• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP

Dalam dokumen KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN (Halaman 15-170)

dalam penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikan melalui langkah yang terprogram dan berkesinambungan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dalam bentuk dokumen perencanaan yang disusun secara sistematis dan berkualitas tinggi.

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota

Tebing Tinggi

Sebagaimana tertulis dalam Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 Bagian Kesatu Pasal 2 dinyatakan bahwa Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendidikan, dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung-jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota Tebing Tinggi. Dinas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi: 1. perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan;

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendidikan; 3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan; dan

4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Secara yuridis formal, penataan kelembagaan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi mengacu kepada Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009. Berdasarkan Peraturan Walikota tersebut, Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahkan:

1. Sekretariat, membawahkan:

(a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

(b) Sub Bagian Program dan Perundang-undangan (c) Sub Bagian Keuangan

2. Bidang Kebijakan dan Pembiayaan Pendidikan, membawahkan: (a) Seksi Perencanaan Operasional

(b) Seksi Informasi Manajemen Pendidikan (c) Seksi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan

3. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, membawahkan: (a) Seksi Pembinaan TK dan SD

(b) Seksi Pembinaan SMP, SMA dan SMK

(c) Seksi Pembinaan PAUD dan Pendidikan Luar Sekolah

4. Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membawahkan: (a) Seksi Pembinaan Diklat

(b) Seksi Tenaga Pendidik (c) Seksi Tenaga Kependidikan

5. Bidang Sarana dan Prasarana, membawahkan: (a) Seksi Sarana

(b) Seksi Prasarana

(c) Seksi Pengawasan Pendayagunaan Sarana, Prasarana dan Buku 6. Kelompok Jabatan Fungsional

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Diagram struktur organisasi Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 terlihat pada halaman berikut ini.

Gambar 2.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUBBAG PROGRAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SUBBAG KEUANGAN BIDANG KEBIJAKAN DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKSI PERENCANAAN OPERASIONAL SEKSI INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKSI PEMBIAYAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN BIDANG

PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BIDANG SARANA DAN PRASARANA BIDANG PMPTK SEKSI PEMBINAAN TK DAN SD SEKSI

PEMBINAAN SMP, SMA DAN SMK

SEKSI

PEMBINAAN PAUD DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKSI SARANA SEKSI PRASARANA SEKSI PENGAWASAN PENDAYAGUNAAN SARANA, PRASARANA DAN BUKU

SEKSI PEMBINAAN DIKLAT SEKSI TENAGA PENDIDIK SEKSI TENAGA KEPENDIDIKAN

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi

2.2.1 Dinas Pendidikan

Dari Tabel 2.1. dibawah dapat dilihat bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 41 : 26 (61,2% : 38,8%), Pengawas Sekolah 18 : 9 (66,7% : 33,3%).

Tabel 2.1. Jumlah Pegawai menurut Jenis Kelamin dan Golongan

TINGKAT MENURUT KELAMIN MENURUT GOLONGAN

LK PR JLH GOL I GOL II GOL III GOL IV

DINAS PENDIDIKAN 41 26 67 3 21 35 8

PENGAWAS SEKOLAH 18 9 27 - - - 27

Jika dilihat dari kualifikasi pendidikan Pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, seperti disajikan pada tabel 2.2 dibawah ini, dimana masih adanya pegawai yang memiliki kualifikasi pendidikan <S1 sebanyak 34 orang (50,7%) sedangkan yang memiliki kualifikasi pendidikan >=S1 sebanyak 33 orang (49,3%). Untuk Pengawas Sekolah tidak ada lagi yang memiliki kualifikasi pendidikan <S1.

Tabel. 2.2. Jumlah Pegawai menurut Kualifikasi Pendidikan

TINGKAT

MENURUT JENJANG PENDIDIKAN

SD/SMP SMA/D-I D-II D-III S-1 S-2 JUMLAH

LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH

DINAS

PENDIDIKAN 3 - s 14 7 21 1 1 2 2 4 6 17 11 28 4 3 7 41 26 67 PENGAWAS

SEKOLAH - - 0 - - 0 - - 0 - - 0 16 8 24 2 1 3 18 9 27

2.2.2 Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan agar semua anak usia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003) memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan atau tingkat usianya. Selain itu PAUD merupakan pendidikan persiapan untuk mengikuti pendidikan jenjang SD/MI. Penyelenggaraan PAUD dilaksanakan melalui jalur formal di Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA), dan melalui jalur pendidikan nonformal dalam bentuk

Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA). Selain itu, juga ada Satuan PAUD Sejenis berupa Taman Pembacaan Al-Quran atau Sekolah Minggu.

Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah berupaya mewujudkan perluasan dan pemerataan PAUD. Tingkat layanan pemerintah dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD, serta Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di setiap kecamatan pada tahun 2011, disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 - Jumlah Satuan Pendidikan dan Tingkat Partisipasi PAUD Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2011/2012

Kecamatan

Jumlah Satuan Pendidikan PAUD

APK PAUD Formal Non Formal TK RA Neg. Swt. Neg. Swt. Padang Hulu 1 1 - 3 8 19,9 Rambutan 1 2 - 2 13 13,9 Padang Hilir 1 2 - 4 12 16,2 Bajenis - 4 - 7 16 20,6

Tebing Tinggi Kota - 13 - 3 11 155,5

Total Kota Tebing Tinggi 3 22 - 19 60 45,2

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Pada tahun 2011, secara keseluruhan ada 104 satuan PAUD di Kota Tebing Tinggi. PAUD Formal sebanyak 44 satuan pendidikan, dengan APK sebesar 45,2% bila menggunakan dasar perhitungan usia peserta didik TK/RA adalah empat sampai enam tahun. Capaian ini masih dibawah capaian nasional yaitu 55,47%, perlu diperhatikan agar bisa mencapai capaian nasional.

Belum semua kecamatan di Kota Tebing Tinggi memiliki TK Negeri, yaitu Kecamatan Bajenis dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Walaupun di Kecamatan Tebing Tinggi Kota belum ada TK Negeri tetapi terjadi penumpukan TK di kecamatan ini. Setengah dari seluruh TK di Kota Tebing Tinggi berada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Hal ini mengakibatkan disparitas APK TK/RA antar kecamatan yang cukup mencolok, yaitu terendah di Kecamatan Rambutan, hanya 13,9% (281 murid TK/RA dari 2.027 anak usia TK/RA), dan tertinggi di Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebesar 86,3% (1.869 murid TK/RA dari 2.166 anak usia TK/RA).

Jumlah lembaga PAUD Non Formal tersebar relatif merata di semua kecamatan, terendah sebanyak 8 lembaga di Kecamatan Padang Hulu dan tertinggi sebanyak 16 lembaga di Kecamatan Bajenis. Hal ini terlihat juga pada APK PAUD Non Formal yang relatif sama antar kecamatan, yaitu terendah 7,8% di Kecamatan Tebing Tinggi Kota, dan tertinggi 14,8% di Kecamatan Rambutan. Namun secara keseluruhan, PAUD Formal dan Non Formal, terjadi disparitas APK antar kecamatan yang cukup besar, yaitu terendah 11,4% di Kecamatan Padang Hilir dan tertinggi 47,0% di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Sebagian besar anak usia PAUD di Kota Tebing Tinggi mendapatkan layanan pendidikan tertumupuk di Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

Dari perspektif jender, tidak ada masalah serius mengenai disparitas jender untuk peserta didik TK/RA karena jumlah peserta didik laki-laki relatif sama dengan peserta didik perempuan. Untuk tingkat Kota Tebing Tinggi, peserta didik laki-laki di TK/RA sebesar 51,9%, relatif sama dengan peserta didik perempuan di TK/RA sebesar 48,1%. Demikian juga untuk setiap kecamatan, tidak ada masalah serius dengan diparitas jender peserta didik TK/RA.

2.2.2 Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Pemerintah memiliki kewajiban untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar sembilan tahun sehingga seluruh anak usia 7-15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dapat memperoleh pendidikan setidak-tidaknya sampai sekolah menengah pertama atau sederajat. Pendidikan dasar sembilan tahun ditempuh melalui jalur formal maupun nonformal yang mencakup SD/MI, pendidikan kesetaraan SD (Paket A), SMP/MTs, dan pendidikan kesetaraan SMP (Paket B).

a. Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Dalam dua tahun terakhir, Tahun Pelajaran (T.P.) 2010/2011 sampai T.P. 2011/2012, pertambahan jumlah SD/MI di Kota Tebing Tinggi mencapai 6%. Secara keseluruhan di Kota Tebing TInggi terdapat 103 SD/MI, termasuk satu unit SD Luar Biasa. Demikian juga dengan jumlah keseluruhan peserta didik, relatif tidak ada perbedaan yang mencolok, yaitu 19.735 orang pada T.P. 2010/2011 dan 19.981 orang pada T.P. 2011/2012. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 – Jumlah Satuan Pendidikan dan Peserta Didik SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2010/2011 dan 2011/2012

Jenjang

T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012

Satuan Pendidikan Murid Satuan Pendidikan Murid

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

SD 77 17 14.978 4.207 77 17 14.899 4.325

MI 2 2 402 148 2 7 423 334

Jumlah 79 19 15.380 4.355 79 24 15.322 4.659

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2010/2011 dan 2011/2012

Proporsi jumlah SD (94 unit) yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah MI (9 unit), dan secara khusus juga lebih besarnya jumlah SD Negeri (77 unit) dibandingkan SD Swasta (17 unit) menunjukkan bahwa layanan pendidikan dasar jenjang SD/MI masih diwarnai secara kuat oleh sekolah umum yang dikelola langsung pemerintah. Hal ini sejalan dengan amanah Undang-Undang Dasar yang tertuang dalam Program Wajib Belajar Sembilan Tahun.

Pada T.P. 2010/2011, ada 10.225 (51,8%) murid laki-laki dan 9.510 (48,2%) murid perempuan. Proporsi pada T.P. 2011/2012 juga menunjukkan komposisi persentase dengan perbedaaan yang tidak begitu signifikan (hanya 0,01%), yaitu 10.375 (51,9%) murid laki-laki dan 9.606 (48,1%) murid perempuan. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir tidak ada masalah serius mengenai disparitas jender untuk jumlah peserta didik SD/MI.

Tabel 2.3 – Jumlah Peserta Didik SD/MI Menurut Jenis Kelamin Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2010/2011 dan 2011/2012

Jenjang T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012 Lk. Pr. Total Lk. Pr. Total SD 9.941 9.244 19.185 9.986 9.238 19.224

MI 284 266 550 389 368 757

Jumlah 10.225 9.510 19.735 10.375 9.606 19.981

Pada bagian berikut ini diuraikan gambaran kinerja layanan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan dasar jenjang SD/MI dilihat berdasarkan dua aspek, yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dan (2) peningkatan mutu pendidikan.

a.1. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

Aspek akses ditujukan untuk menilai seberapa jauh Pemerintah Kota Tebing Tinggi memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan kepada semua anak dan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan sekolah tanpa hambatan.

1.a) Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah jenjang SD/MI dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Pada Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir capaian APK SD/MI, yaitu indikator yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah siswa SD/MI terhadap jumlah anak usia 7-12 tahun, berfluktuasi dengan kecenderungan menaik. Pada T.P. 2009/2010, APK SD/MI sebesar 104.93% dan menaik menjadi 125,33% pada T.P. 2010/2011 tetapi kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 115,75%. Walaupun menurun pada T.P. 2011/2012, namun capaian APK SD/MI ini tidak jauh di bawah capaian APK SD/MI tingkat nasional sebesar 117,0%.

Tabel 2.4 – Tingkat Partisipasi SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, T.P. 2011/2012 Indikator T.P. 2009/2010 T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012 APK 104.93% 125,33% 115.75% APM 89.69% 103,74% 95.60% APS 100.64% 121,14% 114.03%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi

T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, dan T.P. 2011/2012

Pola yang sama juga terjadi pada APM SD/MI, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa SD/MI berusia 7-12 tahun terhadap jumlah anak berusia 7-12 tahun. Pada T.P. 2009/2010, APM SD/MI sebesar 89,69% dan menaik menjadi 103.74% pada T.P. 2010/2011 tetapi kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 95,60%.

Kondisi menurunnya APM SD/MI pada T.P. 2010/2011 dan masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang menetapkan APM SD/MI minimal sebesar 95%, terjadi karena semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia di bawah tujuh tahun yang

memasuki jenjang SD/MI dan juga semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia 12 tahun sudah memasuki jenjang SMP/MTs. Pada T.P. 2010/2011 sebanyak 86,9% (3.047 dari 3.506 orang) murid Kelas 1 SD/MI berusia di bawah tujuh tahun dan menurun menjadi 85,9% (3.133 dari 3.644 orang) pada T.P. 2011/2012. Jumlah murid berusia di bawah tujuh tahun tidak diikut-sertakan dalam perhitungan APM SD/MI.

Kecenderungan menurunnya APM SD/MI tidak mengkhawatirkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya APS usia 7-12 tahun, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa berusia 7-12 tahun pada semua jenjang pendidikan terhadap jumlah anak berusia 7-12 tahun. Pada T.P. 2009/2010, APS usia 7-12 tahun sebesar 100,64%, meningkat menjadi 121,14% pada T.P. 2010/2011, kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 114,03%. Capaian APS ini dapat menggambarkan bahwa hampir seluruh anak berusia 7-12 tahun sedang bersekolah, baik pada jenjang SD/MI maupun pada jenjang SMP/MTs. Indikator APS lebih besar dari 100% mengindikasikan adanya anak dari luar Kota Tebing Tinggi yang mendapatkan layanan pendidikan di Kota Tebing Tinggi. Ini adalah fenomena yang umum terjadi pada suatu kota karena adanya cross-boundary.

Menurunnya APS SD/MI tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tersosialisasinya Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di kalangan masyarakat .

Tabel 2.5 – Rasio Jumlah Siswa Per Sekolah Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Lembaga Rasio Siswa per Sekolah SD 19.224 94 204 MI 757 9 84 Total 19.981 103 194

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Namun demikian, bila memperhatikan jumlah siswa per sekolah pada Tabel 2.6 terlihat distribusi yang tidak merata. Ada 24 sekolah (23,3%) yang kekurangan siswa karena jumlah siswa kurang dari 140 orang, dan ada 16 sekolah (15,3%) yang kelebihan siswa ditandai dengan jumlah siswa yang lebih dari 240 orang.

Tabel 2.6 –Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Jumlah Siswa Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Kategori Jumlah Siswa Jumlah

Sekolah Persentase 1. Jumlah siswa < 90,0 15 14,6% 2. Jumlah siswa 90,0 s.d. < 140,0 9 8,7% 3. Jumlah siswa 140,0 s.d. < 190,0 24 23,3% 4. Jumlah siswa 190,0 s.d. < 240,0 39 37,9% 5. Jumlah siswa >= 240,0 16 15,5% Total 103 100%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Meskipun APS usia 7-12 tahun Kota Tebing Tinggi pada T.P. 2011/2012 sudah tinggi 114.03% namun terdapat disparitas yang cukup besar antar kecamatan. Tiga dari lima kecamatan memiliki APS di bawah 90%, yaitu Kecamatan Padang Hilir (88,7), Sedangkan 4 kecamatan yang lain memiliki APS di atas 90%, yaitu Kecamatan Padang Hulu 96%, KecamatanRambutan 130,6%, Kecamatan Bajenis 91,14, dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota (213,4). Hal ini menunjukkan layanan pendidikan usia 7-12 tahun yang tidak merata di semua kecamatan.

1.b) Angka Melanjutkan

“Apakah murid SD/MI di Kota Tebing Tinggi melanjutkan ke jenjang SMP/MTs?” adalah pertanyaan penting terkait dengan tingkat melanjutkan SD/MI ke jenjang SMP/MTs. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek penting, yaitu: (1) Angka Transisi atau Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs, dan (2) ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMP/MTs. Dalam dua tahun terakhir, AM jenjang SD/MI ke jenjang SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi menunjukkan capaian yang sangat tinggi, yaitu 124,0% pada T.P. 2010/2011 dan 122,5% pada T.P. 2011/2012. Walaupun terjadi penurunan, tetapi AM ke SMP/MTs sudah di atas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah murid baru Kelas 1 SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi lebih banyak dibandingkan jumlah lulusan SD/MI Kota Tebing Tinggi. Fenomena ini sangat mungkin terjadi karena adanya lulusan SD/MI dari luar Kota Tebing Tinggi yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah lulusan SD/MI Kota Tebing Tinggi yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs atau melanjutkan ke jenjang SMP/MTs di luar Kota Tebing Tinggi. Walaupun AM SD/MI ke SMP/MTs pada T.P. 2011/2012 sudah di atas 100%, namun masih ada tiga dari lima kecamatan dengan AM di bawah 90%, yaitu Kecamatan Padang Hilir

(60,5%), Kecamatan Padang Hulu (86,0%), dan Kecamatan Rambutan (58,1%). Hal ini menunjukkan cukup banyak lulusan SD/MI di tiga kecamatan tersebut yang melanjutkan ke jenjang SMP/MTs di luar kecamatan masing-masing. Kondisi ini sejalan dengan rasio layanan rombel Kelas 1 SMP/MTs dibandingkan layanan rombel Kelas 6 SD/MI yang tidak tinggi di tiga kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Padang Hilir hanya 41,2%, Kecamatan Padang Hulu hanya 68,8%, dan Kecamatan Rambutan hanya 45,0% seperti terlihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 – Gambaran Layanan Kelas 1 SMP/MTs Dibandingkan Kelas 6 SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2011/2012

No Kecamatan Jumlah Rombel Kelas 6 SD/MI Jumlah Rombel Kelas 1 SMP/MTs Rasio 1. Padang Hulu 16 10 62,5% 2. Rambutan 20 9 45,0% 3. Padang Hilir 17 8 47,1% 4. Bajenis 17 14 82,4%

5. Tebing Tinggi Kota 32 58 181,3%

Total 102 99 83,6%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Pada Tabel 2.7 terlihat bahwa rasio Layanan Kelas 1 SMP/MTs dibandingkan dengan Kelas 6 SD/MI secara keseluruhan untuk Kota Tebing Tinggi sebesar 83,6%, tidak sejalan dengan AM SD/MI ke SMP/MTs yang mencapai 122,5%. Hal ini terjadi karena rasio murid per rombel untuk Kelas 6 SD/MI sebesar 28 orang, lebih kecil dibandingkan rasio murid per rombel untuk Kelas 1 SMP/MTs yang mencapai 32 orang.

a.2. Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan jenjang SD/MI di Kota Tebing Tinggi akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu: (a) besaran Angka Mengulang Kelas (AMK), (b) besaran Angka Putus Sekolah (APtS), (c) mutu input pendidikan, dan (d) mutu lulusan.

2.a) Angka Mengulang Kelas

AMK SD/MI Kota Tebing Tinggi dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun . Pada Tp. 2009/2010 sebesar 3,2% menurun menjadi 3,1% pada T.P. 2010/2011 dan 2,0% pada T.P. 2011/2012. Data terpilah sekolah dan madrasah menunjukkan bahwa persentase AMK di SD juga cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir, begitu juga AMK di MI cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir. Hal ini terlihat pada Grafik 2.1.

Apabila dicermati lebih mendalam, pada Tabel 2.8 terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir AMK murid laki-laki lebih tinggi dibandingkan AMK murid perempuan. Keadaan ini tidak hanya untuk AMK secara keseluruhan tetapi juga AMK untuk setiap tingkatan kelas dari Kelas 1 sampai Kelas 6. Pada T.P. 2008/2009, secara keseluruhan AMK murid laki-laki sebesar 4,4% (ada 446 murid yang mengulang), sedangkan AMK murid perempuan sebesar 2,0% (ada 187 murid yang mengulang).

Grafik 2.1 –AMK Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012

Pada Tabel 2.9 juga terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir secara keseluruhan persentase tertinggi AMK SD/MI berada di kelas awal, khususnya di Kelas 1 yang kemudian menurun dari Kelas 2 sampai Kelas 6. Pada T.P. 2010/2011 terlihat bahwa AMK Kelas 1 adalah yang tertinggi, yaitu 6,3%, kemudian AMK Kelas 2 lebih rendah, yaitu 5,0%, demikian seterusnya menurun sampai AMK Kelas 6. Pola yang sama juga terjadi untuk AMK murid laki-laki dan murid perempuan, seperti terlihat pada Grafik 2.2.

0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% SD MI TOTAL 3,2% 1,0% 2,1% 0,031 0 0,0155 0,02 0 0,01 H UN DE R T E 2009/2010 2010/2011 2011/2012

Tabel 2.9 – AMK SD/MI Kota Tebing Tinggi Per Kelas Menurut Jenis Kelamin Pada Tiga Tahun Terakhir

Kelas 2009/2010 2010/2011 2011/2012

L P Total L P Total L P Total

Kelas 1 7.8% 4.6% 6.2% 7.5% 5.2% 6.4% 6.2% 3.5% 4.9% Kelas 2 6.3% 3.6% 5.0% 4.9% 2.5% 3.7% 3.9% 1.7% 2.8% Kelas 3 5.8% 1.8% 3.9% 6.0% 2.3% 4.2% 3.1% 1.5% 2.3% Kelas 4 3.7% 1.1% 2.5% 4.3% 1.6% 3.0% 2.7% 0.6% 1.7% Kelas 5 1.7% 0.6% 1.2% 1.7% 0.5% 1.1% 0.0% 0.0% 0.0% Kelas 6 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% Total 4.4% (840) 2.0% (382) 3.2% (611) 4.2% (772) 2.0% (368) 3.1% (570) 2.7% (515) 1.2% (229) 2.0% (381)

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, dan T.P. 2011/2012

Keadaan tingginya AMK Kelas 1 SD/MI, bahkan tertinggi dibandingkan tingkatan kelas yang lain, mengindikasikan ketidaksiapan murid Kelas 1 belajar pada jenjang SD/MI. Pada T.P. 2011/2012, walaupun sebagian besar (3.462 dari 3.644 orang atau 95,0%) siswa Kelas 1 SD/MI di Kota Tebing Tinggi sebelumnya sudah mengikuti pendidikan di TK/RA, namun sebagian besar dari mereka berusia di bawah tujuh tahun, yaitu sebanyak 1.975 dari 3.644 siswa atau 54,2%. Hanya 1603 orang (44,0%) siswa Kelas 1 yang berusia tujuh tahun, dan 66 orang (1,8%) yang berusia di atas tujuh tahun. Pada usia di bawah tujuh tahun, secara umum kesiapan anak untuk mengikuti proses pendidikan masih rendah, baik secara fisik, mental, maupun psikologis. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat penguasan mata pelajaran yang pada akhirnya menyebabkan AMK Kelas 1 SD/MI menjadi tinggi.

Grafik 2.2 – AMK SD/MI Kota Tebing Tinggi Per Kelas Menurut Jenis Kelamin Pada T.P. 2011/2012

Walaupun AMK SD/MI pada T.P. 2011/2012 secara keseluruhan tidak tinggi, sebesar 2,0%, namun tetap perlu mendapat perhatian khusus karena 38 dari 103 SD/MI (36,9%) memiliki AMK lebih dari 4%.

2.b) Angka Putus Sekolah

Dalam tiga tahun terakhir, Angka Putus Sekolah (APtS) SD/MI tingkat Kota Tebing Tinggi menunjukkan kinerja yang bagus karena nilainya cenderung menurun. APtS pada T.P. 2009/2010 sebesar 0,24%, menurun menjadi 0,05% pada T.P. 2010/2011, dan menjadi 0,04% pada T.P. 2011/2012. Capaian ini jauh lebih baik dibandingkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan APtS tidak melebihi 1% dari jumlah siswa yang bersekolah. Disamping faktor kemiskinan, tingginya jumlah angka mengulang kelas juga berpengaruh terhadap jumlah anak putus sekolah. Anak yang mengulang kelas lebih dari sekali rentan untuk mengalami putus sekolah. Besarnya angka putus sekolah tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar. Memutus mata rantai ketidaksiapan anak memasuki pendidikan dasar, tingginya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah harus segera diupayakan secara terintegrasi.

0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0%

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6

6,2% 3,9% 3,1% 2,7% 0,0% 0,0% 0,035 0,017 0,015 0,006 0 0 H UN DE R T E Laki-Laki Perempuan

2.c) Mutu Input Pendidikan

Mutu input pendidikan dianalisis melalui tiga aspek, yaitu: (i) kecukupan ruang kelas, (ii) kelayakan ruang kelas, dan (iii) kecukupan jumlah guru untuk keseluruhan lembaga SD/MI. Mutu input pendidikan tersebut terkait erat dengan upaya pemerataan layanan pendidikan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, jender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik. Pemerataan layanan pendidikan ditekankan pada sejauh mana anak-anak mempunyai peluang yang sama untuk belajar di sekolah yang memenuhi standar.

Dari sisi kecukupan ruang kelas, rata-rata rasio ruang kelas terhadap rombel SD/MI Kota Tebing Tinggi pada T.P. 2011/2012 sebesar 4,5 (Rasio ½ s.d < 1/1). Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai terhadap jumlah rombel yang membutuhkan ruang kelas. Pada Tabel 2.10 terlihat bahwa hampir semua SD/MI (92 dari 103 atau 89,3%) memiliki rasio 1/1. Ada enam sekolah (5,8%) menunjukkan kelebihan ruang kelas karena memiliki rasio di atas 1/1. Walaupun ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai sesuai kebutuhan rombel, namun perlu diperhatikan kondisi ruang kelas tersebut, apakah dalam keadaan baik atau rusak.

Tabel 2.10 – Distribusi Jumlah SD/MI Berdasarkan Rasio Ruang Kelas Terhadap Rombel Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Kategori Rasio Ruang Kelas / Rombel Jml Sekolah %

Rasio kurang dari 1/2 0 0

Rasio 1/2 s.d. < 1/1 5 5%

Rasio = 1/1 92 89%

Rasio > 1/1 s.d. < 3/2 6 6%

Rasio > 3/2 0 0

Total 103 1,0

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Berdasarkan kelayakan ruang kelas, pada Tabel 2.11 terlihat bahwa sebagian besar ruang kelas dalam kondisi baik, yaitu 566 dari 634 ruang (89,3%). Hanya ada 15 ruang (2,4%) dalam kondisi rusak berat, sedangkan yang rusak ringan sebanyak 53 ruang (8,4%). Hal ini

Dalam dokumen KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN (Halaman 15-170)

Dokumen terkait