• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jakarta, 31 Desember Iwan Ridwan. Eko Afrilianto. Komisaris Utama. Direktur Utama. Cucu Kuswoyo. Hotman Napitupulu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jakarta, 31 Desember Iwan Ridwan. Eko Afrilianto. Komisaris Utama. Direktur Utama. Cucu Kuswoyo. Hotman Napitupulu."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (Good Corporate Governance Code)

PT AKSES PELABUHAN INDONESIA

Segala Puji bagi Tuhan yang Maha Esa, serta syukur atas segala rahmat dan karunia-Nya, pemutakhiran terhadap Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG Code) PT Akses Pelabuhan Indonesia dapat diselesaikan dengan baik. Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG Code) disusun sebagai perangkat kebijakan penunjang tata kelola Perusahaan untuk membantu penerapan GCG secara efektif di Perusahaan. GCG Code merupakan kristalisasi dari kaidah-kaidah GCG, peraturan perundang- undangan yang berlaku, nilai-nilai budaya yang dianut, visi dan misi serta praktek-praktek terbaik (best practices) GCG.

Dewan Komisaris dan Direksi menegaskan komitmennya terhadap implementasi GCG dengan menyusun dan mengesahkan kembali GCG Code yang dikembangkan menjadi suatu sistem kebijakan yang bersifat holistik dan terintegrasi sesuai prinsip-prinsip GCG, sebagai suatu pedoman yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Insan Perusahaan dalam setiap kegiatan operasional sehari-hari.

Jakarta, 31 Desember 2020

Eko Afrilianto Komisaris Utama

Iwan Ridwan Direktur Utama

Hotman Napitupulu Komisaris

Cucu Kuswoyo

Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis

Eddy Kuswaedi Komite Audit

Agus Edi Santoso

Direktur Keuangan dan SDM

(3)

ii KATA PENGANTAR

KOMISARIS UTAMA

Good Corporate Governance (GCG) merupakan gagasan yang mendorong setiap organisasi khususnya entitas bisnis untuk menerapkan prinsip keteladanan dalam Tata Kelola Perusahaan. GCG harus mampu menunjang pencapaian kinerja Perusahaan secara optimal serta menjadi sarana untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran Perusahaan secara lebih baik dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip GCG disetiap entitas bisnis harus dikembangkan sesuai skala dan kompleksitas usaha dan organisasi yang menggerakannya serta sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dewan Komisaris senantiasa mendukung upaya pengembangan Perusahaan ke arah yang lebih baik khususnya terkait penerapan GCG dan menyambut baik atas pemutakhiran Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance Code), sebagai pedoman bagi seluruh insan Perusahaan dalam setiap kegiatan operasional sehari-hari. Keberadaan GCG Code diharapkan mampu mendorong setiap insan Perusahaan untuk menerapkan GCG secara efektif, mandiri dan bertanggung jawab serta patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, 31 Desember 2020

Eko Afrilianto Komisaris Utama

(4)

iii KATA PENGANTAR

DIREKTUR UTAMA

Entitas bisnis harus dikelola dengan baik agar mempu bersaing dan memberikan nilai tambah bagi setiap stakeholder. Gagasan tersebut dikristalisasi menjadi sebuah konsep Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran (fairness). GCG sebagai sebuah keteladanan dalam praktik tata kelola perusahaan, baik pada level regional maupun internasional, terus berkembang dari segi kebijakan dan praktik penerapannya serta menjadi standar yang dapat diadopsi oleh setiap entitas bisnis.

PT Akses Pelabuhan Indonesia berupaya menginternalisasikan konsep tersebut untuk mendukung pencapaian kinerja Perusahaan, memberikan nilai tambah kepada stakeholders dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penerapan GCG secara efektif dan berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila terdapat komitmen yang kuat dan pemahaman yang baik dari setiap insan Perusahaan. Oleh karenanya, GCG Code ini menjadi bagian dalam kerangka acuan operasional Perusahaan untuk memantapkan komitmen dan meningkatkan pemahaman terhadap GCG serta menjadi pedoman dalam menjaga arah pengelolaan Perusahaan secara benar dan beretika.

Jakarta, 31 Desember 2020

Iwan Ridwan Direktur Utama

(5)

iv

DAFTAR ISI

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI ... i

KATA PENGANTAR KOMISARIS UTAMA ... ii

KATA PENGANTAR DIREKTUR UTAMA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR ISTILAH ... xi

PROFIL PERUSAHAAN ... xiii

VISI, MISI DAN NILAI – NILAI PERUSAHAAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pengertian Pedoman Good Corporate Governance (GCG Code) ... 1

1.3 Tujuan ... 1

1.3.1 Tujuan Penerapan GCG Code: ... 1

1.3.2 Tujuan Penyusunan GCG Code ... 2

1.4 Landasan Hukum ... 2

1.5 Ruang Lingkup GCG Code ... 3

1.6 Proses Penyusunan GCG Code ... 3

1.6.1 Tanggung Jawab Penerapan GCG Code ... 3

BAB II PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA PERUSAHAAN ... 5

2.1 Transparansi (Transparency) ... 5

2.1.1 Prinsip Dasar ... 5

2.1.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan ... 5

2.2 Akuntabilitas (Accountability) ... 5

2.2.1 Prinsip Dasar ... 5

2.2.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan ... 6

2.3 Pertanggungjawaban (Responsibility) ... 6

2.3.1 Prinsip Dasar ... 6

2.3.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan ... 6

2.4 Kemandirian (Independency) ... 7

2.4.1 Prinsip Dasar ... 7

2.4.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan ... 7

2.5 Kewajaran (Fairness) ... 7

2.5.1 Prinsip Dasar ... 7

2.5.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan ... 8

2.6 Penerapan GCG Berdasarkan Kementerian BUMN ... 8

(6)

v

BAB III HIERARKI PERATURAN DAN STRUKTUR KEBIJAKAN PERUSAHAAN ... 11

3.1 Hierarki Peraturan Perusahaan ... 11

3.2 Struktur Kebijakan Perusahaan ... 12

3.2.1 Struktur Kebijakan Perusahaan ... 12

3.2.2 Operasionalisasi ... 13

3.3 Pendekatan Penyusunan Kebijakan dan Prosedur di Perusahaan ... 13

BAB IV ORGAN PERUSAHAAN ... 14

4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ... 14

4.1.1 Prinsip Dasar ... 14

4.1.2 Pedoman Pelaksanaan ... 15

4.2 Dewan Komisaris ... 17

4.2.1 Prinsip Dasar ... 17

4.2.2 Pedoman Pelaksanaan ... 18

4.2.3 Hak Dewan Komisaris ... 20

4.2.4 Standar Etika Kerja Dewan Komisaris ... 21

4.2.5 Organ Pendukung Dewan Komisaris ... 21

4.3 Direksi ... 22

4.3.1 Prinsip Dasar ... 22

4.3.2 Pedoman Pelaksanaan ... 23

4.3.3 Hak Direksi ... 25

4.3.4 Standar Etika Kerja Direksi ... 25

4.3.5 Organ Pendukung Direksi ... 25

4.4 Hubungan Antar Organ Perusahaan ... 28

BAB V PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) ... 30

5.1 Prinsip Dasar ... 30

5.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan ... 31

BAB VI KEBIJAKAN PERUSAHAAN ... 34

6.1 Pedoman Etika Perusahaan (Code of Conduct ) ... 34

6.1.1 Tujuan ... 34

6.1.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 34

6.1.3 Risiko ... 34

6.1.4 Ruang Lingkup Code of Conduct ... 35

6.1.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 35

6.2 Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi (Board Manual) ... 36

6.2.1 Tujuan ... 36

6.2.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 36

(7)

vi

6.2.3 Risiko ... 37

6.2.4 Ruang Lingkup Board Manual ... 37

6.2.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 38

6.3 Piagam Komite... 38

6.3.1 Tujuan ... 38

6.3.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 39

6.3.3 Risiko ... 39

6.3.4 Ruang Lingkup Piagam Komite ... 39

6.3.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 40

6.4 Piagam Audit Internal ... 40

6.4.1 Tujuan ... 40

6.4.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 40

6.4.3 Risiko ... 41

6.4.4 Ruang Lingkup Piagam Audit Internal ... 41

6.4.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 41

6.5 Kebijakan Pengendalian Internal ... 42

6.5.1 Tujuan ... 42

6.5.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 42

6.5.3 Risiko ... 42

6.5.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengendalian Internal ... 43

6.5.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 43

6.6 Kebijakan Pengendalian Gratifikasi ... 44

6.6.1 Tujuan ... 44

6.6.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 44

6.6.3 Risiko ... 44

6.6.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengendalian Gratifikasi ... 45

6.6.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 46

6.7 Kebijakan Benturan Kepentingan ... 46

6.7.1 Tujuan ... 46

6.7.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 46

6.7.3 Risiko ... 47

6.7.4 Ruang Lingkup Kebijakan Benturan Kepentingan ... 47

6.7.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 48

6.8 Kebijakan Pengaduan Pelanggaran/Whistleblowing Policy ... 49

6.8.1 Tujuan ... 49

6.8.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 49

(8)

vii

6.8.3 Risiko ... 49

6.8.4 Ruang Lingkup Pengelolaan Whistleblowing Policy ... 49

6.8.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 51

6.9 Kebijakan Audit Internal ... 51

6.9.1 Tujuan ... 51

6.9.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 51

6.9.3 Risiko ... 52

6.9.4 Ruang Lingkup Kebijakan Audit Internal ... 52

6.9.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 53

6.10 Kebijakan Sekretaris Perusahaan ... 54

6.10.1 Tujuan ... 54

6.10.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 54

6.10.3 Risiko ... 54

6.10.4 Ruang Lingkup Kebijakan Sekretaris Perusahaan ... 55

6.10.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 56

6.11 Kebijakan Perencanaan Strategis ... 57

6.11.1 Tujuan ... 57

6.11.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 57

6.11.3 Risiko ... 58

6.11.4 Ruang Lingkup Kebijakan Perencanaan Strategis ... 58

6.11.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 59

6.12 Kebijakan Pengembangan Bisnis dan Investasi ... 59

6.12.1 Tujuan ... 59

6.12.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 60

6.12.3 Risiko ... 60

6.12.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengembangan Bisnis dan Investasi ... 61

6.12.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 63

6.13 Kebijakan Pengembangan Organisasi dan Budaya ... 64

6.13.1 Tujuan ... 64

6.13.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 64

6.13.3 Risiko ... 64

6.13.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengembangan Organisasi dan Budaya ... 65

6.13.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 65

6.14 Kebijakan Budgeting ... 66

6.14.1 Tujuan ... 66

6.14.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 66

(9)

viii

6.14.3 Risiko ... 67

6.14.4 Ruang Lingkup Kebijakan Budgeting ... 67

6.14.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 68

6.15 Kebijakan Keuangan ... 69

6.15.1 Tujuan ... 69

6.15.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 69

6.15.3 Risiko ... 69

6.15.4 Ruang Lingkup Kebijakan Keuangan ... 69

6.15.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 70

6.16 Kebijakan Akuntansi dan Pajak ... 71

6.16.1 Tujuan ... 71

6.16.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 71

6.16.3 Risiko ... 71

6.16.4 Ruang Lingkup Kebijakan Akuntansi dan Pajak ... 72

6.16.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 73

6.17 Kebijakan Manajemen Aset ... 73

6.17.1 Tujuan ... 73

6.17.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 74

6.17.3 Risiko ... 74

6.17.4 Ruang Lingkup Kebijakan Manajemen Aset ... 74

6.17.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 76

6.18 Kebijakan Manajemen Risiko ... 76

6.18.1 Tujuan ... 76

6.18.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 76

6.18.3 Risiko ... 77

6.18.4 Ruang Lingkup Kebijakan Manajemen Risiko ... 77

6.18.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 78

6.19 Kebijakan Umum ... 79

6.19.1 Tujuan ... 79

6.19.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 79

6.19.3 Risiko ... 80

6.19.4 Ruang Lingkup Kebijakan Umum ... 80

6.19.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 81

6.20 Kebijakan Pengelolaan Arsip dan Dokumen Perusahaan ... 81

6.20.1 Tujuan ... 81

6.20.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 82

(10)

ix

6.20.3 Risiko ... 82

6.20.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengelolaan Arsip dan Dokumen Perusahaan ... 82

6.20.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 83

6.21 Kebijakan Kepatuhan Hukum ... 84

6.21.1 Tujuan ... 84

6.21.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 84

6.21.3 Risiko ... 84

6.21.4 Ruang Lingkup Kebijakan Kepatuhan Hukum ... 85

6.21.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 86

6.22 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) ... 86

6.22.1 Tujuan ... 86

6.22.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 87

6.22.3 Risiko ... 87

6.22.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengelolaan SDM ... 87

6.22.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 88

6.23 Kebijakan Operasi Bisnis ... 89

6.23.1 Tujuan ... 89

6.23.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 89

6.23.3 Risiko ... 90

6.23.4 Ruang Lingkup Kebijakan Operasi Bisnis ... 90

6.23.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 91

6.24 Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa ... 91

6.24.1 Tujuan ... 91

6.24.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 92

6.24.3 Risiko ... 92

6.24.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa ... 92

6.24.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 93

6.25 Kebijakan Teknologi Informasi ... 94

6.25.1 Tujuan ... 94

6.25.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 94

6.25.3 Risiko ... 95

6.25.4 Ruang Lingkup Kebijakan Teknologi Informasi ... 95

6.25.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 96

6.26 Kebijakan Pemasaran ... 97

6.26.1 Tujuan ... 97

6.26.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 97

(11)

x

6.26.3 Risiko ... 97

6.26.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pemasaran ... 98

6.26.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 98

6.27 Kebijakan Mutu dan Pelayanan ... 99

6.27.1 Tujuan ... 99

6.27.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 99

6.27.3 Risiko ... 99

6.27.4 Ruang Lingkup Kebijakan Mutu dan Pelayanan ... 100

6.27.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 100

6.28 Kebijakan Pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 101

6.28.1 Tujuan ... 101

6.28.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 101

6.28.3 Risiko ... 101

6.28.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengelolaan CSR ... 102

6.28.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 102

6.29 Kebijakan Anak Perusahaan ... 103

6.29.1 Tujuan ... 103

6.29.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 103

6.29.3 Risiko ... 104

6.29.4 Ruang Lingkup Kebijakan Anak Perusahaan ... 104

6.29.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 104

6.30 Kebijakan Pengendalian Informasi dan Keterbukaan Informasi ... 105

6.30.1 Tujuan ... 105

6.30.2 Prinsip Tata Kelola Perusahaan ... 105

6.30.3 Risiko ... 106

6.30.4 Ruang Lingkup Kebijakan Pengendalian Informasi dan Keterbukaan Informasi ... 106

6.30.5 Tanggung Jawab Jajaran Perusahaan ... 107

BAB VII PENUTUP ... 108

7.1 Pemberlakuan GCG Code ... 108

7.2 Sosialisasi dan Pengukuran Tingkat Pemahaman GCG Code ... 108

7.3 Implementasi GCG Code ... 108

7.4 Review dan Pemutakhiran GCG Code ... 108

(12)

xi

DAFTAR ISTILAH

Istilah-istilah yang digunakan dalam GCG Code ini, kecuali disebutkan lain, mengandung pengertian sebagai berikut:

1. Perusahaan adalah PT Akses Pelabuhan Indonesia1;

2. Organ Perusahaan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi PT Akses Pelabuhan Indonesia2;

3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perusahaan yang mempunyai wewenang yang tidak diserahkan kepada Dewan Komisaris atau Direksi sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perusahaan3;

4. Direksi adalah Organ Perusahaan yang bertanggung jawab atas pengurusan Perusahaan untuk kepentingan Perusahaan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan serta mewakili Perusahaan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar4; 5. Dewan Komisaris adalah Organ Perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum

dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberi nasihat kepada Direksi5;

6. Direktur (termasuk Direktur Utama) adalah Anggota dari Direksi yang merujuk kepada individu;

7. Direktur Utama adalah nomenklatur jabatan yang diberikan kepada salah seorang Direktur yang merupakan koordinator dari Direksi;

8. Komisaris (termasuk Komisaris Utama) adalah Anggota dari Dewan Komisaris yang merujuk kepada individu;

9. Komisaris Utama adalah nomenklatur jabatan yang diberikan kepada salah seorang Komisaris yang merupakan koordinator dari Dewan Komisaris;

10. Insan Perusahaan adalah Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan PT Akses Pelabuhan Indonesia 11. Laporan Tahunan adalah laporan mengenai kegiatan Perusahaan tahunan yang disusun dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk dipublikasikan dengan ketentuan isi sesuai peraturan perundang-undangan6;

12. Sekretaris Perusahaan adalah Karyawan Perusahaan yang diangkat oleh Direksi untuk memimpin Sekretariat Perusahaan yang menjalankan fungsi Sekretaris Perusahaan;

1 Anggaran Dasar Perseroan Pasal 1

2 UUPT No 40 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (2)

3 UUPT No 40 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (4)

4 UUPT No 40 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (5)

5 UUPT No 40 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (6)

6 Kepmen BUMN 211/1999 Pasal 1 Ayat 5

(13)

xii 13. Sekretaris Dewan Komisaris adalah individu yang diangkat oleh Dewan Komisaris untuk memimpin

dan menjalankan fungsi Sekretariat Dewan Komisaris7;

14. Satuan Pengawasan Internal adalah satuan kerja di lingkungan Perusahaan yang mempunyai fungsi untuk melakukan pengawasan intern;

15. Auditor Eksternal adalah auditor di luar Satuan Pengawasan Intern yang menyediakan baik jasa audit maupun non audit yang bersifat independen dan profesional kepada Perusahaan;

16. Organ Pendukung Dewan Komisaris adalah Organ yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu tugas Dewan Komisaris yang terdiri dari Sekretariat Dewan Komisaris dan Komite Dewan Komisaris;

17. Anak Perusahaan adalah entitas badan hukum yang seluruh/sebagian besar sahamnya dimiliki/dikuasai oleh PT Akses Pelabuhan Indonesia

18. Good Corporate Governance adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang- undangan dan etika berusaha;

19. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik;8

20. Komisaris Independen adalah Anggota Dewan Komisaris yang tidak terafiliasi dengan Direksi, Anggota Dewan Komisaris lainnya, dan Pemegang Saham Pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan;

21. Stakeholders adalah Pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perusahaan;

22. Benturan Kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis Perseroan dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris, Pemegang Saham Utama yang dapat merugikan Perseroan 9.

7 Permen BUMN 12/2012 Pasal 3 Ayat (1)

8 UU 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

9Peraturan Bapepam IX.E.1 tahun 2009

(14)

xiii

PROFIL PERUSAHAAN

PT Akses Pelabuhan Indonesia selanjutnya disebut Perusahaan merupakan anak perusahaan dari PT Pengembang Pelabuhan Indonesia (PPI) dan PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) yang didirikan pada tanggal 4 Agustus 2014. Pendirian Perusahaan oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC (Indonesia Port Corporation) dipicu oleh kebutuhan akses darat dengan kapasitas dan kualitas yang memadai untuk mendukung pengembangan Pelabuhan New Priok Kalibaru. IPC melalui PPI dari tahun 2012 mulai melakukan konstruksi Pelabuhan New Priok Kalibaru berupa terminal kontainer dengan kapasitas sampai 12.5 teus/tahun dan terminal curah cair (petrolium) sebesar 10.000 metric ton/tahun.

Target awal yang dibebankan pada Perusahaan adalah melakukan akuisisi saham Jalan Tol Cibitung- Cilincing yang dimiliki oleh perusahaan Malaysia. Sebuah jalan tol yang sangat strategis bagi pelabuhan Tanjung Priok menghubungkan dengan hinterland utama berupa daerah industri di arah Timur.

Secara Nasional Perusahaan adalah pioneer dalam bidang penyediaan jalan akses khusus dan/atau Jalan Tol ke pelabuhan dan fasilitas pendukungnya yang pada tahap awal dibuat untuk mendukung akses menuju pelabuhan-pelabuhan di lingkungan IPC dan di tahap berikutnya tidak tertutup kemungkinan untuk mendukung akses menuju pelabuhan-pelabuhan di luar IPC.

(15)

xiv

VISI, MISI DAN NILAI – NILAI PERUSAHAAN

VISI Perusahaan

“MENJADI INTEGRATOR PELABUHAN DAN HINTERLAND TERKEMUKA DI INDONESIA”

Komponen Visi

a. Penyediaan akses Pelabuhan dari dan menuju Kawasan Industri b. Pengembangan Kawasan yang terintegrasi dengan Pelabuan c. Penyediaan fasilitas dan jasa pendukung logistik dan lainnya

MISI PERUSAHAAN

“MENCIPTAKAN INTEGRASI ANTARA PELABUHAN DAN HINTERLAND GUNA MEMPERLANCAR ARUS BARANG”

Komponen Misi:

a. Stakeholder Perspective

1. Memberikan nilai tambah bagi para stakeholder, dan memberikan keuntungan yang maksimal bagi shareholder

2. Menjalankan proses korporasi dengan acuan Good Corporate Governance (GCG) b. Employee Perspective

1. Menciptakan suasana yang kondusif untuk meningkatkan produktivitas karyawan Perusahaan 2. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan untuk mendukung loyalitas dan

kreatifitas karyawan

c. Customer and Partner Perspective

1. Mengembangkan proyek yang dapat mengintegrasikan Pelabuhan dan Hinterland beserta fasilitas pendukungnya

2. Mengimplementasikan kerjasama dengan mitra internal dan eksternal dengan asas saling menguntungkan dan mendorong sinergisasi grup

d. National Perspective

Meningkatkan konektivitas logistic untuk menciptakan biaya logistic nasional yang terjangkau dan kompetitif

(16)

xv Nilai-Nilai Perusahaan

Nilai-Nilai Perusahaan sebagai berikut:

1. Amanah

Memegang teguh kepercayaan yang diberikan dalam mengemban tugas 2. Kompeten

Terus belajar dan mengembangkan kapabilitas diri melalui pembelajaran secara berkelanjutan 3. Harmonis

Memiliki rasa saling peduli terhadap sesama dan selalu menghargai perbedaan.

4. Loyal

Memiliki dedikasi tinggi dan selalu mengutamakan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan.

5. Adaptif

Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakan ataupun menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar

6. Kolaboratif

Mendorong kerja sama yang sinergis untuk kebaikan dan kepentingan Perusahaan

(17)

0

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Akses Pelabuhan Indonesia menyadari bahwa penerapan GCG secara sistematis dan konsisten merupakan kebutuhan yang harus dilaksanakan. Penerapan GCG tetap memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengingat lingkungan bisnis bersifat dinamis, maka sebagai upaya mencapai standar kerja terbaik, Perusahaan membutuhkan suatu perangkat yang dapat meningkatkan daya saing dan kepercayaan dalam melaksanakan bisnisnya.

Penerapan GCG pada Perusahaan diharapkan mampu mendorong penciptaan nilai perusahaan (value creation) tidak hanya bagi Pemegang Saham (Shareholders) tetapi juga para pemangku kepentingan lainnya dan peningkatan citra Perusahaan, serta mendorong kelangsungan usaha Perusahaan dalam jangka panjang (sustainability).

Sesuai maksud dan tujuan penerapan prinsip-prinsip GCG, maka Perusahaan memandang penting penyusunan Pedoman Tata Kelola Perusahaan (GCG Code) sebagai acuan dalam penerapannya. GCG Code Perusahaan disusun dan dikembangkan menjadi suatu sistem kebijakan yang bersifat holistik dan terintegrasi sesuai prinsip-prinsip GCG.

GCG Code Perusahaan senantiasa disesuaikan dengan kondisi internal maupun eksternal dengan melakukan review dan penyempurnaan secara berkala sebagai langkah penyesuaian terhadap perkembangan regulasi GCG maupun best practices yang berlaku.

1.2 Pengertian Pedoman Good Corporate Governance (GCG Code)

GCG Code merupakan kristalisasi dari kaidah-kaidah GCG, peraturan perundang-undangan yang berlaku, nilai-nilai yang dianut, visi dan misi serta praktek-praktek terbaik (best practices) GCG yang menjadi dasar bagi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, dan Karyawan serta menjadi acuan bagi Stakeholders dalam berhubungan dengan Perusahaan. GCG Code juga menjadi payung dalam penyusunan Pedoman Perusahaan dan peraturan teknis lainnya sesuai kebutuhan Perusahaan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang efektif.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Penerapan GCG Code:

Penerapan GCG Code di PT Akses Pelabuhan Indonesia bertujuan untuk :

1. Mengoptimalkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham dengan tetap memperhatikan kepentingan Stakeholders dan mendorong keberlanjutan Perusahaan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian dan kewajaran (kesetaraan).

2. Memberdayakan fungsi dan kemandirian Organ Perusahaan sehingga pengambilan keputusan dilakukan secara bertanggungjawab berdasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan yang berlaku;

(19)

2 3. Mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan perkembangan Perusahaan dan

perubahan lingkungan usaha menuju Budaya Perusahaan yang lebih baik.

4. Mendorong dan mendukung pengembangan, pengelolaan Sumber Daya Perusahaan dan pengelolaan risiko usaha Perusahaan secara lebih hati-hati (prudent), akuntabel, dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip-prinsip GCG;

5. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, efektif, efisien dan berbudaya demi tercapainya visi dan misi Perusahaan;

6. Mendorong Perusahaan melakukan mekanisme checks and balances pada setiap fungsi dalam proses bisnis di setiap level maupun fungsi;

7. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar Perusahaan.

1.3.2 Tujuan Penyusunan GCG Code

1. GCG Code disusun sebagai acuan bagi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi serta Karyawan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

2. GCG Code disusun sebagai induk kebijakan. Seluruh peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang dikeluarkan Perusahaan harus merujuk pada GCG Code;

3. GCG Code disusun untuk dikembangkan menjadi suatu sistem kebijakan yang bersifat holistik dan terintegrasi sesuai prinsip-prinsip GCG.

1.4 Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

2. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara :

a. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik Negara;

b. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-102/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja Jangka Panjang Badan Usaha Milik Negara;

c. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2012 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara;

d. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-09/MBU/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Badan Usaha Milik Negara Nomor: Per-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara;

e. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara;

(20)

3 f. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-04/MBU/06/2020 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 03/MBU/2012 Tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara;

g. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Nomor: SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara;

3. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Tahun 2006;

4. Anggaran Dasar Perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup GCG Code

Ruang lingkup GCG Code memberikan arahan kepada segenap Jajaran Perusahaan meliputi Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan atau orang yang ditunjuk oleh Direksi Perusahaan yang ditugaskan untuk membantu Direksi dalam menjalankan aktivitas bisnis Perusahaan sejalan dengan prinsip-prinsip GCG, meliputi:

▪ BAB I Pendahuluan

▪ BAB II Prinsip Tata Kelola Perusahaan

▪ BAB III Hierarki Peraturan dan Struktur Kebijakan Perusahaan

▪ BAB IV Organ Perusahaan

▪ BAB V Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

▪ BAB VI Kebijakan Perusahaan

▪ BAB VII Penutup

1.6 Proses Penyusunan GCG Code

Penyusunan GCG Code harus sejalan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses penyusunan GCG Code dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Diawali dengan mengumpulkan referensi baik berupa pedoman atau peraturan perundang- undangan yang berlaku maupun best practices lainnya. Berdasarkan referensi tersebut, Tim Penyusun melakukan penyusunan konsep awal GCG Code;

2. Selanjutnya dilakukan pembahasan konsep awal dengan melibatkan berbagai pihak terkait untuk memperoleh tanggapan dan masukan sebagai penyempurnaan lebih lanjut;

3. Konsep GCG Code yang telah disempurnakan kemudian difinalisasi dan disahkan oleh Dewan Komisaris dan Direksi.

1.6.1 Tanggung Jawab Penerapan GCG Code

Keberhasilan penerapan GCG Code di Perusahaan tidak terlepas dari dukungan dan tanggung jawab seluruh jajaran Perusahaan.

(21)

4 1. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk menetapkan GCG Code. Proses penetapan

GCG Code memerlukan koordinasi yang baik antara keduanya;

2. Dewan Komisaris dan Direksi memastikan penerapan GCG Code dilaksanakan secara efektif, efisien dan berkelanjutan;

3. Dalam upaya penegakan kepatuhan terhadap GCG Code, Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap GCG Code termasuk menyelesaikan setiap konflik yang timbul;

4. Seluruh jajaran Perusahaan wajib menjadikan GCG Code sebagai induk kebijakan. Seluruh peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang dikeluarkan oleh Perusahaan harus merujuk pada GCG Code;

5. Untuk memperkecil risiko kemungkinan terjadinya penyimpangan atas GCG Code, diperlukan mekanisme pengendalian yang efektif serta menjalankan program sosialisasi yang berkesinambungan mengenai GCG Code;

6. Seluruh Karyawan wajib mematuhi GCG Code sebagai rujukan melaksanakan aktivitas kerja dalam rangka mewujudkan budaya kerja dan budaya Tata Kelola Perusahaan Yang Baik;

7. Dewan Komisaris dan Direksi memastikan GCG Code di review dan dimutakhirkan secara berkala, pelaksanaan review dan pemutakhiran dapat melibatkan atau berkoordinasi dengan pihak-pihak lain sesuai kebutuhan.

(22)

1

(23)

5

BAB II PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA PERUSAHAAN

Penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan serta meningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham dalam jangka panjang. Perusahaan memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek proses bisnis dan di semua Jajaran Perusahaan. Sejalan dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Bab II pasal 3, prinsip-prinsip GCG diuraikan sebagai berikut:

2.1 Transparansi (Transparency)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2.1.1 Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, Perusahaan menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders. Perusahaan mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal penting lainnya untuk pengambilan keputusan oleh Pemegang Saham dan stakeholders sesuai dengan haknya.

2.1.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

Perusahaan menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

1. Kebijakan Perusahaan dibuat secara tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada stakeholders.

2. Prinsip transparansi tetap memperhatikan ketentuan rahasia Perusahaan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi sesuai peraturan yang berlaku;

3. Informasi yang diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi Perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi Dewan Komisaris dan Direksi, kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi beserta anggota keluarganya dalam Perusahaan maupun perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengendalian internal dan audit internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi Perusahaan;

2.2 Akuntabilitas (Accountability)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ Perusahaan sehingga pengelolaan Perusahaan berjalan secara efektif.

2.2.1 Prinsip Dasar

Penerapan prinsip akuntabilitas Perusahaan dititikberatkan pada kejelasan fungsi bagi masing- masing organ anggota Dewan Komisaris, dan Direksi serta seluruh jajaran di bawahnya yang selaras

(24)

6 dengan visi, misi, nilai-nilai, sasaran usaha dan strategi Perusahaan sehingga pengelolaan berjalan secara efektif dalam rangka mencapai kinerja yang berkesinambungan. Perusahaan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, Perusahaan berupaya melaksanakan pengelolaan Perusahaan secara bertanggung jawab, benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan Perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan Pemegang Saham dan stakeholders lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesimbungan.

2.2.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing Organ Perusahaan yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi, serta seluruh Karyawan secara jelas dan selaras dengan Visi, Misi, Nilai-Nilai Perusahaan (corporate values) dan strategi Perusahaan;

2. Perusahaan menerapkan akuntabilitas dengan mendorong seluruh individu dan/atau Organ Perusahaan agar menyadari hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangannya masing-masing dengan berpegang pada Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku (code of conduct ) yang telah ditetapkan;

3. Perusahaan meyakini bahwa akuntabilitas berhubungan dengan keberadaan sistem yang mengendalikan hubungan antara individu dan/atau Organ Perusahaan maupun hubungan antara Perusahaan dengan pihak luar yang berkepentingan (stakeholders);

4. Perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran Perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha korporat, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system) yang jelas.

5. Perusahaan memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan Perusahaan;

2.3 Pertanggungjawaban (Responsibility)

Kesesuaian di dalam pengelolaan Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2.3.1 Prinsip Dasar

Penegakkan prinsip responsibilitas berpegang pada prinsip kehati-hatian dan mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan agar dapat tercapai keberlanjutan usaha dalam jangka panjang dan diakui sebagai good corporate citizen.

2.3.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Pertanggungjawaban diwujudkkan oleh Perusahaan dengan selalu berusaha menjadi warga Perusahaan yang baik (good corporate citizen)

(25)

7 2. Perusahaan mengupayakan kemitraan dengan semua pihak yang berkepentingan sesuai etika bisnis yang sehat, termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial terutama di sekitar Perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial yang efektif dan sistematis.

3. Organ Perusahaan berupaya menjalankan prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maupun peraturan Perusahaan yang ditetapkan (by laws);

2.4 Kemandirian (Independency)

Keadaan dimana Perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2.4.1 Prinsip Dasar

Prinsip Independensi diterapkan dalam setiap proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara profesional tanpa benturan kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh/tekanan dari pihak lain, sehingga setiap Organ Perusahaan fokus pada pengelolaan Perusahaan dan perencanaan strategi jangka pendek maupun jangka panjang dalam mewujudkan keberlanjutan usaha.

2.4.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Independensi merupakan suatu keharusan agar Organ Perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan yang terbaik bagi Perusahaan dan dilaksanakan dengan saling menghormati hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta kewenangan masing-masing anggota organ Perusahaan;

2. Pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional tanpa terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prisip GCG.

3. Masing-masing Organ Perusahaan melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan/atau melempar tanggung jawab antara satu pihak dengan pihak lainnya.

2.5 Kewajaran (Fairness)

Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (Stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian maupun peraturan perundang-undangan.

2.5.1 Prinsip Dasar

Perusahaan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder berdasarkan asas kewajaran atau kesetaraan, sehingga penegakan atas asas kewajaran atau kesetaraan Perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholder untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat

(26)

8 bagi kepentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

2.5.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Perusahaan menjamin bahwa setiap Pemegang Saham dan stakeholders mendapatkan perlakukan yang wajar dalalam menggunakan hak-haknya termasuk hak-hak Pemegang Saham minoritas untuk mendapatkan perlakuan yang setara tanpa diskriminasi (equal treatment) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholders sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada Perusahaan;

3. Perusahaan memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

4. Perusahaan memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan Perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing;

2.6 Penerapan GCG Berdasarkan Kementerian BUMN

PT API menerapkan prinsip-prinsip GCG melalui standar implementasi GCG berdasarkan 6 (enam) aspek pengujian sebagai berikut :

a. Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola secara berkelanjutan

1) Perusahaan memiliki Pedoman Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governace Code) dan Pedoman Perilku (Code of Conduct);

2) Perusahaan melaksanakan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Yang Baik dan Pedoman Perilaku secara Konsisten;

3) Perusahaan melakukan pengukuran terhadap penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik;

4) Perusahaan mendorong pejabat wajib lapor membuat Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) secara tepat waktu;

5) Perusahaan melaksanakan program pengendalian gratifikasi sesuai ketentuan yang berlaku;

6) Perusahaan melaksanakan kebijakan sistem pelaporan atas dugaan penyimpangan pada perusahaan yang bersangkutan (Whistleblowing System).

b. Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal

1) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Direksi;

2) Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris;

3) Memberikan keputusan yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan;

(27)

9 4) Memberikan persetujuan Laporan Tahunan termasuk pengesahan Laporan Keuangan serta tugas pengawasan Dewan Komisaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan/atau Anggaran Dasar Perseroan;

5) Mengambil keputusan melalui proses yang terbuka dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan;

6) Melaksanakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Dewan Komisaris

1) Melaksanakan program pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan;

2) Melakukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas serta menetapkan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas Dewan Komisaris;

3) Memberikan persetujuan atas rancangan RJPP dan RKAP yang disampaikan oleh Direksi;

4) Memberikan arahan terhadap Direksi atas implementasi rencana dan kebijakan Perusahaan;

5) Mengawasi dan memantau kepatuhan Direksi dalam menjalankan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan perjanjian dengan pihak ketiga;

6) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengelolaan anak Perusahaan/Perusahaan Patungan;

7) Berperan dalam pencalonan anggota Direksi, menilai kinerja Direksi (individu dan kolegial) dan mengusulkan tantiem/insentif kinerja sesuai ketentuan yang berlaku dan mempertimbangkan kinerja Direksi;

8) Melakukan tindakan terhadap potensi benturan kepentingan yang menyangkut dirinya;

9) Memantau dan memastikan bahwa praktik Tata Kelola Perusahaan Yang Baik telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan;

10) Menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris yang efektif dan menghadiri Rapat Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

11) Memiliki Sekretaris Dewan Komisaris untuk mendukung tugas kesekretariatan Dewan Komisaris;

12) Memiliki Komite Dewan Komisaris yang efektif.

d. Direksi

1) Melaksanakan program pelatihan/pembelajaran secara berkelanjutan;

2) Melakukan pembagian tugas/fungsi, wewenang dan tanggungjawab secara jelas;

3) Menyusun perencanaan Perusahaan;

4) Berperan dalam pemenuhan target kinerja Perusahaan;

(28)

10 5) Melaksanakan pengendalian operasional dan keuangan terhadap implementasi rencana dan

kebijakan Perusahaan;

6) Melaksanakan pengurusan Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perseroan;

7) Melakukan hubungan yang bernilai tambah bagi Perusahaan dan Pemangku Kepentingan;

8) Memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan anggota Direksi dan manajemen di bawah Direksi;

9) Memastikan Perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan penyampaian informasi kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham tepat waktu;

10) Menyelenggarakan rapat Direksi dan menghadiri Rapat Dewan Komisaris sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

11) Menyelenggarakan pengawasan intern yang berkualitas dan efektif;

12) Menyelenggarakan fungsi sekretaris Perusahaan yang berkualitas dan efektif;

13) Menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.

e. Pengungkapan Informasi dan Transparansi

1) Perusahaan menyediakan informasi Perusahaan kepada Pemangku Kepentingan;

2) Perusahaan menyediakan bagi Pemangku Kepentingan akses atas informasi Perusahaan yang relevan, memadai dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan berkala;

3) Perusahaan mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

4) Perusahaan memperoleh penghargaan atau awards dalam bidang Good Corporate Governance dan bidang-bidang lainnya.

f. Aspek Lainnya

1) Praktik Tata Kelola Perusahaan menjadi contoh atau benchmark bagi perusahaan-perusahaan lainnya di Indonesia;

2) Praktik Tata Kelola Perusahaan menyimpang dari Prinsip-Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik sesuai sesuai Pedoman Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, dan standar-standar praktik dan ketentuan lainnya.

(29)

5

(30)

11

BAB III HIERARKI PERATURAN DAN STRUKTUR KEBIJAKAN PERUSAHAAN

3.1 Hierarki Peraturan Perusahaan

Hierarki Peraturan Perusahaan digambarkan dalam skema berikut:

Berikut penjelasan dari skema diatas:

1. Anggaran Dasar atau Akta Pendirian Perusahaan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang merupakan ketentuan pokok yang menjadi dasar peraturan lainnya di Perusahaan atau sebagai payung hukum dalam penyusunan kebijakan di bawahnya;

2. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham memuat hal-hal yang perlu mendapat persetujuan Pemegang Saham, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan;

3. Keputusan Dewan Komisaris memuat hal-hal yang merupakan kewenangan Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan penasihatan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta hal-hal lain yang diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris;

4. Keputusan Direksi memuat hal-hal mengenai penetapan kebijakan umum tentang penyusunan strategi, penyusunan organisasi, sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi, pengadaan dan sebagainya, yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan tugas sehari-hari;

(31)

12 5. Surat Edaran Direksi merupakan surat dinas yang diedarkan dengan maksud agar pesan atau berita dinas diketahui seluruh karyawan atau orang-orang tertentu, sesuai dengan maksud pengedaran surat tersebut.

3.2 Struktur Kebijakan Perusahaan 3.2.1 Struktur Kebijakan Perusahaan

Berikut penjelasan dari skema diatas:

a. Level 1 adalah GCG Code, merupakan arahan strategis Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan dalam pengelolaan Perusahaan sesuai prinsip-prinsip GCG dan menjadi induk kebijakan Perusahaan yang menjadi acuan bagi seluruh kegiatan Perusahaan. GCG Code merupakan kompilasi dari berbagai ketentuan yang mengatur tata kelola perusahaan seperti Pedoman GCG Indonesia, Peraturan Perundang-undangan berlaku, Anggaran Dasar Perusahaan, Tujuan, Visi, Misi, Nilai-nilai Perusahaan, dan Internal dan Eksternal Best Practices.

b. Level 2 adalah Kebijakan Perusahaan, merupakan panduan umum yang dikeluarkan secara resmi oleh Perusahaan yang berisikan pelaksanaan fungsi, aturan, dan tata kerja dalam mendukung aktivitas pengelolaan dan pengawasan Perusahaan untuk mencapai tujuan Perusahaan. Jenis-jenis kebijakan Perusahaan digambarkan pada skema di atas. Keseluruhan kebijakan tersebut mengacu pada GCG Code Perusahaan agar inkonsistensi dan benturan kebijakan yang mungkin terjadi dapat mudah terdeteksi dan dapat langsung dihindari.

(32)

13 c. Level 3 adalah Standard Operating Procedure (SOP) dalam bentuk Pedoman Sistem Mutu (PSM), merupakan pedoman kerja dalam melakukan sesuatu kegiatan berdasarkan standar mutu tertentu yang telah ditetapkan, dan dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan proses bisnis, bentuk kegiatan usaha, produk, keadaan lokasi kegiatan, struktur organisasi, dan kondisi personalia yang ada.

d. Level 4 adalah Work Instruction (WI) atau Instruksi Kerja (IK) merupakan prosedur kerja yang dijabarkan lebih lanjut dari Pedoman Sistem Mutu (PSM) untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan standar dan mutu yang ditetapkan.

3.2.2 Operasionalisasi

1. Sebagai acuan dalam kegiatan operasional, SOP dan WI disusun sesuai kebutuhan, dan dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan proses bisnis, bentuk kegiatan usaha, produk, keadaan lokasi kegiatan, struktur organisasi, perubahan regulasi dan kondisi personalia yang ada.

2. SOP dan WI merupakan kelengkapan tata kelola perusahaan yang harus selalu mengacu dan tunduk pada GCG Code dan kebijakan Perusahaan.

3.3 Pendekatan Penyusunan Kebijakan dan Prosedur di Perusahaan

Penyusunan kebijakan dan prosedur di Perusahaan didasarkan pada pendekatan tiga pilar utama, yaitu Objective, Risk and Control (ORC). Pendekatan tersebut berfungsi untuk:

1. Menerjemahkan tujuan (objective) dari Pemegang Saham oleh Dewan Komisaris dan Direksi dalam mengelola organisasi melalui kebijakan, pedoman kerja, prosedur dan instruksi kerja.

2. Menjadikan risk management dan control sebagai bagian integral dalam aktivitas sehari-hari.

3. Menerapkan perilaku sesuai prinsip Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independensi dan Kewajaran ke seluruh bagian organisasi agar tidak berhenti di level Board.

Pendekatan ORC diarahkan untuk mendorong fungsi di level manajemen mampu menghidupkan tata kelola (governance) yang dilandasi oleh checks and balances pada setiap level dan fungsi manajemen.

Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) merupakan proses dalam pencapaian tujuan Perusahaan "agency transaction" yang digambarkan sebagai Tujuan (Objective) yang ditopang oleh dua pilar, Risk and Control.

Objective hanya dapat dicapai apabila Perseroan dapat mengelola risiko dan memiliki kontrol atas organisasi yang mencakup seluruh rangkaian proses di dalam Perseroan untuk menghasilkan nilai tambah bagi Perseroan, baik proses inti Perseroan (core), maupun proses yang menunjang (supporting) dan mengontrol (compliance) berjalannya proses inti tersebut (value chain) sesuai dengan dinamika usaha dan regulasi yang berlaku.

(33)

13

(34)

14

BAB IV ORGAN PERUSAHAAN

Organ Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga organ ini mempunyai peranan penting dalam menjalankan roda kegiatan Perusahaan sejalan dengan visi-misi Perusahaan dan dalam pelaksanaan GCG secara efektif.

Kolaborasi antar Organ Perusahaan (RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi) sangat dibutuhkan oleh Perusahaan guna menerapkan prinsip-prinsip GCG. Dengan terjalinnya hubungan yang baik antar Organ Perusahaan, maka akan menentukan kualitas dari kinerja Perusahaan. Masing-masing Organ Perusahaan tersebut selalu berhubungan atas dasar prinsip-prinsip kebersamaan dan rasa saling menghargai, menghormati fungsi dan peranan masing-masing dan bertindak demi kepentingan Perusahaan.

4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 4.1.1 Prinsip Dasar

RUPS merupakan organ utama perusahaan yang menjadi wadah para Pemegang Saham untuk mengambil keputusan penting dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha Perusahaan dalam jangka panjang. RUPS adalah organ perusahaan yang memiliki kewenangan ekslusif yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perusahaan.

(35)

15 RUPS dan/atau Pemegang Saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi.

Penyelenggaraan RUPS berdasarkan ketentuan dan Anggaran Dasar Perusahaan terdiri atas:

1. RUPS Tahunan diadakan setiap Tahun, meliputi:

a. RUPS mengenai persetujuan Laporan Tahunan diadakan paling lambat dalam bulan Juni setelah penutupan tahun buku yang besangkutan, dan dalam rapat tersebut Direksi menyampaikan Laporan Tahunan, Usulan Penggunaan Laba Bersih dan Hal-hal yang perlu persetujuan RUPS untuk kepentingan Perusahaan.

b. RUPS Tahunan mengenai Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan (tahun anggaran Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan), dan dalam rapat Direksi menyampaikan RKP termasuk proyeksi laporan keuangan dan hal-hal yang perlu persetujuan RUPS untuk kepentingan Perusahaan yang belum dicantumkan dalam RKAP.

2. RUPS Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan atau atas usulan Komisaris dan/atau Direksi.

4.1.2 Pedoman Pelaksanaan 1. Kewajiban Pemegang Saham

a. Mematuhi ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan

b. Tidak melakukan kegiatan pengawasan dan kepengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi

c. Tidak memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi, keluarga, Perseroan atau kelompok usahanya dengan semangat dan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan

d. Melakukan evaluasi kinerja Direksi dan Dewan Komisaris melalui mekanisme RUPS.

2. Wewenang RUPS/Pemegang Saham

a. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian Dewan Komisaris dan Direksi.

b. Memberikan keputusan yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha Perseroan dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

c. Memberikan persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta tugas pengawasan Dewan Komisaris sesuai peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar.

d. Mengambil keputusan di luar RUPS, dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani keputusan yang dimaksud.

(36)

16 3. Hak Pemegang Saham

Hak Pemegang saham yang harus dilindungi, antara lain adalah:

a. Menghadiri dan memberikan suara dalam suatu RUPS, khusus bagi Pemegang Saham, dengan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk mengeluarkan satu suara;

b. Memperoleh informasi material mengenai Perusahaan, secara tepat waktu, terukur, dan teratur;

c. Menerima pembagian dari keuntungan Perusahaan yang diperuntukkan bagi Pemegang Saham/pemilik modal dalam bentuk dividen, dan sisa kekayaan hasil likuidasi, sebanding dengan jumlah saham/modal yang dimilikinya;

d. Memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS, termasuk penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum RUPS berlangsung maupun dan juga pada saat RUPS berlangsung.

e. Melihat Daftar Pemegang Saham dan Daftar Khusus pada waktu jam kerja kantor Perusahaan.

f. Hak lainnya berdasarkan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan.

4. Pelaksanaan RUPS

a. RUPS Tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir10

b. Semua RUPS diadakan di tempat kedudukan Perusahaan atau di tempat Perusahaan melakukan kegiatan usaha yang utama yang terletak di wilayah Negara Republik Indonesia11.

c. Setiap Pemegang Saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan informasi akurat berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS, di antaranya:

1) Panggilan untuk RUPS, yang mencakup informasi mengenai tanggal, waktu, tempat dan mata acara dalam agenda RUPS, termasuk usul yang direncanakan oleh Direksi untuk diajukan dalam RUPS, dengan ketentuan apabila informasi tersebut belum tersedia saat dilakukannya panggilan untuk RUPS, maka informasi dan atau usul-usul itu harus disediakan di kantor Perusahaan sebelum RUPS diselenggarakan;

2) Metode perhitungan dan penentuan gaji/honorarium, fasilitas dan/atau tunjangan lain bagi setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, serta rincian mengenai gaji/honorarium, fasilitas, dan atau tunjangan lain yang diterima oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang sedang menjabat, khusus dalam RUPS mengenai Laporan Tahunan;

10 UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal (78) Ayat (2)

11 UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal (76) Ayat (3)

(37)

17 3) Informasi mengenai Rincian Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dan hal-hal lain yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh Perusahaan, khusus untuk RUPS Rencana Jangka Panjang (RJP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP);

4) Informasi keuangan maupun hal-hal lainnya yang menyangkut Perusahaan yang dimuat dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan;

5) Penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum dan/atau pada saat RUPS berlangsung;

6) Pemegang Saham baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa, berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham dimilikinya;

7) Ketua rapat berhak meminta agar surat kuasa mewakili Pemegang Saham diperlihatkan kepadanya pada waktu rapat diadakan.

5. Setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuatkan risalah RUPS yang sekurang-kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-pendapat yang berkembang dalam RUPS, dan hal-hal yang diputuskan (termasuk pendapat berbeda/dissenting opinion, jika ada);

6. Risalah RUPS wajib ditandatangani oleh ketua RUPS dan paling sedikit 1 (satu) Pemegang Saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS. Tanda tangan tidak disyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta Notaris;

7. Setiap Pemegang Saham berhak untuk memperoleh salinan risalah RUPS;

8. Pemegang Saham dapat mengambil keputusan di luar RUPS, dengan syarat semua Pemegang Saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani keputusan yang dimaksud;

9. Semua keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat;

10. Keputusan atas mata acara tambahan harus disetujui dengan suara bulat;

11. RUPS dalam mata acara lain-lain berhak mengambil keputusan sepanjang semua Pemegang Saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyetujui tambahan mata acara RUPS;

12. Keputusan Pemegang Saham mempunyai kekuatan hukum mengikat yang sama dengan keputusan RUPS secara fisik.

4.2 Dewan Komisaris 4.2.1 Prinsip Dasar

Dewan Komisaris merupakan organ utama Perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif (kolegial) untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Keputusan Dewan Komisaris merupakan keputusan bersama Dewan Komisaris. Pembagian tugas diantara Dewan Komisaris bukan dimaksudkan untuk mengambil keputusan tetapi untuk memperdalam hal-hal yang perlu diputuskan oleh Dewan Komisaris. Kedudukan masing-masing Anggota Dewan Komisaris, termasuk Komisaris Utama adalah

(38)

18 setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.

4.2.2 Pedoman Pelaksanaan

1. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris

a. Komposisi anggota Dewan Komisaris harus memperhatikan keberagaman yang meliputi keahlian, pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan Perusahaan;

b. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan;

c. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan Pemegang Saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan Perusahaan itu sendiri.

Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan Perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi;

d. Jumlah Komisaris Independen paling sedikit 20% yang ditetapkan dalam keputusan pengangkatannya harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari Komisaris Independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan;

e. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan;

f. Tata cara pengangkatan Dewan Komisaris mengacu pada peraturan yang berlaku, meliputi penentuan sumber bakal calon, penjaringan, penilaian serta usulan pengangkatan;

g. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS berdasarkan alasan yang wajar.

2. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris

a. Memenuhi persyaratan formal, materiil, dan persyaratan lain sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan Perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik;

b. Mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan serta prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran;

c. Beritikad baik, penuh kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan.

d. Membuat surat pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan pada awal pengangkatan yang diperbaharui setiap awal tahun.

(39)

19 3. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perusahaan maupun usaha Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat kepada Direksi termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan, Rencana Kerja Anggaran Perusahaan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan RUPS, serta peraturan perundang- undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perusahaan;

b. Memantau dan mengevaluasi Kinerja Direksi

c. Dewan Komisaris bertugas memberikan arahan sekurang-kurangnya meliputi:

1) Perubahan lingkungan bisnis;

2) Hubungan dengan Stakeholders;

3) Penguatan Sistem Pengendalian Internal;

4) Manajemen Risiko;

5) Sistem Teknologi Informasi;

6) Kebijakan dan Pelaksanaan Pengembangan Karir;

7) Kebijakan Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan;

8) Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa;

9) Kebijakan Mutu dan Pelayanan.

d. Dewan Komisaris bertanggungjawab atas pengawasan Perusahaan sekurang-kurangnya meliputi:

1) Kepatuhan Direksi dalam menjalankan Peraturan Perundangan dan Perjanjian dengan Pihak Ketiga;

2) Kepatuhan Direksi Sesuai RKAP dan/atau RJPP

3) Persetujuan Atas Transaksi atau Tindakan Dalam Lingkup Kewenangan Dewan Komisaris;

4) Pengajuan Calon Auditor Eksternal;

5) Efektivitas Audit Internal dan Audit Eksternal;

6) Gejala Menurunnya Kinerja Perusahaan;

7) Kebijakan Pengelolaan Anak Perusahaan / Perusahaan Patungan;

8) Kebijakan Seleksi dan Pengusulan Calon Direksi kepada Pemegang Saham;

9) Kebijakan Penilaian Kinerja Direksi (Individu dan Kolegial) dan Pelaporan Kepada Pemegang Saham;

10) Kebijakan Pengajuan Usulan Remunerasi Direksi;

11) Kebijakan Potensi Benturan Kepentingan Yang Menyangkut Dewan Komisaris;

(40)

20 12) Kebijakan Praktik Tata Kelola Perusahaan yang Baik;

e. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris

1) Dewan Komisaris menyampaikan hasil pencapaian Ukuran Kinerja Utama (Key Performance Indicator), hasil penilaian mandiri (self assessment) dan pencapaian hasil assessment dan evaluasi GCG kepada Pemegang Saham;

2) Dewan Komisaris bersama Direksi menyampaikan Laporan Triwulanan dan perkembangan realisasi Indikator Pencapaian Kinerja kepada para Pemegang Saham;

3) Dewan Komisaris bersama Direksi menyampaikan Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan kepada Pemegang Saham;

4) Dewan Komisaris menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS;

5) Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas laporan keuangan RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh hal-hal tersebut tercermin dari Laporan Tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota Dewan Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset perusahaan.

4.2.3 Hak Dewan Komisaris

Hak – hak Dewan Komisaris dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Dewan Komisaris setiap tahun yang memuat sasaran/target;

2. Memperoleh akses atas informasi Perseroan secara tepat waktu, terukur dan lengkap;

3. Meminta penjelasan kepada Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan Perseroan dan Direksi dan/atau pejabat lainnya wajib memberikan penjelasan;

4. Meminta bantuan tenaga ahli dalam melaksanakan tugasnya untuk jangka waktu tertentu atas beban Perseroan, atau membentuk komite-komite sesuai kebutuhan dan kemampuan Perseroan12; 5. Mengangkat Sekretaris Dewan Komisaris atas beban Perseroan untuk membantu pelaksanaan tugas

Dewan Komisaris13

6. Menerima honorarium dan tunjangan /fasilitas termasuk santunan purna jabatan yang jenis dan jumlahnya ditetapkan oleh RUPS dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

7. Mendapatkan fasilitas dari Perusahaan sesuai dengan hasil penetapan RUPS.

12 Permen Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 Pasal 18 Ayat 1

13 Permen Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 Pasal 18 Ayat 1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa laboratorium baik megaskopis maupun mineralogi menunjukan bahwa mineral penyusun fosil kayu adalah Quartz (SiO 2 ) dengan kualitas bagus sebagai batu

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai upaya untuk mengungkap dan mendokumentasikan khasanah budaya di masyarakat Kampung Naga terkait matematika yang dapat digunakan sebagai

Lingkungan fisik stasiun 7 dan 8 perlu dijaga karena lokasinya berdekatan dengan lokasi kegiatan PLTD/G yang memungkinkan tercecernya limbah minyak/oli dan sampah organik,

Perlu dilakukan uji beberapa varietas padi (Oryza sativa L.) dengan perlakuan cekaman kekeringan pada fase vegetatif dan di ambil benihnya untuk di identifikasi dan

Perusahaan- perusahaan perlu berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kedua, dengan merujuk cerita/ isi, maka dapat diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Sang Hafidz dari timur karya munawir borut baik nilai

bisa ditarik adalah bahwa jika benar pesantren telah dirintis oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim sebagai penyebar Islam pertama di Jawa, maka bisa dipahami apabila para

Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Insttut Pertanian Bogor.. Patogenesis