• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monitoring Implementasi Manajemen Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Instalasi Binatu Pada Rumah Sakit Umum Hajimedan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Monitoring Implementasi Manajemen Kesetan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Instalasi Binatu Pada Rumah Sakit Umum Hajimedan Tahun 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyebabkan tenaga kerja kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sakit atau terganggu kesehatannya yang masih melakukan pekerjaan biasanya tidak memperlihatkan hasil kerja sebagaimana hasilnya jika dia sehat. Tenaga kerja yang sakit atau mengalami gangguan kesehatan menurun dalam kemampuan kerja fisik, berfikir atau melaksanakan pekerjaan sosial kemasyarakatan sehingga hasil kerjanya berkurang (Sumakmur, 2009).

Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penghidupan yang layak adalah pekerjaan yang

(2)

bersifat manusiawi, penghasilannya dapat memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat kesejahteraannya dapat terpenuhi sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia (Aditama dan Hastuti, 2010).

Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha, oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia maupun manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri. Alasannya karena bekerja adalah bagian dari kehidupan dan setiap orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan untuk aktualisasi diri, namun dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi bahaya dan risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan. Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistim kerja atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari keterbatasan pekerjanya sendiri, perilaku hidup yang tidak sehat dan perilaku kerja yang tidak aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomi, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (Kurniawidjaja, 2010).

(3)

kedokteran dan kesehatan berdampak pula terhadap kapasitas, beban kerja dan lingkungan kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (K3-RS) (Aditama dan Hastuti, 2010).

Penjelasan Undang-undang No.1 tahun 1970 menyebutkan bahwa tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut (Budiono et.al, 2009).

Rumah sakit dengan segala fasilitas dan peralatannya apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bahaya keselamatan dan kesehatan yang potensial, terutama bagi petugas kesehatan rumah sakit. Umumnya sarana di lingkungan rumah sakit terdiri dari instalasi perawat, ruang operasi, laboratorium, ruang tunggu pasien, ruang administrasi (kantor), dapur, instalasi linen (Binatu), instalasi peralatan/ perlengkapan, instalasi pemeliharaan gedung dan lain-lain. Tempat kerja dengan lingkungan kerja dan jenis pekerjaan yang bervariasi memiliki bermacam faktor bahaya yang memengaruhi keselamatan dan kesehatan karyawannya, pasien serta masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit.

(4)

kewajiban sebagaimana tenaga kerja yang berada di tempat kerja, untuk menaati petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri (APD) yang diwajibkan (pasal 13) (Aditama dan Hastuti, 2010).

Binatu adalah salah satu bagian dari rumah sakit yang berfungsi menangani linen kotor yang dihasilkan dari rumah sakit. Dengan demikian dilakukan tindakan yang bertanggung jawab dan benar terhadap faktor lingkungan, fisik, kimiawi dan biologis di rumah sakit guna menciptakan kesehatan jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung maupun masyarakat sekitar rumah sakit. Pada proses pekerjaan binatu terdapat potensial bahaya yang berasal dari beberapa faktor seperti bahaya fisik lantai licin yang bisa menyebabkan pekerja terjatuh, kebisingan dan penerangan yang menyebabkan kesehatan pekerja terganggu, penggunaan bahan kimia yang dipakai seperti deterjen, desinfektan dan pewangi serta ketidakdisiplinan dalam pemakaian APD. Untuk itu penanganan linen harus sedemikian rupa sehingga dapat dicegah timbulnya dampak negatif dari linen atau infeksi nosokomial, kecelakaan kerja atau dampak negatif lainnya yang erat kaitannya dengan pemakaian linen.

(5)

hepatitis. Pekerja rumah sakit yang mengalami cedera dan sakit antara lain perawat, pekerja dapur, binatu, cleaning service dan teknisi (Ramli, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Biladet.al, pada tahun 2013 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) milik pemerintah Kota Semarang yaitu terlihat hanya sebagian petugasLaundryyang memakai APD dan terdapat petugasLaundryyang mengalami kecelakaan kerja pada saat bekerja, seperti terjepit pintu, terpeleset, terjatuh dan terkena setrika. Hasil observasi dengan menggunakan tabel Job Safety Analysis untuk mengidentifikasi bahaya atau risiko yang terdapat pada setiap tahapan

pekerjaan menunjukkan tingkat risiko yang ada di instalasi Laundry sebesar 24% termasuk dalam risiko sangat tinggi yaitu risiko tersengat listrik, kebakaran dan terinfeksi bakteri pada pegangan troli, 24% termasuk dalam risiko tinggi yaitu nyeri akibat pengangkatan ember dengan manual, terinfeksi bakteri pada linen kotor dan terhirup bahan kimia, 33% termasuk dalam kategori sedang yaitu kaki terinjak troli, terpeleset dan terjatuh akibat lantai licin dan 19% termasuk dalam kategori rendah yaitu risiko tangan terjepit pintu dan tersandung lantai rusak.

(6)

Sasaran dari penelitian ini adalah petugasdiinstalasibinatuRumah Sakit Umum Haji Medan. Binatumerupakan instalasi yang menangani linen rumah sakit, mulai dari pengambilan, pencucian,pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen di rumah sakit. Petugasbinatu termasuk dalam komponen rantai penularan dan berpotensiuntuk terpapar infeksi dan terkena bahaya kecelakaan kerja. Linen merupakan bahan tekstil yang dipakai dirumah sakit seperti seprei, handuk dan baju operasi. Linen yang terkenacairan tubuh dan darah, berpotensi menyebarkan infeksi kepada petugas binatu yang menanganinya.

(7)

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana tata laksana di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015?

2. Bagaimana alur kegiatan diinstalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015?

3. Bagaimana kepatuhan petugas binatu untuk mematuhi SOP dalam upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015?

4. Bagaimana kepatuhan petugas binatu dalam menggunakan APD sebagai upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015?

5. Bagaimana monitoring di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui monitoring implementasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3)di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015.

(8)

1. Diketahui tata laksana di instalasi binatu pada Rumah SakitUmum Haji Medantahun 2015.

2. Diketahui alur kegiatan diinstalasibinatupada Rumah Sakit Umum Haji Medantahun 2015.

3. Diketahui kepatuhan petugasbinatu untuk mematuhi SOP dalam upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di instalasibinatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015.

4. Diketahui kepatuhan petugasbinatu untuk menggunakan APD dalam upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di instalasibinatupada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015.

5. Diketahui pelaksanaan monitoringterhadap petugas di instalasibinatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit Umum Haji Medan, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan.

Referensi

Dokumen terkait

Website Florine Wedding Organizer ini dapat membantu masyarakat yang ingin mengetahui informasi seputar pernikahan serta perencanaan pernikahan dari akad nikah sampai dengan

(2) Salinan naskah asli Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, Supplementing the United Nations Convention against

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membangun suatu aplikasi berbasis web berupa website E-Learning dengan menggunakan modul Pascal, yang digunakan sebagai media alternative

1) Dengan berlakunya Undang-undang ini, segala peraturan pelaksanaan di bidang penyiaran yang ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru. 2)

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Rehabilitasi Ruang Kelas MIN Peureulak Kabupaten Aceh Timur yang telah memasuki tahap Pembuktian Kualifikasi untuk itu kami

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan

Masalah yang difokuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok dan gejala groupthink yang terjadi di GAMADIKSI USU

Hasil analisis dengan menggunakan uji korelasi pearson diperoleh hubungan yang nyata antara luas garapan di lahan hutan lindung dengan variabel: , tekanan ekonomi, dan jumlah