EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK (Studi Kasus pada Kerajinan Agus Ceramics)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Monica Felicia Mutiarasari Putri NIM: 132114051
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK (Studi Kasus pada Kerajinan Agus Ceramics)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Monica Felicia Mutiarasari Putri NIM: 132114051
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv MOTTO
“
Dan ketahuilah, Aku menyertaimu senantiasa sampai akhir zaman
.”
(Matius 28: 20)
“Bagaimana engkau tumbuh, bila senantiasa memilih layu? Bukankah kau
harus bertumbuh agar sesamamu beroleh manfaat daripadamu?”
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santa Monica
Papa dan Mama
Saudaraku Koko Edo, Lita dan Richard
Adhitya Putra W.
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK
Studi Kasus pada Kerajinan Agus Ceramics
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Mei 2017
Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Monica Felicia Mutiarasari Putri Nomor Mahasiswa : 132114051
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Studi Kasus pada Kerajinan Agus Ceramics
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpang, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31 Mei 2017
Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian kepada penulis.
2. Albertus Yudi Yuniarto, SE., M.B.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ilsa Haruti Suryandari, SE., SIP., M.Sc., Akt., CA. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah senantiasa menyertai selama 4 tahun kuliah di
Universitas ini.
5. Drs. G. Anto Listianto, M.S.A, Akt. selaku pembimbing, sahabat,dan keluarga
yang telah sabar membantu dan membimbing penulis menyelesaikan skripsi
ini.
6. Agus Sugiarto selaku pemilik Kerajinan Agus Ceramics yang memberikan ijin
untuk melakukan penelitian dan telah bersedia memberikan data yang
diperlukan.
7. Papa dan Mama yang peduli pada pendidikan anaknya, dan banyak
mendorong dan mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat selesai.
8. Saudaraku Koko Edo, Lita dan Richard yang senantiasa memberikan
viii
9. Adhitya Putra W. yang senantiasa mendampingi dan memberikan motivasi
kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.
10.Teman-teman seperjuangan mulai dari teman-teman Kelas B angkatan 2013
dan kelas MPAT yang mendoakan kelancaran penulisan skripsi ini.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Mei 2017
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... .... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... .... iii
HALAMAN MOTTO ... .... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... .... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... .... vi
F. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A.Biaya Produksi ... 7
1. Pengertian Biaya Produksi ... 7
2. Unsur-Unsur Biaya Produksi ... 8
2.1 Biaya Bahan Baku ... 8
2.2 Biaya Tenaga Kerja ... 9
2.2.1 Jenis Tenaga Kerja ... 9
2.2.2 Sifat-Sifat Tenaga Kerja Langsung ... 9
2.3 Biaya Overhead Pabrik ... 10
2.3.1 Biaya Overhead Pabrik menurut Perilakunya ... 12
2.3.2 Sifat-Sifat Biaya Overhead Pabrik Dibebankan ... 12
2.3.3 Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk ... 13
B.Akutansi Produk Bersama ... 15
1. Pengertian Biaya Bersama ... 16
2. Pengertian Produk Bersama ... 17
3. Alokasi Biaya ... 18
3.1Metode Alokasi Biaya Produk Bersama ... 19
C.Harga Pokok Produksi ... 24
1. Pengertian Harga Pokok Produksi ... 24
2. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ... 24
2.1 Metode Penentuan Harga Pokok Pesanan ... 25
2.2 Metode Harga Pokok Proses ... 28
x
3.1 Metode Full Costing ... 30
3.2 Metode Variabel Costing ... 31
D.Harga Jual Produk ... 32
1. Pengertian Harga Jual Produk ... 32
2. Metode Penentuan Harga Jual Produk ... 33
2.1 Metode Taksiran (Judgemental Method) ... 34
2.2 Metode Berbasis Pasar (Market-Based Method)... 34
2.3Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Method) ... 37
E.Pengukuran Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk .. 40
1. Pengukuran Harga Pokok Produksi ... 40
2. Pengukuran Harga Jual Produk ... 40
3. Evaluasi Harga Jual Produk ... 40
A. Menetukan Harga Pokok Produksi yang Tepat ... 40
B. Menentukan Mark-Up ... 41
F. Review Penelitian Terdahulu ... 41
BAB III METODE PENELITIAN... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ... 44
E. Data yang Diperlukan ... 45
F. Teknik Analisa Data ... 46
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 48
A. Letak Perusahaan ... 48
B. Sejarah Perusahaan... 48
C. Visi dan Misi Perusahaan ... 49
D. Bahan Baku ... 50
E. Tenaga Kerja Langsung ... 50
F. Overhead Pabrik ... 51
G. Proses Produksi ... 55
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Data ... 57
B. Analisis Data ... 59
C. Pembahasan ... 82
BAB VI PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Keterbatasan Penelitian ... 85
C. Saran ... 85
xi
Tabel 5 Perkiraan Harga Pokok Produksi Souvenir menurut Kerajinan Agus Ceramics ... 59
Tabel 6 Harga Jual Souvenir menurut Kejarinan Agus Ceramics... 59
Tabel 7 Penghitungan Biaya Bahan Baku Pesanan A ... 60
Tabel 8 Penghitungan Biaya Bahan Baku Pesanan B ... 61
Tabel 9 Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Pesanan A ... 60
Tabel 10 Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Pesanan B ... 60
Tabel 11 Penghitungan Alokasi Biaya Bersama ... 61
Tabel 12 Penghitungan Alokasi Biaya Cat Clear Ke Masing-masing Pesanan ... 62
Tabel 13 Penghitungan Alokasi Biaya Kuas Ke Masing-masing Pesanan ... 63
Tabel 14 Penghitungan Alokasi Biaya Listrik Ke Masing-masing Pemakaian ... 64
Tabel 15 Penghitungan Beban Listrik pada Masing-masing Pesanan ... 65
Tabel 16 Penghitungan Beban Depresiasi Gedung pada Masing-masing Pesanan ... 66
Tabel 17 Penghitungan Biaya Bahan Penolong ... 67
Tabel 18 Penghitungan Biaya Bahan Habis Pakai pada Pesanan A ... 67
Tabel 19 Penghitungan Biaya Bahan Habis Pakai pada Pesanan B ... 68
Tabel 20 Penghitungan Biaya Tenga Kerja Tidak Langsung pada Masing-masing Pesanan... 69
Tabel 21 Beban Depresiasi Gedung Pabrik Bulan Februari 2017 ... 70
Tabel 22 Beban Depresiasi Alat Kerja Bulan Februari 2017 ... 70
Tabel 23 Penghitungan Beban Depresiasi Alat Kerja Per Pieces Pesanan ... 71
Tabel 24 Penghitungan Beban Depresiasi Alat Kerja pada Masing-masing Pesanan... 71
Tabel 25 Beban Depresiasi Alat Kerja ... 72
Tabel 26 Beban Listrik PLN ... 73
Tabel 27 Penghitungan Biaya Overhead Pabrik menurut Perilakunya pada Pesanan A ... 73
Tabel 28 Penghitungan Biaya Overhead Pabrik menurut Perilakunya pada Pesanan B ... 74
Tabel 29 Harga Pokok Pesanan pada Pesanan A ... 74
Tabel 30 Harga Pokok Pesanan pada Pesanan B ... 74
xii
Tabel 32 Harga Jual Produk pada Pesanan B ... 75 Tabel 33 Perbandingan Konsep Penghitungan menurut Perusahaan dan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Lampiran Halaman
1 Transkrip Wawancara ... 92
xiv ABSTRAK
EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Studi Kasus pada Kerajinan Agus Ceramics
Monica Felicia Mutiarasari Putri NIM : 132114051
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penentuan harga jual produk jika dibandingkan dengan kajian teori. Penelitian ini dilakukan pada Kerajinan Agus Ceramics yang berlokasi di Pundong, Bantul, Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Metode penelitian dilakukan dengan teknik deskriptif kuantitatif. Teknik analisa data yang digunakan adalah penghitungan harga jual produk dengan metode berbasis biaya pendekatan full cost-plus mark-up. Langkah menganalisis data yaitu dengan: 1) menghitung biaya bahan baku langsung; 2) menghitung biaya tenaga kerja langsung; 3) menghitung biaya overhead pabrik; 4) menghitung harga pokok produksi; 5) menghitung harga jual produk; 6) membandingkan konsep penghitungan harga pokok produksi dan harga jual produk menurut perusahaan dan menurut kajian teori; 7) membandingkan penghitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dan menurut kajian teori; 8) menghitung harga jual produk menurut perusahaan dan menurut kajian teori; dan 9) menyimpulkan penentuan harga jual produk pada perusahaan berdasarkan penghitungan dan analisis yang sudah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pada penghitungan harga jual produk menurut perusahaan dan penghitungan harga jual produk menurut kajian teori. Terbukti dari perbedaan penghitungan harga jual produk sebesar 46,2% pada Produk A dan 60,3% pada Produk B. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan kosep penghitungan harga jual produk menurut perusahaan dan menurut kajian teori, dimana perusahaan mementingkan keuntungan sebesar-besarnya ketimbang keakuratan penghitungan yang didasari penggolongan biaya yang tepat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga jual produk menurut Kerajinan Agus Ceramics belum sesuai dengan kajian teori.
xv ABSTRACT
THE EVALUATION OF PRODUCT SALES PRICE A Case Study at Agus Ceramics Craft
Monica Felicia Mutiarasari Putri based on theory examination. This research is conducted on Agus Ceramics Craft located in Pundong, Bantul, Yogyakarta.
The type of research is case study. The research method is done by quantitative descriptive thecnique. The thecniques used in data analysis is calculating the product sales price with cost-based pricing method full cost-plus mark-up approach. Step of analysis data that is by: 1) calculate direct material cost; 2) calculate direct labor cost 3) calculate factory overhead cost; 4) calculate cost of goods manufactured; 5) calculate product sales price 6) comparing the concept of calculating the cost of goods manufactured and the product sales price according to the company and according to the theory examination; 7) comparing the calculating of cost of goods manufactured according to the company and according to the theory examination; 8) comparing the calculating of product sales price according to the company and according to the theory examination; and 9) concludes the determination of the product selling price on the company based on the calculation and analysis that has been done.
The result of the research showed that there was difference between the calculation of product sales price according to the company and the calculation of product sales price according to the theory examination. Evident from the difference in the calculation of product sales price of 46.2% in Product A and 60,3% in Product B. The difference occured due to differences calculation concept of the product salles price according to the company and according to theory examination, where the company prioritized profits as much as possible rather than accuracy calculations based on appropriate cost classification. Thus it could be concluded that the product sales price according to Agus Ceramics Craft did not in accordance with the of theory examination.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Mulyadi (1993: 97) menyatakan bahwa, penentuan harga pokok
produksi bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang
dikorbankan dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau jasa
yang siap untuk dijual dan dipakai. Penentuan harga pokok produksi sangat
penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang
dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan
dalam mengambil keputusan penentuan harga jual. Perusahaan harus mampu
menentukan biaya yang timbul dalam produksi yang sesuai dengan proses
bisnis perusahaan, agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi
dengan tepat.
Penentuan harga pokok produksi pada setiap perusahaan memiliki cara
yang berbeda-beda karena setiap perusahaan memiliki proses bisnis yang
berbeda. Perusahaan tidak bisa sembarangan dalam menentukan harga pokok
produksi, karena jika tidak tepat dalam menentukan harga pokok produksi
akan mempengaruhi pengambilan keputusan penentuan harga jual. Apabila
penentuan harga pokok produksi terlalu rendah maka harga jual juga rendah
sehingga laba yang diperoleh tidak maksimal. Sehingga lama-kelamaan akan
mengurangi minat untuk melakukan investasi baru bagi perusahaan tersebut,
bahkan mungkin saja akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan apabila
biaya-biaya yang diperlukan mengalami peningkatan sedangkan harga jual
maka keputusan penentuan harga jual akan menjadi tinggi, akibatnya minat
konsumen untuk membeli produk menjadi berkurang dan dapat
mengakibatkan konsumen mungkin lari ke produk sejenis yang dihasilkan
oleh perusahaan pesaing apabila perusahaan pesaing dapat menawarkan
produk sejenis dengan kualitas yang relatif sama dan harga yang cenderung
lebih rendah. Apabila terjadi demikian maka hal ini akan berdampak
mengurangi kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing di pasaran. Oleh
karena itu, diperlukan pertimbangan yang lebih relevan dalam penentuan
harga jual yang lebih tepat.
Kebijakan penentuan harga jual oleh manajemen idealnya memastikan
pemulihan (recovery) atas semua biaya dan mencapai laba yang diinginkan
dalam kondisi sulit sekalipun (Carter dan Usry, 2004). Meskipun penawaran
dan permintaan biasanya merupakan faktor penentu dalam penetapan harga
tetapi penetapan harga jual yang menguntungkan bagi perusahaan
memerlukan pertimbangan atas biaya.
Pertimbangan perusahaan dalam keputusan penentuan harga jual pada
kenyataannya seringkali belum tepat karena banyak perusahaan, khususnya
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menentukan harga jual
produk mereka tidak berdasarkan perhitungan dan prinsip akuntansi yang
benar, melainkan menggunakan perkiraan manajemen atau pemilik. Maka
dari itu tidak mengherankan apabila banyak UMKM yang kemudian gulung
tikar karena penghasilan dari penjualan produk atau jasa mereka tidak dapat
Oleh karena itu penentuan harga jual harus tepat, dengan didasari oleh harga
pokok produksi yang dikalkulasi dengan mark-up (Mulyadi 2005: 348).
Dalam penelitian Magdalena (2010), Pancawati (2014), dan Florensia,
et al. (2015), menyatakan bahwa penetapan harga pokok produksi perusahaan
ditetapkan lebih rendah daripada harga pokok produksi sebenarnya, sehingga
harga jual juga ditetapkan lebih rendah. Sebaliknya Cahyadi (2008), Erawati
dan Syafitri (2012), dan Djumali, et al. (2014) menyatakan bahwa harga
pokok produksi perusahaan ditetapkan lebih tinggi daripada harga pokok
produksi sesungguhnya, sehingga harga jual ditetapkan lebih tinggi.
Berdasarkan gap tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti penentuan harga
jual pada Kerajinan Agus Ceramics, karena memiliki proses bisnis
berdasarkan pesanan konsumen. Proses bisnis seperti ini akan membuat
pemilik usaha untuk bisa membuat produk yang berbeda-beda (heterogen)
tergantung permintaan konsumen dan dapat menentukan harga jual diawal
sebelum proses produksi dimulai untuk mendapatkan kesepakatan.
Kerajinan Agus Ceramics masih mengandalkan intuisi pemilik dalam
penentuan harga jual produknya. Pada prinsipnya penentuan harga jual
Kerajinan Agus Ceramics hanya berfokus pada keuntungan yang diperoleh
tanpa perhitungan biaya yang tepat dan terperinci.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah penentuan harga jual produk pada Kerajinan
Agus Ceramics sudah sesuai dengan kajian teori?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini berfokus pada evaluasi penetapan harga jual produk
souvenir gerabah teknik cetak dan teknik putar pesanan bulan Februari 2017
pada Kerajinan Agus Ceramics.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian
penentuan harga jual produk pada Kerajinan Agus Ceramics jika
dibandingkan dengan kajian teori.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sehingga
membantu perusahaan dalam mengembangkan dan memperbaiki
penentuan harga pokok produksi pesanan dan harga jual produk.
2. Mahasiswa dan Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bisa menjadi bagian kepustakaan Universitas Sanata
Dharma yang bermanfaat untuk referensi dalam tugas-tugas mahasiswa
atau hanya sekedar menambah pengetahuan dalam bidang akuntansi
3. Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan
mengenai penentuan harga pokok produksi pesanan dan penentuan harga
jual lebih mendalam, karena peneliti bisa memperaktikan teori yang ada
secara langsung di lokasi penelitian.
F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan harga
pokok produksi dan harga jual produk, yang meliputi pengertian
dan unsur-unsur biaya produksi; pengertian produk bersama dan
metode penghitungan alokasi biaya persama; pengertian harga
pokok produksi, metode pengumpulan harga pokok produksi dan
metode penentuan harga pokok produksi; serta pengertian harga
jual, metode penentuan harga jual, dan penentuan mark-up. Bab
ini juga berisi pengukuran harga jual produk yang tepat serta
review penelitian terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bagian ini, menguraikan mengenai jenis penelitian, tempat
teknik pengumpulan data, data yang diperlukan dan teknik analisis
data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai letak perusahaan,
sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan. Selain itu akan
dibahas juga tentang bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan
perusahaan, overhead pabrik yang ada, dan proses produksi
perusahaan.
BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan mengenai hasil penelitian dengan cara
membandingkan penghitungan harga pokok produksi pada
perusahaan dengan kajian teori. Hal tersebut dilakukan untuk
melihat apakah penghitungan harga pokok produksi yang
diguakan sebagai dasar harga jual produk pada perusahaan
tersebut sudah sesuai atau belum.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini disajikan kesimpulan penelitian, keterbatasan
penelitian dan saran yang diperoleh dari hasil pembahasan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan peneliti
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Biaya Produksi
1. Pengertian Biaya Produksi
Riwayadi (2014: 17) mendefinisikan bahwa, biaya produksi
(manufacturing cost) adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi
produksi.
Fungsi produksi adalah hubungan fungsional atau sebab akibat antara
input dan output. Dalam hal ini input adalah sebab dan output sebagai
akibat. Input produksi dikenal dengan faktor-faktor produksi, yaitu modal,
tenaga kerja, sumber daya alam, dan teknologi atau kewirausahaan.
Sementara output dikenal dengan jumlah produksi.
Hansen dan Mowen (2004: 50) mendefinisikan bahwa, biaya produksi
adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan
jasa.
Sementara Carter dan Usry (2005: 24) mendefinisikan bahwa, biaya
produksi adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu biaya produksi
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang
berhubungan dengan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
2. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik.
Penghitungan biaya produksi ke dalam penentuan harga pokok
produksi sangatlah penting, karena biaya produksi merupakan unsur biaya
yang dihitung dalam harga pokok produksi. Berikut ini penjelasan
mengenai macam-macam biaya tersebut:
2.1Biaya Bahan Baku
Siregar (2013: 38) mendefinisikan biaya bahan baku sebagai
besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi
untuk diubah menjadi barang jadi.
Bahan baku adalah bahan yang akan diolah melalui proses
produksi menjadi produk selesai. Bahan baku yang digunakan dapat
diperoleh melalui pembelian lokal, import, atau pengolahan sendiri.
Carter (2009: 40) menyatakan biaya bahan baku dibagi menjadi
dua jenis yaitu:
a. Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang
membentuk integral dari produk jadi dan dimasukan secara
eksplisit dalam penghitungan biaya produk.
b. Bahan Baku Tidak Langsung
Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan
sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak
menjadi bagian dari produk.
2.2Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa (teken prestasi) yang
diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.
2.2.1Jenis Tenaga Kerja
Carter (2009 : 42) membagi tenaga kerja menjadi dua jenis yaitu :
1) Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan
konveksi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu.
2) Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak
secara langsung ditelusuri ke konstruksi atau komposisi produk jadi.
2.2.2 Sifat-Sifat Tenaga Kerja Langsung
Adisaputro dan Anggarini (2011: 217) dalam Sari (2016),
menyatakan sifat – sifat tenaga kerja langsung sebagai berikut:
a. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan
secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
b. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan
c. Secara umum tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja yang
kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir
(terutama dalam penentuan harga pokok).
2.3Biaya Overhead Pabrik
Hansen dan Mowen (2009: 57) mendefinisikan bahwa, biaya
overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
Mulyadi (2005: 194-195) menggolongkan biaya overhead pabrik
menurut sifatnya adalah sebagai berikut:
a. Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong yaitu bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi
tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok
produksi tersebut.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga
perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan
pabrik, mesin-mesin dan equipment, kendaraan dan aktiva tetap
c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang, tetapi tidak
terlibat secara langsung di dalam proses produksi. Biaya tenaga
kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya
kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung
tersebut.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan
pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja,
dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi
mesin dan equipment, asuransi kendaraan, dan asuransi kecelakaan
karyawan.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai. Biaya yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar
2.3.1. Biaya Overhead Pabrik menurut Perilakunya
Mulyadi (2005: 195) menyatakan bahwa, penggolongan biaya
overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume produksi dapat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu :
a. Biaya Overhead Tetap
Biaya Overhead pabrik tetap adalah biaya overhead
pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu.
b. Biaya Overhead Variabel
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead
pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi dalam rentang relevan.
c. Biaya Overhead Semivariabel
Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya
overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
2.3.2. Sifat-Sifat Biaya Overhead Pabrik Dibebankan
Muhadi dan Siswanto (2001: 2) menyatakan bahwa,
sifat-sifat BOP dibebankan secara langsung pada produksi adalah
1. Produksinya relatif stabil
2. Biaya overhead pabrik khususnya yang bersifat tetap bukan
merupakan bagian yang berarti dibandingkan dengan biaya
produksi total.
2.3.3. Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk Mulyadi (2005: 200-202) menyatakan, beberapa dasar yang
dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk membebankan BOP
kepada produk adalah sebagai berikut :
a. Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana
dan langsung membebankan BOP kepada produk.
Tarif BOP per satuan =
Taksiran BOP = taksiran jumlah Biaya Overhead Pabrik
bulan / tahun berjalan
Taksiran jumlah satuan produk = taksiran jumlah satuan
produk yang diproduksi bulan / tahun berjalan
b. Biaya Bahan Mentah
Jika BOP yang dominan dengan nilai bahan mentah,
maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada
produk adalah biaya bahan baku yang dipakai.
Tarif BOP per satuan =
Taksiran biaya bahan mentah yang dipakai = taksiran jumlah
bahan mentah bulan / tahun berjalan (misal : biaya asuransi
bahan baku)
c.Biaya Tenaga Kerja
Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai
hubungan yang erat dengan jumlah upah TKL, maka dasar
yang dipakai untuk membebankan BOP adalah biaya TKL.
Tarif BOP per satuan =
Taksiran biaya Tenaga Kerja Langusng = taksiran biaya
Tenaga Kerja Langsung saat proses produksi bulan / tahun
berjalan
d.Jam Tenaga Kerja Langsung
Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara
biaya TKL dengan jumlah jam kerja langsung, makan BOP
dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung.
Tarif BOP per satuan =
Taksiran jam Tenaga Kerja Langusng = taksiran jam kerja
Tenaga Kerja Langsung saat proses produksi bulan / tahun
berjalan
e.Jam Mesin
Apabila BOP bervariaasi dengan waktu penggunaan
mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya
Tarif BOP per satuan =
Taksiran Jam Kerja Mesin = taksiran Jam Kerja Mesin saat
proses produksi bulan / tahun berjalan
B. Akuntansi Produk Bersama
Suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi banyak produk pasti akan
membutuhkan beberapa unsur-unsur biaya untuk memproduksi produknya
tersebut. Diantaranya adalah biaya bersama dan biaya produksi bersama.
Mulyadi (2005: 333) menyatakan, istilah biaya bersama dapat dikaitkan
dengan dua pengertian diantaranya :
1. Biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke
berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya
berdasarkan pesanan maupun yang kegiatannya dilakukan secara massa.
2. Biaya produksi bersama (join product cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sejak mula – mula bahan baku diolah sampai dengan berbagai macam
produk saat dipisahkan identifikasinya. Biaya produk bersama ini terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Untuk pembahasan selanjutnya, definisi yang akan dipakai adalah sebagai
berikut :
Mulyadi (2005: 342) menyatakan, pengertian pertama biaya bersama tersebut
diatas disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan pengertian kedua
disebut biaya bersama (joint cost). Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk
memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama)
Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu
bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang
terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak
penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, di lain sisi biaya bersama tidak dapat diikuti jejak
alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan. Biaya bergabung
merupakan biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk-produk
yang dihasilkan.
1.Pengertian Biaya Bersama
Dalam proses produksi perusahaan tertentu, kita sering menjumpai
satu atau beberapa macam bahan baku dalam satu proses produksi yang
sama menghasilkan beberapa macam produk. Singkatnya, satu input
menghasilkan lebih dari satu output.
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama memproduksi beberapa produk
secara bersamaanlah, yang dinamakan biaya bersama. Berikut pendapat
para ahli mengenai biaya bersama (joint cost) :
Mulyadi (2005: 334) mendefinisikan bahwa, biaya produk bersama
adalah Biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah
sampai dangan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.
Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik.
Supriyono (1999 : 238) mendefinisikan bahwa, biaya produksi
product) yang terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
yang dapat diikuti jejaknya yang pada setiap macam produk dan biaya
overhead pabrik yang tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam
produk, oleh karena itu biaya overhead pabrik pada biaya produksi bersama
disebut dengan biaya overhead bersama (joint overhead cost).
Bustami dan Nurlela (2009: 148) mendefinisikan bahwa, biaya
bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik untuk menghasilkan beberapa produk.
2.Pengertian Produk Bersama
Bustami dan Nurlela (2009: 147) mendefinisikan bahwa, produk
bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian
atau seri produk secara bersama atau serempak dengan menggunakan
bahan, tenaga kerja dan biaya overhead secara bersama. Biaya tersebut
tidak dapat ditelusuri atau dipisahkan pada setiap produk, dan setiap
produk mempunyai nilai jual atau kuantitas yang relatif sama.
Supriyono (1999: 237-238) mendefinisikan bahwa, produk bersama
(common product) adalah beberapa macam produk yang dihasilkan
bersama-sama dengan menggunakan fasilitas yang sama tetapi asal dari
bahan baku dan tenaga kerja langsung tidak dapat diikuti jejaknya pada
setiap macam produk.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa produk
dengan menggunakan fasilitas yang sama tetapi biaya produksinya tidak
dapat ditelusuri pada setiap produknya.
3.Alokasi Biaya
Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk.
Oleh karena itu untuk memudahkan dalam penghitungan diperlukan
alokasi biaya.
Bustami dan Nurlela (2009: 149) mendefinisikan bahwa, alokasi
biaya adalah pembebanan biaya secara proporsional dari biaya tidak
langsung atau biaya bersama ke obyek biaya.
Bustami dan Nurlela (2009: 149) mendefinisikan, secara umum
alokasi biaya tersebut ditujukan untuk berbagai alasan sebagai berikut :
a. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan
pelaporan keuangan internal.
b. Menghitung harga pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan
pelaporan eksternal.
c. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
d. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai
barang yang rusak atau biaya bahan yang hancur.
e. Menentukan biaya departemen atau devisi untuk tujuan pelaporan
kinerja eksekutif.
f. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang
produksi minyak mentah dan gas alam dilakukan bersama tetapi gas
alam dikenakan peraturan harga.
Selain dari tujuan-tujuan diatas, Mursyidi (2008: 165) juga
memaparkan bahwa analisis biaya bersama dapat dijadikan informasi
untuk perencanaan laba sekaligus penentuan harga jual yang relatif
bersaing untuk setiap jenis produk bersama.
Pada dasarnya alokasi biaya bertujuan untuk mengetahui berapa besar
kontribusi masing-masing produk bersama terhadap pendapatan
perusahaan dan mengetahui apakah seluruh biaya produksi yang
dibebankan kepada masing-masing produk bersama sudah dihitung dengan
seteliti mungkin.
3.1Metode Alokasi Biaya Produksi Bersama
Mulyadi (2009: 360) menyatakan, biaya bersama dapat
dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan
salah satu dari tiga metode di bawah ini:
a. Metode Nilai Jual Relatif
Mulyadi (2005: 337) menyatakan, metode ini banyak digunakan
untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama. Dasar
pikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan
perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk
tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk
yang lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk
Oleh karena itu menurut metode ini, cara yang logis untuk
mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual
relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan.
Bustami dan Nurlela (2009: 150) menyatakan, metode harga jual
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1)Harga Jual Diketahui pada Saat Titik Pisah
Apabila harga jual diketahui pada saat titik pisah maka biaya
bersama dibebankan kepada produk berdasarkan nilai jual
masing-masing produk terhadap jumlah nilai jual keseluruhan produk.
Rumus Pembebanan Biaya :
2)Harga Jual Tidak Diketahui pada Saat Titik Pisah
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada titik pisah, maka
harga tidak dapat diketahui saat titik pisah. Produk tersebut
memerlukan proses tambahan sehingga harga jual dapat diketahui
sebelum dijual. Dasar yang dapat digunakan dalam menghasilkan
biaya bersama adalah harga pasar hipotesis. Harga pasar hipotesis
adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih
lanjut.
Pembebanan Biaya Bersama
=
X Biaya Bersama
Rumus Pembebanan Biaya :
b. Metode Satuan Fisik
Mulyadi (2005: 338) menyatakan, Metode satuan fisik mencoba
menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan manfaat
yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini
biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar koefisien fisik
kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk.
Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume, atau
ukuran yang lain. Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa
produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan
ukuran pokok yang sama.
Jika produk yang sama mempunyai satuan ukuran yang berbeda,
harus ditentukan koefisien ekuivaliensi yang digunakan untuk
mengubah berbagai satuan tersebut menjadi ukuran yang sama.
Rumus Pembebanan Biaya :
Mulyadi (2005: 339) menyatakan, metode ini hanya dapat digunakan
bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan diukur Pembebanan Biaya Bersama
=
X Biaya Bersama Pembebanan Biaya Bersama
=
dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh
perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama
dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini
harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi
kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang mendasari pemakaian
metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang
sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu satuan
produk berbeda satu sama lain.
Rumus Pembebanan Biaya :
Rumus Pembebanan Biaya :
Penelitian ini pada penghitungan harga pokok produksinya akan
didasarkan pada harga pokok produksi berbasis volume (
Volume-Based Costing−VCB) atau yang disebut juga harga pokok produksi
berbasis unit (Unit-Based Costing). Riwayadi (2016: 125)
menyatakan, berdasarkan penghitungan harga pokok produksi
berbasis volume, pembebanan biaya produksi ke produk
menggunakan driver berbasis unit (Unit-Based Driver). Driver
berbasis unit adalah driver yang dipicu oleh unit yang dihasilkan. Pembebanan Biaya Bersama
= Biaya per unit X Jumlah unit masing-masing produk
Pembebanan Biaya Bersama
=
Keakuratan penghitungan harga pokok produksi sangat dipengaruhi
oleh keakuratan dalam memilih dasar alokasi biaya (cost allocation
base). Penentuan dasar alokasi yang akurat dapat dilakukan melalui
analisis driver biaya (cost driver). Driver biaya adalah faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya biaya.
Riwayadi (2016: 138) menyatakan, rumus pembebanan biaya adalah
sebagai berikut :
c. Metode Rata-rata Tertimbang
Mulyadi (2005: 340) memaparkan bahwa jika dalam metode rata-rata
biaya per satuan dasar yang dipakai dalam pengalokasian biaya
bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-rata
tertimbang kuantitas produksi ini dikalikan terlebih dahulu dengan
angka penimbang dan hasilnya baru dipakai sebagai dasar alokasi.
Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada
jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang
dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk
setiap jenis produk yang dihasilkan.
Pool Rate / Tarif BOP per unit cost driver :
=
BOP dibebankan ke masing-masing produk :
Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk
maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.
Rumus Pembebanan Biaya :
C. Harga Pokok Produksi
1.Pengertian Harga Pokok Produksi
Hansen dan Mowen (2009: 60) menyatakan bahwa, harga pokok
produksi (cost of goods manufactured) mencerminkan total biaya
manufaktur dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, overhead selama
periode berjalan.
Yadiati dan Wahyudi (2008: 125) menyatakan bahwa, h arga pokok
produksi adalah biaya barang yang telah diselesaikan selama satu periode.
Haryono (2005: 78) menyatakan bahwa, harga pokok produksi adalah biaya
untuk menghasilkan produk pada perusahaan manufaktur.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa harga
pokok produksi merupakan jumlah dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik untuk membuat suatu produk.
2. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode pengumpulan harga pokok produksi dapat dikelompokkan
menjadi dua metode yaitu Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order
Costing Method) dan Metode Harga Pokok Proses (Proses Costing Method)
Pembebanan Biaya Bersama
=
2.1Metode Harga Pokok Pesanan.
Metode harga pokok pesanan (job order costing method) merupakan
salah satu metode pengumpulan harga pokok produksi, yang mana
proses produksinya berdasarkan pesanan dari konsumen. Untuk lebih
jelas mengenai harga pokok pesanan maka, akan diuraikan mengenai
metode harga pokok pesanan.
a. Pengertian Metode Harga Pokok Pesanan
Mulyadi (2005: 35) mendefinisikan harga pokok pesanan sebagai
metode yang biaya-biaya produksinya dikumpulkan untuk pesanan
tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah
satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Riza (2013: 62) menyatakan, dalam metode pengumpulan biaya ini
semua biaya produksi diakumulasikan pada setiap pesanan, baik
biaya bahan baku, biaya pekerja, dan biaya overhead pabrik.
b. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Riza (2013: 62) menyatakan, karakteristik sistem penghitungan biaya
berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut:
1. Sistem ini diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan
pesanan dalam bentuk produk atau jasa yang beraneka ragam dan
berbeda antara pesanan yang satu dengan yang lain, atau dengan kata
2. Biaya produksi diakumulasi ke masing-masing pesanan (job).
Pesanan dapat berupa produk atau sekelompok produk (batch of
goods).
3. Biaya per unit produk dihitung dengan cara membagi total
biaya pesanan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dari
pesanan tersebut.
4. Di dalam sistem biaya pesanan terdapat kartu biaya pesanan
sebagai dokumen yang digunakan mengakumulasikan biaya ke
dalam pesanan tertentu.
Mulyadi (2005: 39-41) menyatakan bahwa, pada perusahaaan
yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok
produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :
a. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada
pemesan.
Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp XXX Taksiran biaya nonproduksi yang
dibebankan kepada pemesan Rp XXX+
Taksiran total biaya pesanan Rp XXX
Laba yang diinginkan Rp XXX+
Taksiran harga jual yang dibebankan
b. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
Biaya produksi pesanan:
Taksiran biaya bahan baku Rp XXX
Taksiran biaya tenaga kerja Rp XXX
Taksiran biaya overhead pabrik Rp XXX +
Taksiran total biaya produksi Rp XXX
Biaya nonproduksi :
Taksiran biaya administrasi dan umum Rp XXX
Taksiran biaya pemasaran Rp XXX +
Taksiran biaya nonproduksi Rp XXX +
Taksiran total harga pokok pesanan Rp XXX
c. Memantau realisasi biaya produksi.
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp XXX Biaya tenaga kerja sesungguhnya Rp XXX Taksiran biaya overhead pabrik Rp XXX +
Total biaya produksi sesungguhnya Rp XXX
d. Menghitung laba atau rugi bruto tiap pesanan
Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp XXX Biaya produksi pesanan tertentu :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp XXX
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp XXX
Taksiran biaya overhead pabrik Rp XXX +
Total biaya produksi pesanan Rp XXX -
Laba bruto Rp XXX
e. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
2.2Metode Harga Pokok Proses
Selain menggunakan metode harga pokok pesanan, pengumpulan
harga pokok produksi juga menggunakan metode harga pokok
proses. Metode tersebut akan dibahas sebagai berikut:
a. Pengertian Harga Pokok Proses
Mulyadi (2005: 63) menyatakan bahwa, metode harga
pokok proses merupakan biaya produksi dikumpulkan
untuk setiap proses selama dalam proses tertentu, dan biaya
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode
tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari
proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Metode harga pokok proses (process costing method)
merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan yang mengolah produknya secara massa. Produk
yang akan dihasilkan merupakan produk standar dan secara
berkesinambungan.
b. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Widilestariningtyas, et al. (2012: 38) menyatakan
karakteristik metode harga pokok proses adalah sebagai
berikut :
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
3. Kegiatan produksinya dimulai dengan diterbitkannya
perintah produksi yang berisi rencana produksi produk
standar untuk jangka waktu tertentu.
3.Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Actual costing, dalam penentuan harga pokok produksi dengan cara
actual costing biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik semua dihitung berdasarkan biaya aktual yang
terjadi.
2. Normal costing, dalam penentuan harga pokok produksi dengan cara
normal costing biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dihitung
berdasarkan biaya aktual yang terjadi. Sedangkan biaya overhead
pabrik dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Dalam penelitian ini akan digunakan penentuan harga pokok produksi
dengan cara normal costing karena penghitungan biaya overhead pabrik
lebih baik jika ditentukan dengan tarif di muka, dengan alasan sebagai
berikut (Mulyadi, 1991: 210):
a. Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya
harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke
bulan yang lain.
b. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya
memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada saat
pesanan selesai dikerjakan. Padahal elemen biaya overhead pabrik
yang baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan atau akhir
tahun.
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.
Biaya tersebut merupakan biaya produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu:
3.1Metode Full Costing
Mulyadi (2005: 17) menyatakan bahwa, full costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Harga pokok produk yang dihitung memalui pendekatan Full
Costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya
overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum).
Harga pokok produksi menurut metode Full Costing dengan
Biaya Bahan Baku Rp XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp XXX Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp XXX + Harga Pokok Produksi Rp XXX
3.2 Metode Variabel Costing
Mulyadi (2005: 18) menyatakan bahwa, variabel costing
merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan metode
Variabel Costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya
pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel).
Harga pokok produksi menurut metode variable costing dengan
rumus sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku Rp XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp XXX +
Harga Pokok Produksi Rp XXX
Metode Full Costing maupun Variabel Costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan antara kedua
metode tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi
yang berperilaku tetap. Hal tersebut berakibat pada penghitungan
D. Harga Jual Produk
1. Pengertian Harga Jual Produk
Mulyadi (2005: 39) menyatakan bahwa, harga jual adalah besarnya
harga yang akan dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau
dihitung dari biaya produksi ditambah biaya non produksi dan laba yang
diharapkan.
Supriyono (2001: 314) menyatakan bahwa, harga jual adalah jumlah
moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau
pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.
Sumarni dan Soeprihanto (2007: 281) mendefinisikan harga sebagai
jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatakan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayananya.
Krismiaji dan Aryani (2011: 326) dalam Slat (2013) mendefinisikan
harga jual sebagai upaya untuk menyeimbangkan keinginan untuk
memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari perolehan pendapatan yang
tinggi dan penurunan volume penjualan jika harga jual yang dibebankan
ke konsumen terlalu mahal.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual
adalah jumlah biaya produksi dan biaya non produksi (harga pokok
2. Metode Penentuan Harga Jual Produk
Herman (2006: 175) menyatakan, ada beberapa metode penetapan
harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter
dalam perusahaan, yaitu :
2.1 Metode Taksiran (Judgemental Method)
Herman (2006: 175) menyatakan bahwa, metode ini biasa
digunakan oleh perusahaan yang baru saja berdiri karena dilakukan
dengan menggunakan prediksi tanpa menggunakan data statistik.
Oleh karena itu kekurangan dari metode ini adalah tingkat keakuratan
prediksi sangat rendah.
2.2 Metode Berbasis Pasar (Market-Based Method)
Herman (2006: 175) menyatakan, metode berbasis pasar dapat
dibedakan menjadi :
1. Harga pasar saat ini (current market price)
Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk
baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan
akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk
yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan
tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil
karena konsumen belum mengetahui profil produk baru
2.Harga pesaing (competitor price)
Metode ini menetapkan harga produknya dengan mereplikasi
langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk
yang sama atau berkaitan.
Dengan metode ini perusahaan berpotensi mengalami
kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini
dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi
produk pesaing.
3. Harga pasar disesuaikan (adjusted current marker price)
Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal
dan internal. Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi
harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan
melakukan survei pasar atau memperoleh data sekunder. Harga
yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price
adjustment) setelah mempertimbangkan faktor internal dan
eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase).
Supriyono (2001: 315) menyatakan, beberapa tipe pasar adalah :
1. Persaingan Sempurna
Horngren (1988) dalam Magdalena (2010: 35)
menyatakan, pada pasar persaingan sempurna banyak
barang atau jasa bersifat homogen yang diperdagangkan di
pasar. Selain itu penjual maupun pembeli tidak mampu
mempengaruhi harga pasar barang atau jasa. Dalam pasar
sangat bersaing, di mana barang tidak dapat dibedakan dan
harus menerima harga seperti yang ditentukan oleh
kekuatan pasar.
Pengaruh persaingan sempurna terhadap terhadap
penentuan harga jual barang atau jasa adalah sebagai
berikut:
a. Harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan.
b. Semakin tinggi harga jual maka semakin banyak barang
atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.
c. Semakin rendah harga jual maka semakin banyak
barang atau jasa yang diminta oleh pembeli.
d. Kurva penawaran biasanya bergerak dari kiri bawah ke
kanan atas.
e. Kurva permintaan biasanya bergerak dari kiri atas ke
kanan bawah.
f. Harga pasar terjadi pada titik ekulibrium pasar, yaitu
titik perpotongan antara kurva penawaran dengan kurva
permintaan.
2. Persaingan Monopolistik
Dalam persaingan monopolistik setiap penjual
mencoba untuk membuat produknya berbeda dibandingkan
dengan produk yang dijual oleh penjual lainnya.
Karakteristik persaingan monopolistik asalah sebagai
berikut:
a. Terdapat banyak penjual yang serupa, namun produk
yang dijual tidak sama.
b. Kemungkinan terdapat differensiasi harga namun tidak
ada penjual secara individual yang mempengaruhi
c. Setiap penjual menghadapi kurva permintaan dengan
kemiringan yang menurun.
d. Kemungkinan terjadi suatu rentang harga dalam
persaingan monopolistik.
e. Jika harga yang ditentukan lebih tinggi dibandingkan
dengan produk pesaing, kemungkinan perusahaan
tersebut kehilangan pelanggan atau penurunan kuantitas
yang dijual.
f. Penurunan harga mungkin dapat menambah pelanggan
atau jumlah yang dijual.
3. Oligopoli
Dalam suatu pasar oligopolistik terdapat satu
penjual tunggal yang cukup besar untuk mempengaruhi
harga pasar. Pada pasar ini terdapat pemimpin harga (price
leader) dan pengikut harga (price follower). Masalah yang
dihadapi oleh pemimpin harga adalah bagaimana
menentukan harga jual agar labanya maksimal dan agar
harga yang ditentukan tersebut juga diikuti oleh pengikut
harga.
Karakteristik pasar oligopolistik adalah hanya
terdapat beberapa produsen besar yang saling bersaing pada
pasar tersebut, dan satu produsen besar yang sangat
4. Monopoli
Jika dalam pasar hanya terdapat satu produsen yang
melayani permintaan barang atau jasa, maka produsen
tersebut memegang kendali harga barang atau jasa yang
bersangkutan. Pasar tersebut menunjukkan pasar monopoli.
Dalam pasar monopoli terdapat pemasok tunggal dan tidak
ada persaingan. Karakteristik pasar monopoli adalah:
a. Pemegang monopoli dalam suatu negara biasanya
menghadapi pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh
pemerintah.
b. Perusahaan monopoli biasanya berusaha dalam bidang
usaha yang menguasai hajad hidup masyarakat. Sebagai
contoh: Pertamina dan PLN.
2.3 Metode Berbasis Biaya (Cost-Based Pricing)
Kamaruddin (2013: 148) menyatakan bahwa, biaya (cost)
merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam
penentuan harga jual produk atau jasa. Harga jual produk atau jasa
pada umumnya ditentukan dari jumlah semua biaya ditambah jumlah
tertentu yang disebut dengan mark-up. Cara penentuan harga jual
tersebut dikenal dengan Pendekatan Cost-Plus (Cost-Plus Approach).
Pengertian cost-plus menurut Kamaruddin (2013: 148) adalah nilai
biaya tertentu ditambah dengan kenaikan (mark-up) yang ditentukan.
atau harga jual barang atau jasa dalam keadaan normal adalah
penentuan harga jual dengan cara menambah laba yang diharapkan di
atas biaya penuh masa yang akan datang untuk memperoleh barang
atau jasa.
Mulyadi (2005: 348) dalam Erawati dan Syafitri (2012), Cost-Plus
Pricing ditentukan dengan formula sebagai berikut :
Harga Jual = Taksiran Biaya Penuh + Mark-Up
Supriyono (2001: 334) dalam Magdalena (2010) menyatakan,
taksiran biaya penuh dapat dihitung menggunakan dua pendekatan
yaitu :
A. Penghitungan harga jual berdasar harga pokok produksi penuh
(Full Cost-Plus Mark-Up)
Dalam pendekatan harga pokok penuh dalam penentuan harga
jual berdasarkan cost-plus, pengertian biaya dalam hal ini adalah
biaya untuk memproduksi satu unit produk. Dalam pengertian
biaya tersebut tidak termasuk biaya non produksi. Oleh karena itu,
target harga jual dengan menggunakan pendekatan ini ditentukan
sebesar biaya produksi ditambah dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan (required profit margin) atau mark-up yang diinginkan
sehingga pendekatan ini disebut pula dengan metode biaya penuh
ditambah mark-up. Mark-up yang ditambahkan tersebut digunakan
untuk menutup biaya nonproduksi dan untuk menghasilkan laba
Biaya bahan baku Rp xx
B. Penghitungan harga jual berdasar harga pokok produksi variabel
(Variable Cost-Plus Mark-up)
Pendekatan harga pokok produksi penuh sebagai dasar
penentuan harga jual menekankan penggolongan biaya berdasar
fungsi, sedangkan pendekatan biaya variabel sebagai dasar
penentuan harga jual menekankan penggolongan biaya berdasarkan
perilakunya. Pendekatan biaya variabel disebut juga pendekatan
laba kontribusi. Pada pendekatan biaya variabel, penentuan harga
jual produk atau jasa ditentukan sebesar biaya variabel ditambah
mark-up yang harus tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan
untuk menghasilkan laba yang diinginkan. Metode ini disebut pula
metode biaya variabel ditambah mark-up.
Rumus penghitungan yang digunakan dalam penentuan harga
E. Pengukuran Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk. 1. Pengukuran Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi dalam penelitian ini dapat diukur dengan harga
pokok pesanan dengan pendekatan full costing. Adapun rumus harga
pokok pesanan dengan pendekatan full costing adalah :
Biaya Bahan Baku Rp XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp XXX Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp XXX Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp XXX +
Harga Pokok Produksi Rp XXX
2. Pengukuran Harga Jual Produk
Harga jual produk dalam penelitian ini dapat diukur dengan harga jual
dengan pendekatan cost-plus pricing dengan dasar harga pokok produksi
full-costing. Adapun rumus harga jual dengan dasar harga pokok produksi
full-costing adalah :
Biaya Bahan Baku Rp xx Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx Biaya Overhead Variabel Rp xx Biaya Overhead Tetap Rp xx
Jumlah Rp xx
Mark-up= …% x Rp xx = Rp xx Harga jual per unit produk Rp xx
3. Evaluasi Harga Jual Produk
A. Menentukan Harga Pokok Produksi yang Tepat
Mulyadi (2009: 26) menyatakan, penentuan harga pokok produksi
yang tepat dapat dicapai dengan menghitung biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
dengan ketepatan penggolongan elemen-elemen apa saja yang
dimasukan pada biaya tersebut.
B. Menentukan Mark-Up
Mulyadi (2009: 28) dalam Slat (2013) menyatakan, masalah
penting dalam penerapan penentuan harga jual cost-plus adalah
penentuan besarnya persentase margin atau mark-up yang ditambah
pada biaya. Baik pada pendekatan harga pokok produksi penuh (full
costing) maupun pada harga pokok produksi variabel (variabel
costing), elemen biaya tertentu tidak dimasukkan ke dalam pengertian
biaya, harga pokok produksi penuh tidak memasukkan biaya non
produksi sebagai elemen biaya dan harga pokok produksi variabel
tidak memasukkan biaya tetap sebagai elemen biaya. Oleh karena itu,
penentuan laba yang diharapkan secara tepat dapat dilakukan dengan
cara menentukan mark-up yang mampu menutup elemen biaya yang
tidak dimasukkan ke dalam biaya dan harus dapat menghasilkan laba
yang diharapkan (margin) (Ikhsan 2009: 102).
F. Review Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu mengenai penghitungan harga jual
berdasarkan harga pokok produksi :
Magdalena (2010), menggunakan penghitungan harga pokok variabel
ditambah mark-up pada Bakpia Djogja. Hasil penelitian menyatakan bahwa