• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah k3 limbah rumah sakit.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah k3 limbah rumah sakit.docx"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

makalah k3 limbah rumah sakit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan pelayanan preventif,

kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan

negatif. Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak

negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat

menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus.Oleh karenanya perlu upaya

penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dan karyawan

akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit.

Sampah atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun,

infeksius dan juga radioaktif.

Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala

macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit

karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah

terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara langsung (cross

infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga (vector borne

infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 bagaimana dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan.

1.2.2 bagaimana pencegahan dan penanggulangan dampak limbah rumah sakit

1.3. Tujuan

Agar masyarakat mengetahui sifat dan pengaruh limbah rumah sakit terhadap kesehatan

Mengetahui jenis-jenis limbah rumah sakit.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENANGANAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diantaranya melaksanakan kegiatan dalam

katagori diagnosa dan pengobatan, perawatan, bahkan tindakan rehabilitasi. Rumah sakit dari

aspek

kesehatan lingkungan

dapat berpotensi, antara lain :

(2)

1.

Dapat menjadi media pemaparan atau penularan bagi para pasien, petugas maupun

pengunjung oleh agent (komponen penyebab) penyakit yang terdapat di dalam lingkungan rumah

sakit (Darpito, 2003).

2.

Sebagai penghasil sampah dan

limbah

yang berdampak bagi

kesehatan masyarakat

dan

lingkungan sekitar.

Dasar pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004

Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

.

Ruang lingkup

kesehatan lingkungan

sesuai Permenkes 1204 tahun 2004 antara lain :

1.

Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.

2.

Hygiene

sanitasi makanan

dan minuman.

3.

Penyehatan air.

4.

Pengelolaan limbah

.

5.

Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).

6.

Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.

7.

Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.

8.

Pengamanan dampak radiasi.

Upaya

kesehatan lingkungan rumah sakit

bertujuan untuk mewujudkan lingkungan rumah sakit

baik in door ataupun out door yang aman, nyaman, dan sehat bagi para pasien, pekerja,

pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan

gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila

mungkin dihilangkan.

Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah

mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap

pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.

Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah dari

tindakan

preventif

dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan

ke lingkungan. Atau minimasi limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan

seperti usaha reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur ulang,

pengolahan limbah

, serta

pembuangan limbah sisa pengolahan.

Sedangkan tata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi

dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

2.1.1 USAHA UNTUK MEMINIMALISIR LIMBAH :

1.

Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.

2.

Menggunakan sedikit mungkin bahan – bahn akimia.

3.

Menyeleksi bhan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.

4.

Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia

5.

Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari pada secara kimiawi.

6.

Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan petugas kesehatan

(3)

7.

Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan

berbahaya dan beracun.

8.

Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.

9.

Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadarwasa.

10.

Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.

11.

Mengejek tanggal kadarwasa bahan pada saat diantara oleh distributor.

PEMILIHN LIMBAH

1.

dilakukan pemilihan junis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri limbah infeksius, limbah

patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi.

2.

Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat pengahasil limbah adalah kunci

pembuangan yang baik.

Tempat penampungan sementara

Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkunagan harus membakar limbah

selambat-lambatnya 24 jam.

Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinator, maka limbah medis harus dimusnahkan

melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insenator untuk

dilakukan pemusnahan.

Transportasi penganggkut limbah

Kantong limbah medis sebelum dimasukan ke kendaraan pengangkut harus diletakan dalam

kontairner yang uat dan tertutup.

Pengangkut limbah keluar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.

Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia atau binatang.

Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD yang terdiri : topi/helm, masker,

pelindung mata, pakaian panjang.

Pengumpulan limbah medis

Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah mengguanakan troli khusus

yang tertutup.

Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim huajn paling lama 48 jam

dan musim kemarau paling lama 24 jam.

Persyaratan pewadahan limbah medis

Syarat tempat pewadahan limbah antara lain :

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan

yang halus pada bagian dalam misalnya fiberglass

Di stiap sumber penghasil limbah medis harus terik diangkat setiap sedia tempat pewadahan yang

terpisah dengan limbah non-medis

Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah

Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol

atau karton yang aman

Syarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol, jerigen atau

karton yang aman

Tempat perwadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan

(4)

kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan

limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

2.1.2 Karakteristik Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh

kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan

instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat

dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari,

farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan

bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan

pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang

terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau

bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,

perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan

mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

2) Limbah infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif)

b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan

ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3) Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya

dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4) Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan

obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang

terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas

1000

o

c

5) Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang

karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat

(5)

yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan

oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6) Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan

medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7) Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari

penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan

kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan

biologi.

8)Limbah Plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana

pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga

pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah

non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari

kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang

pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan,

sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu

baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa 4 mengandung bermacam-macam

mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum

dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).

Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah

rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik,

yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,

COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.

Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut

diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses

manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental

Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah

satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001

perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

2.1.3

Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat

menimbulkan berbagai masalah seperti

(6)

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan

kimia organik.

b. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan

sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu

dan fosfor.

d. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta

logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

e. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa

senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia

misalnya pestisida, bahan radioaktif.

2.1.4 Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

(A) Limbah padat

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan

penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5

golongan sebabagi berikut :

Golongan A :

(1) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.

(2) Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

(3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari

laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.

Golongan B :

Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.

Golongan C :

Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.

Golongan D :

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

Golongan E :

Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

2.1.5 Pelaksanaan pengelolaan

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis perlu dilakukan pemisahan penampungan,

pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.

1) Pemisahan

Golongan A

(7)

Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan

hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah klinis yang mudah dijangkau bak sampah

yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah Kantong plastik tersebut

hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh.

Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.

Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga perempat

penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan

cara sebagai berikut :

a) Sampah dari haemodialisis

Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving, tetapi

kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara

efektif.

(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi

terutama untuk limbah infeksius).

b) Limbah dari unit lain :

Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara

lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.

Prosedur yang digunakan untuk penyakit infeksi harus disetujui oleh pimpinan yang

bertanggungjawab, kepala Bagian Sanitasi dan Dinas Kesehatan c/q Sub Din PKL setempat.

Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah klinis atau

kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.

Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator.

Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.

Golongan B

Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup.

Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau

dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di

dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan dimasukkan dengan incinerator.

Penampungan

Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara

menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan

(atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :

a) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

b) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi

pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.

c) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan

disediakan sarana pencuci.

d) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari

infestasi serangga dan tikus.

(8)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam

sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.

B) Limbah Cair

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan

organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah

sakit antara lain sebagai berikut:

1) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam

stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di

luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari

bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :

1. Pump Swap (pompa air kotor).

2. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3. Bak Klorinasi

4. Control room (ruang kontrol)

5. Inlet

6. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

(2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)

Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak

memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan

secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi).

Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan

lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan

umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan padaSludge

drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :

1. Pump Swap (pompa air kotor)

2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)

3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)

4. Chlorination Tank (bak klorinasi)

5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6. Control Room (ruang kontrol)

3) Anaerobic Filter Treatment System

Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air

limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff

tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung

zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses

(9)

oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak

stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan

menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.

Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain sebagai berikut :

1. Pump Swap (pompa air kotor)

2. Septic Tank (inhaff tank)

3. Anaerobic filter.

4. Stabilization tank (bak stabilisasi)

5. Chlorination tank (bak klorinasi)

6. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7. Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar kecilnya rumah

sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment Systemdapat

disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya :

a) Volume septic tank

b) Jumlah anaerobic filter

c) Volume stabilization tank

d) Jumlah chlorination tank

e) Jumlah sludge drying bed

f) Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai

berikut :

a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang

pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah,

pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari

penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis

sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau

berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan

dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti

dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes

RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard

untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah

citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan

kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.

Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke

(10)

incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta

dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana

dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar

(off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus

dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal.

Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

d.Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada

faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku

dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis

(medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

a. Incinerasi

b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 C)°

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde)

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)

e. Inaktivasi suhu tinggi

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti C

o

60

g. Microwave treatment

h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk.

Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit

antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan

dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan

lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur

pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.

Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat

membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius

menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak

tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.

Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah

dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan

pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil

pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang

rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah

pencemar udara yang sesuai.

(11)

2.2.1 Definisi dari kecelakaan kerja yaitu :

Situasi tidak terduga yang menimbulkan kerusakan materi, kegagalan, proses produksi, luka

bahkan kematian.

2.2.2 Analisa Sebab dan akibat kecelakaan

Ada tiga penyebab utama kecelakaan kerja yaitu :

1. Peralatan kerja dan perlengkapannya

Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi tenaga kerja.

2. Tempat kerja

Keadaan tempat yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik dan faktor kimia yang tidak

sesuai dengan persyaratan yang tidak diperkenankan.

3. Pekerja

Kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang cara kerja dan keselamatan kerja serta kondisi

fisik dan mental pekerja yang kurang baik.

Kecelakaan ada penyebabnya dan dapat dicegah dengan mengurangi faktor bahaya yang bisa

mengakibatkan terjadinya kecelakaan, dengan demikian akar penyebabnya dapat diisolasi dan

dapat menentukan langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kembali. Akar penyebab

kecelakaan dapat dibagi menjadi 2 kelompok :

1. Immediate causes

Kelompok ini terdiri dari 2 faktor yaitu :

a. Unsafe Acts ( pekerjaan yang tidak aman ) misalnya penggunaan alat pengaman yang tidak

sesuai atau tidak berfungsi, sikap dan cara kerja yang kurang baik, penggunaan peralatan yang

tidak aman, melakukan gerakan berbahaya.

b. Unsafe Condition ( lingkungan yang tidak aman ) misalnya tidak tersedianya perlengkapan

safety atau perlengkapan safety yang tidak efektif, keadaan tempat kerja yang kotor dan

berantakan, pakaian yang tidak sesuai untuk kerja, faktor fisik dan kimia dilingkungan kerja

tidak memenuhi syarat.

2. Contributing causes

a. Safety manajemen system, misalnya instruksi yang kurang jelas, tidak taat pada

peraturan, tidak ada perencanaan keselamatan, tidak ada sosialisasi tentang keselamatan kerja,

faktor bahaya tidak terpantau, tidak tersedianya alat pengaman dan lain-lain.

b. Kondisi mental pekerja, misalnya kesadaran tentang keselamatan kerja kurang, tidak

ada koordinasi, sikap yang buruk, bekerja lamban, perhatian terhadap keselamatan kurang, emosi

tidak stabil, pemarah dan lain-lain.

c. Kondisi fisik pekerja, misalnya sering kejang, kesehatan tidak memenuhi syarat, tuli,

mata rabun dan lain-lain.

2.2.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan kerja

Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :

1.

Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja

Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja merupakan basis informasi yang berhubungan dengan

banyaknya dan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi ditempat kerja.

(12)

a.

Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi frekwensi kecelakaan dan mencatat

tingkat jenis kecelakaan yang terjadi sehingga dapat mengetahui hari kerja yang hilang atau

kejadian fatal pada setiap pekerja.

b.

Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber pencemaraan, faktor bahaya yang

menyebabkan kecelakaan, tingkat kerusakaan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya bekerja di

ketinggian dengan resiko terjatuh dan luka yang diderita pekerja atau bekerja di pemotongan

dengan resiko terpotong karena kontak dengan benda tajam dan lain-lain.

2.

Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja

Standar Opersional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dilakukan dengan

benar dan berurutan sesuai instruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar

dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakaan peralatan dan kecelakaan.

3.

Pengendalian faktor bahaya di tempat kerja

Sumber pencemaran dan faktor bahaya di tempat kerja sangat ditentukan oleh proses produksi

yang ada, teknik/metode yang di pakai, produk yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan.

Dengan mengukur tingkat resiko bahaya yang akan terjadi, maka dapat diperkirakan

pengendalian yang mungkin dapat mengurangi resiko bahaya kecelakaan.

Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan :

a.

Eliminasi dan Substitusi, yaitu mengurangi pencemaran atau resiko bahaya yang terjadi

akibat proses produksi, mengganti bahan berbahaya yang digunakan dalam proses produksi

dengan bahan yang kurang berbahaya.

b.

Engineering Control, yaitu memisahkan pekerja dengan faktor bahaya yang ada di tempat

kerja, membuat peredam untuk mengisolasi mesin supaya tingkat kebisingannya berkurang,

memasang pagar pengaman mesin agar pekerja tidak kontak langsung dengan mesin,

pemasangan ventilasi dan lain-lain.

c.

Administrative control, yaitu pengaturan secara administrative untuk melindungi pekerja,

misalnya penempatan pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, pengaturan shift

kerja, penyediaan alat pelindung diri yang sesuai dan lain-lain.

4.

Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja

Tenaga kerja adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus dilindungi, untuk

memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan kepada tenaga

kerja tentang pentingnya pelaksanaan keselamatan kerja saat melakukan aktivitas kerja agar

mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja di tempat kerja. Peningkatan pengetahuan

tenaga kerja dapat dilakukan dengan memberi pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada

awal bekerja dan secara berkala untuk penyegaran dan peningkatan wawasan. Pelatihan ini dapat

membantu tenaga kerja untuk melindungi dirinya sendiri dari faktor bahaya yang ada ditempat

kerjanya.

5.

Pemasanngan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja

Banyak sekali faktor bahaya yang ditemui di tempat kerja, pada kondisi tertentu tenaga kerja

atau pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja, untuk

menghindari terjadinya kecelakaan maka perlu dipasang rambu-rambu peringatan berupa papan

peringatan, poster, batas area aman dan lain sebagainya.

(13)

Selain upaya pencegahan juga perlu disediakan sarana untuk menanggulangi kecelakaan yang

terjadi di tempat kerja yaitu :

1.

Penyediaan P3K

Peralatan P3K yang ada sesuai dengan jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja

untuk mengantisipasi kondisi korban menjadi lebih parah apabila terjadi kecelakaan, peralatan

tersebut harus tersedia di tempat kerja dan mudah dijangkau, petugas yang bertanggung jawab

melaksanakan P3K harus kompeten dan selalu siap apabila terjadi kecelakaan di tempat kerja.

2.

Penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari seperti terkena bahan

kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit / mata atau terjadinya

kebakaran, untuk menanggulangi keadaan tersebut perencanaan dan penyediaan perlatan /

perlengkapan tanggap darurat di tempat kerja sangat diperlukan seperti pemadam kebakaran,

hidran, peralatan emergency shower, eye shower dengan penyediaan air yang cukup, semua

peralatan ini harus mudah dijangkau.

2.2.4 Sistem Pelaporan dan Statistik data Kecelakaan Kerja

Pelaporan dan statistik data kecelakaan dilakukan dengan penilaian dan analisa kecelakaan yang

ditemukan di tempat kerja, hal ini di tujukan untuk upaya pencegahan kecelakaan, data ini juga

berguna untuk menilai besarnya biaya penggantian perawatan bagi korban kecelakaan, data ini

juga berguna untuk menilai besarnya biaya penggantian perawatan bagi korban kecelakaan.

Adapun tujuan utamanya yaitu :

1.

Memperkirakan penyebab dan besarnya permasalahan kecelakaan yang terjadi.

2.

Mengidentifkasi pencegahan utama yang dibutuhkan.

3.

Mengevaluasi efektivitas pencegahan yang dilakukan.

4.

Memonitor resiko bahaya, peringatan bahaya dan kampanye keselamatan kerja.

5.

Mencari masukan informasi dari pencegahan yang dilakukan.

Informasi tentang kecelakaan kerja yang harus di catat sebagai berikut :

1.

Identifikasi dimana kecelakaan terjadi.

2.

Gambaran bagaimana kecelakaan itu terjadi.

3.

Penentuan tingkat jenis kecelakaan yang terjadi.

Informasi ini harus didokumentasikan dengan benar untuk langkah-langkahpencegahan

selanjutnya. ( Lihat contoh formulir Laporan Kecelakaan Kerja . Hal. : 6 )

Pengumpulan informasi kecelakaan kerja mempunyai 3 fungsi yaitu :

1.

Ditempat kerja, data kecelakaan kerja digunakan untuk peringatan bagi tenaga kerja agar

berhati-hati saat melakukan aktivitas.

2.

Di bidang hukum, data ini digunakan untuk membuat peraturan tentang lingkungan kerja

dan ketentuan penerapan keselamatan di tempat kerja.

3.

Di bidang asuransi kecelakaan, data ini berguna untuk menentukan tingkat kecelakaan

dan besarnya santunan yang harus diberikan sesuai tingkat kecelakaan yang terjadi.

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Keselamatan kerja di rumah sakit sangat diperlukan agar kesehatan pekerja dan pasien

yang berada di rumah sakit tersebut terjamin keselamatan dan kesehatanya. Adapun kecelakaan

yang ada pada saat itu sangat berbahaya bukan hanya menyebabkan tubuh kita merasakan sakit

tetapi bisa juga menyebabkan kematian.

3.2 SARAN

Terapkan k3 dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat

bekerja di laboratorium dan di rumah sakit. Bukan hanya di laboratorim dan dirumah sakit saja

kecelakaan itu bisa terjadi untuk itu dimanapun kita bekerja harus selalu memperhatikan

keselamata dirinya dan lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada proses lumpur aktif untuk

pengolahan air limbah rumah sakit: laporan penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik IndustriInstitut

Teknologi Sepuluh Nopember

Agustiani E, Slamet A, Rahayu DW (2000). Penambahan powdered activated carbon (PAC) pada

proses lumpur aktif untuk pengolahan air limbah rumah sakit. Majalah IPTEK: jurnal ilmu

(15)

pengetahuan alam dan teknologi : 11 (1): 30-8

Akers (1993). Paperboard hospital waste container. United States Patent : 5,240,176 Arthono A

(2000). Perencanaan pengolahan limbah cair untuk rumah sakit dengan metode lumpur aktif.

Media ISTA : 3 (2) 2000: 15-8 Barlin (1995). Analisis dan evaluasi hukum tentang pencemaran

akibat limbah rumah sakit Jakarta :Badan Pembinaan Hukum Nasional

Diposkan oleh astuti permata di 01.49

(16)

Minggu, 13 Januari 2013

Kecelakaan yang Terjadi di Laboratorium dan Sumber

Kecelakaan di Laboratorium (Human failture and

environment failture)

Bab I. Pendahuluan

Seperti yang kita ketahui tujuan utama k3 adalah mencegah, mengurangi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Maksud utama dibutuhkannya k3 adalah untuk mencegah terjadinya cacat/kematian pada tenaga kerja, mencegah kerusakan tempat dan peralatan kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan masyarakat disekitar tempat kerja, dan norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yg menciptakam dan memelihara derajat kesehatan kerja

Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Maka dari itu kita perlu pemahaman mengenai pengertian kecelakaan kerja, jenis-jenis kecelakaan, sumber kecelakaan, dan penanganan kecelakaan kerja di laboratorium, sehingga kita dapat mengaplikasikannya secara nyata saat bekerja di Laboratorium.

Bab II. Isi

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).

(17)

Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

a. Sasarannya adalah manusia b. Bersifat medis.

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik,

logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,

rehabilitasi, dan

(18)

Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.

Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan, danproses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan(Sumakmur, 1993).

Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : a. Sasarannya adalah lingkungan kerja

b. Bersifat teknik.

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.

Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.

Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah dalam bisnisinternasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina

(19)

sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia kerja.

Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses kerja.

Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.

RUANG LINGKUP K3

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) : a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di

dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.

b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :

1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian 2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan

3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. 4) Proses produksi

5) Karakteristik dan sifat pekerjaan 6) Teknologi dan metodologi kerja

c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

(20)

d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

2. Jenis Bahaya dan Kecelakaan dalam Laboratorium

Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia adalah :

Keracunan

Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih seringterjadi baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.

Iritasi

Iritasi sebagai akibat kontak bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asamklorida, natrium hidroksida, gas klor, dan sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata.

Kebakaran dan Luka Bakar

Kebakaran dan luka baker sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alcohol, dan sebagainya.Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.

Luka Kulit

Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi padatangan atau mata karena pecahan kaca.

Bahaya lainnya

Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu dan pencemaran lingkungan. Jadi jelas bahwa laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan bakar bensin dan gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran yang amat besar. Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang baik,transportasi jutaan ton setiap hari adalah hal biasa. Demikian pula dalam produksi dan penggunaan pestisida yang mempunyai potensi

(21)

racun, hanya menimbulkan malapetaka apabila salah penanganan atau karena kecerobohan.

3. Sumber – sumber Bahaya dalam Laboratorium

Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni :

1. Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara

penanganan, dan cara penyimpanannya.Contohnya: bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplosif, dan sebagainya.

2. Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi

kimia, dansebagainya.

3. Sarana laboratorium yakni gas, listrik, air, dan sebagainya.

Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber beserta keterkaitannya perlu dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi sehingga mampu mencegah atau menghindarinya.Selain itu, perlu pula dipahami tentang alat pelindung diri serta cara penanggulangannya bila terjadi kecelakaan.

4. Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan. Meski kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi menimbulkan efek yang lebih besar.

Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari bahan kimia, bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan lainnya. Semua itu bisa membuat efek yang tidak diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.

Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada kecelakaan di Laboratorium kimia :

(22)

Terkena larutan asam

1. kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus 2. dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya 3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3

4. kemudian cuci lagi dengan air

5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran. Terkena logam natrium atau kalium

1. Logam yang nempel segera diambil

2. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit 3. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat

4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.

Terkena bromin

1. Segera dicuci dengan larutan amonia encer 2. Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.

Terkena phospor

1. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya 2. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.

Luka bakar akibat benda panas

1. Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran

2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang.

Luka pada mata

Terkena percikan larutan asam

• Jika terkena percikan asam encer,

• Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus • Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

Terkena percikan larutan basa

(23)

• Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata

Keracunan

Keracunan zat melalui pernafasan

Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.

 Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke

tempat yang berudara segar.

 Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara

menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban

Jika terjadi kecelakaan laboratorium, sebaiknya segera menghubungi Badan Layanan/personel seperti :

 Biological Safety Officer  Pejabat laboratorium

 Engineering/Water/Gas/Electrical

 Satpam

Bab. III Penutup

Kesimpulan

Perlindungan tenaga kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja, dan karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Tidak ada sesuatu di tempat kerja yang terjadi secara kebetulan tetapi karena ada alasan-alasan yang jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

Fasilitas Perlindungan Pekerja (Praktikan)

1. Jas Praktikum, merupakan pengaman langsung, terbuat dari bahan yang baik,

yaitu tidak mudah terbakar, tidak berupa bahan konduktor listrik maupun panas, tahan bahan kimia.

2. Ventilasi, desain laboratorium yang baik harus memiliki ventilasi yang cukup dan

(24)

3. Alat Pemadam Kebakaran, mutlak dimiliki setiap laboratorium karena kebanyakan

laboratorium telah terhubung dengan arus listrik tegangan tinggi sebagai sumber energinya terhadap alat praktikum yang digunakan didalamnya

Peningkatan Kemampuan Pekerja (Praktikan)

Memberikan pengetahuan praktis kepada pekerja tentang prosedur penggunaan alat serta prosedur melakukan kegiatan laboratorium yang sesuai dengan penerapan keselamatan kerja.

Penanganan Kecelakaan

1. Penyediaan P3K, meskipun penerapan prosedur keselamatan kerja telah

diberlakukan, bukan tidak mungkin terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.

2. Pengadaan Tanda-tanda Peringatan Bahaya, mengurangi statistik kecelakaan

dalam laboratorium dengan alarm, kode tertulis seperti poster dan sebagainya. Dalam pelaksanaan K3 laboratorium perlu memperhatikan dua hal yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, tata ruang dan alat, sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan alat laboratorium.

Diposkan oleh Ulinnuha Nur Imamahdi 19.54

http://blogger-ulin.blogspot.co.id/2013/01/kecelakaan-yang-terjadi-di-laboratorium.html

(25)

Rabu, 07 Mei 2014

Contoh-Contoh Kecelakaan Kerja Yang terjadi Di Indonesia

Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.

Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun material.

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.

Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Yang Terjadi Dengan Berbagai Faktor Beserta Analisanya. 1. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Non-Teknis.

Empat Pekerja di Pabrik Gula Tewas, Tersiram Air Panas

Cilacap–Empat pekerja cleaning servis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/07/09), tewas setelah tersiram air panas didalam tangki. Satu pekerja lainnya selamat namun mengalami luka parah. Diduga kecelakaan ini akibat operator kran tidak tahu masih ada orang di dalam tangki. Pihak perusahaan terkesan menutup-nutupi insiden ini.

Peristiwa tragis di pabrik gula Rafinasi PT Darma Pala Usaha Sukses yang ada di komplek Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Musibah bermula saat 5 pekerja tengah membersihkan bagian dalam tangki gula kristal di pabrik tersebut. Tiba-tiba kran yang berada di atas dan mengarah kedalam tangki mengeluarkan air panas yang diperkirakan mencapai 400 derajat Celsius. Akibatnya, keempat pekerja yang ada didalamnya tewas seketika dengan kondisi mengenaskan karena panasnya uap.

(26)

Para korban yang tewas semuanya warga Cilacap yakni Feri Kisbianto, Jumono, Puji Sutrisno dan Kasito. Sedangkan pekerja yang bernama Adi Purwanto berhasil menyelamatkan diri, namun mengalami luka parah.

Menurut salah seorang rekan pekerja, air panas tersebut mengucur ke dalam tangki setelah tombol kran dibuka oleh salah seorang karyawan pabrik. Diduga operator kran tidak mengetahui jika pekerjaan

didalam tangki tersebut belum selesai.

Hingga saat ini belum diperoleh keterangan resmi terkait kecelakaan kerja tersebut, karena semua pimpinan di Pabrik PT Darma Pala Usaha Sukses berusaha menghindar saat ditemui wartawan. Sementara polisi juga belum mau memberikan keterangan atas musibah tersebut.

Analisis Kasus

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan kerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada operator kran. Menanggapi kecelakaan yang telah menewaskan empat orang tersebut, seharusnya sang operator kran bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan bahwa tangki gula krsital tersebut telah kosong serta aman dialirkan air ke dalamnya, maka mungkin kecelakaan kerja tersebut tidak akan terjadi. Karyawan saat memasuki tangki seharusnya juga mengenakan alat-alat pelindung diri agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja.

Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap alat ini menyadari alat ini memiliki risiko yang besar untuk menghasilkan kerugian. Beberapa tindakan manajemen yang bisa dilakukan adalah dengan meletakkan kamera-kamera di dalam alat tersebut sehingga operator kran dapat memastikan bahwa di dalam tangki benar-benar tidak ada orang. Kemudian, apabila teknologi yang lebih canggih dapat diterapkan di sana, maka pada tangki tersebut dapat dipasang sebuah alat pendeteksi di mana apabila di dalam tangki masih terdapat orang atau benda asing, maka ada sebuah lampu yang menyala yang mengindikasikan di dalam tangki tersebut terdapat orang atau benda asing.

2. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Teknis.

Ledakan yang terjadi di lantai 3 Gedung Puslabfor Mabes Polri Akibat Tabung Pemanas Meledak

JAKARTA - Ledakan yang terjadi di lantai 3 Gedung Puslabfor Mabes Polri pukul

13.30 WIB. Seorang korban luka, bernama Iptu Syarifuddin diketahui sedang menganalisa bahan kimia dan menggunakan tabung pemanas untuk menganalisa logam. Tiba-tiba ledakan pun terjadi akibat tangki untuk tabung pemanas rusak.

(27)

"Sedang kita analisa, tapi ini kecelakaan kerja, itu Syarifuddin namanya, dia ahli kimia kecelakaannnya karena kimia juga. Dia sedang kerja tahu-tahu meletus," kata Kapuslabfor Mabes Polri, Brigjen Budiono di Mabes Polri, Jakarta Jumat (4/2/2011).

Dijelaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung berukuran tiga liter. "Tangki untuk tabung pemanas. Dia (Syarifuddin) sedang menganalisa logam. Akibat ledakan itu kaca pintu rusak dan melukai tangannya," kata Budiono.

Ditegaskan Budiono penyebab ledakan adalah tabung pemanas untuk analisa logam.

Lebih lanjut ia menegaskan, tak ada korban luka lain selain Syarifuddin. "Dia Sendirian, sementara kami sembahyang Jumat, saat ini ia sudah dibawa ke Rumah Sakit Tebet," kata Budiono.

Analisa Kasus

Menurut saya, kecelakaan diatas adalah kecelakaan kerja akibat faktor teknis karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan oleh ledakan tabung pemanas ketika sedang menganalisa bahan kimia untuk menganalisa logam. Akibatnya tangan Syarifuddin terluka. Nah ini sebagai akibat dari minimnya penerapan standar keselamatan kerja di kalangan pekerja. Yang pertama, tidak melengkapi diri dengan alat-alat keselamatan kerja, padahal dengan perlengkapan keselaman kerja merupakan alat antisipasi terhadap kemungkinan negatif yang timbul saat bekerja. Kedua, tidak konsentrasi. Dan yang ketiga, kurang memperhatikan alat-alat yang menunjang pekerjaannya, karena bekerja di laboratorium maka sebelum bekerja sudah seharusnya memeriksa apakah alat yang akan kita gunakan layak pakai atau tidak, jika rusak maka lebih baik tidak dipergunakan sebelum diperbaiki terlebih dahulu atau diganti dengan alat yang baru. Oleh karena itu, dalam bekerja kita harus menerapkan secara tepat konsep-konsep keselamatan kerja sebagai langkah antisipasi yang sangat penting bagi keamanan dan kesehatan kita saat bekerja. Dengan langkah ini maka setidaknya kita telah mempersiapkan diri untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut.

3. Contoh Kecelakaan Kerja Akibat Faktor Alam.

Karyawan PT. Freeport Terjebak Longsor Di Lokasi Penambangan

Jayapura (15/5) — Dua karyawan PT Freeport yang terjebak longsoran di areal Underground QMS Biggosan Mill 74, pada Selasa (14/5) sekitar Pukul 09.00 Wit kemarin, dinyatakan tewas, yakni atas nama Andarias Msen dan Kenny Wanggai. Dimana dari 40 orang karyawan yang tertimbun longsor, enam orang berhasil ditemukan, namun dua orang dinyatakan tewas, sementara empat orang lainnya selamat dan kini sedang dirawat intensif di rumah sakit setempat.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua, Didi Agus Prihatno kepada wartawan, di Jayapura, Rabu (15/5) mengatakan, longsor di areal PT Freeport adalah murni kecelakaan

(28)

kerja akibat fenomena alam. Longsoran terjadi di fasilitas pelatihan pertambangan bawah tanah PT Freeport, tepatnya mill 74. Akibat adanya kejadian itu, ujar Didi, ada laporan resmi dari PT Freeport, yang isinya adalah sekitar 40 pekerja tambang terjebak didalam areal fasilitas pelatihan tambang bawah tanah di mill 74. Dimana sementara ini sedang dilakukan upaya pencarian dan evakuasi. “Dari 40 orang, enam orang sudah terevakuasi, empat orang dinyatakan hidup dan dua orang lainnya meninggal. Saat ini korban selamat sedang dirawat secara intensif di rumah sakit setempat,” ujarnya.

Dikatakannya, disaat longsoran ini diatasi, kondisi 34 orang karyawan yang masih terjebak di bawah tanah belum diketahui pasti, karena sampai saat ini masih dilakukan pencarian. “Yang paling tahu adalah manajemen Freeport bukan kami, karena ini adalah kecelakaan kerja, maka menjadi domainnya perusahaan.

Analisa Kasus

Menurut pendapat saya, kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan kerja akibat dari faktor alam karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan adanya longsoran di lokasi penambangan yang menyebabkan 40 orang penambang terjebak di dalam longsoran tersebut. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut, sebaiknya perusahaan harus melakukan analisa dan riset terlebih dahulu tentang keadaan alam yang ada di daerah tersebut meliputi cuaca dan keadaan dan kontur tanah di tempat sekitar penambangan. Dan bagi penambang haruslah mengikuti instruksi-instruksi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Diantaranya dengan menggunakan helm, baju safety, sepatu boot dan membawa alat komunikasi yang berguna untuk memberi tahu pekerja yang berada di atas bila terjadi longsoran.

DAFTAR PUSTAKA

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan kerja.html#ixzz2UaJ0rL8E

 http://hafizhamuliani.blogspot.com/2012/03/tugas-saya-kasus-kecelakaan-kerja.html

 Berita SINDO.

Diposkan oleh zhainal99di 23.41

(29)

RABU, 15 AGUSTUS 2012

Makalah KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan

keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita

(30)

kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha

untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang

bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah

suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan

kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Teknik Universitas Katolik Santo Thomas ojs.ust.ac.id 50 Perencanaan K3 bertujuan untuk menciptakan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dalam

K3 bagi seluruh personi, Perbaikan dan pengembangan serta pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur-prosedur K3, Melaksanakan semua prosedur kesehatan dan keselamatan

Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (k3) hendaknya tidak hanya merupakan suatu diskusi-diskusi akan tetapi penerapan manajemen keselamatan

K3 bagi seluruh personi, Perbaikan dan pengembangan serta pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur-prosedur K3, Melaksanakan semua prosedur kesehatan dan keselamatan

Sinar Sosro KPB Gianyar Bali, peningkatan tersebut terjadi karena perusahaan telah menyediakan layanan serta fasilitas dalam penerapan program K3 dan menyediakan jaminan keselamatan dan

Dokumen ini membahas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah

Analisis Perencanaan K3 No Perencanaan K3 IKR Keterangan Kepentingan 1 Manajemen perusahaan bertanggungjawab atas kinerja K3 0,800 Sangat Penting 2 Manajemen perusahaan menyediakan

2.1.4 Jenis-Jenis Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Setiap jenis keselamatan dan kesehatan kerja K3 berfokus pada pengendalian dan pencegahan bahaya spesifik, seperti