• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini disajikan kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan peneliti selanjutnya dalam menghitung harga jual produk.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Biaya Produksi

1. Pengertian Biaya Produksi

Riwayadi (2014: 17) mendefinisikan bahwa, biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah hubungan fungsional atau sebab akibat antara input dan output. Dalam hal ini input adalah sebab dan output sebagai akibat. Input produksi dikenal dengan faktor-faktor produksi, yaitu modal, tenaga kerja, sumber daya alam, dan teknologi atau kewirausahaan. Sementara output dikenal dengan jumlah produksi.

Hansen dan Mowen (2004: 50) mendefinisikan bahwa, biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.

Sementara Carter dan Usry (2005: 24) mendefinisikan bahwa, biaya produksi adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu biaya produksi langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

Penghitungan biaya produksi ke dalam penentuan harga pokok produksi sangatlah penting, karena biaya produksi merupakan unsur biaya yang dihitung dalam harga pokok produksi. Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam biaya tersebut:

2.1Biaya Bahan Baku

Siregar (2013: 38) mendefinisikan biaya bahan baku sebagai besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi.

Bahan baku adalah bahan yang akan diolah melalui proses produksi menjadi produk selesai. Bahan baku yang digunakan dapat diperoleh melalui pembelian lokal, import, atau pengolahan sendiri.

Carter (2009: 40) menyatakan biaya bahan baku dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk integral dari produk jadi dan dimasukan secara eksplisit dalam penghitungan biaya produk.

b. Bahan Baku Tidak Langsung

Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk tetapi tidak di klasifikasikan

sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.

2.2Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa (teken prestasi) yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.

2.2.1Jenis Tenaga Kerja

Carter (2009 : 42) membagi tenaga kerja menjadi dua jenis yaitu : 1) Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konveksi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.

2) Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung ditelusuri ke konstruksi atau komposisi produk jadi. 2.2.2 Sifat-Sifat Tenaga Kerja Langsung

Adisaputro dan Anggarini (2011: 217) dalam Sari (2016), menyatakan sifat – sifat tenaga kerja langsung sebagai berikut: a. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.

b. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya variabel.

c. Secara umum tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam penentuan harga pokok).

2.3Biaya Overhead Pabrik

Hansen dan Mowen (2009: 57) mendefinisikan bahwa, biaya

overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Mulyadi (2005: 194-195) menggolongkan biaya overhead pabrik menurut sifatnya adalah sebagai berikut:

a. Biaya Bahan Penolong

Biaya bahan penolong yaitu bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang

(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipment, kendaraan dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang, tetapi tidak terlibat secara langsung di dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, dan asuransi kecelakaan karyawan.

f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

2.3.1. Biaya Overhead Pabrik menurut Perilakunya

Mulyadi (2005: 195) menyatakan bahwa, penggolongan biaya

overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

a. Biaya Overhead Tetap

Biaya Overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.

b. Biaya Overhead Variabel

Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead

pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan.

c. Biaya Overhead Semivariabel

Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya

overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

2.3.2. Sifat-Sifat Biaya Overhead Pabrik Dibebankan

Muhadi dan Siswanto (2001: 2) menyatakan bahwa, sifat-sifat BOP dibebankan secara langsung pada produksi adalah sebagai berikut :

1. Produksinya relatif stabil

2. Biaya overhead pabrik khususnya yang bersifat tetap bukan merupakan bagian yang berarti dibandingkan dengan biaya produksi total.

2.3.3. Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk Mulyadi (2005: 200-202) menyatakan, beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP kepada produk adalah sebagai berikut :

a. Satuan produk

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan BOP kepada produk.

Tarif BOP per satuan =

Taksiran BOP = taksiran jumlah Biaya Overhead Pabrik bulan / tahun berjalan

Taksiran jumlah satuan produk = taksiran jumlah satuan produk yang diproduksi bulan / tahun berjalan

b. Biaya Bahan Mentah

Jika BOP yang dominan dengan nilai bahan mentah, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.

Tarif BOP per satuan =

Taksiran biaya bahan mentah yang dipakai = taksiran jumlah Biaya Overhead Pabrik yang dominan bervariasi dalam nilai

bahan mentah bulan / tahun berjalan (misal : biaya asuransi bahan baku)

c.Biaya Tenaga Kerja

Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah TKL, maka dasar yang dipakai untuk membebankan BOP adalah biaya TKL. Tarif BOP per satuan =

Taksiran biaya Tenaga Kerja Langusng = taksiran biaya Tenaga Kerja Langsung saat proses produksi bulan / tahun berjalan

d.Jam Tenaga Kerja Langsung

Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara biaya TKL dengan jumlah jam kerja langsung, makan BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung.

Tarif BOP per satuan =

Taksiran jam Tenaga Kerja Langusng = taksiran jam kerja Tenaga Kerja Langsung saat proses produksi bulan / tahun berjalan

e.Jam Mesin

Apabila BOP bervariaasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin.

Tarif BOP per satuan =

Taksiran Jam Kerja Mesin = taksiran Jam Kerja Mesin saat proses produksi bulan / tahun berjalan

B. Akuntansi Produk Bersama

Suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi banyak produk pasti akan membutuhkan beberapa unsur-unsur biaya untuk memproduksi produknya tersebut. Diantaranya adalah biaya bersama dan biaya produksi bersama. Mulyadi (2005: 333) menyatakan, istilah biaya bersama dapat dikaitkan dengan dua pengertian diantaranya :

1. Biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatannya dilakukan secara massa. 2. Biaya produksi bersama (join product cost) adalah biaya yang dikeluarkan

sejak mula – mula bahan baku diolah sampai dengan berbagai macam produk saat dipisahkan identifikasinya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Untuk pembahasan selanjutnya, definisi yang akan dipakai adalah sebagai berikut :

Mulyadi (2005: 342) menyatakan, pengertian pertama biaya bersama tersebut diatas disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan.

Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, di lain sisi biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan. Biaya bergabung merupakan biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk-produk yang dihasilkan.

1.Pengertian Biaya Bersama

Dalam proses produksi perusahaan tertentu, kita sering menjumpai satu atau beberapa macam bahan baku dalam satu proses produksi yang sama menghasilkan beberapa macam produk. Singkatnya, satu input menghasilkan lebih dari satu output.

Biaya-biaya yang dikeluarkan selama memproduksi beberapa produk secara bersamaanlah, yang dinamakan biaya bersama. Berikut pendapat para ahli mengenai biaya bersama (joint cost) :

Mulyadi (2005: 334) mendefinisikan bahwa, biaya produk bersama adalah Biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dangan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Supriyono (1999 : 238) mendefinisikan bahwa, biaya produksi bersama adalah biaya produksi yang diserap oleh produk bersama (common

product) yang terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dapat diikuti jejaknya yang pada setiap macam produk dan biaya

overhead pabrik yang tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk, oleh karena itu biaya overhead pabrik pada biaya produksi bersama disebut dengan biaya overhead bersama (joint overhead cost).

Bustami dan Nurlela (2009: 148) mendefinisikan bahwa, biaya bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik untuk menghasilkan beberapa produk. 2.Pengertian Produk Bersama

Bustami dan Nurlela (2009: 147) mendefinisikan bahwa, produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian atau seri produk secara bersama atau serempak dengan menggunakan bahan, tenaga kerja dan biaya overhead secara bersama. Biaya tersebut tidak dapat ditelusuri atau dipisahkan pada setiap produk, dan setiap produk mempunyai nilai jual atau kuantitas yang relatif sama.

Supriyono (1999: 237-238) mendefinisikan bahwa, produk bersama (common product) adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama-sama dengan menggunakan fasilitas yang sama tetapi asal dari bahan baku dan tenaga kerja langsung tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa produk bersama adalah beberapa macam produk yang diproduksi serempak

dengan menggunakan fasilitas yang sama tetapi biaya produksinya tidak dapat ditelusuri pada setiap produknya.

3.Alokasi Biaya

Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk. Oleh karena itu untuk memudahkan dalam penghitungan diperlukan alokasi biaya.

Bustami dan Nurlela (2009: 149) mendefinisikan bahwa, alokasi biaya adalah pembebanan biaya secara proporsional dari biaya tidak langsung atau biaya bersama ke obyek biaya.

Bustami dan Nurlela (2009: 149) mendefinisikan, secara umum alokasi biaya tersebut ditujukan untuk berbagai alasan sebagai berikut : a. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan

pelaporan keuangan internal.

b. Menghitung harga pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan pelaporan eksternal.

c. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.

d. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak atau biaya bahan yang hancur.

e. Menentukan biaya departemen atau devisi untuk tujuan pelaporan kinerja eksekutif.

f. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan peraturan harga. Misalnya di Amerika Serikat

produksi minyak mentah dan gas alam dilakukan bersama tetapi gas alam dikenakan peraturan harga.

Selain dari tujuan-tujuan diatas, Mursyidi (2008: 165) juga memaparkan bahwa analisis biaya bersama dapat dijadikan informasi untuk perencanaan laba sekaligus penentuan harga jual yang relatif bersaing untuk setiap jenis produk bersama.

Pada dasarnya alokasi biaya bertujuan untuk mengetahui berapa besar kontribusi masing-masing produk bersama terhadap pendapatan perusahaan dan mengetahui apakah seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk bersama sudah dihitung dengan seteliti mungkin.

3.1Metode Alokasi Biaya Produksi Bersama

Mulyadi (2009: 360) menyatakan, biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan salah satu dari tiga metode di bawah ini:

a. Metode Nilai Jual Relatif

Mulyadi (2005: 337) menyatakan, metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama. Dasar pikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk yang lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk yang lain.

Oleh karena itu menurut metode ini, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan.

Bustami dan Nurlela (2009: 150) menyatakan, metode harga jual dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1)Harga Jual Diketahui pada Saat Titik Pisah

Apabila harga jual diketahui pada saat titik pisah maka biaya bersama dibebankan kepada produk berdasarkan nilai jual masing-masing produk terhadap jumlah nilai jual keseluruhan produk. Rumus Pembebanan Biaya :

2)Harga Jual Tidak Diketahui pada Saat Titik Pisah

Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada titik pisah, maka harga tidak dapat diketahui saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual dapat diketahui sebelum dijual. Dasar yang dapat digunakan dalam menghasilkan biaya bersama adalah harga pasar hipotesis. Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih lanjut.

Pembebanan Biaya Bersama

=

X Biaya Bersama bbBerBerBersama

Rumus Pembebanan Biaya :

b. Metode Satuan Fisik

Mulyadi (2005: 338) menyatakan, Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume, atau ukuran yang lain. Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang sama.

Jika produk yang sama mempunyai satuan ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivaliensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi ukuran yang sama. Rumus Pembebanan Biaya :

Mulyadi (2005: 339) menyatakan, metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan diukur

Pembebanan Biaya Bersama

=

X Biaya Bersama Pembebanan Biaya Bersama

= X Biaya Bersama

dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu satuan produk berbeda satu sama lain.

Rumus Pembebanan Biaya :

Rumus Pembebanan Biaya :

Penelitian ini pada penghitungan harga pokok produksinya akan didasarkan pada harga pokok produksi berbasis volume (

Volume-Based Costing−VCB) atau yang disebut juga harga pokok produksi berbasis unit (Unit-Based Costing). Riwayadi (2016: 125) menyatakan, berdasarkan penghitungan harga pokok produksi berbasis volume, pembebanan biaya produksi ke produk menggunakan driver berbasis unit (Unit-Based Driver). Driver

berbasis unit adalah driver yang dipicu oleh unit yang dihasilkan. Pembebanan Biaya Bersama

= Biaya per unit X Jumlah unit masing-masing produk

Pembebanan Biaya Bersama =

Keakuratan penghitungan harga pokok produksi sangat dipengaruhi oleh keakuratan dalam memilih dasar alokasi biaya (cost allocation base). Penentuan dasar alokasi yang akurat dapat dilakukan melalui analisis driver biaya (cost driver). Driver biaya adalah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya biaya.

Riwayadi (2016: 138) menyatakan, rumus pembebanan biaya adalah sebagai berikut :

c. Metode Rata-rata Tertimbang

Mulyadi (2005: 340) memaparkan bahwa jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam pengalokasian biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi ini dikalikan terlebih dahulu dengan angka penimbang dan hasilnya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk setiap jenis produk yang dihasilkan.

Pool Rate / Tarif BOP per unit cost driver : =

BOP dibebankan ke masing-masing produk : Tarif pool X Pemakaian aktivitas

Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.

Rumus Pembebanan Biaya :

C. Harga Pokok Produksi

1.Pengertian Harga Pokok Produksi

Hansen dan Mowen (2009: 60) menyatakan bahwa, harga pokok produksi (cost of goods manufactured) mencerminkan total biaya manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, overhead selama periode berjalan.

Yadiati dan Wahyudi (2008: 125) menyatakan bahwa, h arga pokok produksi adalah biaya barang yang telah diselesaikan selama satu periode. Haryono (2005: 78) menyatakan bahwa, harga pokok produksi adalah biaya untuk menghasilkan produk pada perusahaan manufaktur.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan jumlah dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik untuk membuat suatu produk. 2. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Metode pengumpulan harga pokok produksi dapat dikelompokkan menjadi dua metode yaitu Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) dan Metode Harga Pokok Proses (Proses Costing Method)

Pembebanan Biaya Bersama

= X Biaya Bersama

2.1Metode Harga Pokok Pesanan.

Metode harga pokok pesanan (job order costing method) merupakan salah satu metode pengumpulan harga pokok produksi, yang mana proses produksinya berdasarkan pesanan dari konsumen. Untuk lebih jelas mengenai harga pokok pesanan maka, akan diuraikan mengenai metode harga pokok pesanan.

a. Pengertian Metode Harga Pokok Pesanan

Mulyadi (2005: 35) mendefinisikan harga pokok pesanan sebagai metode yang biaya-biaya produksinya dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

Riza (2013: 62) menyatakan, dalam metode pengumpulan biaya ini semua biaya produksi diakumulasikan pada setiap pesanan, baik biaya bahan baku, biaya pekerja, dan biaya overhead pabrik.

b. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Riza (2013: 62) menyatakan, karakteristik sistem penghitungan biaya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut:

1. Sistem ini diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan pesanan dalam bentuk produk atau jasa yang beraneka ragam dan berbeda antara pesanan yang satu dengan yang lain, atau dengan kata lain produk yang dihasilkan heterogen.

2. Biaya produksi diakumulasi ke masing-masing pesanan (job). Pesanan dapat berupa produk atau sekelompok produk (batch of goods).

3. Biaya per unit produk dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dari pesanan tersebut.

4. Di dalam sistem biaya pesanan terdapat kartu biaya pesanan sebagai dokumen yang digunakan mengakumulasikan biaya ke dalam pesanan tertentu.

Mulyadi (2005: 39-41) menyatakan bahwa, pada perusahaaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :

a. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp XXX Taksiran biaya nonproduksi yang

dibebankan kepada pemesan Rp XXX+ Taksiran total biaya pesanan Rp XXX Laba yang diinginkan Rp XXX+ Taksiran harga jual yang dibebankan

b. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. Biaya produksi pesanan:

Taksiran biaya bahan baku Rp XXX Taksiran biaya tenaga kerja Rp XXX Taksiran biaya overhead pabrik Rp XXX + Taksiran total biaya produksi Rp XXX Biaya nonproduksi :

Taksiran biaya administrasi dan umum Rp XXX Taksiran biaya pemasaran Rp XXX + Taksiran biaya nonproduksi Rp XXX + Taksiran total harga pokok pesanan Rp XXX c. Memantau realisasi biaya produksi.

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp XXX Biaya tenaga kerja sesungguhnya Rp XXX

Dokumen terkait