• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN FI Dr Suparman buku Jujun Anyer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHAN FI Dr Suparman buku Jujun Anyer"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat Ilmu

Dr Suparman Ibrahim Abdullah,

MSc

Jl Gelatik no 4 Tanah Sareal

Bogor 16161

Hp 0811166866

Situs:

www.statistik-suparman.net

Email suparman_i@yahoo.com

(2)

Silabus Bahan UTS

(3)

Bab 1

Kearah Pemikiran

Filsafat:

1 Ilmu dan

Filsafat

(4)

KARAKTERISTIK FILSAFAT

1. Menyeluruh, artinya bahwa mengenal ilmu tidak hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri

melainkan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya.

2. Mendasar, artinya bahwa kebenaran ilmu tidak

langsung dipercayai namun harus dicari dan dikaji hingga menemukan kebenaran yang hakiki.

3. Spekulatif, artinya bahwa kebenaran sebuah pengetahuan didapat dari spekulasi-spekulasi hingga akhirnya menemukan kebenaran yang hakiki.

(5)

BIDANG TELAAH FILSAFAT

Bidang telaah flsafat adalah menelaah

segala masalah yang mungkin dapat

dipikirkan manusia, meliputi :

1. Pertama

flsafat mempersoalkan siapakah

manusia itu.

2. Kedua

adalah pertanyaan yang berkisar

tentang ada : tentang hidup dan eksistensi

manusia.

3. Ketiga

adalah tentang penemuan ilimiah

dalam sebuah riset.

(6)

CABANG-CABANG FILSAFAT

Pokok permasalahan yang dikaji flsafat

mencakup tiga segi, antara lain :

1. Apa yang disebut benar dan apa yang

disebut salah (logika).

2. Mana yang dianggap baik dan mana

yang dianggap buruk (etika).

3. Apa yang termasuk indah dan apa

yang termasuk jelek (estetika).

(7)

Cabang-cabang flsafat:

1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) 2. Etika (Filsafat Moral)

3. Estetika (Filsafat Seni) 4. Metafsika

5. Politik (Filsafat Pemerintahan) 6. Filsafat Agama

7. Filasafat Ilmu

8. Filsafat Pendidikan 9. Filsafat Hukum

10. Filsafat Sejarah

11. Filsafat Matematika

(8)

FILSAFAT ILMU

• flsafat ilmu merupakan bagian dari epistemilogi (flsafat pengetahuan yang secara spesifk

mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilimiah .

Karena permasalahan-permasalahan teknis

yang bersifat khas, maka flsafat ilmu dibagi menjadi dua yaitu flsafat ilmu-ilmu alam dan flsafat ilmu-ilmu sosial

• Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya maka pertanyaan yang diajukan adalah apa, bagaimana, serta

untuk apa.

(9)

BAB 2

Dasar Dasar Pengetahuan:

2

Penalaran, 3 Logika, 4

Sumber Pengetahuan, 5

Kriteria Kebenaran

(10)

PENALARAN

Manusia dalam hidupnya memiliki tujuan tertentu, hal itu dapat dicapai dengan pengetahuan. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni :

Pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu

mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.

Manusia mampu mengembangkan pengetahuan

dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan

berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut

penalaran.

(11)

HAKIKAT PENALARAN

Penalaran merupakan suatu proses berpikir

dalam menarik suatu kesimpulan yang

berupa pengetahuan. Sebagai suatu

kegiatan yang berpikir maka penalaran

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya suatu pola berpikir yang secara

luas dapat disebut logika. Atau dapat juga

disimpulkan bahwa kegiatan penalaran

merupakan suatu proses berpikir logis

.

(12)

2

. Ciri kedua dari penalaran adalah

sifat analitik dari proses berpikir.

Analisis pada hakikatnya merupakan

suatu kegiatan berpikir berdasarkan

langkah-langkah tertentu.

Penalaran pada dasarnya bersumber

pada rasio atau fakta.

(13)

LOGIKA

Logika secara luas dapat didefnisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid)”. Terdapat dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu :

1. Logika Induktif, logika ini erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. 2. Logika Deduktif, logika ini membantu kita dalam

menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus)

(14)

SUMBER PENGETAHUAN

Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, antara lain :

1. Mendasarkan diri pada rasio. Dalam hal ini digunakan metode deduktif dalam menyusun

pengetahuannya. Premis yang dipakai didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.

2. Mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat lewat penalaran rasional yang abstrak

melainkan melalui pengalaman yang kongkret.

(15)

KRITERIA KEBENARAN

Untuk mendapatkan sebuah kebenaran yag absolute maka perlu didukung oleh teori-teori kebenaran yang relevan. Diantaranya adalah :

Pertama, teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap

benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang dianggap benar

sebelumnya.

Kedua, teori korespondensi, menyatakan bahwa suatu

pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu

berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju.

Ketiga, teori pragmatis, menyatakan bahwa suatu kebenaran

pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, atau

mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

(16)

Bab 3: ONTOLOGI Hakekat Apa

Yang Dikaji

Ontologi: Hakekat apa yang Dikaji:

6 Metafsika, 7 Asumsi, 8 Peluang,

9 Beberapa Asumsi dalam Ilmu, 10

Batas batas Penjelajahan dalam

Ilmu

(17)

Metafsika

Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ‘” a central

part of metaphisics” (bagian sentral dari metafsika sedangkan metafsika diartikan sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (hal yang hadir setelah fsika, … studi umum mengenai alam

Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan

mengenai metafsika. Mengapa ontologi terkait dengan metafsika? Ontologi membahas hakikat yang “aada”, metafsika menjawab pertanyaan apakah hakikat

kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu

pembahasan, metafsika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafsika. Karena itu, metafsika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait.

Bidang metafsika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran flsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafsika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini.

(18)
(19)

SUPERNATURALISME

SUPERNATURALISME

Di alam terdapat

wujud-wujud gaib (supernatural dan ujud ini

bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa

dibandingkan dengan alam yang nyata.

Animisme merupakan kepercayaan yang

berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini,

dimana manusia percaya bahwa terdapat roh

yang sifatnya gaib terdapat dalam

benda-benda.

(20)

NATURALISME

NATURALISME. Paham ini menolak wujud-wujud

yang bersifat supernatural. Materialisme

merupakan paham yang berdasarkan pada aliran naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan

bahwa gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

Democritos (460-370 S.M. adalah salah satu tokoh

awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa

unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu

panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan

terminologi yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra.

(21)

MEKANISTIK

VITALISTIK

gejala mekanistik, bahwa gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya

merupakan gejala kimia fisika semata

Paham vitalistik sepakat bahwa proses kimia fisika sebagai gejala alam dapat diterapkan, tetapi hanya meliputi unsur dan zat yang mati saja, tidak untuk makhluk hidup.

Kaum vitalistik mempertanyakan apakah

manusia merupakan bagian dari proses kimia fisika tersebut. Pertanyaan berlanjut pada bagaimana pandangan mengenai pikiran

(kesadaran)? Bagi kaum vitalistik, hidup merupakan sesuatu yang unik yang berbeda dengan proses kimia fisika tersebut. Proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya. Namun, apakah kebenarannya dari hakikat pikiran

tersebut? Apakah dia berbeda dengan benda yang ditelaahnya, ataukah bentuk lain dari zat tersebut?

(22)

MONOISTIK

MONOISTIK. Aliran monoistik dengan

tokohnya Christian Wolf (1679-1754 ,

menyatakan bahwa tidak berbeda antara

pikiran dengan zat. Keduanya hanya

berbeda dalam gejala yang disebabkan

proses berlainan, namun memiliki

substansi yang sama. Sebagaimana energi

dan zat, teori Einstein: menyatakan energi

hanya bentuk lain dari zat. Jadi proses

berfkir dianggap sebagai aktivitas elektro

kimia dari otak.

(23)

DUALISTIK

DUALISTIK. Kelompok lainnya, yaitu aliran dualistik

memberikan pendapat yang berbeda tentang makna kesadaran. Zat dan kesadaran (fkiran adalah berbeda

secara substantif, sui generalis. Tokoh penganut paham ini antara lain Rene Descartes, John Locke dan George Berkeley. Mereka menyatakan bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran manusia, termasuk penginderaan dari hasil pengalaman

manusia, adalah bersifat mental. Yang bersikap nyata

hanyalah pikiran, karena dengan berpikir maka sesuatu itu akan menjadi ada. Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada.

John Locke mengibaratkan pikiran manusia pada awalnya

merupakan sebuah lempeng yang licin dan rata dimana pengalaman inderawi akan melekat dalam lempeng

tersebut.

Organ manusia lah yang menangkap dan menyimpan

pengalaman inderawi.

Berkeley terkenal dengan ungkapannya to be is to be

(24)

KESIMPULAN

KESIMPULAN. Dalam kajian metafsika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah dilakukan, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul, termasuk pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal tersebut di atas. Karena beragam tinjauan flsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka pada dasarnya setiap ilmuwan bisa memiliki flsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.

(25)

PELUANG

PELUANG. Dasar teori keilmuan di dunia ini

tidak akan pernah terdapat hal yang pasti

mengenai satu kejadian, hanya

kesimpulan yang probabilistik.

Ilmu memberikan pengetahuan sebagai

dasar pengambilan keputusan di mana

didasarkan pada penafsiran kesimpulan

ilmiah yang bersifat relatif.

(26)

ASUMSI

• ASUMSI. Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin

terfokus obyek telaah suatu bidang kajian,

semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak.

Asumsi dapat dikatakan merupakan latar

belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang

diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin

(2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan

adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian.

Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada

Pembukaan UUD 1945: “ …kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” “…penjajahan diatas bumi… tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan

perikeadilan”. Tanpa asumsi-asumsi ini, semua

pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna.

(27)

Apakah suatu hipotesis merupakan

asumsi? Ya, jika diperiksa ke belakang

(backward maka hipotesis merupakan

asumsi. Jika diperiksa ke depan

(forward maka hipotesis merupakan

kesimpulan. Untuk memahami hal ini

dapat dibuat suatu pernyataan:

“aBawalah payung agar pakaianmu tidak

basah waktu sampai ke sekolah”.

Asumsi yang digunakan adalah hujan

akan jatuh di tengah perjalanan ke

sekolah. Implikasinya, memakai payung

akan menghindarkan pakaian dari

kebasahan karena hujan.

(28)

Terdapat beberapa jenis asumsi yang

dikenal, antara lain;

Aksioma. Pernyataan yang disetujui

umum tanpa memerlukan pembuktian

karena kebenaran sudah membuktikan

sendiri.

Postulat. Pernyataan yang dimintakan

persetujuan umum tanpa pembuktian,

atau suatu fakta yang hendaknya

diterima saja sebagaimana adanya

Premise.

(29)

Pertanyaan penting yang terkait dengan

asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi

secara tepat? Untuk menjawab permasalahan

ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam

tunduk pada tiga karakteristik

1. DETERMINISME 2. PILIHAN BEBAS 3. PROBABILISTIK

(30)

1. DETERMINISME

• 1. DETERMINISME. Karakteristik deterministik merujuk pada hukum alam yang bersifat universal. Tokoh: William hamilton dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empirik yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat uiversal. Pada lapangan pengetahuan ilmu eksak, sifat deterministik lebih banyak dikenal dan asumsinya banyak digunakan dibanding ilmu sosial. Sebagai misal, satu hari sama dengan 12 jam. Satu jam adalah sama dengan 60 menit. Sejak jaman dahulu sampai saat ini, dan mungkin juga masa nanti, pernyataan ini tetap berlaku.

(31)

2. PILIHAN BEBAS

2. PILIHAN BEBAS. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat

pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak

ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik

menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain,

kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya

animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan

(32)

3. PROBABILITAS

Pada sifat probabilstik, kecenderungan

keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang

tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern,

karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan.

Dalam ilmu kedokteran misalnya, kebenaran

suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan

ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi

deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang dari 95%

berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik

(33)

Dalam menentukan suatu asumsi dalam

perspektif flsafat, permasalahan utamanya

adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti apakah sebenarnya yang ingin

dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan,

sekiranya menyangkut hukum kejadian yang

berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik.

Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian

yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas.

Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas,

penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya.

PENENTUAN ASUMSI

(34)

BATASAN PENJELAJAHAN ILMU

Ilmu memulai penjelajahannya pada

pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia

Hal-hal yang diluar jangkuan manusia adalah

diluar jangkauan penjelajahan ilmu

Batasan Ilmu terletak pada fungsi ilmu itu

sendiri dalam kehidupan manusia sebagai alat bantu pemecahan masalah sehari (praktis mis: untuk memerangi penyakit dll.

Ilmu membatasi lingkup penjelajahnnya pada

batas pengalaman manusia juga metode yang dipergunakan dalam menyususn ilmu yang telah teruji kebenarannya secara empiris

(35)

Ruang penjelajahan Ilmu

• Ruang penjelajahan ilmu menjadi terkapling-kapling /terbagi menjadi berbagai disiplin keilmuan.

Disiplin ilmu makin lama makin sempitsesuai

dengan perkembangan kuantitatif siplinan keilmuan

Setiap ilmuwan harus tahu batasan-batasan

keilmuannya masing-masing. Ini menunjukkan profesionalisme dan kematangan keilmuan .

(36)

Cabang-Cabang Ilmu

Ilmu berkembang dengan Pesat dan juga

cabang-cabangnya

Ilmu lebih terspesialisasi (obyek

ontologisnya menjadi terbatas

Pada Dasarnya Cabang ilmu berkembang

dari dua cabang utama

1. Filsafat alam menjadi Rumpun ilmu-ilmu alam (the natural science .

2. Filsafat moral berkembang menjadi Ilmu-ilmu sosial (social science

(37)

Bab 4

Epistemologi:

Cara Mendapatkan

I. Peng yang Benar: 11 Jarum

Sejarah Pengetahuan, 12

Pengetahuan, 13 Metode Ilmiah,

14 Struktur Pengetahuan Ilmiah

(38)

EPISTOMOLOGI

Merupakan pembahasan mengenai bagaimana

kita mendapatkan pengetahuan .

Apakah sumber-sumber pengetahuan ?

Apakah hakikat, jangkauan, ruang lingkup pengetahuan ? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan

pengetahuan ?

Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk

ditangkap manusia.

(39)

Epistomologi

Cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar.

 Dengan berkembangnya abad penalaran,

mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan.

 Pengetahuan pada hakekatnya merupakan

segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu.

 Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan

yang diketahui oleh manusia, disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.

 Konsep dasar pengetahuan tempo dulu,

berdasarkan kriteria kesamaan, bukan perbedaan.

(40)

METODE-METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN

1. EMPIRISME

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman. 2. RASIONALISME

Sumber pengetahuan terletak pada akal, pengalaman dipandang sebagai semacam perangsang bagi pikiran.

3. FENOMENALISME Ajaran KANT 4. INTUISIONISME

5. METODE ILMIAH

1. EMPIRISME

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman. 2. RASIONALISME

Sumber pengetahuan terletak pada akal, pengalaman dipandang sebagai semacam perangsang bagi pikiran.

3. FENOMENALISME Ajaran KANT 4. INTUISIONISME

5. METODE ILMIAH

(41)

Bagaimana menyusun pengetahuan yang benar, untuk enjawab suatu permasalahan?

EMPIRISME

Ilmu mempelajari alam, sebagaimana adanya

dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.

Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu, dengan

tujuan untuk menjawab permasalahan

kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia.

Usaha untuk menjelaskan gejala alam, sudah

mulai dilakukan oleh manusia sejak dulu kala.

Dengan mempelajari alam, mereka

mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis, seperti

pembuatan tanggul, pembasmian hama,

bercocok tanam dll, sehingga berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman

yang didukung oleh metode mencoba-coba (trial and error .

Pelopor : flsuf-flsuf Inggris, mis. David Hume

(42)

RASIONALISME

 Secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar

pikiran

yang bersifat mitos.

 Pada dasarnya rasionalisme memang bersifat

majemuk dengan berbagai kerangka pemikiran yang dibangun secara deduktif disekitar obyek pemikiran tertentu.

 Tokoh : Aristoteles.

 Menurut Popper : Pada tahap ini penting sekali

dalam sejarah berpikir manusia yang

menyebabkan ditinggalkannya tradisi yang bersifat dogmantis yang hanya

memperkenankan hidupnya satu doktrin, yang diganti dengan doktrin yang bersifat majemuk (pluralistik yang masing-masing mencoba

menemukan kebenaran secara analisis dan kritis.

(43)

Metode Eksperimen

Ilmu mencoba menafsirkan gejala alam dengan

mencoba mencari penjelasan tentang berbagai kejadian.

Dalam usaha menemukan penjelasan tersebut, terutama

penjelasan yang bersifat mendasar maka ilmu tidak bisa melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan metafsis.

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat

mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus

mencerminkan kenyataan yang sebenarnya?

Metode eksperimen merupakan jembatan antara

penjelasan teoritis yang hidup di alam raional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris.

(44)

Metode Eksperimen diperkenalkan di dunia Barat

oleh flsuf : Roger Bacon (1214 -1294 , dimantapkan sebagai paradigma ilmiah oleh Francis Bacon

(1561 – 1626

Francis Bacon berhasil meyakinkan masyarakat ilmuwan

untuk menerima Metode Eksperimen sebagai kegiatan ilmiah.

Namun disimpulkan, bahwa secara konseptual

metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim dan secara sosiologi dimasyarakatkan oleh

Francis Bacon.

(45)

METODE ILMIAH

Merupakan prosedur dalam mendapatkan

pengetahuan yang disebut ilmu.

Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan

lewat metode ilmiah.

Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur

atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.

Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam

mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.

Metodologi secara flsafati termasuk dalam apa yang

dinamakan epistomologi.

(46)

Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara

berpikir deduktif dan cara berpikir induktif, dalam membangun tubuh pengetahuan.

Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional

kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan

sebelumnya.

Berpikir secara induktif yang berdasarkan kriteria

kebenaran korespondensi diperlukan sebab berpikir secara deduktif bersifat pluralisme.

Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu

(47)

Proses kegiatan ilmiah

Menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia

mengamati sesuatu. Tentu hal ini membawa kita

kepada pertanyaan : “aMengapa manusia mengamati Sesuatu?”

Kita mulai mengamati sesuatu obyek, kalau kita

mempunyai perhatian khusus terhadp obyek tersebut.

Perhatian tersebut oleh John Dewey sebagai suatu

masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.

Karena adanya masalah tersebut, maka proses berpikir

dimulai, dan karena masalah tersebut berasal dari

dunia empiris, maka proses berpikir diarahkan kepada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang

(48)

 Berdasarkan sikap manusia menghadapi masalah, Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan menjadi 3 tahap :

1. Tahap Mistis : Sikap manusia yang merasakan

dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib di sekitarnya.

2. Tahap Ontologis : Sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib dan bersikap mengambil jarak

dari obyek di sekitarnya serta memulai melakukan penelaah terhadap obyek-obyek tersebut.

3. Tahap fungsional : Sikap manusia yang bukan saja merasakan terbebas dari kepungan kekuatan ghaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penelaah terhadap obyek-obyek di sekitar kehidupannya, namun namun lebih dari itu, dia memfungsionalkan

(49)

Kerangka berpikir ilmiah terdiri dari langkah – langkah

sebagai berikut :

1. Perumusan masalah : merupakan pertanyaan mengenai

obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifkasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis :

Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat, antara berbagai faktor yang saling mengkait

dan membentuk konstelasi permasalahan.

3. Perumusan hepotesis : Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, yang materinya

merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

(50)

4. Pengujian hipotesis : Pengumpulan fakta-fakta yang

relevan dengan hipotesis yang diajukan, untuk

memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukunh hipotesis itu atau tidak.

5. Penarikan kesimpulan :

Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

Hipotesis yang diterima dianggap menjadi pengetahuan ilmiah.

(51)

BAB 5

Sarana Berpikir Ilmiah:

15

Sarana Berpikir Ilmiah, 16

Bahasa, 17 Matematika

(52)

• Manusia sering disebut Homo faber; makhluk yang membuat alat. Dan kemampuan alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan.

Berkembangnya pengetahuan itu pun memerlukan alat-alat.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik

diperlukan sarana berfkir yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.

• Penguasaan sarana berpikir ilmiah bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.

• Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang

khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh

(53)

• Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara berfkir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan tetapi menggunakan cara tersendiri dan berbeda dengan metode ilmiah.

Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk

memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sedangkan tujuan

mempelajari ilmu untuk mendapatkan

pengetahuan yang memungkinkan kita untuk memecahkan masalah sehari-hari.

• Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik., yaitu membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.

(54)

• Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan satana yang berupa bahasa, logika,

matematika dan statistik.

• Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain.

• Penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.

• Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistik mempuinyai

peranan penting dalam berpikir induktif

• Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.

(55)

BAHASA

Dengan menguasai bahasa maka kita akan

mengusai pengetahuan.

Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada

kemampuan berpikirnya melaikan terletak pada kemampuan berbahasa.

Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal

symbolicum (makhluk yang menggunakan

simbu , yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas dari Homo sapiens (makhluk

yang berpikir sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan simbol.

Tanpa kemampuan berbahasa kegiatan berpikir

(56)

Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni pikiran,

perasaan, dan sikap. Kneller: Bahasa dalam

kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotof, dan afektif. Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.

Komunikasi dengan mempergunakan bahasa

menggunakan unsur simbolik dan emotif. Dalam

komunikasi ilmiah proses komunikasi harus terbebas dari unsur emotif. Agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif , artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.

(57)

Apakah Sebenarnya Bahasa?

• Bahasa sebagai srangkaian bunyi (verbal .

Komunikasi yang mempergunakan bunyi disebut komunikasi verbal, dan manusia yang

bermasyarakat dengan komunikasi verbal disebut masyarakat verbal.

Bahasa sebagai lambang dimana rangkaian bunyi

ini membentuk suatu arti tertentu. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manusia dapat berpikir dengan lebih baik.

• Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat

mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain, mengekspresikan sikap dan

perasaan.

Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang

membuka rahasia alam dalam berbagai teori seperti

(58)

Beberapa Kekurangan Bahasa

Salah satu kekurangan bahasa sebagai sarana

komunikasi ilmiah adalah bahasa mengandung tiga unsur yang bersifat emotif, efektif dan

simbolik.

Bahasa mempunyai arti yang tidak jelas dan

eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.

Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular

dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan defnisi.

(59)

Matematika

Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang

melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat

“aartifsial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumoulan

rumus-rumus yang mati.

Matematika adalah bahasa yang

menghilangklan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.

Matematika mempunyai sifat yang jelas,

spesifk dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat

(60)

Sifat Kuantitatif dari Matematika

Matematika mempunyai kelebihan lain

dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang

memungkinkan kita bisa melakukan pengukuran secara kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu mengungkapkan pernyataan yang bersifat

kualitatif, tidak bersifat eksak, menyebabkan daya prediksi dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat. Sedangkan matematika meningkatkan daya

prediksi dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan

cermat.

(61)

Matematika: sarana berpikir Deduktif

Berpikir deduktif adalah proses pengambilan

kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.

(62)

Perkembangan Matematika

Wittgenstein : Disamping sebagai bahasa,

matematika juga berfungsi sebagai alat berpikir logis.

Berreand Russell: Matematika adalah masa

kedewasaan logika, sedangkan logika masa kecil matematika.

Matematika pada garis besarnya merupakan

pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.

Berreand Russell dan whitehead : Principia

Mathematika membuktikan bahwa matematika pada dasarnya adalah pernyataan logika.

Immanuel Kant : matematika merupakan

pengetahuan sintetik a priori dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalaman kita.

(63)

Grifts dan Howson (1974 membagi sejarah

matematika menjadi empat tahap:

Peradaban mesir kuno dan daerah sekitarnya

(Babylonia dan dan mesopotamia

Peradaban Yunani meletakan dasar

matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan defnisi tertentu.Euclid pada 300 SM

mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya Elements

Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu

hitung dan aljabar mereka mendapatkan angka nol dan cara pernggunaan desimal

Zaman Reinessance meletakan dasar bagi

kemajuan matematika modern seanjutnya.

(64)

Beberapa aliran dalam Filsafat

matematika

Aliran Logistik: matematika adalah cara berpikir

logis yang salah atau benatnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. (Immanuel Kant ;1724 – 1807

Frege (1848 – 1925 : Hukum bilangan(the law of number dapat direduksi he dalam proposisi-proposisi logika.

Russell - Whitehead dalam bukunya Principia Mathematica: matrmatika seluruhnya dapat

direduksikan ke dalam proposisi logika.

Kaum Pormalis. (David Hilbert ; 1862 –

1943): banyak masalah dlam bidang logika yang sama sekali tidak ada hubungannya

dengan matematika. Matematika merupakan struktur formal dari lambang.

(65)

Aliran Intusionis. (Jan Brouwer ; 1881 – 1966): intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang

matematika bilangan.Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung(counting dan menghitung (calculating . Kaum ini menolak pernyataan

George Cantor (1845 – 1918 : lebih banyak bilangan nyata (real number dibanding bilangan asli (natural number .

Pertemuan Black sebagai kompromi yang bersifat eklektik (eclectic compromise : ketiga pendektan dalam

matematika ini, lewat pemahamannya masing-masing,

memperkukuh matematika sebagai sarana kegiatan berpikir deduktif.

(66)

Matematika dan Peradaban

Sekitar 3500 SM. Bangsa Mesir Kuno telah

mempunyai simbol yang melambangkan angka-angka.

Matematika merupakan bahasa artifsial yang

dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah.

Matematika tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan peradaban manusia.

Bagi bidang keilmuan modern matematika adalah

sesuatu yang imperatif; sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif. Suatu bidang keilmuan, apa pun juga bidang

pengkajiannya, bila telah menginjak kedewasaan mau tidk mau akan bersifat kuantitatif.

(67)

Statistika

Pascal dan Piere de Fermet

mengembangkan cikal bakal tepori peluang.

Pendeta Thomas Bayes pada tahun 1763

mengembangkan teori peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya sesuatu kejadian. Teoriini

berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif.

Konsep statistika sering dikaitkan dengan

distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.

(68)

Abraham Demoivre (1667 - 1754 mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theori of error

Thomas Simpson (1757 menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.

Pierre Simon de Laplace (1749-1827 menentukan distribusi normal.

Francis Galton (1822 – 1911 dan Karl Pearson(1857 – 1936

distribusi lain yang tidak berupa kurva normal. Mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi chi kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif.

Karl Friedrich Gauss (1777 – 1855 mengembangkan Teknik kuadrat terkecil (leasts quares simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the standard eror of the mean

Searly Gossel (Student : mengembangkan konsep pengambilan contoh.

Ronald Alylmer Fisher (1890 -1962 mengembangkan disain

eksperimen dn analisis varians dan kovarians, distribusi-Z, distribusi-t, uji signifkan dan teori tentang perkiraan (theori of estimation

(69)

Statistik dan cara berpikir Induktif

Logika deduktif berpaling kepada matematika

sebagai sarana penarikan kesimpulan,

sedangkan logika induktif berpaling kepada statistik.

Dalam penalaran Deduktif kesimpulan yang

ditarik adalah benar sekiranya premis-premis yang dipergunakannya benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah.

Dalam Penalaran Induktif meskipun

premis-premisnya benar dan prosedur penarikan

kesimpulannya sah, kesimpulan itu belum tentu benar. Yang dapat kita katakan bahwa

kesimpulan itu mempunyai peluang benar. Statistika merupakan pengetahuan yang

(70)

Statistika mampu memberikan secara kuantitatif

tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang

sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.

Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita

untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan

(71)

• Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis.

• Menurut bidang pengkajiannya statistik dapat kita

bedakan sebagai statistik teoritis dan statistik terapan.

• Statistik teoritis: mengkaji dasar-dasar teori statistik, dimulai dari penarikan contoh, distribusi, penaksiran dan peluang

• Statistik terapan: penggunaan statistik teoritis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.

(72)

Statistik harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar

keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari

berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.

(73)

BAB 6

Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu:

19

Ilmu dan Moral, 20 Tanggung

Jawab Sosial Ilmuwan, 21 Nuklir

dan Pilihan Moral, 22 Revolusi

Genetika

(74)

ILMU DAN MORAL

Penalaran otak manusia itu LUAR BIASA demikian kesimpulan ilmuan kerbau dalam makalanya, namun mereka itu curang dan

serakah

Ada 2 Pertanyaan Ekstrim, Manakah yang merupakan Fakta ??

• Apakah makin tinggi ilmu manusia, maka makin bermoral ?

Apakah makin

tinggi ilmu

manusia, maka

makin tidak

bermoral ?

(75)

Defnisi Ilmu

Ilmu bisa berarti proses memperoleh

pengetahuan, atau pengetahuan

terorganisasi yang diperoleh lewat

proses tersebut

(76)

Defnisi Moral

• Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari

ungkapan bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan

• Moral adalah (1 prinsip hidup yang berkenaan dengan benar atau salah, baik atau buruk (2 kemampuan untuk memahami perbedaan benar atau salah (3 ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.

• Moral dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Baik ; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik.

2. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.

(77)

Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri

bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi.

Namun pada kenyataannya apakah ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan?

Perkembangan Ilmu sering melupakan faktor manusia, dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia,

namun justru sebaliknya : manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi.

(78)

Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat

kemanusiaan itu sendiri, atau dengan kata lain

Ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia

mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri.

Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah sangat terkait dengan masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda.

Contoh : Ketika Copernicus (1473-1543 mengajukan teorinya tentang kesemestaan Alam dan menemukan bahwa “aBumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang dikatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ILMU DAN MORAL

(79)

secara Filsafati dapat dikatakan bahwa dalam tahap

pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari ontologis keilmuan, sedangkan dalam

penerapan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Masalah Moral tak bisa

dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan

semangat para martir dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar, seperti: Sokrates dan John Huss Akhirnya, tanpa landasan moral maka ilmuan mudah sekalih tergelincir dalam melakukan prostitusi

intelektual.

(80)

Tanggung Jawab Sosial Keilmuan

1. Produk keilmuan harus sampai dan dimanfaatkan oleh masyarakat

2. Memberikan persfektif yang obyektif :

untung-ruginya, baik-buruknya, sehingga penyelesaian yg obyektif dt dimungkinkan

3. Ilmuwan berpikir secara teratur dan cermat

sehingga dapat menjelaskan kepada mereka yang berpikir keliru, dimana letak kekeliruannya, apa

yang membikin mereka keliru, dan harga apa yang mereka harus bayar atas kekeliruan tersebut.

4. Bertanggung jawab atas berdirinya pilar penyangga keilmuan : ilmu dan teknologi

5. Sikap sosial ilmuan : konsisten dengan penelaahan keilmuan yang dilakukan.

6. Dibidang etika : ilmuan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberi contoh

(81)

NUKLIR

• Jika ilmuwan menciptakan

penemuan baru yang menurut dia berbahaya bagi kemanusiaan,

apakah yang harus dia lakukan? • Apakah menyembunyikan

penemuaannya tersebut (tidak dipublikasikan)?

• Ataukah bersifat netral dan menyerahkan kepada moral

kemanusiaan untuk menentukan penggunaannya?

PILIHAN MORAL

(82)

• Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah pada penemuan selanjutnya, dalam aspek inilah ilmu pengetahuan terbebas dari nilai-nilai yang mengikat.

• Dalam aspek “penggunaan ilmu pengetahuan”, maka ilmuwan memiliki sikap moral untuk tidak

menyembunyikan dan memiliki sikap moral untuk memihak kepada kemanusiaan.

(83)

Pesan dari Einstein :

Tidak cukup bagi kita

hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian

kepada manusia itu sendiri dan nasibnya

harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtisar teknis.

Jangan kau lupakan hal ini

ditengah tumpukan

diagram dan persamaan.

(84)

Revolusi genetika lebih banyak keburukan

dibanding kebaikannya sekiranya hakikatnya kemanusiaan itu sendiri dijamah.

Kesimpulannya : menolak terhadap dijadikannya

manusia sebagai obyek pendidikan genetika,

secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal (ontologis ilmu

Menghadapi tenaga nuklir : moral memberikan

penilaian aksiologis

Menghadapi revolusi genetika : belum terlambat

menerapkan pilihan ontologis “a jangan petik buah terlarang itu”. Jangan ! Berharap menciptakan

Superman namun yang bangun Frankenstein.

(85)

Revolusi Genetika

(ontologis versus aksiologis

Revolusi genetika = manusia sebagai obyek penelaahan

Tujuan : bukan dalam upaya menciptakan

teknologi yang memberikan kemudahan bagi manusia tetapi untuk mengubah manusia itu sendiri

Asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuran manusia, maka tidak ada garansi sekiranya penemuan ini jatuh ket pihak yang tidak bertanggung jawab dan

mempergunakannya untuk kepentingan sendiri

(86)

ILMU DAN KEBUDAYAAN

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

-DEFINISI KEBUDAYAANKEBUDAYAAN SEBAGAI

TANGGAPAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN

KEBUTUHAN MANUSIA

ADALAH: FISIOLOGI, RASA AMAN, AFILIASI, HARGA

DIRI, PENGEMBANGAN POTENSI

MANUSIA TDK DAPAT

BERTINDAK INSTINKTIF, NAMUN MAMPU BELAJAR,

BERKOMUNIKASI DAN MENGUASAI OBYEK SECARA

FISIK

NILAI BUDAYA = JIWA DARI

KEBUDAYAAN

NILAI DASAR KEBUDAYAAN

ADALAH: TEORI, EKONOMI, ESTETIKA, SOSIAL, POLITIK,

AGAMA

PENDIDIKAN PERLU

MENETAPKAN NILAI-NILAI BUDAYA YANG HARUS DIKEMBANGKAN SECARA EKSPLISIT DAN DEFINITIF

ORIENTASI MASYARAKAT

TRADISIONAL = STATUS, ORIENTASI MASYARAKAT

MODERN = PRESTASI

PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN

NASIONAL ADALAH PERADABAN CERMIN ASPIRASI DAN CITA-CITA BANGSA BERDASAR PANCASILA

(87)

ILMU DAN

bergantung dan saling

mempengaruhi

ILMU SEBAGAI SUATU CARA

BERPIKIR

ILMU SEBAGAI ASAS MORAL

NILAI-NILAI ILMIAH & PENGEMBANGAN

KEBUDAYAAN NASIONAL

ARAH PENINGKATAN KEILMUAN

KARAKTERISTIK ILMU SBG SUATU CARA BERPIKIR: -RASIONAL

-LOGIS -OBYEKTIF

-TERBUKA

KARAKTERISTIK ILMU SEBAGAI ASAS MORAL: -MENINGGIKAN KEBENARAN

-PENGABDIAN SECARA UNIVERSAL

PROSES PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN: -PENAFSIRAN KEMBALI NILAI-NAILAI KONVENSIONAL

DISESUAIKAN DG TUNTUTAN ZAMAN

-PENUMBUHAN NILAI-NILAI BARU YANG FUNGSIONAL

LANGKAH-LANGKAH PENINGKATAN PERANAN KEILMUAN: -RE-INTERPRETASI BUDAYA YANG ADA

-HINDARI PENDEWAAN TERHADAP ILMU

-MENINGGIKAN INTEGRITAS ILMUWAN & LBG KEILMUAN -KAITKAN DG PENDIDIKAN MORAL

-DISERTAI DG PENGEMBANGAN FILSAFAT KEILMUAN - KEGIATAN ILMIAH BERSIFAT OTONOM

(88)

BAB 9

Penelitian dan Penulisan

Ilmiah:

29 Struktur Penelitian

dan Penulisan Ilmiah, 30

Teknik

Penulisan Ilmiah,

31

Teknik Notasi Ilmiah

(89)

Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Struktur Penelitian dan Penulisan

Ilmiah.

Pengertian:

1. Penelitian Ilmiah: Operasionalisasi Metode Ilmiah dalam kegiatan keilmuan.

2. Penulisan Ilmiah: Argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan.

3. Untuk itu diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukanpenelitian

sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis.

(90)

Secara garis besar,Struktur

penulisan ilmiah secara logis dan

kronologis adalah sebagai

berikut :

A. Pengajuan masalah

B. Penyusunan kerangka teoretis.

C. Metodologi penelitian.

D. Hasil penelitian.

E. Ringkasan dan kesimpulan

Keseluruhan langkah dalam

kegiatan keilmuan terpadu secara

utuh dalam suatu logika ilmiah

(91)

A. Pengajuan Masalah :

1. Latar belakang masalah

2. Identifkasi masalah

3. Pembatasan masalah

4. Perumusan masalah

5.Tujuan penelitian

6. Kegunaan penelitian

(92)

B. Penyusunan Kerangka Teoretis

dan Pengajuan Hipotesis

1. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis. 2. Pembahasan mengenai

penelitian-penelitian lain yang relevan.

3. Penyusunan kerangka berfkir dalam pengajuan hipotesis.

4. erumusan Hipotesis.

(93)

C. Metodologi Penelitian

1. Tujuan penelitian secara lengkap dan

operasional dalam bentukpernyataan yang mengidentifkasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti. 2. Tempat dan waktu penelitian.

3. Metode penelitian yang ditetapkan

berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.

4. Tehnik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian.

5. Tehnik pengumpulan data. 6. Tehnik analisis data.

(94)

D. Hasil Penelitian

1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti. 2. Menyatakan tehnik analisis data.

3. Mendeskripsikan hasil analisis data.

4. Memberikan kesimpulan terhadapkesimpulan analisis data.

5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.

(95)

E. Ringkasan dan Kesimpulan

1. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoretis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian.

2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkankeseluruhan aspe tersebut di atas. 3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan

melakukan perbandingan terhadap penelitian dan pengetahuan ilmiah yang relevan

4. Mengkaji implikasi penelitian. 5. Mengajukan saran.

(96)

Abstrak

1. Merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian.

2. Merupakan sebuah esei yang utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul.

3. Hanya ada satu judul dalam abstrak yakni judul penelitian.

(97)

Daftar Pustaka

1. Merupakan sumber referensi bagi

seluruh kegiatan penelitian.

2. Merupakan inventarisasi dari

seluruh publikasi ilmiah maupun non

ilmiah yang dipergunakan sebagai

dasar bagi pengkajian yang

dilakukan.

(98)

Riwayat Hidup

Merupakan deskripsi dari latar belakang

pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang

disampaikan.

(99)

Usulan Penelitian

1. Mengandung seluruh langkah-langkah penelitian, tanpa hasil penelitian.

2. Hanya mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunan kerangka teoretis, dan pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian.

(100)

Lain-lain

Meliputi halaman judul, halaman

pengesahan, kata pengantar, daftar

isi, daftar tabel dan daftar gambar

(101)

FILSAFAT ILMU

(Suriasumantri J

1. ONTOLOGI

(being. What,

how:

hakekat

apa yang di

kaji

2. EPISTIMOLOGI

3. AKSIOLOGJ

ONTOLOGI: Objek apa

yang ditelaah ilmu?

Bagaimana ujud yang

hakiki dari objek

tersebut? Bagaimana

hubungan antara

objek tadi dengan

daya tangkap

manusia(seperti

berpikir, merasa dan

mengindera yang

membuahkan

pengetahuan?

(102)

FILSAFAT ILMU

(Suriasumantri J

1. ONTOLOGI

2. EPISTIMOLOGI

( why, how:

cara

mendapatkan

pengetahuan

yang benar

3. AKSIOLOGJ

EPISTIMOLOGI: Bagaimana

proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan

yang berupa ilmu?

Bagaimana prosedurnya, hal hal apa yang harus diperhatikan agar kita

mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang

disebut kebenaran itu

sendiri? Apa kriterianya?, Cara/ teknik/ sarana apa

yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu

(103)

FILSAFAT ILMU

(Suriasumantri J

1. ONTOLOGI

2. EPISTIMOLOGI

3. AKSIOLOGI (for

what : nilai

kegunaan

ilmu

• AKSIOLOGI: Untuk apa

pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?

Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah moral Bagaimana penentuan objek yang di telaah berdasarkan pilihan pilihan moral?

Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisai metode ilmiah dengan

norma norma moral/ profesional?

(104)

ASPEK ONTOLOGI

(BEING, WHAT, WHO

Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan secara :

a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah

b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan

c. Koheren; Unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan

d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)

e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu

sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik)

f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya

g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

(105)

ASPEK EPISTEMOLOGI

(why, how

Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau

kepercayaan.

Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut [AR Lacey] :

1. Menemukan kebenaran dari masalah

2. Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran 3. Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan

kebenaran

4. Falsification atau operasionalism (experimental operarton, operation research)

5. Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran 6. Metode hipotetico – deduktif

7. Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta

(106)

Lanjutan . . .

Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :

Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran

Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan

mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama

Logical Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar

Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk

menyelesaikan masalah-masalah praktis.

Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang

dinamis

,

tersusun sebagai

teori-teori

yang saling mengeritik,

mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran

(107)

ASPEK AKSIOLOGI (for what)

Tujuan dasarnya : menemukan kebenaran atas

fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada

kepastian

kebenaran ilmiah

Contohnya :

Pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar.

(108)

CABANG FILSAFAT ILMU

Suriasumantri, J. S h.32

PengetahuanMoral

Seni

Metafsika

Pemerintahan

AgamaIlmu

PendidikanHukum

Sejarah

Matematika

(109)

DEFINISI

Pengetahuan

: Persepsi subyek (manusia) atas

obyek (riil dan gaib) atau fakta.

Ilmu Pengetahuan

: Kumpulan pengetahuan yang

benar disusun dengan sistem dan metode untuk

mencapai tujuan yang berlaku universal dan

dapat diuji/diverifikasi kebenarannya

12/23/2018 Filsafat Ilnu PPS UNINDEA 109

Ilmu Pengetahuan :

bukan satu, melainkan banyak (plural)

bersifat terbuka (dapat dikritik)

(110)

Lanjutan . . .

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari

esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu

secara rasional

Filsafat Ilmu Pengetahuan

:

Cabang filsafat yang mempelajari teori

pembagian ilmu, metode yang digunakan

dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan

jenis keterangan yang berkaitan dengan

kebenaran ilmu tertentu.

Filsafat Ilmu Pengetahuan disebut juga Kritik Ilmu,

karena historis kelahirannya disebabkan oleh

rasionalisasi dan otonomisasi dalam mengeritik

dogma-dogma dan tahayul

(111)

MEMBANGUN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

“TERTENTU”

Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga

aspek (ontologi, epistemologi dan aksiologi), maka

perlu mempelajari

esensi

atau

hakikat

yaitu

inti

atau

hal yang pokok

atau

intisari

atau

dasar

atau

kenyataan yang benar

dari ilmu tersebut.

Contohnya :

Membangun Filsafat Ilmu Teknik perlu menelusuri dari aspek :

Ontologi  eksistensi (keberadaan) dan essensi

(keberartian) ilmu-ilmu keteknikan. Epistemologi  metode yang digunakan untuk

membuktikan kebenaran ilmu-ilmu keteknikan

Aksiologi  manfaat dari ilmu-ilmu keteknikan.

(112)

Teori

Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar

Teori biasanya terdiri dari hukum-hukum, yaitu : pernyataan (statement) yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih

Teori memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi sebagai teori ilmiah

Tiga syarat utama teori ilmiah :

1. Harus konsisten dengan teori sebelumnya

2.Harus cocok dengan fakta-fakta empiris

3.Dapat mengganti teori lama yang tidak cocok

dengan pengujian empiris dan fakta

(113)

Beberapa istilah yang biasa digunakan dalam komunikasi ilmu pengetahuan :

Axioma

pernyataan yang diterima tanpa pembuktian karena telah terlihat kebenarannya

Postulat

suatu pernyataan yang diterima “benar” semata-mata untuk keperluan berkomunikasi

Presumsi

suatu pernyataan yang disokong oleh bukti atau percobaan-percobaan, meskipun tidak konklusif dianggap sebagai benar walaupun kemungkinannya tinggi bahwa pernyataan itu benar

Asumsi

suatu pernyataan yang tidak terlihat kebenarannya maupun kemungkinan benar tidak tinggi

(114)

Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan :

dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.

1. Dinamis : dengan aktivitas/perkembangan

pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta

dengan prediksi dan hasil

ada aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika

perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi

2. Metode Ilmiah : dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan.

3. Ciri Ilmu : perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu

(115)

Lanjutan . . .

Sistematik

Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah

Sifat ilmu

Konsisten (antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan) Eksplisit (disepakati dapat secara universal, bukan hanya dikalangan kecil)

(116)
(117)
(118)

YUNANI KUNO

MITOS ... - 6SM

(119)

FILSAFAT

Phylo = menyenangi

Sophia = bijaksana

MITOLOGI

Dongeng, Takhayul

Pertanyaan timbul

(ingin tahu

DE-MITOLOGI

Dipikirkan

(secara kritis

LOGOS

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahannya adalah dapat terjadi persilangan yang tidak diinginkan karena bagian ujung bulir terbuka dan benang sari dari tanaman padi varietas lain dapat masuk.. Metode

Distribusi Anggaran Bidang Kesehatan dan Permasalahan Angka Kematian Bayi Provinsi Jambi, Tahun 2010. Pengalokasian anggaran tahun 2010 belum sepenuhnya sesuai dengan permasalahan

4.8 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masihD. berkelanjutan dalam kehidupan bangsa

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui Bagaimana hubungan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa ( BPD ) dalam pembangunan desa di bidang

Begitupun dengan Kantor Mahkamah Syar’iyah yang dimiliki dikarenakan bangunan ini merupakan bangunan peninggalan kantor sebelumnya dan sudah tergolong bangunan tua sehingga

Proses perhitungan dengan cara mengalikan hasil normalisasi dari setiap alternatif dengan bobot yang sudah ditentukan dan mengurutkan alternatif yang memiliki nilai tertinggi

Berdasarkan hasil penelitian serta analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap keputusan masyarakat dalam memilih apartemen di Kota Depok, didapatkan

Indonesia yang termasuk kedalam negara-negara yang mengandalkan ekspor untuk pertumbuhan ekonominya, strategi diversifikasi negara tujuan ekspor menjadi pilihan yang sangat