Filsafat Ilmu
•
Dr Suparman Ibrahim Abdullah,
MSc
•
Jl Gelatik no 4 Tanah Sareal
Bogor 16161
•
Hp 0811166866
•
Situs:
www.statistik-suparman.net
•
Email suparman_i@yahoo.com
Silabus Bahan UTS
Bab 1
Kearah Pemikiran
Filsafat:
1 Ilmu dan
Filsafat
KARAKTERISTIK FILSAFAT
1. Menyeluruh, artinya bahwa mengenal ilmu tidak hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri
melainkan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya.
2. Mendasar, artinya bahwa kebenaran ilmu tidak
langsung dipercayai namun harus dicari dan dikaji hingga menemukan kebenaran yang hakiki.
3. Spekulatif, artinya bahwa kebenaran sebuah pengetahuan didapat dari spekulasi-spekulasi hingga akhirnya menemukan kebenaran yang hakiki.
BIDANG TELAAH FILSAFAT
Bidang telaah flsafat adalah menelaah
segala masalah yang mungkin dapat
dipikirkan manusia, meliputi :
1. Pertama
flsafat mempersoalkan siapakah
manusia itu.
2. Kedua
adalah pertanyaan yang berkisar
tentang ada : tentang hidup dan eksistensi
manusia.
3. Ketiga
adalah tentang penemuan ilimiah
dalam sebuah riset.
CABANG-CABANG FILSAFAT
Pokok permasalahan yang dikaji flsafat
mencakup tiga segi, antara lain :
1. Apa yang disebut benar dan apa yang
disebut salah (logika).
2. Mana yang dianggap baik dan mana
yang dianggap buruk (etika).
3. Apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika).
Cabang-cabang flsafat:
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) 2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni) 4. Metafsika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan) 6. Filsafat Agama
7. Filasafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan 9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika
FILSAFAT ILMU
• flsafat ilmu merupakan bagian dari epistemilogi (flsafat pengetahuan yang secara spesifk
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilimiah .
• Karena permasalahan-permasalahan teknis
yang bersifat khas, maka flsafat ilmu dibagi menjadi dua yaitu flsafat ilmu-ilmu alam dan flsafat ilmu-ilmu sosial
• Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya maka pertanyaan yang diajukan adalah apa, bagaimana, serta
untuk apa.
BAB 2
Dasar Dasar Pengetahuan:
2
Penalaran, 3 Logika, 4
Sumber Pengetahuan, 5
Kriteria Kebenaran
PENALARAN
Manusia dalam hidupnya memiliki tujuan tertentu, hal itu dapat dicapai dengan pengetahuan. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni :
Pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan
dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan
berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut
penalaran.
HAKIKAT PENALARAN
Penalaran merupakan suatu proses berpikir
dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Sebagai suatu
kegiatan yang berpikir maka penalaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara
luas dapat disebut logika. Atau dapat juga
disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis
.
2
. Ciri kedua dari penalaran adalah
sifat analitik dari proses berpikir.
Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.
•
Penalaran pada dasarnya bersumber
pada rasio atau fakta.
LOGIKA
Logika secara luas dapat didefnisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid)”. Terdapat dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu :
1. Logika Induktif, logika ini erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. 2. Logika Deduktif, logika ini membantu kita dalam
menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus)
SUMBER PENGETAHUAN
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, antara lain :
1. Mendasarkan diri pada rasio. Dalam hal ini digunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.
2. Mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat lewat penalaran rasional yang abstrak
melainkan melalui pengalaman yang kongkret.
KRITERIA KEBENARAN
Untuk mendapatkan sebuah kebenaran yag absolute maka perlu didukung oleh teori-teori kebenaran yang relevan. Diantaranya adalah :
• Pertama, teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang dianggap benar
sebelumnya.
• Kedua, teori korespondensi, menyatakan bahwa suatu
pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju.
• Ketiga, teori pragmatis, menyatakan bahwa suatu kebenaran
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, atau
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Bab 3: ONTOLOGI Hakekat Apa
Yang Dikaji
Ontologi: Hakekat apa yang Dikaji:
6 Metafsika, 7 Asumsi, 8 Peluang,
9 Beberapa Asumsi dalam Ilmu, 10
Batas batas Penjelajahan dalam
Ilmu
Metafsika
• Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ‘” a central
part of metaphisics” (bagian sentral dari metafsika sedangkan metafsika diartikan sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (hal yang hadir setelah fsika, … studi umum mengenai alam
• Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan
mengenai metafsika. Mengapa ontologi terkait dengan metafsika? Ontologi membahas hakikat yang “aada”, metafsika menjawab pertanyaan apakah hakikat
kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu
pembahasan, metafsika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafsika. Karena itu, metafsika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait.
Bidang metafsika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran flsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafsika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini.
SUPERNATURALISME
•
SUPERNATURALISME
Di alam terdapat
wujud-wujud gaib (supernatural dan ujud ini
bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa
dibandingkan dengan alam yang nyata.
Animisme merupakan kepercayaan yang
berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini,
dimana manusia percaya bahwa terdapat roh
yang sifatnya gaib terdapat dalam
benda-benda.
NATURALISME
• NATURALISME. Paham ini menolak wujud-wujud
yang bersifat supernatural. Materialisme
merupakan paham yang berdasarkan pada aliran naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan
bahwa gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.
• Democritos (460-370 S.M. adalah salah satu tokoh
awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa
unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu
panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan
terminologi yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra.
MEKANISTIK
VITALISTIK
gejala mekanistik, bahwa gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya
merupakan gejala kimia fisika semata
Paham vitalistik sepakat bahwa proses kimia fisika sebagai gejala alam dapat diterapkan, tetapi hanya meliputi unsur dan zat yang mati saja, tidak untuk makhluk hidup.
Kaum vitalistik mempertanyakan apakah
manusia merupakan bagian dari proses kimia fisika tersebut. Pertanyaan berlanjut pada bagaimana pandangan mengenai pikiran
(kesadaran)? Bagi kaum vitalistik, hidup merupakan sesuatu yang unik yang berbeda dengan proses kimia fisika tersebut. Proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya. Namun, apakah kebenarannya dari hakikat pikiran
tersebut? Apakah dia berbeda dengan benda yang ditelaahnya, ataukah bentuk lain dari zat tersebut?
MONOISTIK
MONOISTIK. Aliran monoistik dengan
tokohnya Christian Wolf (1679-1754 ,
menyatakan bahwa tidak berbeda antara
pikiran dengan zat. Keduanya hanya
berbeda dalam gejala yang disebabkan
proses berlainan, namun memiliki
substansi yang sama. Sebagaimana energi
dan zat, teori Einstein: menyatakan energi
hanya bentuk lain dari zat. Jadi proses
berfkir dianggap sebagai aktivitas elektro
kimia dari otak.
DUALISTIK
• DUALISTIK. Kelompok lainnya, yaitu aliran dualistik
memberikan pendapat yang berbeda tentang makna kesadaran. Zat dan kesadaran (fkiran adalah berbeda
secara substantif, sui generalis. Tokoh penganut paham ini antara lain Rene Descartes, John Locke dan George Berkeley. Mereka menyatakan bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran manusia, termasuk penginderaan dari hasil pengalaman
manusia, adalah bersifat mental. Yang bersikap nyata
hanyalah pikiran, karena dengan berpikir maka sesuatu itu akan menjadi ada. Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada.
• John Locke mengibaratkan pikiran manusia pada awalnya
merupakan sebuah lempeng yang licin dan rata dimana pengalaman inderawi akan melekat dalam lempeng
tersebut.
• Organ manusia lah yang menangkap dan menyimpan
pengalaman inderawi.
• Berkeley terkenal dengan ungkapannya to be is to be
KESIMPULAN
KESIMPULAN. Dalam kajian metafsika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah dilakukan, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul, termasuk pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal tersebut di atas. Karena beragam tinjauan flsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka pada dasarnya setiap ilmuwan bisa memiliki flsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.
PELUANG
•
PELUANG. Dasar teori keilmuan di dunia ini
tidak akan pernah terdapat hal yang pasti
mengenai satu kejadian, hanya
kesimpulan yang probabilistik.
•
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai
dasar pengambilan keputusan di mana
didasarkan pada penafsiran kesimpulan
ilmiah yang bersifat relatif.
ASUMSI
• ASUMSI. Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin
terfokus obyek telaah suatu bidang kajian,
semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak.
• Asumsi dapat dikatakan merupakan latar
belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang
diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin
(2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan
adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian.
• Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada
Pembukaan UUD 1945: “ …kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” “…penjajahan diatas bumi… tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”. Tanpa asumsi-asumsi ini, semua
pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna.
Apakah suatu hipotesis merupakan
asumsi? Ya, jika diperiksa ke belakang
(backward maka hipotesis merupakan
asumsi. Jika diperiksa ke depan
(forward maka hipotesis merupakan
kesimpulan. Untuk memahami hal ini
dapat dibuat suatu pernyataan:
“aBawalah payung agar pakaianmu tidak
basah waktu sampai ke sekolah”.
Asumsi yang digunakan adalah hujan
akan jatuh di tengah perjalanan ke
sekolah. Implikasinya, memakai payung
akan menghindarkan pakaian dari
kebasahan karena hujan.
•
Terdapat beberapa jenis asumsi yang
dikenal, antara lain;
Aksioma. Pernyataan yang disetujui
umum tanpa memerlukan pembuktian
karena kebenaran sudah membuktikan
sendiri.
•
Postulat. Pernyataan yang dimintakan
persetujuan umum tanpa pembuktian,
atau suatu fakta yang hendaknya
diterima saja sebagaimana adanya
Premise.
Pertanyaan penting yang terkait dengan
asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi
secara tepat? Untuk menjawab permasalahan
ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam
tunduk pada tiga karakteristik
1. DETERMINISME 2. PILIHAN BEBAS 3. PROBABILISTIK
1. DETERMINISME
• 1. DETERMINISME. Karakteristik deterministik merujuk pada hukum alam yang bersifat universal. Tokoh: William hamilton dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empirik yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat uiversal. Pada lapangan pengetahuan ilmu eksak, sifat deterministik lebih banyak dikenal dan asumsinya banyak digunakan dibanding ilmu sosial. Sebagai misal, satu hari sama dengan 12 jam. Satu jam adalah sama dengan 60 menit. Sejak jaman dahulu sampai saat ini, dan mungkin juga masa nanti, pernyataan ini tetap berlaku.
2. PILIHAN BEBAS
2. PILIHAN BEBAS. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat
pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak
ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik
menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain,
kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya
animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan
3. PROBABILITAS
• Pada sifat probabilstik, kecenderungan
keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang
tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern,
karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan.
• Dalam ilmu kedokteran misalnya, kebenaran
suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan
ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi
deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang dari 95%
berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik
• Dalam menentukan suatu asumsi dalam
perspektif flsafat, permasalahan utamanya
adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti apakah sebenarnya yang ingin
dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan,
• sekiranya menyangkut hukum kejadian yang
berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik.
• Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian
yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas.
• Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas,
penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya.
PENENTUAN ASUMSI
BATASAN PENJELAJAHAN ILMU
• Ilmu memulai penjelajahannya pada
pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia
• Hal-hal yang diluar jangkuan manusia adalah
diluar jangkauan penjelajahan ilmu
• Batasan Ilmu terletak pada fungsi ilmu itu
sendiri dalam kehidupan manusia sebagai alat bantu pemecahan masalah sehari (praktis mis: untuk memerangi penyakit dll.
• Ilmu membatasi lingkup penjelajahnnya pada
batas pengalaman manusia juga metode yang dipergunakan dalam menyususn ilmu yang telah teruji kebenarannya secara empiris
Ruang penjelajahan Ilmu
• Ruang penjelajahan ilmu menjadi terkapling-kapling /terbagi menjadi berbagai disiplin keilmuan.
• Disiplin ilmu makin lama makin sempitsesuai
dengan perkembangan kuantitatif siplinan keilmuan
• Setiap ilmuwan harus tahu batasan-batasan
keilmuannya masing-masing. Ini menunjukkan profesionalisme dan kematangan keilmuan .
Cabang-Cabang Ilmu
• Ilmu berkembang dengan Pesat dan juga
cabang-cabangnya
• Ilmu lebih terspesialisasi (obyek
ontologisnya menjadi terbatas
• Pada Dasarnya Cabang ilmu berkembang
dari dua cabang utama
1. Filsafat alam menjadi Rumpun ilmu-ilmu alam (the natural science .
2. Filsafat moral berkembang menjadi Ilmu-ilmu sosial (social science
Bab 4
Epistemologi:
Cara Mendapatkan
I. Peng yang Benar: 11 Jarum
Sejarah Pengetahuan, 12
Pengetahuan, 13 Metode Ilmiah,
14 Struktur Pengetahuan Ilmiah
EPISTOMOLOGI
Merupakan pembahasan mengenai bagaimana
kita mendapatkan pengetahuan .
Apakah sumber-sumber pengetahuan ?
Apakah hakikat, jangkauan, ruang lingkup pengetahuan ? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan
pengetahuan ?
Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk
ditangkap manusia.
Epistomologi
Cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar.
Dengan berkembangnya abad penalaran,
mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan.
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan
yang diketahui oleh manusia, disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
Konsep dasar pengetahuan tempo dulu,
berdasarkan kriteria kesamaan, bukan perbedaan.
METODE-METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN
1. EMPIRISME
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman. 2. RASIONALISME
Sumber pengetahuan terletak pada akal, pengalaman dipandang sebagai semacam perangsang bagi pikiran.
3. FENOMENALISME Ajaran KANT 4. INTUISIONISME
5. METODE ILMIAH
1. EMPIRISME
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman. 2. RASIONALISME
Sumber pengetahuan terletak pada akal, pengalaman dipandang sebagai semacam perangsang bagi pikiran.
3. FENOMENALISME Ajaran KANT 4. INTUISIONISME
5. METODE ILMIAH
Bagaimana menyusun pengetahuan yang benar, untuk enjawab suatu permasalahan?
• EMPIRISME
• Ilmu mempelajari alam, sebagaimana adanya
dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.
• Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu, dengan
tujuan untuk menjawab permasalahan
kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia.
• Usaha untuk menjelaskan gejala alam, sudah
mulai dilakukan oleh manusia sejak dulu kala.
• Dengan mempelajari alam, mereka
mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis, seperti
pembuatan tanggul, pembasmian hama,
bercocok tanam dll, sehingga berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman
yang didukung oleh metode mencoba-coba (trial and error .
• Pelopor : flsuf-flsuf Inggris, mis. David Hume
RASIONALISME
Secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar
pikiran
yang bersifat mitos.
Pada dasarnya rasionalisme memang bersifat
majemuk dengan berbagai kerangka pemikiran yang dibangun secara deduktif disekitar obyek pemikiran tertentu.
Tokoh : Aristoteles.
Menurut Popper : Pada tahap ini penting sekali
dalam sejarah berpikir manusia yang
menyebabkan ditinggalkannya tradisi yang bersifat dogmantis yang hanya
memperkenankan hidupnya satu doktrin, yang diganti dengan doktrin yang bersifat majemuk (pluralistik yang masing-masing mencoba
menemukan kebenaran secara analisis dan kritis.
Metode Eksperimen
Ilmu mencoba menafsirkan gejala alam dengan
mencoba mencari penjelasan tentang berbagai kejadian.
Dalam usaha menemukan penjelasan tersebut, terutama
penjelasan yang bersifat mendasar maka ilmu tidak bisa melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan metafsis.
Lalu bagaimana caranya agar kita dapat
mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus
mencerminkan kenyataan yang sebenarnya?
Metode eksperimen merupakan jembatan antara
penjelasan teoritis yang hidup di alam raional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris.
Metode Eksperimen diperkenalkan di dunia Barat
oleh flsuf : Roger Bacon (1214 -1294 , dimantapkan sebagai paradigma ilmiah oleh Francis Bacon
(1561 – 1626
Francis Bacon berhasil meyakinkan masyarakat ilmuwan
untuk menerima Metode Eksperimen sebagai kegiatan ilmiah.
Namun disimpulkan, bahwa secara konseptual
metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim dan secara sosiologi dimasyarakatkan oleh
Francis Bacon.
METODE ILMIAH
Merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu.
Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan
lewat metode ilmiah.
Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur
atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.
Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.
Metodologi secara flsafati termasuk dalam apa yang
dinamakan epistomologi.
Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara
berpikir deduktif dan cara berpikir induktif, dalam membangun tubuh pengetahuan.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional
kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan
sebelumnya.
Berpikir secara induktif yang berdasarkan kriteria
kebenaran korespondensi diperlukan sebab berpikir secara deduktif bersifat pluralisme.
Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu
Proses kegiatan ilmiah
Menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia
mengamati sesuatu. Tentu hal ini membawa kita
kepada pertanyaan : “aMengapa manusia mengamati Sesuatu?”
Kita mulai mengamati sesuatu obyek, kalau kita
mempunyai perhatian khusus terhadp obyek tersebut.
Perhatian tersebut oleh John Dewey sebagai suatu
masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.
Karena adanya masalah tersebut, maka proses berpikir
dimulai, dan karena masalah tersebut berasal dari
dunia empiris, maka proses berpikir diarahkan kepada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang
Berdasarkan sikap manusia menghadapi masalah, Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan menjadi 3 tahap :
1. Tahap Mistis : Sikap manusia yang merasakan
dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib di sekitarnya.
2. Tahap Ontologis : Sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib dan bersikap mengambil jarak
dari obyek di sekitarnya serta memulai melakukan penelaah terhadap obyek-obyek tersebut.
3. Tahap fungsional : Sikap manusia yang bukan saja merasakan terbebas dari kepungan kekuatan ghaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penelaah terhadap obyek-obyek di sekitar kehidupannya, namun namun lebih dari itu, dia memfungsionalkan
Kerangka berpikir ilmiah terdiri dari langkah – langkah
sebagai berikut :
1. Perumusan masalah : merupakan pertanyaan mengenai
obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifkasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis :
Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat, antara berbagai faktor yang saling mengkait
dan membentuk konstelasi permasalahan.
3. Perumusan hepotesis : Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, yang materinya
merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis : Pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan, untuk
memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukunh hipotesis itu atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan :
Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Hipotesis yang diterima dianggap menjadi pengetahuan ilmiah.
BAB 5
Sarana Berpikir Ilmiah:
15
Sarana Berpikir Ilmiah, 16
Bahasa, 17 Matematika
• Manusia sering disebut Homo faber; makhluk yang membuat alat. Dan kemampuan alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan.
Berkembangnya pengetahuan itu pun memerlukan alat-alat.
• Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik
diperlukan sarana berfkir yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.
• Penguasaan sarana berpikir ilmiah bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
• Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang
khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh
• Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara berfkir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan tetapi menggunakan cara tersendiri dan berbeda dengan metode ilmiah.
• Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sedangkan tujuan
mempelajari ilmu untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk memecahkan masalah sehari-hari.
• Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik., yaitu membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
• Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan satana yang berupa bahasa, logika,
matematika dan statistik.
• Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain.
• Penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
• Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistik mempuinyai
peranan penting dalam berpikir induktif
• Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.
BAHASA
• Dengan menguasai bahasa maka kita akan
mengusai pengetahuan.
• Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada
kemampuan berpikirnya melaikan terletak pada kemampuan berbahasa.
• Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal
symbolicum (makhluk yang menggunakan
simbu , yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas dari Homo sapiens (makhluk
yang berpikir sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan simbol.
• Tanpa kemampuan berbahasa kegiatan berpikir
• Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni pikiran,
perasaan, dan sikap. Kneller: Bahasa dalam
kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotof, dan afektif. Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
• Komunikasi dengan mempergunakan bahasa
menggunakan unsur simbolik dan emotif. Dalam
komunikasi ilmiah proses komunikasi harus terbebas dari unsur emotif. Agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif , artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.
Apakah Sebenarnya Bahasa?
• Bahasa sebagai srangkaian bunyi (verbal .
Komunikasi yang mempergunakan bunyi disebut komunikasi verbal, dan manusia yang
bermasyarakat dengan komunikasi verbal disebut masyarakat verbal.
• Bahasa sebagai lambang dimana rangkaian bunyi
ini membentuk suatu arti tertentu. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manusia dapat berpikir dengan lebih baik.
• Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat
mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain, mengekspresikan sikap dan
perasaan.
• Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang
membuka rahasia alam dalam berbagai teori seperti
Beberapa Kekurangan Bahasa
• Salah satu kekurangan bahasa sebagai sarana
komunikasi ilmiah adalah bahasa mengandung tiga unsur yang bersifat emotif, efektif dan
simbolik.
• Bahasa mempunyai arti yang tidak jelas dan
eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.
• Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular
dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan defnisi.
Matematika
Matematika Sebagai Bahasa
• Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“aartifsial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumoulan
rumus-rumus yang mati.
• Matematika adalah bahasa yang
menghilangklan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
• Matematika mempunyai sifat yang jelas,
spesifk dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat
Sifat Kuantitatif dari Matematika
Matematika mempunyai kelebihan lain
dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang
memungkinkan kita bisa melakukan pengukuran secara kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu mengungkapkan pernyataan yang bersifat
kualitatif, tidak bersifat eksak, menyebabkan daya prediksi dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat. Sedangkan matematika meningkatkan daya
prediksi dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan
cermat.
Matematika: sarana berpikir Deduktif
• Berpikir deduktif adalah proses pengambilan
kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
Perkembangan Matematika
• Wittgenstein : Disamping sebagai bahasa,
matematika juga berfungsi sebagai alat berpikir logis.
• Berreand Russell: Matematika adalah masa
kedewasaan logika, sedangkan logika masa kecil matematika.
• Matematika pada garis besarnya merupakan
pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
• Berreand Russell dan whitehead : Principia
Mathematika membuktikan bahwa matematika pada dasarnya adalah pernyataan logika.
• Immanuel Kant : matematika merupakan
pengetahuan sintetik a priori dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalaman kita.
• Grifts dan Howson (1974 membagi sejarah
matematika menjadi empat tahap:
Peradaban mesir kuno dan daerah sekitarnya
(Babylonia dan dan mesopotamia
Peradaban Yunani meletakan dasar
matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan defnisi tertentu.Euclid pada 300 SM
mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya Elements
Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu
hitung dan aljabar mereka mendapatkan angka nol dan cara pernggunaan desimal
Zaman Reinessance meletakan dasar bagi
kemajuan matematika modern seanjutnya.
Beberapa aliran dalam Filsafat
matematika
• Aliran Logistik: matematika adalah cara berpikir
logis yang salah atau benatnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. (Immanuel Kant ;1724 – 1807
Frege (1848 – 1925 : Hukum bilangan(the law of number dapat direduksi he dalam proposisi-proposisi logika.
Russell - Whitehead dalam bukunya Principia Mathematica: matrmatika seluruhnya dapat
direduksikan ke dalam proposisi logika.
• Kaum Pormalis. (David Hilbert ; 1862 –
1943): banyak masalah dlam bidang logika yang sama sekali tidak ada hubungannya
dengan matematika. Matematika merupakan struktur formal dari lambang.
• Aliran Intusionis. (Jan Brouwer ; 1881 – 1966): intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang
matematika bilangan.Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung(counting dan menghitung (calculating . Kaum ini menolak pernyataan
George Cantor (1845 – 1918 : lebih banyak bilangan nyata (real number dibanding bilangan asli (natural number .
• Pertemuan Black sebagai kompromi yang bersifat eklektik (eclectic compromise : ketiga pendektan dalam
matematika ini, lewat pemahamannya masing-masing,
memperkukuh matematika sebagai sarana kegiatan berpikir deduktif.
Matematika dan Peradaban
• Sekitar 3500 SM. Bangsa Mesir Kuno telah
mempunyai simbol yang melambangkan angka-angka.
• Matematika merupakan bahasa artifsial yang
dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah.
• Matematika tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan peradaban manusia.
• Bagi bidang keilmuan modern matematika adalah
sesuatu yang imperatif; sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif. Suatu bidang keilmuan, apa pun juga bidang
pengkajiannya, bila telah menginjak kedewasaan mau tidk mau akan bersifat kuantitatif.
Statistika
• Pascal dan Piere de Fermet
mengembangkan cikal bakal tepori peluang.
• Pendeta Thomas Bayes pada tahun 1763
mengembangkan teori peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya sesuatu kejadian. Teoriini
berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif.
• Konsep statistika sering dikaitkan dengan
distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Abraham Demoivre (1667 - 1754 mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theori of error
Thomas Simpson (1757 menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.
Pierre Simon de Laplace (1749-1827 menentukan distribusi normal.
Francis Galton (1822 – 1911 dan Karl Pearson(1857 – 1936
distribusi lain yang tidak berupa kurva normal. Mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi chi kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif.
Karl Friedrich Gauss (1777 – 1855 mengembangkan Teknik kuadrat terkecil (leasts quares simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the standard eror of the mean
Searly Gossel (Student : mengembangkan konsep pengambilan contoh.
Ronald Alylmer Fisher (1890 -1962 mengembangkan disain
eksperimen dn analisis varians dan kovarians, distribusi-Z, distribusi-t, uji signifkan dan teori tentang perkiraan (theori of estimation
Statistik dan cara berpikir Induktif
• Logika deduktif berpaling kepada matematika
sebagai sarana penarikan kesimpulan,
sedangkan logika induktif berpaling kepada statistik.
• Dalam penalaran Deduktif kesimpulan yang
ditarik adalah benar sekiranya premis-premis yang dipergunakannya benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah.
• Dalam Penalaran Induktif meskipun
premis-premisnya benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya sah, kesimpulan itu belum tentu benar. Yang dapat kita katakan bahwa
kesimpulan itu mempunyai peluang benar. Statistika merupakan pengetahuan yang
• Statistika mampu memberikan secara kuantitatif
tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.
• Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita
untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan
• Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis.
• Menurut bidang pengkajiannya statistik dapat kita
bedakan sebagai statistik teoritis dan statistik terapan.
• Statistik teoritis: mengkaji dasar-dasar teori statistik, dimulai dari penarikan contoh, distribusi, penaksiran dan peluang
• Statistik terapan: penggunaan statistik teoritis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.
Statistik harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar
keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari
berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.
BAB 6
Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu:
19
Ilmu dan Moral, 20 Tanggung
Jawab Sosial Ilmuwan, 21 Nuklir
dan Pilihan Moral, 22 Revolusi
Genetika
ILMU DAN MORAL
Penalaran otak manusia itu LUAR BIASA demikian kesimpulan ilmuan kerbau dalam makalanya, namun mereka itu curang dan
serakah
Ada 2 Pertanyaan Ekstrim, Manakah yang merupakan Fakta ??
• Apakah makin tinggi ilmu manusia, maka makin bermoral ?
•
Apakah makin
tinggi ilmu
manusia, maka
makin tidak
bermoral ?
Defnisi Ilmu
•
Ilmu bisa berarti proses memperoleh
pengetahuan, atau pengetahuan
terorganisasi yang diperoleh lewat
proses tersebut
Defnisi Moral
• Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari
ungkapan bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan
• Moral adalah (1 prinsip hidup yang berkenaan dengan benar atau salah, baik atau buruk (2 kemampuan untuk memahami perbedaan benar atau salah (3 ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
• Moral dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Baik ; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik.
2. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri
bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi.
Namun pada kenyataannya apakah ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan?
Perkembangan Ilmu sering melupakan faktor manusia, dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia,
namun justru sebaliknya : manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi.
Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat
kemanusiaan itu sendiri, atau dengan kata lain
Ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri.
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah sangat terkait dengan masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda.
Contoh : Ketika Copernicus (1473-1543 mengajukan teorinya tentang kesemestaan Alam dan menemukan bahwa “aBumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang dikatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ILMU DAN MORAL
secara Filsafati dapat dikatakan bahwa dalam tahap
pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari ontologis keilmuan, sedangkan dalam
penerapan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Masalah Moral tak bisa
dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan
semangat para martir dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar, seperti: Sokrates dan John Huss Akhirnya, tanpa landasan moral maka ilmuan mudah sekalih tergelincir dalam melakukan prostitusi
intelektual.
Tanggung Jawab Sosial Keilmuan
1. Produk keilmuan harus sampai dan dimanfaatkan oleh masyarakat
2. Memberikan persfektif yang obyektif :
untung-ruginya, baik-buruknya, sehingga penyelesaian yg obyektif dt dimungkinkan
3. Ilmuwan berpikir secara teratur dan cermat
sehingga dapat menjelaskan kepada mereka yang berpikir keliru, dimana letak kekeliruannya, apa
yang membikin mereka keliru, dan harga apa yang mereka harus bayar atas kekeliruan tersebut.
4. Bertanggung jawab atas berdirinya pilar penyangga keilmuan : ilmu dan teknologi
5. Sikap sosial ilmuan : konsisten dengan penelaahan keilmuan yang dilakukan.
6. Dibidang etika : ilmuan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberi contoh
NUKLIR
• Jika ilmuwan menciptakan
penemuan baru yang menurut dia berbahaya bagi kemanusiaan,
apakah yang harus dia lakukan? • Apakah menyembunyikan
penemuaannya tersebut (tidak dipublikasikan)?
• Ataukah bersifat netral dan menyerahkan kepada moral
kemanusiaan untuk menentukan penggunaannya?
PILIHAN MORAL
• Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah pada penemuan selanjutnya, dalam aspek inilah ilmu pengetahuan terbebas dari nilai-nilai yang mengikat.
• Dalam aspek “penggunaan ilmu pengetahuan”, maka ilmuwan memiliki sikap moral untuk tidak
menyembunyikan dan memiliki sikap moral untuk memihak kepada kemanusiaan.
Pesan dari Einstein :
• Tidak cukup bagi kita
hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian
kepada manusia itu sendiri dan nasibnya
harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtisar teknis.
• Jangan kau lupakan hal ini
ditengah tumpukan
diagram dan persamaan.
• Revolusi genetika lebih banyak keburukan
dibanding kebaikannya sekiranya hakikatnya kemanusiaan itu sendiri dijamah.
• Kesimpulannya : menolak terhadap dijadikannya
manusia sebagai obyek pendidikan genetika,
secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal (ontologis ilmu
• Menghadapi tenaga nuklir : moral memberikan
penilaian aksiologis
• Menghadapi revolusi genetika : belum terlambat
menerapkan pilihan ontologis “a jangan petik buah terlarang itu”. Jangan ! Berharap menciptakan
Superman namun yang bangun Frankenstein.
Revolusi Genetika
(ontologis versus aksiologis
Revolusi genetika = manusia sebagai obyek penelaahan
Tujuan : bukan dalam upaya menciptakan
teknologi yang memberikan kemudahan bagi manusia tetapi untuk mengubah manusia itu sendiri
Asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuran manusia, maka tidak ada garansi sekiranya penemuan ini jatuh ket pihak yang tidak bertanggung jawab dan
mempergunakannya untuk kepentingan sendiri
ILMU DAN KEBUDAYAAN
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN
• -DEFINISI KEBUDAYAAN • KEBUDAYAAN SEBAGAI
TANGGAPAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN
• KEBUTUHAN MANUSIA
ADALAH: FISIOLOGI, RASA AMAN, AFILIASI, HARGA
DIRI, PENGEMBANGAN POTENSI
• MANUSIA TDK DAPAT
BERTINDAK INSTINKTIF, NAMUN MAMPU BELAJAR,
BERKOMUNIKASI DAN MENGUASAI OBYEK SECARA
FISIK
• NILAI BUDAYA = JIWA DARI
KEBUDAYAAN
• NILAI DASAR KEBUDAYAAN
ADALAH: TEORI, EKONOMI, ESTETIKA, SOSIAL, POLITIK,
AGAMA
• PENDIDIKAN PERLU
MENETAPKAN NILAI-NILAI BUDAYA YANG HARUS DIKEMBANGKAN SECARA EKSPLISIT DAN DEFINITIF
• ORIENTASI MASYARAKAT
TRADISIONAL = STATUS, ORIENTASI MASYARAKAT
MODERN = PRESTASI
•PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
NASIONAL ADALAH PERADABAN CERMIN ASPIRASI DAN CITA-CITA BANGSA BERDASAR PANCASILA
ILMU DAN
bergantung dan saling
mempengaruhi
ILMU SEBAGAI SUATU CARA
BERPIKIR
ILMU SEBAGAI ASAS MORAL
NILAI-NILAI ILMIAH & PENGEMBANGAN
KEBUDAYAAN NASIONAL
ARAH PENINGKATAN KEILMUAN
KARAKTERISTIK ILMU SBG SUATU CARA BERPIKIR: -RASIONAL
-LOGIS -OBYEKTIF
-TERBUKA
KARAKTERISTIK ILMU SEBAGAI ASAS MORAL: -MENINGGIKAN KEBENARAN
-PENGABDIAN SECARA UNIVERSAL
PROSES PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN: -PENAFSIRAN KEMBALI NILAI-NAILAI KONVENSIONAL
DISESUAIKAN DG TUNTUTAN ZAMAN
-PENUMBUHAN NILAI-NILAI BARU YANG FUNGSIONAL
LANGKAH-LANGKAH PENINGKATAN PERANAN KEILMUAN: -RE-INTERPRETASI BUDAYA YANG ADA
-HINDARI PENDEWAAN TERHADAP ILMU
-MENINGGIKAN INTEGRITAS ILMUWAN & LBG KEILMUAN -KAITKAN DG PENDIDIKAN MORAL
-DISERTAI DG PENGEMBANGAN FILSAFAT KEILMUAN - KEGIATAN ILMIAH BERSIFAT OTONOM
BAB 9
Penelitian dan Penulisan
Ilmiah:
29 Struktur Penelitian
dan Penulisan Ilmiah, 30
Teknik
Penulisan Ilmiah,
31
Teknik Notasi Ilmiah
Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Struktur Penelitian dan Penulisan
Ilmiah.
Pengertian:
1. Penelitian Ilmiah: Operasionalisasi Metode Ilmiah dalam kegiatan keilmuan.
2. Penulisan Ilmiah: Argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan.
3. Untuk itu diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukanpenelitian
sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis.
Secara garis besar,Struktur
penulisan ilmiah secara logis dan
kronologis adalah sebagai
berikut :
–
A. Pengajuan masalah
–
B. Penyusunan kerangka teoretis.
–
C. Metodologi penelitian.
–
D. Hasil penelitian.
–
E. Ringkasan dan kesimpulan
Keseluruhan langkah dalam
kegiatan keilmuan terpadu secara
utuh dalam suatu logika ilmiah
A. Pengajuan Masalah :
1. Latar belakang masalah
2. Identifkasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
5.Tujuan penelitian
6. Kegunaan penelitian
B. Penyusunan Kerangka Teoretis
dan Pengajuan Hipotesis
1. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis. 2. Pembahasan mengenai
penelitian-penelitian lain yang relevan.
3. Penyusunan kerangka berfkir dalam pengajuan hipotesis.
4. erumusan Hipotesis.
C. Metodologi Penelitian
1. Tujuan penelitian secara lengkap dan
operasional dalam bentukpernyataan yang mengidentifkasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti. 2. Tempat dan waktu penelitian.
3. Metode penelitian yang ditetapkan
berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.
4. Tehnik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian.
5. Tehnik pengumpulan data. 6. Tehnik analisis data.
D. Hasil Penelitian
1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti. 2. Menyatakan tehnik analisis data.
3. Mendeskripsikan hasil analisis data.
4. Memberikan kesimpulan terhadapkesimpulan analisis data.
5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.
E. Ringkasan dan Kesimpulan
1. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoretis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian.
2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkankeseluruhan aspe tersebut di atas. 3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan
melakukan perbandingan terhadap penelitian dan pengetahuan ilmiah yang relevan
4. Mengkaji implikasi penelitian. 5. Mengajukan saran.
Abstrak
1. Merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian.
2. Merupakan sebuah esei yang utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul.
3. Hanya ada satu judul dalam abstrak yakni judul penelitian.
Daftar Pustaka
1. Merupakan sumber referensi bagi
seluruh kegiatan penelitian.
2. Merupakan inventarisasi dari
seluruh publikasi ilmiah maupun non
ilmiah yang dipergunakan sebagai
dasar bagi pengkajian yang
dilakukan.
Riwayat Hidup
Merupakan deskripsi dari latar belakang
pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang
disampaikan.
Usulan Penelitian
1. Mengandung seluruh langkah-langkah penelitian, tanpa hasil penelitian.
2. Hanya mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunan kerangka teoretis, dan pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian.
Lain-lain
•
Meliputi halaman judul, halaman
pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel dan daftar gambar
FILSAFAT ILMU
(Suriasumantri J
1. ONTOLOGI
(being. What,
how:
hakekat
apa yang di
kaji
2. EPISTIMOLOGI
3. AKSIOLOGJ
•
ONTOLOGI: Objek apa
yang ditelaah ilmu?
Bagaimana ujud yang
hakiki dari objek
tersebut? Bagaimana
hubungan antara
objek tadi dengan
daya tangkap
manusia(seperti
berpikir, merasa dan
mengindera yang
membuahkan
pengetahuan?
FILSAFAT ILMU
(Suriasumantri J
1. ONTOLOGI
2. EPISTIMOLOGI
( why, how:
cara
mendapatkan
pengetahuan
yang benar
3. AKSIOLOGJ
EPISTIMOLOGI: Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan
yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya, hal hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang
disebut kebenaran itu
sendiri? Apa kriterianya?, Cara/ teknik/ sarana apa
yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu
FILSAFAT ILMU
(Suriasumantri J
1. ONTOLOGI
2. EPISTIMOLOGI
3. AKSIOLOGI (for
what : nilai
kegunaan
ilmu
• AKSIOLOGI: Untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah moral Bagaimana penentuan objek yang di telaah berdasarkan pilihan pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisai metode ilmiah dengan
norma norma moral/ profesional?
ASPEK ONTOLOGI
(BEING, WHAT, WHO
Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan secara :
a. Metodis; Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c. Koheren; Unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu
sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
ASPEK EPISTEMOLOGI
(why, how
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau
kepercayaan.
Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut [AR Lacey] :
1. Menemukan kebenaran dari masalah
2. Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran 3. Pengamatan dan eksperimen untuk menemukan
kebenaran
4. Falsification atau operasionalism (experimental operarton, operation research)
5. Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran 6. Metode hipotetico – deduktif
7. Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta
Lanjutan . . .
Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :
Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran
Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan
mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
Logical Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk
menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang
dinamis
,
tersusun sebagai
teori-teori
yang saling mengeritik,
mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran
ASPEK AKSIOLOGI (for what)
Tujuan dasarnya : menemukan kebenaran atas
fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada
kepastian
kebenaran ilmiah
Contohnya :
Pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar.
CABANG FILSAFAT ILMU
Suriasumantri, J. S h.32
• Pengetahuan • Moral
• Seni
• Metafsika
• Pemerintahan
• Agama • Ilmu
• Pendidikan • Hukum
• Sejarah
• Matematika
DEFINISI
Pengetahuan
: Persepsi subyek (manusia) atas
obyek (riil dan gaib) atau fakta.
Ilmu Pengetahuan
: Kumpulan pengetahuan yang
benar disusun dengan sistem dan metode untuk
mencapai tujuan yang berlaku universal dan
dapat diuji/diverifikasi kebenarannya
12/23/2018 Filsafat Ilnu PPS UNINDEA 109
Ilmu Pengetahuan :
bukan satu, melainkan banyak (plural)
bersifat terbuka (dapat dikritik)
Lanjutan . . .
Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan mempelajari
esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu
secara rasional
Filsafat Ilmu Pengetahuan
:
Cabang filsafat yang mempelajari teori
pembagian ilmu, metode yang digunakan
dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan
jenis keterangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu.
Filsafat Ilmu Pengetahuan disebut juga Kritik Ilmu,
karena historis kelahirannya disebabkan oleh
rasionalisasi dan otonomisasi dalam mengeritik
dogma-dogma dan tahayul
MEMBANGUN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
“TERTENTU”
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga
aspek (ontologi, epistemologi dan aksiologi), maka
perlu mempelajari
esensi
atau
hakikat
yaitu
inti
atau
hal yang pokok
atau
intisari
atau
dasar
atau
kenyataan yang benar
dari ilmu tersebut.
Contohnya :
Membangun Filsafat Ilmu Teknik perlu menelusuri dari aspek :
Ontologi eksistensi (keberadaan) dan essensi
(keberartian) ilmu-ilmu keteknikan. Epistemologi metode yang digunakan untuk
membuktikan kebenaran ilmu-ilmu keteknikan
Aksiologi manfaat dari ilmu-ilmu keteknikan.
Teori
Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar
Teori biasanya terdiri dari hukum-hukum, yaitu : pernyataan (statement) yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih
Teori memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi sebagai teori ilmiah
Tiga syarat utama teori ilmiah :
1. Harus konsisten dengan teori sebelumnya
2.Harus cocok dengan fakta-fakta empiris
3.Dapat mengganti teori lama yang tidak cocok
dengan pengujian empiris dan fakta
Beberapa istilah yang biasa digunakan dalam komunikasi ilmu pengetahuan :
Axioma
pernyataan yang diterima tanpa pembuktian karena telah terlihat kebenarannya
Postulat
suatu pernyataan yang diterima “benar” semata-mata untuk keperluan berkomunikasi
Presumsi
suatu pernyataan yang disokong oleh bukti atau percobaan-percobaan, meskipun tidak konklusif dianggap sebagai benar walaupun kemungkinannya tinggi bahwa pernyataan itu benar
Asumsi
suatu pernyataan yang tidak terlihat kebenarannya maupun kemungkinan benar tidak tinggi
Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan :
dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.
1. Dinamis : dengan aktivitas/perkembangan
pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta
dengan prediksi dan hasil
ada aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika
perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi
2. Metode Ilmiah : dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan.
3. Ciri Ilmu : perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu
Lanjutan . . .
Sistematik
Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah
Sifat ilmu
Konsisten (antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan) Eksplisit (disepakati dapat secara universal, bukan hanya dikalangan kecil)
YUNANI KUNO
MITOS ... - 6SM