• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks pengkajian risiko bencana (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Indeks pengkajian risiko bencana (1)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KULIAH

MITIGASI BENCANA

JUDUL

KAJIAN RISIKO BENCANA EPIDEMI DAN WABAH PENYAKIT

OLEH:

RIFKI

(1420 922012)

AULIA ANSHARI HAKIM

(

1620925001)

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS

(2)

Daftar Isi

BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana...16

3.1. Indeks pengkajian risiko bencana...16

3.1.1. Indeks ancaman bencana...16

3.3. Kajian Risiko Bencana daerah...26

Bab 4 : Rekomendasi...27

(3)

Ringkasan Eksekutif :

Berdasarkan hasil kajian telah dilakukan untuk bencana Epidemi dan Wabah penyakit untuk daerah Kabupaten Solok Selatan ini adalah penyakit ISPA. Tingginya indeks ancaman pada daerah ini disebabkan banyaknya jumlah kasus penyakit ISPA di kabupaten Solok Selatan.

Tingkat Resiko Bencana wabah penyakit ISPA solok selatan :

Kecamatan Tingkat Risiko Bencana

Sangir Tinggi

Sangir Jujuan Rendah

Sangir Balai Janggo Rendah

Sangir Batang Hari Rendah

Sungai Pagu Sedang

Pauh Duo Rendah

(4)

Bab 1 : Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Indonesia adalah Negara yang rawan bencana. Hal ini terbukti dari berbagai hasil penilaian tentang risiko bencana, seperti Maplecroft (2010) menempatkan Indonesia sebagai Negara yang berisiko ekstrim peringkat 2 setelah Bangladesh, disamping juga masih ada indeks risiko yang dibuat oleh UN University dan UNDP. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri mengingat kondisi geografi dan geologi Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng raksasa Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik, serta berada pada “Ring of Fire”.

Untuk mengetahui secara rinci tingkat kerawanan daerah di wilayah Negara Indonesia, BNPB telah melakukan penilaian tentang Indeks Kerawanan Bencana Indonesia (2009) yang diperbaharui dengan Indeks Rawan Bencana Indonesia (2011).

Kerawanan bencana yang dilakukan penilaiannya dalam IRBI diartikan sebagai tingkat kerusakan/kerugian yang diakibatkan oleh jenis bencana tertentu. Dengan demikian perhitungan indeks rawan bencananya diperoleh dari dampak korban jiwa (meninggal dan luka-luka) dan kerusakan (rumah dan fasilitas/infrastruktur) serta kepadatan penduduk. Jadi kerawanan dihitung dari dampak bencana yang telah terjadi.

Pada perhitungan kali ini, indeks yang dikaji adalah risiko bencana. Risiko bencana merupakan penilaian kemungkinan dari dampak yang diperkirakan apabila bahaya itu menjadi bencana. Dengan demikian perhitungan kali ini ditekankan pada potensi kemungkinan dan besarnya dampak yang diukur dari keterpaparan (exposure) dari setiap bahaya (hazard) dan gabungan dari beberapa hazard yang ada (multi hazard). Jadi apabila kerawanan yang lalu dihitung dari data korban/kerusakan yang tercatat (data yang tersedia) untuk setiap bencana, saat ini indeks risiko ini dihitung dari potensi kemungkinan korban dan dampak yang akan ditimbulkan dari suatu bencana.

(5)

pengkajian risiko bencana, maka dalam penilaian Indeks Risiko Bencana Indonesia ini telah menggunakan parameter-parameter bahaya, kerentanan dan kapasitas sebagai penghitungan risiko bencana.

Dalam dokumen ini kami membahas perihal epidemi wabah yang terjadi di Kabupaten Solok Selatan yang terjadi pada Tahun 2015. Beberapa faktor atau alasan kenapa ISPA menjadi fokus ini adalah karena banyak terjadi kasus ISPA di Kabupaten Solok Selatan dan merupakan yang tertinggi di Sumbar saat itu. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa berita yang ada di media berkisar tahun 2015,

(6)

Gambar 2 : Berita dua, bulan Oktober 2015.

1.2 Tujuan

Dokumen ini disusun sebagai tugas mata kuliah Mitigasi Bencana pada Semester 3 (tiga) Fakultas Teknik Sipil Universitas Andalas.

Selain tujuan di atas, Indeks Risiko Bencana ini bertujuan untuk memberikan informasi tingkat risiko bencana tiap-tiap Kecamatan di Solok Selatan Tentang empidemi dan wabah penyakit yang dimiliki dan gabungan dari bahaya (multi hazard) tersebut.

Sehingga bisa dikatakan bahwa Indeks Risiko Bencana ini merupakan penilaian bencana empidemi dan wabah penyakit yang ada di Solok Selatan.

(7)

Berdasarkan tingkat risiko ini dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk melakukan analisis sebagai dasar dari kebijakan kelembagaan, pendanaan, perencanaan, statistik

1.3 Ruang Lingkup

Indeks Risiko Bencana Solok Selatan ini dihitung berdasarkan rumus =

Bahaya (hazard) dihitung berdasarkan rata-rata dari tingkat bahaya berupa data frekuensi dan magnitude dari bahaya alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain.

Kerentanan (vulnerability) diamati berdasarkan parameter sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Untuk data tentang kapasitas kemampuan dilakukan dengan menggunakan metoda penilaian kapasitas berdasarkan parameter kapasitas regulasi, kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem kesiapsiagaan.

Unit terkecil yang dijadikan satuan penilaian fisik adalah Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, sedangkan untuk penilaian risiko bencana Provinsi dilakukan dengan penghitungan rata-rata dari indeks Risiko Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi tersebut.

Untuk Indeks Risiko Bencana Indonesia kali ini dibatasi pada bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh alam.

1.4 Landasan Hukum

Beberapa landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan perhitungan risiko bencana ini :

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2

Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;

3. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012 Tentang panduan penilaian kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana.

1.5 Pengertian

(8)

faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok dan antar komunitas masyarakat serta teror.

Bahaya/Ancaman(hazard) adalah suatu situasi atau kejadian atau peristiwa yang mempunyai potensi dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, atau kerusakan Iingkungan.

Risiko (risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, jumlah orang mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan infrastruktur, dan gangguan kegiatan masyarakat secara sosial dan ekonomi.

Kerentanan (vulnerability) adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mengakibatkan menurunnya kemampuan dalam menghadapi bahaya (hazards).

Kemampuan (capacity) adalah penguasaan terhadap sumberdaya, teknologi, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri dalam menghadapi ancaman bencana serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana.

(9)

Jiwa Terpapar adalah jumlah populasi di suatu daerah yang berada dalam daerah atau jangkauan ancaman bencana sehingga potensial untuk menjadi korban dari suatu bencana.

Korban adalah orang/sekelompok orang yang mengalami dampak buruk akibat bencana, seperti kerusakan dan atau kerugian harta benda, penderitaan dan atau kehilangan jiwa. Korban meliputi korban meninggal, hilang, luka/sakit menderita dan mengungsi.

Korban meninggal adalah orang yang dilaporkan tewas atau meninggal dunia akibat bencana.

Korban hilang adalah orang yang dilaporkan hilang atau tidak ditemukan atau tidak diketahui keberadaannya setelah terjadi bencana. Korban luka/ sakit

adalah orang yang mengalami luka-luka atau sakit, dalam keadaan luka ringan, luka sedang maupun luka berat/parah, baik yang berobat jalan maupun rawat inap.

Korban menderita adalah orang atau sekelompok orang yang terkena dampak bencana, namun masih menempati tempat tinggalnya sendiri atau di tempat sanak saudara dan bukan berada di lokasi pengungsian.

Korban mengungsi adalah orang/ sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya ke tempat yang lebih aman dalam upaya menyelamatkan diri/jiwa untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

Kerusakan harta benda dan Infrastruktur meliputi rumah, fasilitas, pendidikan (sekolah, madrasah atau pesantren), fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskemas pembantu), fasilitas peribadatan (masjid, gereja, vihara, dan pura), bangunan lain (kantor, pasar, kios) dan jalan dan jembatan yang mengalami kerusakan (rusak ringan, sedang dan berat atau hancur maupun roboh) serta sawah yang terkena bencana dan puso (gagal panen).

(10)

kelembagaan, prilaku/sikap). Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

Peta Bahaya (hazard map) adalah peta petunjuk zonasi tingkat bahaya satu jenis ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu.

Peta Kerentanan (vulnerability map) adalah peta petunjuk zonasi tingkat kerentanan satu jenis ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu.

Peta Risiko Bencana adalah peta petunjuk zonasi tingkat risiko suatu jenis ancaman bencana pada suatu daerah pada waktu tertentu. Peta ini bersifat dinamis, sehingga harus direvisi tiap waktu tertentu dan merupakan hasil perpaduan antara peta bahaya (hazard map) dan peta kerentanan (vulnerability map). Peta Risiko Bencana disajikan berupa gambar dengan warna dan simbol. Penjelasan dimuat dalam bentuk keterangan pinggir.

Kejadian bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi (kabupaten/kota), jenis bencana, korban dan atau kerusakan harta benda jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu kabupaten/kota dan atau provinsi, maka dihitung sebagai satu kejadian.

(11)

lainnya, seperti mata pencaharian dan perekonomian. Hal ini disebabkan karena kurangnya data yang tersedia pada skala global dengan resolusi nasional.

Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran/pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik.

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah ‘erupsi’. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu, lava, gas racun dan banjir lahar.

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsive dari dasar laut. Tsunami dapat disebabkan oleh: (1) gempa bumi diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa/batuan yang sangat besar di bawah air (laut/danau); (2) tanah longsor di dalam laut; (3) letusan gunung api di bawah laut atau gunung api pulau.

Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, maupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

Banjir merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal sehingga system pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta system drainase dangkal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Adapun yang dimaksud banjir di bidang pertanian adalah banjir yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan.

Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar sungai curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat dan limpasannya dapat membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta merusak atau menghanyutkan apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali.

(12)

hutan seringkali menyebabkan bencana asap yang mengganggu kepada masyarakat sekitar.

Cuaca Ekstrim dalam hal ini adalah angin topan merupakan pusat angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara agraris balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin topan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca.

Gelombang Ekstrim atau badai adalah gelombang tinggi yang yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.

1.6 Sistematika Penulisan

Penyajian Dokumen Kajian Risiko Bencana terdiri dari bab-bab sebagai berikut:

1. Ringkasan Eksekutif 2. Bab 1 : Pendahuluan

3. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan 4. Bab 3 : Kajian Risiko Bencana

(13)

Penyajian dokumen sedapat mungkin menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana. Kesederhanaan ini diharapkan dapat mempermudah seluruh masyarakat untuk memahami hasil kajian secara menyeluruh.

1. Ringkasan Eksekutif

Ringkasan eksekutif disusun tidak lebih dari 2 halaman. Ringkasan ini memaparkan seluruh hasil pengkajian dalam bentuk tabel tingkat risiko bencana pada suatu daerah. Selain itu, ringkasan ini juga memberikan gambaran umum berbagai rekomendasi kebijakan yang perlu diambil oleh suatu daerah untuk menekan risiko bencana di daerah tersebut.

2. Bab 1 : Pendahuluan Berisi sub bab sebagai berikut :

1. Latar belakang

Memaparkan alasan-alasan disusunnya dokumen dengan mengembangkan perspektif umum terkait sejarah kebencanaan dan penanggulangannya, struktur sosial daerah, dan kondisi lain yang penting.

2. Tujuan

Menjawab pertanyaan apa fungsi dokumen ini disusun

3. Ruang Lingkup

Memaparkan batasan kajian 4. Landasan Hukum

5. Pengertian

Memberikan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam laporan.

6. Sistematika Penulisan

Menginformasikan judul-judul bab laporan

3. Bab 2 : Kondisi Kebencanaan Berisi sub bab sebagai berikut : 1. Umum

Memaparkan secara singkat perspektif penanggulangan bencana disuatu daerah terkait kondisi perekonomian, sosial, budaya, lingkungan, infrastruktur, kelembagaan dan kesiapsiagaan masyarakat.

(14)

Memaparkan secara singkat data dan sejarah kebencanaan di daerah bencana geologi, klimatologi, kejadian luar biasa, kegagalan teknologi, bencana sosial dan lainnya.

3. Potensi Bencana

Memaparkan potensi bencana di daerah yang melakukan lingkup kajian. Data potensi bencana ini dapat menggunakan sumber informasi dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI).

4. Bab 3 : Pengkajian Risiko Bencana Berisi sub bab sebagai berikut:

Memaparkan Peta Risiko Bencana untuk setiap bencana yang diperoleh berdasarkan perhitungan dari Indeks Pengkajian Risiko Bencana

3. Kajian Risiko Bencana Daerah

Memaparkan kajian Tingkat Risiko Bencana lingkup kajian untuk setiap bencana yang berpotensi terjadi. Kajian Tingkat Risiko Bencana ini dilaksanakan berdasarkan Indeks Pengkajian Risiko Bencana.

5. Bab 4 : Rekomendasi

Berisi sub bab sebagai berikut :

1. Rekomendasi Kebijakan Bersifat Administratif

Memaparkan rekomendasi kebijakan yang diperoleh berdasarkan kajian Tingkat Ketahanan Daerah berdasarkan HFA.

2. Rekomendasi Kebijakan Bersifat Teknis

Memaparkan rekomendasi kebijakan yang diperoleh berdasarkan pemetaan risiko bencana pada lingkup daerah pemerintahaan terkecil pada lingkup daerah kajian.

6. Bab 5 : Penutup

(15)

7. Lampiran

Lampiran minimal terdiri dari :

a. Perhitungan Indeks Pengkajian Risiko Bencana (suplemen untuk Bab 4) b. Peta Ancaman Bencana (ukuran A4 -suplemen Bab 5)

c. Peta Kerentanan Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5) d. Peta Kapasitas Daerah (ukuran A4-suplemen Bab 5)

(16)

Bab 2 : Kondisi Kebencanaan

2.1 Umum

Kabupaten Solok Selatan adalah kabupaten yang terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini resmi dimekarkan dari Kabupaten Solok pada tahun 2004 mencakup wilayah seluas 3.346,20 km². Secara administratif kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di sebelah selatan dan dikelilingi oleh tiga kabupaten lain di Sumatera Barat dari barat ke timur: Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, dan Dharmasraya. Pusat pemerintahannya terletak di Padang Aro, sekitar 161 km dari pusat Kota Padang.

Untuk daerah yang sedang berkembang tentu kesehatan merupakan salah satu bagian yang sangat perlu diperhatikan, maka dalam laporan ini akan membahas penyakit/ epidemi penyakit.

2.2 Sejarah Kebencanaan Daerah

(17)
(18)

2.3 Potensi Bencana

(19)

BAB 3 : Pengkajian Risiko Bencana

3.1. Indeks pengkajian risiko bencana

3.1.1. Indeks Ancaman Bencana

Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan bahwa indeks ini disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada suatu daerah.

Untuk komponen Indeks bencana Epidemi & Wabah Penyakit, penyakit yang ditinjau adalah wabah/penyakit ISPA. Indeks ancaman penyakit ISPA ini dipengaruhi oleh jumlah penderita dan kepadatan penduduk didaerah/ dipengaruhi juga oleh kepadatan penduduk diwilayah yang ditinjau. Berikut cara perhitungan Indeks ancaman Epidemi & Wabah penyakit.

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan Skor ancaman bencana :

Skor bahaya:

(

KTI

1000

)

∗log

(

kepadatan penduduk

0,01

)

/log(100/0,01)

KTI (Kepadatan timbulnya ISPA)

Data yang dibutuhkan untuk menghitung indeks ancaman ini adalah :

a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)

b. Data Kepadatan penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 2)

Besar Indeks ancaman berdasarkan Rentang skor bahaya, < 0,34 (Rendah), 0,34-0,66 (Sedang), > 0,67 (Tinggi).

3.1.2. Indeks Penduduk Terpapar

(20)

skor penduduk terpapar:

(

0,6×

Data yang dibutuhkan untuk menghitung Indeks penduduk terpapar adalah :

a. Kepadatan Penduduk didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 2). b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3) c. Rasio Kelompok Umur di copy dari (Lampiran 4).

Besar Indeks penduduk terpapar berdasarkan skor penduduk terpapar, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), > 2 (Tinggi).

3.1.3. Indeks Kerugian

Tidak seperti gempa, banjir atau tanah longsor yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau kerusakan lingkungan dan kerugian materi/ekonomi. Indeks kerugian pada epidemi penyakit ini hanya akan berpengaruh kepada faktor ekonomi dari penderita penyakit tersebut. Indeks kerugian dari epidemi penyakit ini kami hitung dengan memperhitungkan jumlah penderita, rasio kemiskinan dan rasio kelompok umur.

Data yang dibutuhkan untuk Indeks kerugian:

a. Data KTI didapat dari data jumlah penderita ISPA per kecamatan dibagi rata tiap nagari sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk daerah itu. (Lampiran 1)

b. Rasio Kemiskinan didapat dari statistik daerah masing-masing kecamatan. (Lampiran 3) c. Rasio Kelompok Umur di copy dari kelompok (Lampiran 4).

Besar Indeks kerugian berdasarkan skor kerugian, < 1 (Rendah), 1-2 (Sedang), > 2 (Tinggi).

3.1.4. Indeks Kapasitas

Penentuan tingkat kapasitas diatur dalam BNPB No. 3 tahun 2012. Untuk mendapatkan Indeks kapasitas suatu wilayah diperlukan survey langsung pada beberapa pihak terkait dengan pertanyaan/kuesioner1 yang telah ditentukan oleh BNPB tersebut.

(21)
(22)

Besar indeks ancaman, indeks penduduk terpapar, indeks kerugian dan indeks kapasitas per nagari solok selatan :

(23)

3.1.5.

Analisis Indeks

(24)
(25)

Berikut hasil analisis indeks untuk kajian risiko bencana :

(26)

3.2.

Peta Risiko Bencana

(27)

3.3. Kajian Risiko Bencana daerah

(28)

Bab 4 : Rekomendasi

Peta ini merupakan simulasi peta bahaya risiko yang berbeda. Peta ini harus digunakan bersama peta untuk bahaya individu. Namun peta ini dapat digunakan sendiri untuk memperoleh gambaran cepat dan komprehensif situasi paparan kombinasi risiko penduduk yang dapat banyak membantu dalam mengambilan keputusan perencanaan strategis.

Tingkat risiko yang dapat diterima dalam peta ini dicerminkan dalam warna rentang kelas paparan penduduk. Kode warna ini perlu disesuaikan agar peta beserta analisanya mencerminkan tingkat risiko yang dapat diterima dan disepakati oleh masyarakat dan sesuai dengan sasaran pembangunan pemerintahan daerah.

(29)

BAB 5 : Penutup

(30)

Daftar pustaka

Kabupaten Solok Selatan dalam Angka 2016

Kecamatan Sangir dalam angka 2016

Kecamatan Sangir jujuan dalam angka 2016

Kecamatan Sangir batang hari dalam angka 2016

Kecamatan Sungai pagu dalam angka 2016

Kecamatan Pauh Duo dalam angka 2016

(31)

Lampiran 1 Sumber Data Kepadatan Timbulnya ISPA (KTI)

Gambar 1. Penyakit terbanyak di kecamatan sungai pagu tahun 20152

Gambar 2. Penyakit terbanyak kecamatan sangir batang hari tahun 20153

(32)

Gambar 3. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 20154

Gambar 4. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir tahun 20155

Jumlah Kasus tertinggi dikecamatan pauh duo pada tahun 2015 adalah ISPA dengan jumlah kasus 719 kasus.6

4 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Balai Jango, 2016, hlm-19 5 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir, 2016, hlm-20

(33)

Gambar 5. Penyakit terbanyak Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 20157

Gambar 6. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Jujuan tahun 20158

(34)

Lampiran 2 Kepadatan Penduduk

Gambar 7. Kepadatan penduduk kecamatan Sangir Batang hari tahun 20159

Gambar 8. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir tahun 201510

9 BPS,Statistik daerah kecamatan Sangir Batang Hari, 2016, hlm-12

(35)

Gambar 9. Kepadatan penduduk kecamatan Pauh Duo tahun 201511

Gambar 10. Kepadatan Penduduk Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 201512

11 BPS, Statistik daerah kecamatan Pauh Duo, 2016, hlm-15

(36)

Gambar 11. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 201513

(37)

Lampiran 4 Kelompok Umur

Gambar 12. Kelompok umur kecamatan Sangir Batang hari tahun 201514

Gambar 13. Penyakitterbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 201515

(38)

Gambar 14. Kelompok Umur kecamatan Sangir tahun 201516

Gambar 15. Kelompok Umur kecamatan Pauh Duo tahun 201517

(39)

Gambar 16. Kelompok Umur Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tahun 201518

Gambar 17. Kepadatan Penduduk kecamatan Sangir Jujuan tahun 201519

Gambar

Gambar 1 : Berita pertama, bulan Mei 2015.
Gambar 2 : Berita dua, bulan Oktober 2015.
Gambar 1. Penyakit terbanyak di kecamatan sungai pagu tahun 20152
Gambar 3. Penyakit terbanyak kecamatan Sangir Balai Jango tahun 20154
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pola agroforestry merupakan kegiatan yang mengkombinasikan produksi tanaman semusim (tanaman pangan, obat-obatan, pakan, dll) dengan tanaman kehutanan (dapat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan security awareness bagi pegawai UPBU Ranai-Natuna berjalan dengan baik dan berhasil mencapai tujuan pelatihan,

Itulah mengapa Pasal 12 B ayat (1) huruf a mengatur tentang pembalikan beban pembuktian kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang diduga

Hal ini dikarenakan persentase yang diperoleh pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti fase 1 sampai fase 5, serta kegiatan penutup selama tiga kali pertemuan telah

Pasal 4 UU 41/1999 tentang Kehutanan berbunyi: (1) Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara

[r]

Angka infeksi nasokomial terus meningkat mencapai sekitar 9 % atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Untuk mencegah infeksi

adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu,