• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Zakat

1. Pengertian Zakat

Secara etimologi (asal kata) zakat berasal dari kata ”zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih, suci, subur, dan baik. Bahkan arti tumbuh dan bersih tidak hanya dipakaikan buat kekayaan, tetapi juga dapat diperuntukkan buat jiwa orang yang menunaikan zakat. Sebab zakat merupakan upaya mensucikan dan membersikan diri dari kekotoran sifat kikir dan dosa, serta menyuburkan pahala melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta pribadi untuk orang-orang yang memerlukan.11Oleh karena itu, ketika seseorang sudah mengeluarkan zakat, maka ia telah suci (bersih) dirinya dari penyakit kikir dan tamak.12

Sedangkan secara istilah, kendatipun para ulama mengemukakan definisi zakat dengan redaksi yang berbeda antara satu dan yang lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu dari Allah SWT yang telah mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

Adapun hubungan antara pengertian zakat secara bahasa dengan pengertian zakat secara istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,

11

Amiruddin Inoed, dkk, Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000)Cet Ke- 1,h. 8.

12

M. Ali Hasan,Tuntutan Puasa dan Zakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1997), Cet Ke- 1, h. 92.

berkembang, dan bertambah, suci dan bersih. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat at-Taubah: 103.

itu penuh dan sudah mencapai haul (setahun) selain barang tambang dan pertanian.

2) Madhab Hanafi mendefinisikan zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta tertentu pula sebagai hak milik yang sudah ditentukan oleh pembuat syari’at semata-mata karena Allah SWT.

3) Menurut madhab Syafi’i zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.

4) Madhab Hambali memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar tertentu yang diwajibkan untuk dikeluarkan) dari harta tertentu untuk golongan tertentu pula dalam waktu tertentu pula.13

2. Hukum Zakat dan Dasar Hukum

Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada tahun kedua setelah hijrah sesudah kewajiban puasa dan menunaikan zakat fitrah,14 ia merupakan kewajiban bagi orang beriman (muzakki) yang mempunyai harta yang telah mencapai ukuran tertentu (nisab) dan waktu tertentu (haul) untuk diberikan pada orang yang berhak (mustahiq).15 Sedangkan kewajiban zakat dalam Islam memiliki makna yang sangat fundamental, saling berkaitan erat dengan aspek-aspek ketuhanan, juga ekonomi sosial.16 Sebagai rukun ketiga dari rukun Islam, zakat juga menjadi salah satu diantara panji-panji Islam yang tidak boleh diabaikan

13

Amiruddin Inoed, dkk,Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan ,h. 9-10.

14

Inoed, dkk, Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan,h. 10.

15

Didin Hafidudin, Formalisasi Syari’at Islam Dalam Pespektif Tata Hukum Indonesia

(Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h. 119. 16

Nuruddin Madi Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.

oleh siapapun juga. Oleh sebab itu, orang yang enggan membayar zakat boleh diperangi dan orang yang menolak kewajiban zakat dianggap kafir.17 Karena dalam penunaian zakat itu memiliki arti yang sangat penting. Adapun hukumnya zakat adalah wajib aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan pada orang lain.18

Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam berdasarkan ketetapan dalam al-Qur’an, Sunah Nabi, dan Ijma’ para ulama.19 Bahkan dalam al-Qur’an sendiri ditemukan bahwa kata zakat yang dibandingkan dengan kata ”sholat” ada pada delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat,20 bahkan bilamana disimpulkan secara deduktif disebutkan bahwa setelah sholat, zakat merupakan rukun Islam terpenting.21

Adapun dasar hukum kewajiban zakat di antaranya: a. Dalil al-Quran dalam surat al-Hajj: 41

ِﻦَﻋ اْﻮَﮭَﻧَو ِفوُﺮْﻌَﻤْﻟﺎِﺑ اوُﺮَﻣَأَو َةﺎَﻛﱠﺰﻟا اُﻮَﺗآَو َةﺎَﻠﱠﺼﻟا اﻮُﻣﺎَﻗَأ ِضْرَﺄْﻟا ﻲِﻓ ْﻢُھﺎﱠﻨﱠﻜﱠﻣ نِإ َﻦﯾِﺬﱠﻟا

ِرﻮُﻣُﺄْﻟا ُﺔَﺒِﻗﺎَﻋ ِﮫﱠﻠِﻟَو ِﺮَﻜﻨُﻤْﻟا

Artinya :yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,

17

Mohammad Abdul Malik Ar- Rahman, Zakat 1001 Masalah dan Solusinya

(Jakarta: Pustaka Cerdas, 2003), h. 177. 18

Amir Syarifuddin,Garis-Garis Besar Fiqih(Bogor : Kencana, 2003)Cet Ke- 1, h. 38. 19

Abdul al-Hamid Mahmud al-Ba’ly,Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syari’ah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1.

20

Wahbah Al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madhab Terjemah, Agus Effendi dan Burhanuddin Fananny (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005) Cet Ke- 6, h. 89.

21

Yasin Ibrahim Al-Syaikh, Zakat Menyempurnakan Puasa Membersihkan Harta

menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

b. Dalil Sunnah

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan antara lain: yaitu dalam hadits riwayat Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda:

Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: Islam dibangun di atas lima pundasi pokok, yakni kesaksian tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan puasa di bulan Ramadhan.(Riwayat Imam Bukori) c. Dalil Ijma

Adapun dalil berupaIjma’ialah adanya kesepakatan semua (ulama) umat Islam di semua negara bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW sepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Oleh karena itu, barang siapa yang mengingkari kefarduannya berarti dia kafir atau - jika sebelumnya dia merupakan seorang muslim yang dibesarkan di daerah muslim, menurut kalangan para ulama-murtad kepadanya diterapkan hukum-hukum orang murtad.22Namum bagi seseoarang yang mengikari kefarduan zakat karena tidak mengerti baik karena baru memeluk Islam maupun karena dia hidup di daerah yang jauh dari tempat ulama, ia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab dia memiliki uzur, tetapi dia harus diberi penjelasan hukum tentang kewajiban zakat.

d. Landasan Historis

Dari segi sejarah, kewajiban zakat telah disyari’atkan kepada para Nabi dan Rasul sebagaimana telah dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim As dan

22

Nabi Ismail As. Bahkan terhadap Bani Israil umat Nabi Musa As syari’at zakat telah diterapkan. Demikian pula terhadap umat Nabi Isa As ketika Nabi Isa As masih dalam buaian. Ahli Kitab juga diperintahkan untuk menunaikan zakat sebagai salah satu instrumen agama yanghanif.23

3. Tujuan dan Manfaat Zakat

Segala sesuatu yang diwajibkan oleh Allah SWT pasti punya tujuan dan kemanfaatan, demikian pula halnya dengan pelaksanaan ibadah zakat. Sedangkan yang dimaksud tujuan zakat dalam hubungan ini adalah sasaran praktisnya. Adapun tujuan tersebut adalah:24

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq

(penerima zakat).

c. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.

d. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang punya harta.

e. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

f. Sebagai sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial. Adapun kemanfaatan zakat sebagai ibadah di bidang harta antara

23

Nuruddin Madi Ali,Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal,h. 27-28. 24

Gustian Djuanda, dkk,Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 15-17 ; Muhammad, Zakat Profesi, Wacana Pemikiran Zakat Dalam Fiqih Kontemporer(Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h. 18.

lain sebagai berikut:

a. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT.

b. Karena zakat merupakan hak mustahiq, zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin kearah kehidupan yang lebih baik.

c. Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Sebab zakat itu bukan membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.

Dengan demikian, maka kemanfaatan yang diusahakan dalam pelaksanaan zakat itu sesuai dengan makna harfiah kata zakat itu sendiri, karena kata zakat artinya: barokah, tumbuh, berkembang, suci, bersih, baik dan terpuji.25

4. Hikmah dan Keutamaan Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang kelima sekaligus sebagai perintah yang mengikuti perintah sholat. Dari sisi (aspek) sosial kemasyarakatan, baik zakat, infak maupun sodaqoh memberikan hikmah yang besar dalam merealisasikan nilai harta umat Islam.26Jadi, zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan manfaat yang demikian besar, mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahiq) harta yang dikeluarkannya maupun

25

Sjcehul Hadi Permono, Sumber-Sumber Pengalian Zakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993) Cet Ke- 1, h. 35.

26

Amiruddin Inoed, Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan,h. 20.

bagi masyarakat keseluruhan.27

Secara khusus hikmah zakat juga dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu:

a. Bagi ParaMuzakki

1) Menghilangkan sifat kikir dan bahil (tamak).

2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah. 3) Mengembangkan rasa dan semangat kesetia kawanan dan

kepedulian sosial.

4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerimah zakat (mustahiq).

5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik jika dalam memberikan zakat, infak, dan sedekah tersebut dilandasi rasa tulus dan ikhlas.

6) Terhindar dari ancaman Allah SWT dari siksaan yang pedih.28 b. Bagi ParaMustahiq

1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam terhadap golongan kaya yang hidup serba kecukupan dan mewah yang tidak peduli dengan masyarakat bawah (fakir dan miskin). 2) Menimbulkan dan menambah rasa syukur serta simpati atas

partisipasi golongan kaya terhadap kaum dhuafa.

3) Menjadi modal kerja usaha mandiri berupa mengangkat hidup. c. BagiUmara

1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dalam

27

Abdur Rahman Qadir, Zakat Dalam Deminsi Mahdhah dan Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999) , h. 82.

28

Inoed, dkk,Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan,h. 21

meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

2) Memberikan solusi aktif mengentas kecemburuan sosial di kalangan masyarakat.

Adapun hikmah dan keutamaan yang tersimpan dalam zakat menurut Robibson Malian sebagai berikut:

a. Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa yang lemah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupannya. Dengan bantuan tersebut mudah-mudahan nantinya mereka akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajibanya nanti terhadap Allah SWT. b. Memberantas penyakait sakit hati, rasa benci dan dengki dari diri

manusia yang biasa timbul saat melihat orang-orang disekitarnya hidup berkecukupan dan mewah sedangkan ia sendiri tidak memiliki apapun, bahkan untuk makan saja susah.

c. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa, menumbuhkan akhlak mulia, menjadi pemurah, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dan mengikis sifat-sifat kikir serta serakah yang menjadi tabiat manusia. Dengan mengeluarkan zakat akan terasa ketenangan batin, terbebas dari tuntutan Allah SWT dan tuntutan kewajiban terhadap masyarakat.

d. Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri di atas prinsip-prinsip; Ummatan Wahidah (umat yang satu),

Musawah (persamaan derajat, hak dan kewajiban), dan takaful Ijtimai

(saling membantu satu sama lain dalam kehiduan bermasyarakat). e. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam

distribusi harta kekayaan, keseimbangan dalam pemilikan harta, dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.29

5. Mustahiq Zakat

Zakat sebagai dana bantuan sosial sangat besar sekali peranan dan manfaatnya dalam membangun dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bagi mustahiq. Oleh sebab itu, zakat yang telah terkumpul disalurkan kepada para mustahiq sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat at-Taubah: 60.

ِبﺎَﻗﱢﺮﻟا ﻲِﻓَو ْﻢُﮭُﺑﻮُﻠُﻗ ِﺔَﻔﱠﻟَﺆُﻤْﻟاَو ﺎَﮭْﯿَﻠَﻋ َﻦﯿِﻠِﻣﺎَﻌْﻟاَو ِﻦﯿِﻛﺎَﺴَﻤْﻟاَو ِءاَﺮَﻘُﻔْﻠِﻟ ُتﺎَﻗَﺪﱠﺼﻟا ﺎَﻤﱠﻧِإ

ٌﻢﯿِﻜَﺣ ٌﻢﯿِﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟاَو ِﮫﱠﻠﻟا َﻦِﻣ ًﺔَﻀﯾِﺮَﻓ ِﻞﯿِﺒﱠﺴﻟا ِﻦْﺑِاَو ِﮫﱠﻠﻟا ِﻞﯿِﺒَﺳ ﻲِﻓَو َﻦﯿِﻣِرﺎَﻐْﻟاَو

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dari ayat tersebut diperoleh pemahaman bahwa yang berhak menerima zakat (Mustahiq) zakat ada 8 (delapan) dengan rincian sebagai berikut:

a. Fuqar’, Fuqar adalah jama dari faqir yaitu orang yang tidak ada harta untuk hidup sehari-hari dan tidak mampu bekerja dan berusaha.

b. Masakin, masakin merupakan jama dari kata miskin yaitu orang yang penghasilan sehari-harinya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. c. Amil, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan

29 Amiruddin Inoed, dkk,

Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan, h. 24 -25.

membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya.

d. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah. e. Hamba sahaya(budak), yaitu orang yang belum merdeka.

f. Gharim, yaitu orang yang mempunyai banyak hutang sedangkan ia tidak mampu. Dalam hal ini aliran syafi’iah menyatakan bahwa

gharimin meliputi: 1) Hutang karena mendamaikan dua orang yang bersengketa, 2) Hutang untuk kepentingan pribadi, 3) Hutang karena menjamin orang lain.

g. Sabilillah, yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT. Namun dalam perkembanganya sabilillah tidak hanya pada jihad, akan tetapi mencakup semua program yang memberi kemaslahatan pada umat bahkan termasuk pada ilmuan yang melakukan tugas negara untuk kepentingan umat Islam, meskipun secara pribadi ia kaya.

h. Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) seperti dalam berdakwah dan menuntut ilmu.30

6. Macam-Macam Zakat a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhir bulan Ramadhan atau disebut juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada hari raya idul fitrih. Ketentuan waktu pengeluaran zakat dapat dilakukan mulai dari awal ramadhan sampai yang paling utama pada malam idul fitrih dan paling

30

Fahruddin,Fiqih dan Manajemen Zakat Di Indonesia(Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008) Cet Ke-1 , h. 296-303.

lambat pagi hari idul fitrih. Sedangkan hukumnya wajib atas setiap orang muslim kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka.

Adapun fungsi zakat fitrahadalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dengan mensucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.31

Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,5 kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya yang disebut oleh nash hadits yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur), danagit

(semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makananya selain makanan di atas, madhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.32

Menurut madhab Hambali pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang dimakan. Adapun waktu pembayaran zakat fitrahmenurutjumhur (mayoritas) ulama adalah:

1) Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan terbenamnya matahari diakhir bulan Ramadhan.

2) Boleh mendahulukan pembayaranzakat fitrahdiawal bulan Ramadhan. b. Zakat Mal

Zakat malatau zakat harta benda telah difardhukan oleh Allah SWT sejak permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah.

31

Muhammad Ja’far,Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji(Jakarta: Kalam Mulia, 1990) Cet Ke- 2, h. 63.

32

Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibrin, Panduan Praktis Rukun Islam (Jakarta: Darul Haq, 2001), h. 159.

Pada awalnya zakat mal itu difardukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’

hanya memerintahkan mengeluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan kebaikan para penzakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua.33

Pada tahun kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’ menentukan harta-harta yang wajib dizakati serta kadar masing-masing.34

Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh setiap manusia untuk dimiliki, diambil kemanfaatannya, dan menyimpanya. Adapun menurut istilah Syari’at mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu itu dapat dikatakan malbilamana memenuhi dua syarat yaitu:

1) Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan. 2) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaan.

Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut :35

1) Binatang Ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan

33

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Pedoman Zakat(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10. (Jakarta : Gema Insani , 2002), h. 93

34

Ash Shiddieqy,Pedoman Zakat(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10. (Jakarta : Gema Insani , 2002), h. 11.

35

Gustian Djuanda dkk,Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),. h. 18-20

kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Sedangkan syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, maksudnya adalah segaja diurus sepanjang tahun dengan dimaksudkan untuk memperoleh susu, daging, dan hasil perkembanganya, tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan sebagainya.

2) Emas dan Perak

Segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainya, masuk ke dalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nisab dan besar zakatnya disetarakan dengan emas dan perak.

Demikian pula dengan harta kekayaan yang lainnya, seperti: vila, rumah, kendaraan, tanah, dan lain-lain yang melebihi keperluan menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat diuangkan (dicairkan).

3) Harta Peniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan perorangan atau perserikatan seperti: PT, CV, Koperasi dan sebagainya. 4) Hasil Pertanian.

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain.

5) Hasil Tambang.

Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperi emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu bara dan sebagainya. Adapun kekayaan yang berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan sebagainya.

6) Rikaz

Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta rikaz yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya.

c. Zakat Profesi

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, Zakat Profesi adalah zakat yang diambil dari penghasilan ataupun pendapatan yang diusahakan melaluli keahlian yang dilakukan secara sendiri seperti: profesi dokter, arsitek, ahli hukum, desainer, pelukis, dan da’i (muballiq) maupun secara bersama-sama (seperti: pegawai pada suatau intansi pemerintahan, BUMN, karyawan pada BUMS yang dapat gaji pada waktu tetap).36

Sedangkan dasar hukum kewajiban zakat ini berdasarkan kandungan Al-Qur’an dalam Surah Adz-Dzaariyat ayat 19 :

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.37

Di samping itu, juga berdasarkan pada tujuan disyari’atkannya

36

Amiruddin Inoed dkk,Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan ,h. 50.

37

zakat, seperti untuk membersihkan harta dan mengembangkan harta serta menolong para mustahiq. Jadi, zakat profesi juga mencerminkan rasa keadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam, yaitu kewajiban zakat

pada semua penghasilan dan pendapatan.38 Adapun kadar zakat profesi yang dikeluarkan diqiyaskan berdasarkan zakat emas dan perak, yaitu 2,5 % dari seluruh penghasilan kotor.39

B. Pola Fundraising Dana Zakat

Pola (bentuk atau model) adalah suatu set peraturan yang bisa digunakan untuk membuat dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan fundraising

mengandung dua pengertian, pertama: fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumberdaya lain dari masyarakat, perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah. Yang dimana dana (sumberdayanya) akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan oprasional lembaga.

Kedua: fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat baik perorangan atau lembaga agar menyalurkan dana untuk keperluan sosial/ keagamaan.

Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak pola atau bentuk yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud poal disini adalah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat. Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung

38

Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Cet Ke-3, h. 103-104.

39

Jusmailani dkk,Kebijakan Ekonomi Dalam Islam(Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005) Cet Ke- 1, h. 128.

(indirect).40

a. MetodeFundraisingLangsung (Direct Fundraising)

Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode ini apabila dalam diri muzakki muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi darifundraiserlembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode ini adalah: Direct Mail, Direct Advertising, Telefundraising dan presentasi langsung.

b. MetodeFundraisingTidak Langsung (Indirect fundraising)

Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising di mana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini adalah:

advertorial, image compaign dan penyelenggaraan event, melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi para tokoh, dll.

40

Zaim Sidi, Hamid Abidin dan Nurul Faizah,Pola dan Strategi Penggalangan Dana

Dokumen terkait