• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1. Berbagai faktor seperti kesulitan perekonomian, pengaruh lingkungan sekitar dan kurangnya lapangan industrial ataupun lapangan pekerjaan merupakan beberapa penyebab terjadinya kejahatan dengan menggunakan senjata api yang sangat meresahkan masyarakat. Terhadap ketiga faktor penyebab terjadinya kejahatan, tidak hanya mendasari kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok masyarakat saja, tetapi ketiga faktor tersebut juga mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat, baik warga sipil maupun aparat kepolisian dan TNI. Faktor lain penyebab timbulnya kejahatan dengan menggunakan senjata api adalah perdagangan senjata api illegal. Tidak hanya itu mampunya seseorang dalam merakit atau membuat senjata api rakitan juga dapat meningkatkan angka kejahatan dengan menggunakan senjata api.

2. Kebutuhan anggaran dana kepolisian yang belum sesuai dengan standard kebutuhan patroli, Terbatasnya jumlah personil kepolisian dalam melaksanakan fungsi patroli kepolisian, Kurangnya perhatian masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya, Kurang aktifnya masyarakat terhadap suatu tindak pidana yang terjadi di lingkungan sekitarnya merupakan kendala yang dihadapi oleh Kepolisian Sumatera Utara dalam menanggulangi Kejahatan- Kejahatan dengan menggunakan senjata api.

3. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan dengan senjata api adalah tugas preventif dan tugas represif. Aparat Kepolisian telah mengambil langkah yang tepat sesuai dengan tugas dan wewenangnya sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia dalam menanggulangi kejahatan dengan senjata api tersebut dengan cara:

a. Melakukan tindakan Preventif yaitu dengan melakukan kegiatan-kegitan sebagai berikut:

1. Tugas yang bersifat penyuluhan, bimbingan, dan pembinaan

2. Tugas yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pertemuan antara unsur niat dan unsur kesempatan sehingga tidak terjadi suatu tindak pidana.

b. Melakukan tindakan Represif yaitu suatu tindakan pemberantasan terhadap suatu kejahatan yang dilakukan dengan cara mengumpul semua barang bukti yang ada, dari tahap penyelidikan hingga tahap penyidikan bila terjadi suatu tindak pidana.

B. Saran

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya serta kesimpulan diatas dapat disampaikan bahwa saran-saran sebagai berikut:

1. Melakukan pendataan ulang mengenai semua senjata api yang terdaftar, baik sipil maupun aparat, serta menguji standard psikologis seseorang terhadap kepemilikan senjata api tersebut,

2. Menindak tegas para pemilik senjata api illegal sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai efek jera sehingga keberadaan peraturan senjata api dapat efektif berlaku,

3. Meniadakan hak kepemilikan senjata api bagi warga sipil dikarenakan pengawasan terhadap kepemilikan senjata api oleh warga sipil membutuhkan lebih banyak perhatian, mengingat akan meningkatnya masyarakat sipil mengajukan surat permohonan izin kepemilikan senjata api dan meningkatnya kejahatan senjata api yang illegal.

4. Melakukan kebijakan-kebijakan ataupun kegiatan-kegiatan yang tetap mengajak masyarakat umum untuk turut serta dalam upaya menanggulangi kejahatan-kejahatan dengan menggunakan ancaman kekerasan maupun senjata api.

BAB II

KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEJAHATAN DENGAN

MENGGUNAKAN SENJATA API

A. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dalam Teori Kriminologi 1. Lingkungan Keluarga

Dalam khasanah kriminologi, orang-orang tidak akan pernah melupakan seorang sarjana yang bernama Cesare Lambrosso, yang juga mendapatkan julukan Bapak Kriminologi Modern. Jasanya bukan karena Teori Born Criminal–nya yang terkenal, tetapi karena Lambrosso merupakan orang yang pertama yang meletakkan metode ilmiah (rational-scientist thinking and experimental) dalam mencari penjelasan tentang sebab-sebab kejahatan serta melihatnya dari banyak faktor.38

Teori Lambrosso tentang Born Criminal (Penjahat yang dilahirkan) menyatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam sifat bawaan dan watak dibandingkan mereka yang bukan penjahat. Lambrosso juga menambahkan 2 (dua) kategori lainnya yaitu Insane Criminal dan Criminoloids, dimana Insane Criminal bukanlah penjahat sejak lahir, melainkan mereka menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang menggangu kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah.

Criminoloids mencakup suatu kelompok ambiguous termasuk penjahat kambuhan

(habitual kriminal), penjahat karena nafsu dan berbagai tipe.39

      

38

Topo Santoso, Op. cit, Hal. 23.

39

Keluarga merupakan permulaan dari kehidupan baru. Seorang bayi dilahirkan, belum ada yang mampu meramalkan apakah bayi itu kelak akan menjadi seorang yang sukses atau seorang pesuruh, atau mungkin kelak menjadi seorang yang berkuasa ataukah seorang pencuri ataupun perampok, dan mungkin pula menjadi seorang pengemis. Tidak ada yang mampu memberi ramalan yang pasti apakah seorang anak tersebut seperti ini profesinya apabila besar nanti. 40 Tetapi bila hendak diramalkan bahwa seorang anak pedagang pada suatu waktu akan menjadi pedagang, kemungkinannya akan lebih besar daripada pernyataan pertama tadi. Namun sulit pula untuk dipastikan bahwa seorang anak pembunuh pada suatu waktu akan menjadi seorang pembunuh juga, atau anak seorang pemain piano pada suatu waktu akan menjadi pencipta lagu.

Kata-kata yang sering dikemukakan adalah bahwa sesuatu akan tergantung pada situasi dan kondisi. Istilah situasi dan kondisi itu atau lebih tepat daripada istilah tersebut adalah tergantung pada keadaan.41

Berbicara tentang situasi dan kondisi ialah istilah dua patah kata yang memiliki arti luas dan dalam. Lingkungan keluarga sebagai faktor yang akan menentukan kearah mana pertumbuhan pribadi si kecil tadi, memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda-beda dalam corak, sifat keluarga tertentu dengan keluarga lain. Salah satu ciri yang menjadi yang menjadi perhatian didalam menelaah dari suatu kejahatan adalah The Broken Home.

Broken Home dapat dikatakan sebagai lingkungan keluarga yang ditimpa kemalangan dan dapat terdiri dari beberapa jenis, misalnya salah seorang

      

40

G.W.Bawengan, Masalah Kejahatan dengan Sebab dan Akibat, (Jakarta: Pradya Paramitha, 1977), Hal. 89.

41

ayah/ibu telah meninggal dunia, bercerai terpisah jauh, sehubungan dengan

delikuensi dan kejahatan.42

Sutherland menyebutkan bahwa broken home itu sebagai unsur yang dipandang sangat beralasan untuk mendorong kearah kejahatan. Kurangnya waktu orang tua untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak merupakan penyebab terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan anak melibatkan diri kearah kejahatan yang tidak diinginkan. Bahkan seringkali orang tua itu hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk membantu anak menyelesaikan persoalan- persoalan yang harus dia kerjakan sendiri, mungkin persoalan pelajaran atau mungkin persoalan kehidupan praktis dari teman anak tersebut. Kesibukan dapat pula membuat orang tua acuh tak acuh terhadap pertanyaan anak yang ingin mengetahui sesuatu, atau mungkin pula ayah memberikan jawaban yang menimbulkan kejengkelan anak. Dengan demikian memupuk kecemasan pada tunas yang mulai tumbuh itu. Oleh sebab itulah disini betul-betul perlu diperhatikan mengenai pentingnya peranan kedua orangtua didalam mendidik anaknya dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.43

2. Pengaruh Sosial

Lingkungan sosial juga merupakan salah satu latar belakang yang memberikan pengaruh pada tingkah laku kriminalitas dari setiap individu- individu. Dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil karya dari Emile Durkheim, satu cara dalam mempelajari suatu masyarakat adalah dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing- masing berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, kita melihat kepada

      

42

Ibid, Hal. 90.

43

struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi. Jika masyarakat itu stabil, bagian-bagiannya beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi. Masyarakat seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika bagian-bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu disebut dysfunctional (tidak berfungsi).44

Setelah lingkungan keluarga, maka terdapat pula lembaga-lembaga sosial yang sangat penting fungsinya sehubungan dengan tingkah laku anggota masyarakat itu, misalnya sekolah. Sekolah memegang peranan penting dalam melatih anak-anak untuk kehidupan selanjutnya.45 Dalam hal itu guru merupakan teman yang dekat hubungannya dengan anak didiknya selain orangtua.

Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai lembaga yang memiliki bagian besar terhadap anak dalam rangka pembentukan watak manusia, karena disanalah semua anak diseleksi dan dikembangkan bakatnya. Dari segi pembinaan bangsa, sekolah merupakan wadah untuk memupuk manusia yang kelak akan berguna bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsanya dan dari segi kriminologinya sekolahpun berfungsi sebagai lembaga yang mampu untuk mencegah kejahatan.

Ada tiga unsur yang perlu dipergunakan sebagai bekal untuk berhasilnya seorang guru adalah:46

a. Bahwa guru harus memiliki pengetahuan mengenai alam pribadi anak didik,

b. Penguasaan mengenai subjek yang diajarkan,

      

44

Topo Santoso, Op. cit, Hal. 58.

45

Edwin H. Sutherland, Op. cit, Hal. 274.

46

c. Kemahiran serta teknik mengajarnya.

Agama tidak dapat disangkal lagi sebagai wadah yang tertinggi nilainya dalam usaha memerangi kejahatan. Sebab agama bertujuan untuk mencapai kesempurnaan pengikutnya dan dengan sendirinya kesempurnaan itu hanya dapat dicapai dengan cara menghindari kejahatan yang merupakan larangan dari setiap agama dimuka bumi ini.

Lunturnya norma-norma keagamaan membuat mereka melalaikan keharusan-keharusan agama dan melebarkan jalan kearah petualangan yang bertentangan dengan ajaran agamanya. Menurut E. H. Sutherland dengan tegas menyatakan bahwa kekurangan latihan keagamaan adalah dasar penyebab kejahatan. Hal ini berdasarkan dengan adanya orang-orang yang melakukan kejahatan, akan tetapi mereka tidak dapat menerangkan dengan sesungguhnya mengapa mereka berbuat demikian.47 Terjadinya kejahatan ditengah-tengah masyarakat beragama adalah menunjukkan kegagalan para pengajar agama, dan dinyatakan pula bahwa berkurangnya perhatian terhadap agama merupakan penyebab utama berkembangnya kejahatan.

Berkenaan dengan itu diperlukan juga peranan dari para guru agama dan pimpinan keagamaan pada satu pihak yang merupakan suatu petunjuk untuk kehidupan bahagia di akhirat nanti dan pihak lain merupakan suatu rel kehidupan dalam masyarakat, jika faktor keluarga, sekolah, dan agama tidak memberikan pengaruh dan kecil pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.

3. Faktor Ekonomi

      

47

Seperti halnya Durkheim, Robert Merton juga mengaitkan masalah kejahatan dengan anomie. Menurut Merton, didalam masyarakat yang berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yang teratas tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah mencapainya. Kesempatan untuk meningkat dalam jenjang sosial tadi memang ada, tetapi tidak tersebar secara merata. Seorang anak yang lahir dari sebuag keluarga miskin dan tidak berpendidikan, misalnya hampir tidak memiliki peluang untuk meraih posisi bisnis atau profesional sebagaimana dimiliki anak yang lahir dari sebuah keluarga kaya dan berpendidikan.48

Latar belakang masalah ekonomi ini merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya suatu kejahatan adalah kejahatan-kejahatan yang menyangkut harta benda, kekayaan, dan perniagaan atau hal-hal yang sejenisnya. Kejahatan- kejahatan ini terjadi karena adanya tekanan ekonomi dimana rakyatnya berada dalam kemiskinan, yang serba kekurangan di bidang pangan, apalagi sandang dan perumahan. Salah satu contoh yaitu pencurian yang terjadi dimana-mana. Walaupun mungkin kejahatan tersebut terjadi pada seorang remaja yang melakukan pencurian sebuah cincin dengan maksud untuk menghadiahkan kepada pacarnya, namun perkara pencurian atau penipuan dan penggelapan lebih banyak dipengaruhi oleh gejala-gejala ekonomi. Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau pengangguran, secara relatif dapat melengkapi rangsangan-rangsangan untuk melakukan pencurian, perampokan, penggelapan, penipuan, atau penyelundupan.49

      

48

Topo Santoso, Op. cit, Hal. 61.

49

Didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dapat dijumpai mengenai masalah kejahatan harta benda tersebut, misalnya pencurian, penipuan, pemerasan, dan lain-lainnya. Hal ini harus kita bedakan dengan kejahatan ekonomi, oleh karena itu di Indonesia telah dikenal adanya tindak pidana ekonomi yang diikuti dengan pembentukan badan-badan peradilan ekonomi walaupun perkara-perkara pencurian, penipuan, dan pemerasan banyak melatarbelakangi keadaan ekonomi, tetapi delik-delik ini merupakan bagian dari Kitab Undang- undang Hukum Pidana dan oleh karena itu bukanlah suatu delik ekonomi. Delik- delik ekonomi dapat kita jumpai dalam undang-undang yang mengatur khusus mengenai tindak pidana ekonomi tersebut.50

4. Dampak Urbanisasi dan Industrial

Kejahatan juga dapat ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialisasi. Indonesia sebagai suatu negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma. Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan pembangunan, dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga diri pembangunan itu, adalah peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas kehidupan, bisanya dinyatakan sebagai urbanisasi yang berlebihan

(overurbanization) dari suatu negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan

peningkatan kejahatan yang tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan. 5. Pengaruh Media Komunikasi dan Informasi

      

50

Demikian juga media komunikasi massa tidak ketinggalan, karena media komunikasi massa ikut serta memberikan rangsangan terhadap jalan pemikiran dan sepak terjang dalam kehidupan bermasyarakat.

Media yang dimaksudkan itu adalah misalnya melalui bacaan-bacaan, seperti surat kabar, majalah, buku-buku bahkan melalui internet. Menurut Elmer H. Johnson dalam bukunya Crime Correction and Society mengemukakan beberapa argumentasi mengenai pengaruh televisi, film, surat-surat kabar, komik- komik serta internet pada jaman sekarang ini dapat menimbulkan rangsangan kearah kejahatan. Argumentasi tersebut adalah:51

a. Bahwa media tersebut gagal untuk membangkitkan respek terhadap hukum serta peraturan-peraturan lainnya. Para penjahat sering disodorkan sebagai pahlawan atau ditunjuk sebagai korban penuntutan, sedangkan perwira-perwira penegak hukumnya ditonjolkan sebagai aktor yang kasar dan berlindung dibalik seragamnya.

b. Bahwa media itu telah membangkitkan kerakusan akan usaha untuk memperoleh uang secara mudah sehingga akibat dan dampak yang timbul sangat berpengaruh bagi yang menyaksikan media tersebut.

c. Bahwa didalam media-media itu sering ditimbulkan masalah-masalah abnormal dalam bidang seks, serangan, dan kekejaman serta penipuan. d. Bahwa cara-cara untuk melakukan kejahatan serta menghindari

pengusutan oleh yang berwajib dapat dipelajari dari bacaan-bacaan fiksi atau nonfiksi, sehingga banyak sekali anak-anak yang biasanya melakukan perbuatan-perbuatan meniru kekejaman dan kejahatan yang

      

51

pernah mereka baca atau lihat dari dalam televisi ataupun melalui internet.

e. Bahwa media massa telah dipersalahkan karena mengutamakan pemberitaan kejahatan, sehingga masalah kejahatan dipandang sebagai hal yang biasa saja misalnya acara-acara di televisi menempatkan pertunjukan kejahatan pada waktu dimana penonton berjumlah maksimal dan berita-berita mengenai kejahatan diberikan tempat-tempat yang mencolok didalam surat kabar.

f. Media massa nampaknya merupakan penghalang kemajuan intelektual dan mendorong orang untuk mengejar sensasi dan ketegangan- ketegangan daripada membentuk manusia-manusia yang bertanggungjawab serta berguna bagi kehidupan.

g. Bahwa media massa pernah dibandingkan dengan dongeng dan dipandang bahwa dongeng atau kisah-kisah demikian itu lebih bermutu. Beberapa argumentasi yang dikemukakan oleh Elmer H. Johnson dalam bukunya yang telah disebutkan diatas tadi. Begitu pula ada beberapa kontra mengenai argument Johnson tadi yang tentunya merupakan tangkisan dari pihak petugas media massa adalah sebagai berikut:52

a. Bahwa komunikator sering mengemukakan pertanyaan, apakah yang cocok untuk dicetak atau untuk dipertunjukkan mereka berpendapat, bahwa keuntungan financial dapat diperoleh dengan cara melengkapi adegan pendidikan dengan sesuatu yang menarik penonton dari pembaca.

      

52

b. Bahwa kisah-kisah mengenai kekerasan dianggap menyegarkan jiwa dan membebaskan sikap agresif dari pembacanya.

c. Bahwa acara-acara televisi telah dipandang membangkitkan perhatian anak-anak untuk perkembangannya.

d. Bahwa berita dan fiksi mengenai kejahatan, mengingatkan kepada masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan penjahat dan membangkitkan jaminan mengenai peranan polisi dan peradilan.

e. Berita-berita mengenai penghukuman penjahat dapat merupakan penghalang bagi perkembangan kejahatan.

f. Bahwa berita mengenai kejahatan memaparkan bahaya dan kekejian untuk membangkitkan semangat masyarakat untuk memerangi kejahatan. g. Bahwa menyembunyikan berita-berita kejahatan dapat membangkitkan

perasaan ingin tahu, oleh sebab itulah anak-anak harus diperkenalkan dengan apa yang baik dan apa yang buruk jika mereka hendak kita hadapkan pada kenyataan hidup.

Dapatlah dikemukakan bahwa pengaruh media massa adalah berbeda-beda sehubungan dengan kualitas individu dengan kondisi lingkungannya.

B. Contoh-Contoh Kasus dengan Menggunakan Senjata Api Baik yang Dilakukan oleh Warga Sipil maupun Aparat Kepolisian atau TNI

1. Kasus pencurian dengan kekerasan (Curas) di Madina Sumut terhadap korban Sugianto (40 Tahun) yang dilakukan oleh 2 (dua) Orang tidak dikenal. Kronologis kejadian : Ketika korban hendak pulang kerumah bersama istrinya dengan mengendarai mobil truck Coft Diesel dari Panyabungan menuju Batahan, sesampainya di Tempat Kejadian Perkara, tiba-tiba dicegat oleh 2 (dua) Orang pengendara sepeda motor Yamaha

RX King sambil menodongkan senjata api kopada korban dan istri, kemudian pelaku langsung mengambil perhiasan emas, 4 Unit HP dan sejumlah uang. Akibat peristiwa tersebut korban menderita kerugian materiil sebesar Rp 325.000.000. Kasus ini ditangani oleh Polda Sumatera Utara.

2. Kasus perampokan di Kantor PT Perkebunan Sumatera Utara Deli Serdang. Kronologis kejadian : terjadi perampokan di PT Perkebunan Sumatera Utara Deli serdang. Berdasarkan keterangan ketiga satpam perusahaan yang sempat disandera para pelaku, menyatakan bahwa terdapat enam pelaku dalam kejadian ini. Terungkap kalau keenam pelaku yang disebut-sebut menggunakan atribut loreng itu cukup mengenali seluk-beluk ruangan kantor perkebunan itu. Sejumlah saksi yang dimintai keterangan diarahkan untuk mengungkap dugaan keterlibatan orang dalam. Saksi menyebutkan perampokan itu dilakukan enam pelaku yang dilengkapi senjata tajam dan sejenis senjata api. Keenam pelaku membobol dua unit brankas dari ruang kasir yang berisi uang tunai Rp 5 juta.

3. Pada tanggal 12 Maret 2006 pukul 15.00 Wib telah terjadi pencurian dengan kekerasan (curas) dengan menggunakan senjata api. Kronologis kejadian : kejahatan tersebut dilakukan oleh 4 (empat) prang laki-laki dengan mengendarai sepeda motor RX King dan sepeda motor Suzuki Satria mengejar dan membuntuti dari belakang mobil Datsun BB 8136 NG yang dikendarai oleh Lembang Harahap, seorang supir warga Tapanuli Selatan, sehingga korban melaju dengan kecepatan tinggi lalu

pelaku menghadang dari depan dan menodongkan senjata api jenis pistol serta melakukan penembakan ke udara sebanyak 1 (satu) kali sehingga korban berhenti, namun para pelaku tidak berhasil mengambil barang- barang milik korban, kemudian pelaku ditangkap.

4. Tindak pidana karena lalainya menyebabkan meninggalnya orang yang dilakukan oleh Seorang Aparat Penegak Hukum. Kronologis kejadian : pada hari Senin tanggal 15 Juni 2009 seorang BRIPTU Hendro Kuswoyo sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku atau tersangka penjambretan. Selanjutnya melakukan pengejaran tersebut dan kemudian pada saat berada di Jalan Keadilan Simpang Medan, Hendro Kuswoyo melakukan penembakan terhadap tersangka/pelaku penjambretan tadi, namun tembakan mengenai seorang yang lain, yang menyebabkan luka dan meninggal dunia.

5. Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 4 (empat) orang pria pada seorang gadis. Kronologis kejadian : Jumat 21 Agustus 2009, ketika Ima Suci Purnamasari (pelapor) bersama temannya Yosefa dan Julianto sedang berada di Live Music Retro, maka oleh Julianto mengenalkan kepada Ima Suci Purnamasari ke beberapa orang teman laki-lakinya (terlapor), Arbi Albar, dkk. Setelah gabung sebentar dan bercerita ditempat itu, maka oleh si terlapor mengajak pelapor dan temannya Yosefa untuk gabung sambil minum-minum di warkop Elisabeth. Atas ajakan tersebut, pelapor dan temannya, Yosefa setuju dan naik ke mobil terlapor. Dan selanjutnya pelapor dibawa oleh si terlapor ke Hotel Sehati, Pancur batu. Tiba di hotel, si pelapor dipaksa masuk kedalam kamar

dibawah ancaman senjata api, dan selanjutnya didalam kamar tersebut maka oleh si terlapor dan teman-temannya memperkosa pelapor secara bergiliran. Atas kejadian tersebut pelapor merasa keberatan dan melaporkan hal tersebut ke kepolisian sekitarnya.

6. Kasus penjualan senjata api rakitan secara illegal. Lima pria ditangkap aparat Kepolisian Daerah Sumatra Utara, Selasa 24 Juni 2009 karena kepergok menjual senjata api rakitan. Kronologis kejadian : ketika seorang anggota Brigade Mobil Polda Sumut berpura-pura membeli senjata ke Ponirin dan Fery. Pria itu bermaksud membeli pistol rakitan beserta dua butir peluru jenis SS-1. Harga yang disepakati Rp 250 ribu. Mereka pun bersepakat bertransaksi di sebuah tempat di Medan. Beberapa saat setelah jual beli tercapai, pria itu lantas membekuk Ponirin dan Fery. Kedua tersangka tak pernah menyangka pria itu adalah polisi yang tengah menyamar. Berdasarkan pengakuan keduanya, polisi kemudian meringkus Roni yang disebut pemilik pistol tersebut. Tersangka ketiga ini bernyanyi dan mengatakan, barang ilegal ini titipan Adi Chandra asal Deli Serdang. Setelah ditangkap, Adi pun mengikuti jurus rekannya dan menyebut Ardiansyah sebagai pemiliknya. Polisi belum mengetahui apakah Ardiansyah itu tokoh karangan Adi. Kelima tersangka mengaku membantu menjualkan pistol itu untuk mendapat komisi. Uangnya digunakan untuk membeli rokok.

7. Pada tanggal 11 April 2007 pukul 20.30 Wib di Jalan Khairil Anwar belakang SD Negri Nomor 050660 Kel. Kuala Binjai Kec. Stabat Langkat telah terjadi Pencurian dengan menggunakan Senjata Api.

Kronologis kejadian : kejahatan tersebut dilakukan oleh 2 (dua) orang tidak dikenal dengan menggunakan sepeda motor GL Pro (plat kendaraan tidak diketahui) berhenti tidak jauh dari korban lalu pelaku mendekati korban berpura-pura bertanya pada korban lalu salah satu pelaku

Dokumen terkait