• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafata Pendidikan

oleh : Arty Ardhila

A. Dasar Pemikiran

Sering saya mendengar dari ustad menyampaikan firman Allah yang menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan, negatif dan positif pro dan kontra baik dan buruk antara teori dan praktek kemudian akan ada hubungan horisontal dan vertikal

Pengertian Horisontal dan vertikal dapat digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sosiologi, psikologi, politik, organisasi kepemimpinan dan masih banyak lagi sampai pada cabang filsafat dan pendidikan dan bahkan cabang filsafat pendidikan.

Antara Filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping, yaitu antara hubungan disiplin ilmu yang satu dengan cabang ilmu yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan shyntesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian masalah-masalah pendidikan dan pengjaran. Seperti sosiologi pendidikan merupakan ilmu terapan, yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari, sumber-sumber sosiologis terhadap problema-problema pendidikan umpamanya, dan seterusnya masih banyak lagi.

Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Sebaliknya Filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah, dengan cabang-canbang ilmu pendidikan yang lain seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan perbandingan pendidikan dan pucaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan sejenis.

(2)

B. Istilah pendidikan

Paedagogik atau Ilmu Pendidikan ilmu pengetahuan yang penyelidiki,merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik, Paedagogik berasal dari kata yunani paedagogia yang berate “pergaulan dengan anak-anak” Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang jaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari paedagogos itu, jadi nyatalah bahwa pendidikan anak-anak Yunani Kuno serahkan kepada Paeda gogos itu

Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya pembimbing pemimpin. Perkataan paedagogos yang mulanya berarti rendah (pelayan bujang) sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Paedagoog (Pendidik atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.

B. Pentingnya Pendidikan

Seorang Pendidik terhadap anak didiknya, Ia berusaha membimbing atau memmpin pertumbuhan anak jasmani maupun rohaninya. Ia tidak memaksa pertumbuhan anak-anak sekehendaknya, Ia tidak dapat membuat anak agar lekas berjalan atau berkata-kata jika belum waktunya. Ia tidak bisa mencetak anak jadi Dokter, insinyur, sajana Ekonomi Ahli Hukum atau hal-hal yang memungkinkan tercapainya tujuan. Dal;am pertumbuhannya jasmanidan rohani anak berkembang sendiri, dan perkembangannya itu menurut tempo dan iramanya sendiri, sesuai dengan pembawaan dan bakat sendiri-sendiri.. Pendidikk hanya dapat memimpin perkembangan anak itu dengan mempengaruhinya dari luar seperti menjaga dan merawat anak dengan baik seperti memberi makanan, memberi pakaian, menjaga anak supaya terhindar dari penyakit, menyediakan alat-alat permainan, melarang, menghukum dan menyekolahkan dan kalau perlu memindahkan anak kelingkungan yang lebih menguntungkan. Jadi Tindakan pendidikan terhadap anak didiknya mengandung maksud tertentu ada tujuan hendak dicapai. Orang mendidik anaknya dengan maksud agar anaknya itu mempunyai bekal yang dapat dipergunakan dalam kehiudupan kelak, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

(3)

laba-laba memakan jantannya ketika hampir masa bertelur. Mungkin hal ini dilakukan untuk menjaga anak-anaknya nanti agar jangan dimakan oleh Bapaknya yang pelahap itu untuk melindungi anaknya dari bahaya. Lain lagi yang dilakukan oleh Burung. Seekor Burung betina yang sedang mengerami telur di sarangnya, jarang dan hampir tidak mau meninggalkan sarangnya sampai telurnya menetas. Jantanlah yang mencarikan makannnya untuk induknya yang sedang mengeram itu.Jika sudah menetas keduanya mencarikan makanan untuk anak-anaknya yang belum bisa mencari makanan sendiri. Sesudah anak-anaknya sudah agak besar dan cukup untuk belajar terbang. Indukj dan Jantannya waktunya untukj melatih anak-anaknya terbang dari ranting satu keranting yang lain. Awalnya yang dekat lama-lama agak jauh, mula-mula rendah dan lama-lama agak tinggi dan seterusnya, sehingga anak anaknya itu pandai terbang dan mencari makanan sendiri-sendiri. Kemudian dapat lepas dari pengawasan dan perlindungan induknya.

Demikian contoh-contoh tersebut merupakan gambaran bahwa binatang pun ”mendidik anak-anaknya, memelihara, melindungi dan mengajar anak-anaknya sampai anak-anaknya itu dapat berdiri sendiri dan membangun kehidupan sendiri.

Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai kelebihan dari binatang-binatang yang mendidik anak-anaknya secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang bukan karena dipelajari dari binatang lain, melainkan kepandaian yang sudah ada dari tiap-tiap jenis-jenis binatang dan sifatnya tetap tidak berubah. Kemampuannyapun yang sudah ada dalam pembawaan dan akan berkembang dengan sendirinya tanpa pengaruh dari luar. Belajar secara demikian dalam psikologi pendidikan disebut belajar instingtif.

Ada memang beberapa jenis binatang yang dapat dilatih untuk melakukan sesuatu, tetapi hasil atau prestasi dari latihan-latihan itusifatnya tetap dan tertentu, artinya hanya dalam batas-batas tertentu insting itudapat dibentuk dan diubah. Tindakan-tindakan itu masih terbatas pada suasana waktu tempat hal tertentu pula. Tindakan-tindakan dilakukan binatang secara otomatis tanpa rencana dan tanpa dipikirkan dahulu. Tindakan-tindakan yang melatih binatang bukan pendidikan melain ”dresur” . Demikian kita kalau mendresur anjing untuk keperluan berburu, sapi untuk menarik gerobak dan sebagainya

Supaya lebih jelas apa yang dimaksud dengan dresur dan apa perbedaannya dengan pendidikan menurut prof. J Gielen dan prof.S Strasser dari Buku Ilmu Mendidik (1960)

(4)

instingtif yang boleh dilakukan. Ia turut menjaga, tetapi lebih-lebih dengan menuntun dan memberikan bentuk pada perkembangan tadi.

Pendidikan adalah mendresur yang dilakukan pada binatang berlainan dengan pendidikan yang dilakukan pada manusia. Dalam beberapa hal memang ada persamaan. Persamaan itu pada pertumbuhan biologis aja yaitu berhubugan dengan perkembangan jasmani sedangkan pada manusia harus diperhitungkan perkembangan psikisnya. Binatang adalah mahluk alam yang tidak berkebudayaan. Manusia merupakan bilangan alam tetapi juga bilangan berkebudayaan. Manusia mahluk yang lebih tinggi dari binatang adalah mahluk yang berbudiu, berpikir manusia adalah anggota dari persekutuan masyarakat. Dengan adanyaBudi ini akan ada pilihan mana yang baik dan mana yang buruk. Manusia dapat memilih dan menentukan dari berbagai kemungkinan yang akan dilakukannya.Ia lebih bebas dalam melakukannya tetapi pertangungjawabanya lebih besar pula. Sedangkan pada Binatang tidak demikian.:Perbuatan binatang terikat o0leh alam, oleh instingnya tidak mengenal tanggung jawab. Karena perbuatan itu kehidupan manusia lebih sulit dari pada kehidupan binatang.

Manusia merupakan anggota persekutuan atau masyarakat. Dari persekutuan itulah bermacam-macam corak ragamnya, tinggi- rendahnya, kaya dan miskin pintar dan bodoh.. Dari persekutuan akan timbul bermacam golongan yang berbeda bahasa, adat maupu pekerjaannya.Ada persekutuan Pekerjaan, ada persekutuan paham, ada persekutuan.Pemuda Pemudi. Tingkat kecerdasan dan kebudayaanpun berlainanb ada yang sudah maju dan ada yang ketinggalan.

Manusia memerlukan interaksi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Dalam suatu interaksi memerlukan penyesuaian diri terhadap kelompok atau masyarakat, anak memerlukan pengarahan dari orang dewasa atau yang lebih pintar, terutama orangtuanya. Orangtua atau pendidik tidak dapat begitu saja”membiarkan” anak-anaknya supaya tumbuh sendiri. Tanpa pimpinan, anak anak akan tumbuh kearah pemuasan dorongn napsu, yang sudah banyak bertentangan dengan apa yang berlaku dan dikehendaki oleh masyarakat.

Dari keterangan diatas betapa penting orangtua atau pendidikan itu bagi-anak-anak agar mereka tidak terjerumus kerah dorongan hawa napsu, psikis anakanak masih labil. Perlu motivasi dari orang yang lebih tahu untuk mendidik, melatih mengajar, membimbing anak-anak yang kurang pengalaman dan rasa ingin tahunya sangat tinggi supaya anak tersebut menjadi dewasa dalam segala hal.Secara sederhaa pendidikan itu dapat disimpulkan sebagai berikut Pendidikan ialah segala-usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk pemimpin perkembangan jasmani dan rohaninyua kearah kedewasaan.

(5)

orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Menurut Abu Ahmadio dan Nur Uhbiyati (l991):70 mengemukakan defenisi pendidikan sebagai berikut :

a). Menurut Prof. Hoogeveld mendidik anak membantu anak supaya anak itu cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.

b). Menurut Prof. Brojonegoro mendidik meberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.

Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usayha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Setelah anak menjadi dewasa dsengan segala cirinya dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus pendidikan yang dilakukan orangtua kepada anaknya yaitu pendidikan pertama dan utama pendidikan yang dilakukan oleh keluarga. Sedangkan Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejaghteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat Henderson (1959 :44 ) mengemukakan

:“But to see education as a process of growtrh an d development taking place as the resulkt of the interactionof an individual with his environment, both physical an d social, beginning birth and lasting as long as life itself a process i9n which the social heritage as apart of the social environment becomes a tool to be used toward the development of the best an most intelegent person possible, menand women who wil promote human welfare, that is to see the educative process as philosopher an d educational reformers conceived it.”

Jadi pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan l;ingkungan social dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir

3. Alasan lahirnya Filsafat Pendidikan

(6)

Filsafat pendidikan merupakan pola-polapemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permsalahan bidang pendidikan dan pengjaran. Filsafat Pendidikan menunjukkan hubungan pertikal, naik keatas atau turun ke bawah dengan cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan. Hubungan vertikal tingkat penguasaan dan atau ke ahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.. Filsafat pendidikan sebagai salah satu ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penterapan pendekatan filosfis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pda umumnya dan manusia yang berpredikat guru pada khususnya. Dasar alasan timbulnya atau mungkin lahirnya cabang ilmu pengetahuan yang disebut ilmu filsafat pendidikan, yang memisahkan diri dari induknya, yaitu filsafat dan bagian dari rumpun dari konsep ilmu pendidikan. Sedangkan dasar alasan yang dimaksudkan disini adalah dasar alasan mengapa guru harus mempelajari ilmu filsafat pendidikan, yang akan merupakan pedoman pelaksanaan tugas pendidikan dan pengjaran.

Dalam kepustakaan ilmu pendidikan, terutama sejarah pendidikan ditetapkan, terutama sejarah pendidikan ditetapkan bahwa filsafat pendidikan dianggap sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, lahir sebagai disiplin ilmu pada tahun 1908, pada saat itu dengan judul ”philosophy of education” atau fisafat pendidikan dan kita terima sampai saat ini.

Asumsi dasar lahirnya filsafat pendidikan. Dua assumsi dasar dari lahirnya cabang ilmu, atau disiplin ilmu yang berdiri sendiri, yaitu filsafat pendidikan adalah pertama bahwa assumsi ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan normatif, yang berarti ilmu pendidikan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma, atau nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku yang seharusnya dilaksanakan manusia yang hidup dalam masyarakat manusia.

Sesuai dengan assumsi di atas, maka ilmu pendidikan erat berkaitan dengan ilmu-ilmu pengetahuan normatif, seperti agama , filsafat dan kebudayaan serta ilmu Sosiologi, sebagai disiplin ilmu yang merupakan su7mber norma dan nilai hidup dan pendidikan. Dengan demikian way of live sosial masyarakat, kaidah fundamental negara dan tradisi kebudayaan bangsa dapat dimasukkn ke dalam katagori pengertian di atas.

(7)

4. Defenisi Filsafat Pendidikan.

Dari uraian dan pemabahasan sebelumnya, dan dengan harapan dapat mempelajari jalan pemikiran selanjutnya atau mempertajam fokus pemikiran maka di bawah ini dirumuskan defenisi Filsafat Pendidikan :

Filsafat Pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatan-kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu :

a. kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan,konsepsi tentang sifat hakekat manusia, serta konsepsi hakekat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.

b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (sience) of education ) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan penidikan atau organisasi pendidikan, methode pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturusai dan peranan pendidikan dan pembangunan masyarakat dan negara.

Defenisi di atas merngkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya merupakan ilmu yang mempelajari adalah yang satu pelengkap terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu,pendidikan sex umpamanya tidak memerlukan filsafat dan filsafat pendidikan, karena tugasnya hanaya menentukan pilihan dalam cara-cara, teknik dan alat-alat maupun sarana dengan mana dapat dilakukan kegiatan mengajar yang efektif.

Salah satu Defenisi pendidikan telah dikemukakan dalam kaitannya Filsafat pendidikan John Dewey yang dikenal dengan Progresivisme, sebagai lawan dari filsafat essensialisme dan atau perenialisme, yang rasionalis, religius metafisis tentang hakekat manusia dan dunia yang berada di dalamnya. Assumsi dasar hakekat pendidikan ditentukan oleh hakekat manusianya didasarkan pada filsafat aristoles bahwa amanusia adalah ”homo sapens” adalah sejenis mahluk yang dapat berpikir sehingga defenisi pendidikannya adalah bahwa : Education is the procces by wich the human mind is disciplined an d devepeloed” artinya Pendidikan adalah suatu proses dengan mana pikiran rasio, mental manusia disiplin dan dikembangkan”

(8)

yang sama, sehingga yang satu tidak boleh mencaplok dan mengisap yang laio; artinya manusia dihisap warganegara sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan individu demi kepentingan dan kekayaan negara, dan sebaliknya aspek warga negara dan mengarah ke individualisme yang otomatis. Suatu defenisi pendidikan yang mengarah pada pengisapan individualistas manusia ke dalam konsep awrganegara adalah Defenisi pendidikan di bawah ini :

”Education in the process by wich rhe individual is thought loyalty an conformity to the group and to social institutions”.

Arttinya “ pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dinina agar loyal setia tanpa sarat dan penyesuaian membuta pada kelompok atau lelmaba social.”

Defenisi Pendidikan yang banyak dikemukakan oleh para psikolog lebih dekat dengan defenisi pendidikan di bawah ini :

“education is a process of grow in which the individual is helped to developed his powers, his talent, hius abilities, and his ineterst “

Artinya Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhanb di dalam mana individu di Bantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya kecakapannya dan minatnya”. Titus Harold (l953)

Perbedaan antara kedua defenisi pendidikan di atas, anata pendekatan sosiologis dan pendekatan social meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan dan lembaga social di mluar individu, sedangkan pendekatan psikologis meninjau proses pendidikan dari proses internal dalam diri manusia anak didik, sehingga lebih mengarah kepada peninjauan Tentang konsep hakekat psikologis, bukan filosofis, nampaknya masih terdapat ketidak pastian tentang perbedaan masing-masing aspek psikologis dari kepribadian manusia utuh bulat

Pertama-tama harus diingat bahwa apa yang dimaksud dengan criteria kualifikasi di sini tiada lebih merupakan criteria memenuhi syarat, lengkap tidaknya suatu aliran system filsafat pendidikan tertentu, baik bukannya baik tidaknya, benar tidaknya suatu aliran system filsafat pendidikan. Pemilihan aliran tergantung selera masing-masing penilianya subyektif ditentukan oleh keputusan hati msing-masing guru atau individu yang bersangkutan.

(9)

pendidikan artinya masalah apakah memenuhi persyaratan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional ilmiah.

Adapun Kualifikasi terdiri atas :

1. menyelesaikan problema esensial filsafat pendidikan a. merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan

b. merumuskan sifat hakekat manusia, baik sebagai subyek dan obyek pendidikan c. merumuskan secara tegas hubungan antara agama, filsafat dan kebudayaan.

d. merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan e. merumuskan perincian sistem, nilai, norma, atau isi moral pendidikannya.

2. harus terbuka, artinya suatu aliran filsafat pendidikan tertentu harus terbuka jika ada kritik, dinilai tentang segi kebaikan dan kelemahannya, untuk diperbaiki dan disempurnakan.

3. bahwa filsafat pendidikan harus menempatkan individu dengan memberi kesempatan kepada individu lain untuk berpikir kritis dan reflektif dan tidak berfikir secara dogmatis dan tradisional.

Masalah-masalah yang timbul dalam tiga kualifikasi perlu dikemukakan dan dijelaskan dengan jelas, tidak semua aliran filsafat sebagai suatu sistem pemikiran dalam pendidikan menentukan dan merumuskan perincian-perincian tersebut.Tidak jarang individu guru yang mempelajari suatu aliran filsafat pendidikan tidak dapat meyelesaikan permasalahannya dengan aliran tersebut tetapi dikembalikan lagi kepada persoalan eksplisit yang ada. Sehingga kadang-kadang akan terjadi selisih interprestasi dari orang yang memberikan kritik.

5. Nilai Manfat Filsafat Pendidikan

Dalam rangka memahami nilai manfaat apa yang dapat diperoleh dengan mempelajari, maka terlebih dahulu akan diajukkan tiga assumsi dasar yang ada kaitannya dengan manfaat Filsafat pendidikan.

1. Hidup tanpoa perenungan apa arti hakekat hidup, adalah suatu kehidupan tidak berbobot.

2. Bahwa apabila pendidikan diakui sebagai proses eksperimental,maka beda dengan eksperimentasi dalam ilmu fisika, eksperimentasi pendidikan dan sosial berhasil tidak tidak mudah atau tidak segera kita ketahui atayu buktikan.

(10)

Apabila ketiga assumsi dasar di atas benar, dan memang tidak terlalu salah dapat dikemukakan berapa nilai manfaat mungkin dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat pendidikan bagi setiap pendidik.

1. memberi kesempatan kepada setiap pendidik untuk mebiasakan diri mengadakan perenungan mendalam atau berteori betapapun kurang atau belum sempurnanya teori tersebut.

2. akan memberi pengertian yang mendalam akan problema essensial dan dasar pertimbangan mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problema pendidikan.

3. membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berpikir kritis dan reflektif dalam menyelesaikan problema

6. Penutup

Berdasarkan uraian diatas pada pemabahasan-pebahasan sebelum dengan kami menyimpulkan

a. Antara Filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, , yaitu anatara hubungan disiplin ilmu yang satu dengan cabang ilmu yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan shyntesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan, yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Seperti sosiologi pendidikanmerupakan ilmu terapan, yaitu suatu lapangan studi yang mempelajari, sumber-sumber sosiologis terhadap problema-problema pendidikan umpamanya, dan seterusnya masih banyak lagi.

b. Filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah, dengan cabang-canbang ilmu pendidikan yang lain seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan perbandingan pendidikan dan pucaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan sejenis.

b. Filsafat pendidkan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang memuaskan perhatiannya pada penterapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatan kesejateraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan guru pada khususnya adanya Filsafat Pendidikan dimaksdukan untuk membahas masalah-masalah pendidikan sehingga problema-problema pendidikan dapat diselesaikan dan pendidikan dapat berkembang sesuai dengan tuntutan jama.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C 2008 Filsafat bahasa dan pendidikan Bandung :UPI dan Rosda Karya Ali saefullah 1997 Pengantar Filsafat Pendidikan. Uasaha Nasional surabaya Indonesia

Dewey John, Prof dr. 1955 Perihalan kemerdekaan dan Kebudayaan, Terjemahan E.M Aritonang, Cetakan Kedua Jakarta Saksama

(12)

M. Ngalim Purwanto MP 1995 Ilmu Pendidikan teoritis dan praktis Pt Remaja Rosdakarya Bandung Siriasumantri, Jujun 1990 Filsfat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, jakarta : sinar harapan

Referensi

Dokumen terkait

Saya menyatakan bahwa data yang saya isikan dalam formulir pendaftaran SNMPTN 2016 adalah benar dan saya bersedia menerima ketentuan yang berlaku di Perguruan Tinggi dan Program

Jamur Verticillium dahliae Klebahn, Penyebab Penyakit Layu Pada Berbagai Tanaman, Belum Terdeteksi di Sentra Pertanaman Kentang Lembang dan Pangalengan (Tarkus Suganda,

Evaluasi yang dilakukan menun- jukkan bahwa program amnesti pajak yang dilaksanakan di Indonesia perio- de 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Maret 2017 cukup berhasil, walaupun

Utilization of biotic and diversity indices of benthic macroinvertebrates can be profited to assess feasibility of water resources and impact of human activity

Dalam hal ini masyarakat berhak untuk memeluk agamanya masing-masing dan wajib menjalankan apa yang diperintahkan dalam agama masing-masing dn menjauhi apa yang

Penyimpanan jangka pendek bisa mengubah intisari pada suatu sinyal yang baru masuk atau item yang didapat kembali dari penyimpanan jangka panjang.. Penyimpanan jangka panjang (long

KBS01 menjelaskan bahwa masih bingung cara yang disubstitusikan persamaan yang mana, lalu KBS03 mencoba persamaan (1) tapi KBS03 ragu.. Selanjutnya peneliti membenarkan hasil

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive, yaitu PG Tasikmadu dengan pertimbanganmasih ditemukan permasalahan terkait kualitas gula,