• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memberikan kesimpulan akhir terkait Tingkat Risiko Bencana dan kebijakan yang direkomendasikan serta kemungkinan tindaklanjut dari dokumen yang sedang disusun.

7. Lampiran

Lampiran minimal terdiri dari :

a. Perhitungan Indeks Pengkajian Risiko Bencana (suplemen untuk Bab 4) b. Peta Ancaman Bencana (ukuran A4 -suplemen Bab 5)

c. Peta Kerentanan Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5) d. Peta Kapasitas Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5)

Bab 2 : Kondisi Kebencanaan

2.1 Umum

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini resmi dimekarkan dari Kabupaten Solok pada tahun 2004 mencakup wilayah seluas 3.346,20 km². Secara administratif kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di sebelah selatan dan dikelilingi oleh tiga kabupaten lain di Sumatera Barat dari barat ke timur: Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, dan Dharmasraya. Pusat pemerintahannya terletak di Padang Aro, sekitar 161 km dari pusat Kota Padang.

Untuk daerah yang sedang berkembang tentu kesehatan merupakan salah satu bagian yang sangat perlu diperhatikan, maka dalam laporan ini akan membahas penyakit/ epidemi penyakit.

2.2 Sejarah Kebencanaan Daerah

2.3 Potensi Bencana

Berdasarkan sejarah kebencanan Solok Selatan terlihat bahwa penyakit ISPA merupakan penyakit yang jumlah penderitanya sangat besar. Sehingga pada bencana penyakit yang ditinjau dalam daerah solok selatan ini ada penyakit ISPA.

BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana

3.1. Indeks pengkajian risiko bencana

3.1.1. Indeks Ancaman Bencana

Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah.

Untuk komponen Indeks bencana Epidemi & Wabah Penyakit, penyakit yang ditinjau adalah wabah/penyakit ISPA. Indeks ancaman penyakit ISPA ini dipengaruhi oleh jumlah penderita dan kepadatan penduduk didaerah/ dipengaruhi juga oleh kepadatan penduduk diwilayah yang ditinjau. Berikut cara perhitungan Indeks ancaman Epidemi & Wabah penyakit.

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Skor ancaman bencana : Skor bahaya:

(

KTI

1000

)

∗log

(

kepadatan penduduk

0,01

)

/log(100/0,01)

KTI (Kepadatan timbulnya ISPA)

Data yang dibutuhkan untuk menghitung indeks ancaman ini adalah :

a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)

b. Data Kepadatan penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 2)

Besar Indeks ancaman berdasarkan Rentang skor bahaya, < 0,34 (Rendah), 0,34-0,66 (Sedang), > 0,67 (Tinggi).

3.1.2. Indeks Penduduk Terpapar

Penentuan Indeks Penduduk Terpapar dihitung dari komponen sosial budaya di kawasan yang diperkirakan terlanda bencana. Komponen ini diperoleh dari indikator kepadatan penduduk dan indikator kelompok rentan pada suatu daerah bila terkena bencana. Indeks kerentanan sosial diperoleh dari rata-rata bobot kepadatan penduduk (60%), rasio kemiskinan (30%), dan rasio kelompok umur (10%).

skor penduduk terpapar:

(

0,6×

logkepadatan penduduk 0,01

log

(

100

0,01

)

)

+(0,3× rasio kemiskinan)+×(0,1×rasio jenis kelompok umur)

Data yang dibutuhkan untuk menghitung Indeks penduduk terpapar adalah :

a. Kepadatan Penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 2). b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3) c. Rasio Kelompok Umur di copy dari (Lampiran 4).

Besar Indeks penduduk terpapar berdasarkan skor penduduk terpapar, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), > 2 (Tinggi).

3.1.3. Indeks Kerugian

Tidak seperti gempa, banjir atau tanah longsor yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau kerusakan lingkungan dan kerugian materi/ekonomi. Indeks kerugian pada epidemi penyakit ini hanya akan berpengaruh kepada faktor ekonomi dari penderita penyakit tersebut. Indeks kerugian dari epidemi penyakit ini kami hitung dengan memperhitungkan jumlah penderita, rasio kemiskinan dan rasio kelompok umur.

skor kerugian:

(

0,6×

logKTI 0,01 log

(

100

0,01

)

)

+ (0,3× rasio kemiskinan)+×(0,1×rasio jeniskelompok umur)

Data yang dibutuhkan untuk Indeks kerugian:

a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)

b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3) c. Rasio Kelompok Umur di copy dari kelompok (Lampiran 4).

Besar Indeks kerugian berdasarkan skor kerugian, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), > 2 (Tinggi).

3.1.4. Indeks Kapasitas

Penentuan tingkat kapasitas diatur dalam BNPB No. 3 tahun 2012. Untuk mendapatkan Indeks kapasitas suatu wilayah diperlukan survey langsung pada beberapa pihak terkait dengan pertanyaan/kuesioner1 yang telah ditentukan oleh BNPB tersebut.

Dari kuesioner tersebut kami meng asumsikan Indeks kapasitas tiap nagari solok selatan sama dan kami menjadi responden dari kuesioner yang ditentukan BNPB tersebut dan hasilnya Indeks kapasitas daerah solok selatan Sedang.

Besar indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas per nagari solok selatan :

3.1.5.

Analisis Indeks

Dari hasil indeks yang tersaji pada Tabel 1. Selanjutnya dilakukan analisis indeks berdasarkan bagan berikut ini :

Berikut hasil analisis indeks untuk kajian risiko bencana :

3.2.

Peta Risiko Bencana

3.3. Kajian Risiko Bencana daerah

Epidemi dan wabah penyakit ISPA pada daerah Kabupaten Solok Selatan umumnya mempunyai tingkat risiko bencana yang berbeda-beda. Namun Kecamatan Sangir dan Kecamatan koto parik gadang diateh mempunyai tingkat resiko yang besar. Untuk kecamatan Sungai Pagu tingkat resiko sedang dan untuk Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo dan Sangir Batang Hari tingkat resiko rendah.

Bab 4 : Rekomendasi

Peta ini merupakan simulasi peta bahaya risiko yang berbeda. Peta ini harus digunakan bersama peta untuk bahaya individu. Namun peta ini dapat digunakan sendiri untuk memperoleh gambaran cepat dan komprehensif situasi paparan kombinasi risiko penduduk yang dapat banyak membantu dalam mengambilan keputusan perencanaan strategis.

Tingkat risiko yang dapat diterima dalam peta ini dicerminkan dalam warna rentang kelas paparan penduduk. Kode warna ini perlu disesuaikan agar peta beserta analisanya mencerminkan tingkat risiko yang dapat diterima dan disepakati oleh masyarakat dan sesuai dengan sasaran pembangunan pemerintahan daerah.

Pada analisis resiko lebih lanjut probabilitas waktu kejadian bencana (atau pengulangan terjadi) perlu perhitungan untuk menimbang/ koreksi pentingnya nilai kontribusi setiap bahaya terhadap keseluruhan resiko.

BAB 5 : Penutup

Saat menggunakan data spasial, ketepatan geometri menjadi hal terpenting. Data geografis digital sudah dibuat di Indonesia selama bertahun-tahun. Selama itu, jumlah lembaga yang membuat data spasial ini semakin bertambah dan mutu data yang dikeluarkan organisasi ini sangat beragam. Hal tersebut menjadi suatu kesulitan untuk memastikan kondisi geografis untuk di peta. Seperti perubahan batas administratif wilayah.

Daftar pustaka

Kabupaten Solok Selatan dalam Angka 2016 Kecamatan Sangir dalam angka 2016 Kecamatan Sangir jujuan dalam angka 2016 Kecamatan Sangir batang hari dalam angka 2016 Kecamatan Sungai pagu dalam angka 2016 Kecamatan Pauh Duo dalam angka 2016

Lampiran 1 Sumber Data Kepadatan Timbulnya ISPA (KTI)

Gambar 1. Penyakit terbanyak di kecamatan sungai pagu tahun 20152

Gambar 2. Penyakit terbanyak kecamatan sangir batang hari tahun 20153

2 BPS,Statistik daerah kecamatan Sungai Pagu, 2016, hlm-5 3 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-6

Gambar 3. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 20154

Gambar 4. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir tahun 20155

Jumlah Kasus tertinggi dikecamatan pauh duo pada tahun 2015 adalah ISPA dengan jumlah kasus 719 kasus.6

4 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-19 5 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-20

Gambar 5. Penyakit terbanyak Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 20157

Gambar 6. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Jujuan tahun 20158

7 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-50 8 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50

Lampiran 2 Kepadatan Penduduk

Gambar 7. Kepadatan penduduk kecamatan Sangir Batang hari tahun 20159

Gambar 8. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir tahun 201510

9 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-12 10 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-16

Gambar 9. Kepadatan penduduk kecamatan Pauh Duo tahun 201511

Gambar 10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 201512

11 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-15

Gambar 11. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 201513

Lampiran 4 Kelompok Umur

Gambar 12. Kelompok umur kecamatan Sangir Batang hari tahun 201514

Gambar 13. Penyakitterbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 201515

14 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-11 15 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-18

Gambar 14. Kelompok Umur kecamatan Sangir tahun 201516

Gambar 15. Kelompok Umur kecamatan Pauh Duo tahun 201517

16 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-3 17 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-3

Gambar 16. Kelompok Umur Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 201518

Gambar 17. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 201519

18 BPS,Kecamatan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dalam angka,2016, hlm-29 19 BPS,Kecamatan Kecamatan Sangir Jujuan dalam angka,2016, hlm-50

Dalam dokumen Indeks pengkajian risiko bencana (1) (Halaman 14-39)

Dokumen terkait