• Tidak ada hasil yang ditemukan

K3 PADA dan RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "K3 PADA dan RUMAH SAKIT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DI RUMAH SAKIT

Nama : Juwari Sutono

NIM

: 121.03.1002

Kelas : C

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA

(2)

1. Pendahuluan

Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US terdapat 18 juta pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti needlestick injuries, back injuries, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah, namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan.

Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya terpajan olehbloodborne pathogen, dengan 2 juta dianatanya tertular virus hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang semakin meningkat, berbanding terbalik dengan sektor konstruksi danagricultureyang dulu paling tinggi, sekarang sudah sangat menurun. Selain itu Infeksi nosokomial masih menjadi isu cukup signifikan dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan program

patient safety sangat relevan dikembangkan. Karena itu pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sarana kesehatan seperti rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya perlu dikembangkan dalam upaya melindungi baik tenaga kesehatan sendiri maupun pasien.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara

mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya penanganan

faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program

kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik

terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit juga “concern

(3)

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ada beberapa pengertian tentang kesehatan dan keselamatan kerja

diantaranya ;

a. Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)

Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan

derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi

pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan

kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan

bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan

kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu

lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan

psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada

manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

b. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan

keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh

dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan

rehabilitasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan,

Pasal

23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus

diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang

mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai

karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka

jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja

dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,

tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga

terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak

(4)

2.2. Prinsip Kebijakan Pelaksanaan dan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) Di Rumah Sakit

Pembahasan difokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS,

dan kebijakan pelaksanaan K3RS, yang di bagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu;

a. Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS) agar

kesehat an dan keselamatan kerja di ruma sakit (K3RS), dapat di

pahami

secarah utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang saling

ber interaksi, yaitu:

1) Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik

serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan

pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang pekerja kekurangan zat

besi yang menyebabkan anemia, maka kapasitas kerja Akan menurun

karna pengaruh kondisi fisik lemah dan lemas.

2) Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus di

tanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh: pekerja

yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.

3) Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang pekerja.

Contoh: Seorang yang bekerja di bagian instalasi radiologi (kamar X Ray,

kamar gelab, kedokteran, nuklir dan lain-lain).

b. Program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS)

program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi

kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan produktifitas

tenaga kerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung dan

masyarakat serta lingkungan rumah sakit. Kinerja setiap pengunjung

kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari 3 (tiga)

komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan kapasitas kerja.

Program K3RS yang harus diterapkan adalah:

1) Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah

sakit (K3RS).

(5)

b) Merencanakan program K3RS selama 3 (tiga) tahun kedepan. Setiap 3

tahun dapat di revisi kembali sesuai dengan kebutuhan.

2) Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit

(K3RS).

a) Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit, baik bagi

pekerja,pasien serta pengunjung rumah sakit.

b) Penyebaran media informasi dan komunikasi baik melalui film ,

leaflet, poster, pamflet dll.

c) Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit di Rumah

Sakit.

3) Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS. a) Pelatihan umum

K3RS,

b) Pelatihan itern Rumah Sakit, seperti pekerja perunit rumah sakit

c) Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan,

seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.

4) Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure (SOP) K3RS.

a) Penyusunan pedoman praktek Ergonomi di rumah sakit.

b) Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja.

c) Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di rumah sakit.

d) Penyusunaan pedoman pelaksanaan penanggulangan kebakaran.

e) Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan rumah

sakit.

f) Penyusunan pengelolaan faktor resiko dan pengelolaan limbah

rumah sakit.

g) Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi.

h) Penyusunan konrol terhadap bahan berbahaya dan beracun (B3).

i) Penyusunan SOP kerja dan pelatihan di masing-masing unit kerja

rumah sakit.

5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja. a)

Mampping lingkungan tempat kerja.

b) Evaluasi lingkungan tempat kerja (wawancara pekerja, survei dan

(6)

6) Pelayanan kesehatan kerja

a) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ,pemeriksaan

secara khusus, dan secara berkala bagi pekerja sesuai pajananya di

rumah sakit.

b) Melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya pada pekerja di

Rumah sakit yang akan pensiun atau pindah kerja.

c) Pemeriksaan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja

yang menderita sakit.

d) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi, mental (rohani) dan

kemampuan fisik pekerja

7) Pelayanan keselamatan kerja

a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana prasarana

dan peralatan kesehatan di rumah sakit.

b) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di

rumah sakit.

c) Pengelolaan dan pemeliharaan serta sertifikasi sarana prasarana dan

pemeliharaan peralatan rumah sakit

d) Pengadaan peralatan rumah sakit.

8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat,cair

dan gas.

a) Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah

padat, cair dan gas.

b) Pengelolaan limbah medis dan non medis

9) Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang berbahaya

a) Inventarisasi bahan beracun, berbahaya dan barang berbahaya

(Permennaker No 427 tahun 1996).

b) Membuat kebijakan prosedur pengadaan, penyimpanan dan

penaggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Material Safety Data Sheet(MSDS).

(7)

a) Menyusun rencana tanggap darurat (survei bahaya, membentuk tim

tanggap darurat, menetapkan prosedur penanganan tanggap darurat,

pelatihan dll).

b) Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana.

c) Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat

2.3. Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit

Pelayanan K3 RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan

berbagai komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3 di rumah sakit

sampai saat ini dirasakan belum maksimal.Hal ini dikarenakan masih banyak rumah

sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja

(SMK3).

1) Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit

Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti

tercantum pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009 dan peraturan Menteri

tenaga kerja dan Transmigrasi RI No.03/men/1982 tentang pelayanan

kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu

dilakukan, sebagai berikut :

a) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi pekerja.

b) Melakukan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja

dan memberikan bantuan kepada pekerja di rumah sakit dalam penyesuaian

diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjanya.

c) Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai

dengan pajanan di rumah sakit

d) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan

kemampuan fisik pekerja

e) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang

menderita sakit

f) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah sakit

yang akan pension atau pindah kerja

(8)

Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja dan pasien

h) Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja

i) Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang

berkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap

faktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi)

j) Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja

yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di

wilayah kerja Rumah Sakit.

2) Standar pelayanan Keselamatan kerja di Rumah Sakit

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan

sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja

yang dilakukan :

a) Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana,

dan peralatan kesehatan.

b) Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja

terhadap pekerja.

c) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.

d) Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.

e) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja. f)

Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja.

g) Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat

kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait

keselamatan/keamanan.

h) Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya

i) Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan

Kebakaran (MSPK).

j) Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan

keselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan

Unit teknis terkait di wilayah kerja kerja rumah sakit.

3) Standar K3 Sarana, Prasarana, dan Peralatan di Rumah Sakit

Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang dapat

(9)

dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu bangunan

gedung (pintu, lantai, dinding, tiang, kolong gedung, jendela) ataupun

bangunan itu sendiri. Sedangkan prasarana adalah seluruh jaringan/instansi

yang membuat suatu sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, antara lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik,

gas medis, komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain- lain.

4) Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya

Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan

atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau

dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lainnya.

a) Kategori B3

Memancarkan radiasi, Mudah meledak, Mudah menyala atau terbakar,

Oksidator, Racun, Korosif, Karsinogenik, Iritasi, Teratogenik, Mutagenic,

Arus listrik.

b) Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3

(1) Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk

mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.

(2) Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang

diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang

ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila

kecelakaan terjadi.

(3) Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan

evaluasi yang dilakukan meliputi pengendalian operasional,

pengendalian organisasi administrasi, inspeksi dan pemeliharaan

sarana prosedur dan proses kerja yang aman, pembatasan keberadaan

B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.

(4) Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya.

(10)

Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang

diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan proposal

berikutcompany profile. Informasi yang diperlukan menyangkut

spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan,

harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain yang

dibutuhkan oleh rumah sakit.

5) Standar SDM K3 di Rumah Sakit

Kriteria tenaga K3

a) Rumah Sakit Kelas A

(1) S3/S2 K3 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS.

(2) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus

yang terakreditasi mengenai K3 RS.

(3) Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran

Okupasi minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS.

(4) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 2 orang

yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3

RS.

(5) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1

orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS.

(6) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)

yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3

RS.

(7) Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang.

(8) Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat

pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

(9) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi

mengenai K3 RS minimal 2 orang.

(11)

(1) S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus

terakreditasi mengenai K3 RS.

(2) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang

yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3

RS.

(3) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1

orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS.

(4) Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal)

yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3

RS minimal 1 orang.

(5) Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

(6) Tanaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal) mendapat

pelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang

(7) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi

mengenai K3 RS minimal 1 orang.

c) Rumah Sakit kelas C

(1) Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1 orang

yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3

RS.

(2) Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimal 1

orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS.

(3) Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus yang

terakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

(4) Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus terakreditasi

mengenai K3 RS minimal 1 orang.

6) Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan

a) Pembinaan dan pengawasan

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem

(12)

Departemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain

dengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan teknis, dan temu

konsultasi.

Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di

rumah sakit dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal,

yang dilakukan oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,

dan pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan dan

Dinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

b) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3

secara tertulis dari masing-masing unit kerja rumah sakit dan kegiatan

K3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3RS, yang

dikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh organisasi K3RS, ke

Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di wilayah Rumah

Sakit.Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah

menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,

mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan

melaporkan setiap kejadian / kasus K3, dan menyusun dan

melaksanakan pelaporan kegiatan K3.

Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester, dan

tahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah ditetapkan dan

pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan

sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.

Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah

mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang

tercakup di dalam :

(1) Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan

kesehatan lingkungan rumah sakit.

(2) Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta

upaya penanggulangan dan tindak lanjutnya.

(13)

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan

keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat

kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Agar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit tercapai akan dibuat

perencanaan,organisasi, pelaksanaan dan pengawasan yang kemudian dilanjutkan

dengan sosialisasi penerapan budaya K3 di rumah sakit.

4. Referensi

Jeynes, J. (2007)Managing Health and Safety. UK : Elsevier

Stranks, J. (2002)Management Systems for Safety. Britain : Pearson Education Suardi, R. (2005)Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PPM Tracey, J. (2010)Occupational Health and Safety Standards. London : NHS Council.

Source :

http://www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_download&gi

d=569&Itemid=67&lang=id

http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/training_k3rs.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh merupakan rumah sakit rujukan, sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan kesehatan bagi masyarakat dimana tenaga perawatnya masih banyak

Persepsi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit ...99.. Hubungan Sikap dengan persepsi terhadap K3

Dinar Mayasari Persepsi karyawan non medis terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) rumah sakit pasca akreditasi 12 pelayanan di rumah sakit PMI Bogor tahun 2011

Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar Tahun 2011.Jurnal Prodi Pendidikan Dokter Fakultas MIPA Universitas

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses

Dokumen ini membahas tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah