak merubah komposisi dari ASI.

2) Menurut Saifuddin (2006), efek samping dari kontrasepsi depoprovera dan penanganannya adalah sebagai berikut : a) Amenorea (tidak terjadi perdarahan)

(1) Bila tidak hamil, pengobatan apa pun tidak perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim, nasihati untuk kembali ke klinik

(2) Bila terjadi kehamilan ektopik, segera rujuk klien b) Perdarahan / perdarahan bercak (spotting)

Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka

dapat disarankan pilihan pengobatan yaitu dengan pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µ etinilestradiol), ibuproven (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

c) Meningkatnya atau menurunnya berat badan

Informasikan bahwa kenaikan/ penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan terlalu mencolok, hentikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

5. Spotting

a. Pengertian spotting

Spotting adalah perdarahan intermenstrual yang jumlahnya sedikit sekali, sehingga tidak memerlukan pemakaian tampon atau kain atau kassa pembalut (Hartanto, 2004).

b. Gejala spotting

Perdarahan yang berupa bercak-bercak ringan (Saifuddin, 2006). c. Penyebab spotting

Penyebab spotting adalah terjadinya pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh, sehingga terjadi perdarahan lokal. Bila efek gestagen kurang, stabilitas stoma berkurang, yang pada akhirnya akan terjadi perdarahan (Baziad, 2008).

d. Penatalaksanaan kasus spotting

Menurut Saifuddin (2006), penatalaksanaan spotting adalah sebagai berikut:

Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka dapat disarankan dua pilihan pengobatan:

a) Menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestradiol), ibuproven (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

b) Bila terjadi perdarahan yang banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008).

2. Langkah langkah dari manajemen kebidanan

Menurut Varney (2008), proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan pasien. Adapun pelaksanaan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney tersebut adalah sebagai berikut:

a. Langkah pertama : Pengumpulan dan pengkajian data

Pengkajian adalah sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasikan status kesehatan klien (Varney, 2008).

1) Data Subyektif

Data subyektif berisi tentang data dari pasien melalui anamnesa (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB (Hidayat, 2008).Keluhan pada akseptor KB suntik tiga bulan Depo Provera dengan spotting berupa perdarahan bercak sedikit dan tidak teratur (Saiffudin, 2006).

Menurut Varney (2008), adalah sebagai berikut: (1) Nama

Nama akseptor dan suami untuk mengetahui identitas akseptor dan suami sebagai orang yang bertanggung jawab.

(2) Umur

Untuk mengetahui termasuk sebagai pertimbangan dalam menentukan cara KB yang rasional dan untuk mengetahui apakah pasien masih dalam usia reproduksi atau tidak

(3) Agama

Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut akseptor, karena ada agama yang menganggap tabu cara KB. (4) Suku Bangsa

Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut oleh akseptor.

(5) Pendidikan

Berkaitan dengan tingkat pengetahuan seseorang untuk mengikuti KB, seseorang memiliki pendidikan tinggi biasanya lebih tahu tentang manfaat dan efek samping KB.

Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien dengan nama yang sama untuk keperluan kunjungan rumah.

(7) Pekerjaan

Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga atau penghasilan.

b) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan. Pada akseptor KB suntik Depo Provera denganspotting yang dikeluhakan ialah mengeluarkan bercak darah dari alat kelamin (Varney, 2008).

c) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah apakah ini pernikahan yang pertama apakah pernikahan “bahagia” jika belum menikah apakah terdapat hubungan yang bersifat mendukung (Farrer, 2007).

d) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya menstruasi, teratur atau tidak, sifat darah dan keluhan-keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi (Nursalam, 2009).

Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi intervensi pada kehamilan, persalinan, ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Farrer, 2007).

f) Riwayat Keluarga Berencana

Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor KB. Kalau pernah, kontrasepsi apa yang pernah digunakan, berapa lama, keluhan pada saat ikut KB, alasan berhenti KB (Varney, 2008).

g) Riwayat Penyakit

(1) Riwayat penyakit sekarang

Dikaji penyakit yang berhubungan dengan keluhan atau masalah utama (Varney, 2008).

(2) Riwayat Penyakit Sistemik

Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan dan untuk mengetahui penyakit yang diderita dahulu seperti hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS (Hyre, 2003).

Dikaji dengan penyakit yang menurun dan menular yang dapat mempengaruhi kesehatan akseptor KB.Sehingga dapat diketahui penyakit keturunan misalnya hipertensi, jantung, asma, demam dan apakah dalam keluarga memiliki keturunan kembar, baik dari pihak istri maupun pihak suami (Varney, 2008).

h) Pola kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makanan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2007).

(1) Pola Nutrisi

Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien. Dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien.

(2) Pola Eliminasi

Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna dan konsistensi.

(3) Pola istirahat

Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur pada malam hari.

Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor dalam hubungan seksual.

(5) Pola hygiene

Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan perawatan tubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari.

(6) Aktivitas

Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit-penyakit yang dialaminya.

i) Data Psikologis

Data psikososial ini diberikan untuk mengetahui motivasi atau mental pasien (Prawirohardjo, 2005).

2) Data Obyektif

Data Obyektif adalah data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelumatau selama pemakaian KB (Hidayat, 2008).

a) Keadaan Umum : Mengetahui keadaan pasien baik atau tidak (Hidayat, 2008).

b) Kesadaran : Menilai status kesadaran pasien composmentis, somnolens atau apatis(Hidayat, 2008).

(1) Tekanan darah

Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai satuaanya mmHg. Keadaan normal antara 120/80 mmHg sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan pasien normal (Wiknjosastro, 2008).

(2) Pengukuran suhu

Mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah 360C sampai 370C . Bila suhu tubuh lebih dari 380C harus dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro, 2006).

(3) Nadi

Memberi gambaran kardiovaskuler. Denyut nadi normal 70x/ menit sampai 88x/ menit (Perry & Potter, 2005). (4) Pernafasan

Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit. Pernafasan normal 22x/menit sampai 24x/menit (Saifuddin, 2006).

Mengetahui berat badan pasien karena merupakan salah

satu efek samping KB suntik Depo provera (Saifuddin, 2006).

e) TB (Tinggi Badan)

Mengetahui tinggi badan pasien (Hidayat, 2008). f) Pemeriksaan Sistematis

(1) Kepala

(a) Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan, dan karakteristik seperti ikal, lurus, keriting (Hidayat, 2008).

(b) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema (Wiknjosastro, 2008).

(c) Mata : Conjungtiva berwarna merah muda atau tidak, sclera berwarna putih atau tidak (Hidayat, 2008).

(d) Hidung : Untuk mengetahui apkah ada polip atau tidak (Hidayat, 2008).

(e) Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga dan ada seruman atau tidak (Hidayat, 2006).

(f) Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak ada caries atau tidak dan ada

karang gigi atau tidak (Wiknjosastro, 2008).

(2) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Nursalam, 2009).

(3) Dada dan aksila : Apakah ada benjolan pada payudara atau tidak, dan apakah simetris kanan kiri (Nursalam, 2009).

(4) Abdomen : Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi, adakah nyeri tekan serta adanya massa (Farrer, 2007). (5) Genetalia : Untuk mengetahui keadaan vulva

adakah tanda-tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartholini, dan perdarahan (Prawirohardjo, 2005). Pada akseptor KB suntik tiga bulan Depo Provera PPV (Perdarahan Per Vaginam) berupa darah bercak merah (Saifuddin, 2006).

(6) Ekstremitas : Apakah terdapat varices, oedema atau tidak, betis merah atau lembek atau keras (Saifuddin, 2006).

g) Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk mengetahui atau mencari sumber perdarahan, apakah terdapat lesi pada porsio atau servik, pada akseptor KB suntik tiga bulan Depo Provera dengan spotting sumber perdarahan berasal dari uterus (Depkes RI, 2009).

h) Data laboratorium

Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang, yaitu dilakukan pemeriksaan Hb. Pada akseptor KBsuntik tiga bulan Depo Provera dengan spotting pemeriksaan Hb di lakukan untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak (Nursalam, 2009).

b. Langkah kedua : Interprestasi data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi satu diagnosa atau masalah yang telah diindentifikasi mejadi diagnosa nomenklatur.Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnostik kebidanan (Varney, 2008).

1) Diagnosa Kebidanan

Ny. X……. P…A…umur…. Akseptor KB Suntik Depoprovera dengan Spotting.

Data dasar :

a) Ibu mengatakan bernama Ny X b) Ibu mengatakan berumur …

c) Ibu mengatakan pernah melahirkan … d) Ibu mengatakan pernah keguguran atau tidak e) Ibu mengatakan akseptor KB suntik Depoprovera

f) Ibu mengtakan mengeluarkan bercak darah sejak … sampai… Data Obyektif : a) Keadaan ibu : b) Kesadaran : c) Keadaan Umum : d) Vital sign : TD : …. R : …. N : …. S : ….

e) Genetalia : Pengeluaran pervaginam berupa bercak darah.

2) Masalah

Menurut Varney (2008), masalah yang sering muncul pada akseptor KB Suntik Depoprovera dengan spotting antara lain sebagai berikut:

a) Rasa tidak nyaman pada daerah kemaluan. b) Rasa cemas tentang perdarahan diluar haid. 3) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien-pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.Kebutuhan yang diperlukan akseptor KB Suntik Depo provera adalah dukungan moril pada ibu (Varney, 2008).

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2008). Diagnosa potensial yang terjadi pada akseptor KB Suntik Depo provera adalah anemia (Saifuddin, 2006).

d. Langkah Keempat : Antisipasi

Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sbelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, segera kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2008).

Antisipasi pada spotting yaitu diberikan terapi : tablet zat besi yang merupakan suatu suplemen penambah darah untuk mencegah terjadinya anemia (Saifuddin, 2006).

e. Langkah Kelima : Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan pada akseptor KB suntik Depo provera dengan spotting menurut Saifuddin (2006), adalah :

1) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan:

a) Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestradiol), ibuproven (sampai 800 mg, 3x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan.

b) Bila terjadi perdarahan yang banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 mg

etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari (Saifuddin, 2006)

f. Langkah Keenam : Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2008). Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan pada akseptor KB Suntik Depoprovera dengan spotting secara menyeluruh.

g. Langkah Ketujuh : Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2008).

Menurut Saifuddin (2006), evaluasi yang diharapkan pada akseptor KB Suntik Depoprovera meliputi:

1) Ibu mengerti tentang efek samping yang akan timbul pada akseptor KB Suntik Depo provera.

2) Ibu sudah tidak merasa cemas dengan keadaannya.

3) Spotting dapat teratasi dan pasien tetap menggunakan KB Suntik Depo Provera.

3. Data Perkembangan

Pendokumentasian asuhan kebidanan, rencana asuhan kebidanan ditulis dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu pendokumentasian yang menurut Varney (2008), SOAP merupakan singkatan dari:

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.Anamnesa dilakukan pada akseptor KB Suntik Depo Provera dengan Spotting.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum, kesadaran dan perdarahan pervaginam.Pada pemeriksaan laboratorium misalnya pada pemeriksaan Hb, pemeriksaan papsmear dan secret vagina.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan implementasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan evaluasi berdasarkan assessment. Memberikan konseling sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untukmembantu proses pengobatan.

C. Landasan Hukum

Standar merupakan landasan berpijak secara dan parameter atau alat ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjamin mutu asuhan yang diberikan. Kepmenkes RI No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 Pasal 25 ayat (1) Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu dengan menggunakan KB Depoprovera dengan Spotting harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan berdasarkan pendidikan dan pengalaman,sedangkan dalam pemberian pelayanan harus berdasarkan standar profesi.

Menurut (Kepmenkes,2002), Bidan mempunyai kewenangan sebagai berikut:

1. Menghormati hak pasien

2. Merujuk kasus yang tidak bisa ditanagani

3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

4. Memberikan informasi tentang pelayanan yang akan diberikan 5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

BAB III METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Studi kasus adalah penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2005). Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus dalam penelitian ini mendiskribsikan asuhan kebidanan pada Ny. S P1 A0 umur 21 tahun akseptor Kb suntik Depoprovera dengan Spotting menggunakan manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney, dan data

Dokumen terkait