• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Proses Penyusunan GCG Code

Penyusunan GCG Code harus sejalan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses penyusunan GCG Code dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Diawali dengan mengumpulkan referensi baik berupa pedoman atau peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun best practices lainnya. Berdasarkan referensi tersebut, Tim Penyusun melakukan penyusunan konsep awal GCG Code;

2. Selanjutnya dilakukan pembahasan konsep awal dengan melibatkan berbagai pihak terkait untuk memperoleh tanggapan dan masukan sebagai penyempurnaan lebih lanjut;

3. Konsep GCG Code yang telah disempurnakan kemudian difinalisasi dan disahkan oleh Dewan Komisaris dan Direksi.

1.6.1 Tanggung Jawab Penerapan GCG Code

Keberhasilan penerapan GCG Code di Perusahaan tidak terlepas dari dukungan dan tanggung jawab seluruh jajaran Perusahaan.

4 1. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk menetapkan GCG Code. Proses penetapan

GCG Code memerlukan koordinasi yang baik antara keduanya;

2. Dewan Komisaris dan Direksi memastikan penerapan GCG Code dilaksanakan secara efektif, efisien dan berkelanjutan;

3. Dalam upaya penegakan kepatuhan terhadap GCG Code, Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap GCG Code termasuk menyelesaikan setiap konflik yang timbul;

4. Seluruh jajaran Perusahaan wajib menjadikan GCG Code sebagai induk kebijakan. Seluruh peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang dikeluarkan oleh Perusahaan harus merujuk pada GCG Code;

5. Untuk memperkecil risiko kemungkinan terjadinya penyimpangan atas GCG Code, diperlukan mekanisme pengendalian yang efektif serta menjalankan program sosialisasi yang berkesinambungan mengenai GCG Code;

6. Seluruh Karyawan wajib mematuhi GCG Code sebagai rujukan melaksanakan aktivitas kerja dalam rangka mewujudkan budaya kerja dan budaya Tata Kelola Perusahaan Yang Baik;

7. Dewan Komisaris dan Direksi memastikan GCG Code di review dan dimutakhirkan secara berkala, pelaksanaan review dan pemutakhiran dapat melibatkan atau berkoordinasi dengan pihak-pihak lain sesuai kebutuhan.

1

5

BAB II PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA PERUSAHAAN

Penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan serta meningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham dalam jangka panjang. Perusahaan memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek proses bisnis dan di semua Jajaran Perusahaan. Sejalan dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Bab II pasal 3, prinsip-prinsip GCG diuraikan sebagai berikut:

2.1 Transparansi (Transparency)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2.1.1 Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, Perusahaan menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders. Perusahaan mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal penting lainnya untuk pengambilan keputusan oleh Pemegang Saham dan stakeholders sesuai dengan haknya.

2.1.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

Perusahaan menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

1. Kebijakan Perusahaan dibuat secara tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada stakeholders.

2. Prinsip transparansi tetap memperhatikan ketentuan rahasia Perusahaan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi sesuai peraturan yang berlaku;

3. Informasi yang diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi Perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi, kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi beserta anggota keluarganya dalam Perusahaan maupun perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengendalian internal dan audit internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi Perusahaan;

2.2 Akuntabilitas (Accountability)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ Perusahaan sehingga pengelolaan Perusahaan berjalan secara efektif.

2.2.1 Prinsip Dasar

Penerapan prinsip akuntabilitas Perusahaan dititikberatkan pada kejelasan fungsi bagi masing-masing organ anggota Dewan Komisaris, dan Direksi serta seluruh jajaran di bawahnya yang selaras

6 dengan visi, misi, nilai-nilai, sasaran usaha dan strategi Perusahaan sehingga pengelolaan berjalan secara efektif dalam rangka mencapai kinerja yang berkesinambungan. Perusahaan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, Perusahaan berupaya melaksanakan pengelolaan Perusahaan secara bertanggung jawab, benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan Perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan Pemegang Saham dan stakeholders lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesimbungan.

2.2.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing Organ Perusahaan yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi, serta seluruh Karyawan secara jelas dan selaras dengan Visi, Misi, Nilai-Nilai Perusahaan (corporate values) dan strategi Perusahaan;

2. Perusahaan menerapkan akuntabilitas dengan mendorong seluruh individu dan/atau Organ Perusahaan agar menyadari hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangannya masing-masing dengan berpegang pada Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku (code of conduct ) yang telah ditetapkan;

3. Perusahaan meyakini bahwa akuntabilitas berhubungan dengan keberadaan sistem yang mengendalikan hubungan antara individu dan/atau Organ Perusahaan maupun hubungan antara Perusahaan dengan pihak luar yang berkepentingan (stakeholders);

4. Perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran Perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha korporat, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system) yang jelas.

5. Perusahaan memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan Perusahaan;

2.3 Pertanggungjawaban (Responsibility)

Kesesuaian di dalam pengelolaan Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2.3.1 Prinsip Dasar

Penegakkan prinsip responsibilitas berpegang pada prinsip kehati-hatian dan mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan agar dapat tercapai keberlanjutan usaha dalam jangka panjang dan diakui sebagai good corporate citizen.

2.3.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Pertanggungjawaban diwujudkkan oleh Perusahaan dengan selalu berusaha menjadi warga Perusahaan yang baik (good corporate citizen)

7 2. Perusahaan mengupayakan kemitraan dengan semua pihak yang berkepentingan sesuai etika bisnis yang sehat, termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial terutama di sekitar Perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial yang efektif dan sistematis.

3. Organ Perusahaan berupaya menjalankan prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maupun peraturan Perusahaan yang ditetapkan (by laws);

2.4 Kemandirian (Independency)

Keadaan dimana Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2.4.1 Prinsip Dasar

Prinsip Independensi diterapkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara profesional tanpa benturan kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh/tekanan dari pihak lain, sehingga setiap Organ Perusahaan fokus pada pengelolaan Perusahaan dan perencanaan strategi jangka pendek maupun jangka panjang dalam mewujudkan keberlanjutan usaha.

2.4.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Independensi merupakan suatu keharusan agar Organ Perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan yang terbaik bagi Perusahaan dan dilaksanakan dengan saling menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan masing-masing anggota organ Perusahaan;

2. Pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional tanpa terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prisip GCG.

3. Masing-masing Organ Perusahaan melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan/atau melempar tanggung jawab antara satu pihak dengan pihak lainnya.

2.5 Kewajaran (Fairness)

Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian maupun peraturan perundang-undangan.

2.5.1 Prinsip Dasar

Perusahaan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder berdasarkan asas kewajaran atau kesetaraan, sehingga penegakan atas asas kewajaran atau kesetaraan Perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat

8 bagi kepentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

2.5.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan menjamin bahwa setiap Pemegang Saham dan stakeholders mendapatkan perlakukan yang wajar dalalam menggunakan hak-haknya termasuk hak-hak Pemegang Saham minoritas untuk mendapatkan perlakuan yang setara tanpa diskriminasi (equal treatment) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholders sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada Perusahaan;

3. Perusahaan memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

4. Perusahaan memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing;

2.6 Penerapan GCG Berdasarkan Kementerian BUMN

PT API menerapkan prinsip-prinsip GCG melalui standar implementasi GCG berdasarkan 6 (enam) aspek pengujian sebagai berikut :

a. Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola secara berkelanjutan

1) Perusahaan memiliki Pedoman Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governace Code) dan Pedoman Perilku (Code of Conduct);

2) Perusahaan melaksanakan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Yang Baik dan Pedoman Perilaku secara Konsisten;

3) Perusahaan melakukan pengukuran terhadap penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik;

4) Perusahaan mendorong pejabat wajib lapor membuat Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) secara tepat waktu;

5) Perusahaan melaksanakan program pengendalian gratifikasi sesuai ketentuan yang berlaku;

6) Perusahaan melaksanakan kebijakan sistem pelaporan atas dugaan penyimpangan pada perusahaan yang bersangkutan (Whistleblowing System).

b. Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal

1) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Direksi;

2) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris;

3) Memberikan keputusan yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan;

9 4) Memberikan persetujuan Laporan Tahunan termasuk pengesahan Laporan Keuangan serta tugas pengawasan Dewan Komisaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan;

5) Mengambil keputusan melalui proses yang terbuka dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan;

6) Melaksanakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Dewan Komisaris

1) Melaksanakan program pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan;

2) Melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas serta menetapkan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas Dewan Komisaris;

3) Memberikan persetujuan atas rancangan RJPP dan RKAP yang disampaikan oleh Direksi;

4) Memberikan arahan terhadap Direksi atas implementasi rencana dan kebijakan Perusahaan;

5) Mengawasi dan memantau kepatuhan Direksi dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan perjanjian dengan pihak ketiga;

6) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengelolaan anak Perusahaan/Perusahaan Patungan;

7) Berperan dalam pencalonan anggota Direksi, menilai kinerja Direksi (individu dan kolegial) dan mengusulkan tantiem/insentif kinerja sesuai ketentuan yang berlaku dan mempertimbangkan kinerja Direksi;

8) Melakukan tindakan terhadap potensi benturan kepentingan yang menyangkut dirinya;

9) Memantau dan memastikan bahwa praktik Tata Kelola Perusahaan Yang Baik telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan;

10) Menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris yang efektif dan menghadiri Rapat Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

11) Memiliki Sekretaris Dewan Komisaris untuk mendukung tugas kesekretariatan Dewan Komisaris;

12) Memiliki Komite Dewan Komisaris yang efektif.

d. Direksi

1) Melaksanakan program pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan;

2) Melakukan pembagian tugas/fungsi, wewenang dan tanggungjawab secara jelas;

3) Menyusun perencanaan Perusahaan;

4) Berperan dalam pemenuhan target kinerja Perusahaan;

10 5) Melaksanakan pengendalian operasional dan keuangan terhadap implementasi rencana dan

kebijakan Perusahaan;

6) Melaksanakan pengurusan Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perseroan;

7) Melakukan hubungan yang bernilai tambah bagi Perusahaan dan Pemangku Kepentingan;

8) Memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan anggota Direksi dan manajemen di bawah Direksi;

9) Memastikan Perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan penyampaian informasi kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham tepat waktu;

10) Menyelenggarakan rapat Direksi dan menghadiri Rapat Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

11) Menyelenggarakan pengawasan intern yang berkualitas dan efektif;

12) Menyelenggarakan fungsi sekretaris Perusahaan yang berkualitas dan efektif;

13) Menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

e. Pengungkapan Informasi dan Transparansi

1) Perusahaan menyediakan informasi Perusahaan kepada Pemangku Kepentingan;

2) Perusahaan menyediakan bagi Pemangku Kepentingan akses atas informasi Perusahaan yang relevan, memadai dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan berkala;

3) Perusahaan mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

4) Perusahaan memperoleh penghargaan atau awards dalam bidang Good Corporate Governance dan bidang-bidang lainnya.

f. Aspek Lainnya

1) Praktik Tata Kelola Perusahaan menjadi contoh atau benchmark bagi perusahaan-perusahaan lainnya di Indonesia;

2) Praktik Tata Kelola Perusahaan menyimpang dari Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik sesuai sesuai Pedoman Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, dan standar-standar praktik dan ketentuan lainnya.

5

11

BAB III HIERARKI PERATURAN DAN STRUKTUR KEBIJAKAN PERUSAHAAN

3.1 Hierarki Peraturan Perusahaan

Hierarki Peraturan Perusahaan digambarkan dalam skema berikut:

Berikut penjelasan dari skema diatas:

1. Anggaran Dasar atau Akta Pendirian Perusahaan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang merupakan ketentuan pokok yang menjadi dasar peraturan lainnya di Perusahaan atau sebagai payung hukum dalam penyusunan kebijakan di bawahnya;

2. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham memuat hal-hal yang perlu mendapat persetujuan Pemegang Saham, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan;

3. Keputusan Dewan Komisaris memuat hal-hal yang merupakan kewenangan Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan penasihatan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta hal-hal lain yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris;

4. Keputusan Direksi memuat hal-hal mengenai penetapan kebijakan umum tentang penyusunan strategi, penyusunan organisasi, sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi, pengadaan dan sebagainya, yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan tugas sehari-hari;

12 5. Surat Edaran Direksi merupakan surat dinas yang diedarkan dengan maksud agar pesan atau berita dinas diketahui seluruh karyawan atau orang-orang tertentu, sesuai dengan maksud pengedaran surat tersebut.

3.2 Struktur Kebijakan Perusahaan 3.2.1 Struktur Kebijakan Perusahaan

Berikut penjelasan dari skema diatas:

a. Level 1 adalah GCG Code, merupakan arahan strategis Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan dalam pengelolaan Perusahaan sesuai prinsip-prinsip GCG dan menjadi induk kebijakan Perusahaan yang menjadi acuan bagi seluruh kegiatan Perusahaan. GCG Code merupakan kompilasi dari berbagai ketentuan yang mengatur tata kelola perusahaan seperti Pedoman GCG Indonesia, Peraturan Perundang-undangan berlaku, Anggaran Dasar Perusahaan, Tujuan, Visi, Misi, Nilai-nilai Perusahaan, dan Internal dan Eksternal Best Practices.

b. Level 2 adalah Kebijakan Perusahaan, merupakan panduan umum yang dikeluarkan secara resmi oleh Perusahaan yang berisikan pelaksanaan fungsi, aturan, dan tata kerja dalam mendukung aktivitas pengelolaan dan pengawasan Perusahaan untuk mencapai tujuan Perusahaan. Jenis-jenis kebijakan Perusahaan digambarkan pada skema di atas. Keseluruhan kebijakan tersebut mengacu pada GCG Code Perusahaan agar inkonsistensi dan benturan kebijakan yang mungkin terjadi dapat mudah terdeteksi dan dapat langsung dihindari.

13 c. Level 3 adalah Standard Operating Procedure (SOP) dalam bentuk Pedoman Sistem Mutu (PSM), merupakan pedoman kerja dalam melakukan sesuatu kegiatan berdasarkan standar mutu tertentu yang telah ditetapkan, dan dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan proses bisnis, bentuk kegiatan usaha, produk, keadaan lokasi kegiatan, struktur organisasi, dan kondisi personalia yang ada.

d. Level 4 adalah Work Instruction (WI) atau Instruksi Kerja (IK) merupakan prosedur kerja yang dijabarkan lebih lanjut dari Pedoman Sistem Mutu (PSM) untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan standar dan mutu yang ditetapkan.

3.2.2 Operasionalisasi

1. Sebagai acuan dalam kegiatan operasional, SOP dan WI disusun sesuai kebutuhan, dan dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan proses bisnis, bentuk kegiatan usaha, produk, keadaan lokasi kegiatan, struktur organisasi, perubahan regulasi dan kondisi personalia yang ada.

2. SOP dan WI merupakan kelengkapan tata kelola perusahaan yang harus selalu mengacu dan tunduk pada GCG Code dan kebijakan Perusahaan.

3.3 Pendekatan Penyusunan Kebijakan dan Prosedur di Perusahaan

Penyusunan kebijakan dan prosedur di Perusahaan didasarkan pada pendekatan tiga pilar utama, yaitu Objective, Risk and Control (ORC). Pendekatan tersebut berfungsi untuk:

1. Menerjemahkan tujuan (objective) dari Pemegang Saham oleh Dewan Komisaris dan Direksi dalam mengelola organisasi melalui kebijakan, pedoman kerja, prosedur dan instruksi kerja.

2. Menjadikan risk management dan control sebagai bagian integral dalam aktivitas sehari-hari.

3. Menerapkan perilaku sesuai prinsip Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independensi dan Kewajaran ke seluruh bagian organisasi agar tidak berhenti di level Board.

Pendekatan ORC diarahkan untuk mendorong fungsi di level manajemen mampu menghidupkan tata kelola (governance) yang dilandasi oleh checks and balances pada setiap level dan fungsi manajemen.

Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) merupakan proses dalam pencapaian tujuan Perusahaan "agency transaction" yang digambarkan sebagai Tujuan (Objective) yang ditopang oleh dua pilar, Risk and Control.

Objective hanya dapat dicapai apabila Perseroan dapat mengelola risiko dan memiliki kontrol atas organisasi yang mencakup seluruh rangkaian proses di dalam Perseroan untuk menghasilkan nilai tambah bagi Perseroan, baik proses inti Perseroan (core), maupun proses yang menunjang (supporting) dan mengontrol (compliance) berjalannya proses inti tersebut (value chain) sesuai dengan dinamika usaha dan regulasi yang berlaku.

13

14

BAB IV ORGAN PERUSAHAAN

Organ Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga organ ini mempunyai peranan penting dalam menjalankan roda kegiatan Perusahaan sejalan dengan visi-misi Perusahaan dan dalam pelaksanaan GCG secara efektif.

Kolaborasi antar Organ Perusahaan (RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi) sangat dibutuhkan oleh Perusahaan guna menerapkan prinsip-prinsip GCG. Dengan terjalinnya hubungan yang baik antar Organ Perusahaan, maka akan menentukan kualitas dari kinerja Perusahaan. Masing-masing Organ Perusahaan tersebut selalu berhubungan atas dasar prinsip-prinsip kebersamaan dan rasa saling menghargai, menghormati fungsi dan peranan masing-masing dan bertindak demi kepentingan Perusahaan.

4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 4.1.1 Prinsip Dasar

RUPS merupakan organ utama perusahaan yang menjadi wadah para Pemegang Saham untuk mengambil keputusan penting dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha Perusahaan dalam jangka panjang. RUPS adalah organ perusahaan yang memiliki kewenangan ekslusif yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan.

15 RUPS dan/atau Pemegang Saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi.

Penyelenggaraan RUPS berdasarkan ketentuan dan Anggaran Dasar Perusahaan terdiri atas:

1. RUPS Tahunan diadakan setiap Tahun, meliputi:

a. RUPS mengenai persetujuan Laporan Tahunan diadakan paling lambat dalam bulan Juni setelah penutupan tahun buku yang besangkutan, dan dalam rapat tersebut Direksi menyampaikan Laporan Tahunan, Usulan Penggunaan Laba Bersih dan Hal-hal yang perlu persetujuan RUPS untuk kepentingan Perusahaan.

b. RUPS Tahunan mengenai Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan (tahun anggaran Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan), dan dalam rapat Direksi menyampaikan RKP termasuk proyeksi laporan keuangan dan hal-hal yang perlu persetujuan RUPS untuk kepentingan Perusahaan yang belum dicantumkan dalam RKAP.

2. RUPS Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan atau atas usulan Komisaris dan/atau Direksi.

4.1.2 Pedoman Pelaksanaan 1. Kewajiban Pemegang Saham

a. Mematuhi ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan

b. Tidak melakukan kegiatan pengawasan dan kepengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi

c. Tidak memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi, keluarga, Perseroan atau kelompok usahanya dengan semangat dan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

d. Melakukan evaluasi kinerja Direksi dan Dewan Komisaris melalui mekanisme RUPS.

2. Wewenang RUPS/Pemegang Saham

a. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris dan Direksi.

b. Memberikan keputusan yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha Perseroan dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

c. Memberikan persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta tugas pengawasan Dewan Komisaris sesuai peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

d. Mengambil keputusan di luar RUPS, dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani keputusan yang dimaksud.

16 3. Hak Pemegang Saham

Hak Pemegang saham yang harus dilindungi, antara lain adalah:

a. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi Pemegang Saham, dengan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;

b. Memperoleh informasi material mengenai Perusahaan, secara tepat waktu, terukur, dan teratur;

c. Menerima pembagian dari keuntungan Perusahaan yang diperuntukkan bagi Pemegang Saham/pemilik modal dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan hasil likuidasi, sebanding

c. Menerima pembagian dari keuntungan Perusahaan yang diperuntukkan bagi Pemegang Saham/pemilik modal dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan hasil likuidasi, sebanding

Dokumen terkait