• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Landasan Hukum ... 2

1.3. Maksud dan Tujuan... 4

1.4. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI ... 7

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi ... 7

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi ... 10

2.2.1 Dinas Pendidikan ... 10

2.2.2 Pendidikan Anak Usia Dini ... 10

2.2.2 Pendidikan Dasar Sembilan Tahun ... 12

2.2.3 Pendidikan Menengah ... 34

2.2.4 Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) ... 45

2.2.5 Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 48

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan ... 62

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD ... 72

2.4.1. Peluang ... 72

2.4.2. Tantangan ... 73

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ... 74

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan ... 74

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih ... 75

3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional ... 79

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Strategis ... 80

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis ... 81

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN... 82

4.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan ... 82

(3)

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi ... 83

4.2.1 Tujuan Strategis ... 84

4.2.2. Sasaran ... 85

4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi ... 91

4.3.1 Strategi ... 91

4.3.2 Kebijakan ... 94

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF ... 105

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD KOTA TEBING TINGGI ... 128

(4)

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

DINAS PENDIDIKAN

Jalan Balai Kota No. 1  (0621) 21943 Fax. (0621) 24618 Tebing Tinggi 20632 URL : http://www.pdk-tebingtinggi.com

e-mail : disdik@pdk-tebingtinggi.com

KEPUTUSAN

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

NOMOR : 420/ /KPP/2013

TENTANG

TIM PENYUSUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI (2011–2016)

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

MENIMBANG : a. Bahwa untuk melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Undang-undang Nomor 28 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Permendagri No.13 Tahun 2006 dipandang perlu untuk menetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi tentang Tim Penyusun Renstra SKPD Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi (2011-2016).

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 9 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Kecil di Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara jo. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1979 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II Tebing Tinggi;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

(5)

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan atara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. 11. Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi; 12. Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 5 Tahun 2009 tentang

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Tebing Tinggi;

13. Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja, dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi;

(6)

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI TENTANG TIM PENYUSUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2011-2016 DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

Pasal 1

Kepala Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi menyempurnakan Rancangan Renstra (2011-2016) Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi dengan berpedoman pada Dokumen Perencanaan yang ada di Kota Tebing Tinggi, Propinsi, dan Pusat maupun Dokumen Perencanaan di Kementrian Teknis (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI) yang telah ditetapkan sebagaimana yang tertuang dalam Permendagri Nomor 54 tahun 2010 pasal 152 ayat 1.

Pasal 2

Dalam Keputusan ini, yang dimaksud dengan :

1. Rencana Strategis (2011-2016) Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, yang selanjutnya disebut dengan Renstra Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi adalah Dokumen Perencanaan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi atas kewenangan yang diberikan kepada Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi. 2. Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi berlaku untuk

Tahun Anggaran (2011-2016)

3. Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi memuat : Tujuan, Sasaran, Program serta Kegiatan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun (2011-2016)

Pasal 3

Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi memuat Pelayanan di bidang Pendidikan yang bersifat strategis

(7)

Pasal 4

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari RPJMD Kota Tebing Tinggi

Pasal 5

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di dalamnya akan diperbaiki sebagaimana mestinya

DITETAPKAN DI : TEBING TINGGI PADA TANGGAL : 2013 __________________________________ KEPALA DINAS PENDIDIKAN

KOTA TEBING TINGGI,

Drs. H. PARDAMEAN SIREGAR, MAP

PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19620315 198403 1 003

Tembusan :

1. Walikota Tebing Tinggi

2. Kepala Inspektorat Kota Tebing Tinggi .

(8)

Lampiran 1 : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Nomor : 420/ /KPP/2013

Perihal : Nama-nama Tim Penyusun Dalam Rangka Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan 2011-2016

No Nama/NIP Jabatan Dalam Dinas Jabatan dalam Kegiatan

1. Drs. H. Pardamean Siregar, MAP Kepala Dinas Pendidikan Ketua NIP. 19620315 198403 1 003

2. Darajat, S.Pd, M.Pd Kabid Kebijakan dan Pembiayaan Pendidikan

Sekretaris NIP. 19701025 199512 1001

3. Drs. AB. Parto L. Tobing Kasi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan Ketua Kelompok Kerja Perumus Renstra NIP. 19600609 198703 1 004

4. Lambok F.I.S. Sitorus Staf Seksi Perencanaan Anggota Kelompok Kerja NIP. 19760501 200604 1 005 Operasional Perumus Renstra

5. Ebenezer Siburian Staf Seksi Pembiayaan, Anggota Kelompok Kerja NIP. 19870131 201001 1 011 Evaluasi dan Pelaporan Perumus Renstra

6. Mesrawati HH Simarmata, A.Md Staf Seksi Perencanaan Anggota Kelompok Kerja NIP. 19810403 201001 2 013 Operasional Perumus Renstra

7.

Ade Sofia Nasution, SH, MAP Kasi Perencanaan Operasional

Ketua Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi

NIP. 19830323 200312 2 001

8.

Findanen Ady Sastro, SE Staf Seksi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan

Anggota Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi

NIP. 19760905 201001 1 014

9.

Muhammad Dedi Lubis Staf Seksi Informasi dan Manajemen Pendidikan

Anggota Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi

NIP. 19800727 201212 1 003

10.

Rika Farida Sinaga, A.Md Staf Seksi Informasi dan Manajemen Pendidikan

Anggota Kelompok Kerja Pengumpul Data dan Informasi

NIP. 19830818 201001 1 032

KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

Drs. H. PARDAMEAN SIREGAR, M.AP

PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19620315 198403 1 001

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan limpahan rahmat-NYA maka penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi didasarkan pada analisis kondisi pendidikan mulai dari Tahun Pelajaran 2010/2011 sampai dengan 2011/2012, permasalahan yang dihadapi serta harapan yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Selain itu, untuk menjaga sinergisitas pembangunan, maka RENSTRA harus mempertimbangkan berbagai kebijakan nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal (SPM), RENSTRA Kementerian Pendidikan Nasional, dan Standar Nasional Pendidikan, juga memperhatikan RENSTRA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara serta hasil konsultasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan di Kota Tebing Tinggi. RENSTRA ini disusun sebagai program kerja Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 5 (lima) tahun kedepan yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) setelah terpilihnya Walikota Tebing Tinggi yang baru periode 2011-2016. Renstra ini adalah pedoman pelaksanaan pembangunan di bidang pendidikan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan serta mewujudkan pendidikan masyarakat Kota Tebing Tinggi yang bertaqwa dan berdaya saing.

Kami menyadari bahwa penyusunan RENSTRA ini masih jauh dari kesempunaan, maka sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Semoga RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi yang telah tersusun ini dapat bermanfaat.

Tebing Tinggi, September 2013 KEPALA DINAS PENDIDIKAN

KOTA TEBING TINGGI,

Drs. H. PARDAMEAN SIREGAR, MAP. PEMBINA UTAMA MUDA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengelolaan pendidikan yang baik sangat dibutuhkan dalam peningkatan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera yang akhirnya memiliki daya saing secara global. Hal ini telah termaktub dalam program pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.

Seiring dengan berlakunya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan peluang yang luas bagi Daerah untuk mengurus rumahtangganya sendiri dan menggerakkan segenap potensi daerah dengan peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini secara tegas menunjukkan bahwa Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, sebagai suatu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintahan Kota Tebing Tinggi yang menangani pendidikan, harus memberikan perhatian yang serius dalam pengelolaan pendidikan di Kota Tebing Tinggi, yang tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga watak, moral, sosial, dan fisik peserta didik.

Agar pembangunan pendidikan dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu perencanaan strategis pendidikan jangka menengah yang sistematis dan berkualitas tinggi. Suatu perencanaan strategis pendidikan yang disusun berdasarkan data terkini yang akurat sesuai situasi dan kondisi Kota Tebing Tinggi. Rencana strategis pendidikan tersebut menjabarkan visi dan misi Walikota Tebing Tinggi sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016, yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 3 Tahun 2012.

(11)

Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi selaku SKPD yang bertanggungjawab terhadap pembangunan bidang pendidikan di Kota Tebing Tinggi memberikan perhatian yang serius. Sebagai wujud nyata tanggungjawab tersebut, Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 yang perlu didukung semua pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan di Kota Tebing Tinggi.

Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi disusun berdasarkan isu strategis terkini sesuai hasil analisis layanan pendidikan atau potret pendidikan Tahun Pelajaran 2010/2011 sampai Tahun Pelajaran 2011/2012. Rencana Strategis ini diharapkan dapat memandu semua pemangku kepentingan (stakeholder) bidang pendidikan di Kota Tebing Tinggi, khususnya segenap jajaran Dinas Pendidikan dan SKPD terkait dan semua Satuan Pendidikan dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan pendidikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.

1.2. Landasan Hukum

RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 disusun berdasarkan landasan hukum yang disamping memberikan aspek legal juga memberikan gambaran tentang komponen-komponen yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sesuai dengan standar yang berlaku. Landasan hukum penyusunan RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 2011-2016 adalah sebagai berikut:

1. Landasan Idiil: Pancasila

2. Landasan Konstitusional: Undang-Undang Dasar 1945 (hasil amandemen terakhir) 3. Landasan Konseptual:

a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang

(12)

d) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

e) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

f) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencanan Pembangunan Daerah.

h) Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 3 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016

i) Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Tebing Tinggi

j) Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 27 Tahun 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016

4. Landasan Operasional:

a) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

b) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan c) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

d) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah e) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

f) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

g) Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

h) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

i) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

(13)

j) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

k) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

l) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

m) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

n) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru

o) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk SD/MI, SMP/MTs, Dan SMA/MA

p) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah

q) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah

r) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan

s) Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja dan Rincian Tugas Jabatan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi

1.3. Maksud dan Tujuan

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 adalah merupakan pengejawantahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, maksud dan tujuan penyusunannya adalah sebagai berikut:

1. Maksud Penyusunan Rencana Strategis

a) Menggambarkan kondisi saat ini dan kecenderungan (trend) masa mendatang pendidikan di Kota Tebing Tinggi;

b) Menetapkan visi, misi, dan tujuan/sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi sampai akhir periode perencanaan di tahun 2016;

c) Menetapkan strategi, kebijakan, dan program, serta kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan;

(14)

d) Mensinkronkan dan mengintegrasikan pelaksanaan pembangunan bidang pendidikan dengan instansi terkait dan seluruh lapisan masyarakat.

2. Tujuan Penyusunan Rencana Strategis

Secara umum Rencana Strategis ini ditujukan untuk memberikan pedoman, petunjuk, dan referensi dalam:

a) melaksanakan program dan kegiatan pembangunan pendidikan setiap tahun secara berkelanjutan, baik di tingkat kota maupun di tingkat satuan pendidikan, dan

b) menyusun tolok ukur evaluasi kinerja Dinas Pendidikan dan jajarannya secara proporsional.

Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi berisikan semua program kerja yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun ke depan. Semua program ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan atau mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Tercapainya tujuan dan sasaran Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, beserta tujuan dan sasaran satuan kerja lain secara simultan, diharapkan mampu mewujudkan pencapaian tujuan dan sasaran Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Tercapainya tujuan dan sasaran Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi harus memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kota Tebing TinggiTahun 2011-2016 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, dan

sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD memuat uraian mengenai 2.1. Tugas, Fungsi dan

Struktur Organisasi Dinas Pendidikan, 2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan, 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Pendidikan, 2.4. Tantangan dan Peluang, Pengembangan Pelayanan Dinas Pendidikan.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI memuat uraian mengenai

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendidikan, 3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Walikota Tebing Tinggi, 3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pendidikan Nasional, 3.4. Penentuan Isu-isu Strategis.

(15)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI memuat uraian 4.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Tebing

Tinggi, 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, 4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi.

BAB V RENCANA, PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF berisi uraian tentang rencanan, program dan kegiatan,

Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif.

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD KOTA TEBING TINGGI memuat tentang kebutuhan dan ketersediaan biaya

untuk mengimplementasikan program dan kegiatan RENSTRA Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016.

Bab VII PENUTUP memuat rangkuman dan harapan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi

dalam penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikan melalui langkah yang terprogram dan berkesinambungan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dalam bentuk dokumen perencanaan yang disusun secara sistematis dan berkualitas tinggi.

(16)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota

Tebing Tinggi

Sebagaimana tertulis dalam Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 Bagian Kesatu Pasal 2 dinyatakan bahwa Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendidikan, dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung-jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah Kota Tebing Tinggi. Dinas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi: 1. perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan;

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendidikan; 3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan; dan

4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Secara yuridis formal, penataan kelembagaan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi mengacu kepada Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009. Berdasarkan Peraturan Walikota tersebut, Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahkan:

1. Sekretariat, membawahkan:

(a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

(b) Sub Bagian Program dan Perundang-undangan (c) Sub Bagian Keuangan

2. Bidang Kebijakan dan Pembiayaan Pendidikan, membawahkan: (a) Seksi Perencanaan Operasional

(b) Seksi Informasi Manajemen Pendidikan (c) Seksi Pembiayaan, Evaluasi dan Pelaporan

(17)

3. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, membawahkan: (a) Seksi Pembinaan TK dan SD

(b) Seksi Pembinaan SMP, SMA dan SMK

(c) Seksi Pembinaan PAUD dan Pendidikan Luar Sekolah

4. Bidang Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membawahkan: (a) Seksi Pembinaan Diklat

(b) Seksi Tenaga Pendidik (c) Seksi Tenaga Kependidikan

5. Bidang Sarana dan Prasarana, membawahkan: (a) Seksi Sarana

(b) Seksi Prasarana

(c) Seksi Pengawasan Pendayagunaan Sarana, Prasarana dan Buku 6. Kelompok Jabatan Fungsional

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Diagram struktur organisasi Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 30 Tahun 2009 terlihat pada halaman berikut ini.

(18)

Gambar 2.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUBBAG PROGRAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SUBBAG KEUANGAN BIDANG KEBIJAKAN DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN SEKSI PERENCANAAN OPERASIONAL SEKSI INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKSI PEMBIAYAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN BIDANG

PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BIDANG SARANA DAN PRASARANA BIDANG PMPTK SEKSI PEMBINAAN TK DAN SD SEKSI

PEMBINAAN SMP, SMA DAN SMK

SEKSI

PEMBINAAN PAUD DAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKSI SARANA SEKSI PRASARANA SEKSI PENGAWASAN PENDAYAGUNAAN SARANA, PRASARANA DAN BUKU

SEKSI PEMBINAAN DIKLAT SEKSI TENAGA PENDIDIK SEKSI TENAGA KEPENDIDIKAN

(19)

2.2. Sumber Daya Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi

2.2.1 Dinas Pendidikan

Dari Tabel 2.1. dibawah dapat dilihat bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi 41 : 26 (61,2% : 38,8%), Pengawas Sekolah 18 : 9 (66,7% : 33,3%).

Tabel 2.1. Jumlah Pegawai menurut Jenis Kelamin dan Golongan

TINGKAT MENURUT KELAMIN MENURUT GOLONGAN

LK PR JLH GOL I GOL II GOL III GOL IV

DINAS PENDIDIKAN 41 26 67 3 21 35 8

PENGAWAS SEKOLAH 18 9 27 - - - 27

Jika dilihat dari kualifikasi pendidikan Pegawai Kantor Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi, seperti disajikan pada tabel 2.2 dibawah ini, dimana masih adanya pegawai yang memiliki kualifikasi pendidikan <S1 sebanyak 34 orang (50,7%) sedangkan yang memiliki kualifikasi pendidikan >=S1 sebanyak 33 orang (49,3%). Untuk Pengawas Sekolah tidak ada lagi yang memiliki kualifikasi pendidikan <S1.

Tabel. 2.2. Jumlah Pegawai menurut Kualifikasi Pendidikan

TINGKAT

MENURUT JENJANG PENDIDIKAN

SD/SMP SMA/D-I D-II D-III S-1 S-2 JUMLAH

LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH LK PR JLH

DINAS

PENDIDIKAN 3 - s 14 7 21 1 1 2 2 4 6 17 11 28 4 3 7 41 26 67 PENGAWAS

SEKOLAH - - 0 - - 0 - - 0 - - 0 16 8 24 2 1 3 18 9 27

2.2.2 Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan agar semua anak usia 0-6 tahun (UU No. 20 Tahun 2003) memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan atau tingkat usianya. Selain itu PAUD merupakan pendidikan persiapan untuk mengikuti pendidikan jenjang SD/MI. Penyelenggaraan PAUD dilaksanakan melalui jalur formal di Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA), dan melalui jalur pendidikan nonformal dalam bentuk

(20)

Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA). Selain itu, juga ada Satuan PAUD Sejenis berupa Taman Pembacaan Al-Quran atau Sekolah Minggu.

Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah berupaya mewujudkan perluasan dan pemerataan PAUD. Tingkat layanan pemerintah dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD, serta Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di setiap kecamatan pada tahun 2011, disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 - Jumlah Satuan Pendidikan dan Tingkat Partisipasi PAUD Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2011/2012

Kecamatan

Jumlah Satuan Pendidikan PAUD

APK PAUD Formal Non Formal TK RA Neg. Swt. Neg. Swt. Padang Hulu 1 1 - 3 8 19,9 Rambutan 1 2 - 2 13 13,9 Padang Hilir 1 2 - 4 12 16,2 Bajenis - 4 - 7 16 20,6

Tebing Tinggi Kota - 13 - 3 11 155,5

Total Kota Tebing Tinggi 3 22 - 19 60 45,2

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Pada tahun 2011, secara keseluruhan ada 104 satuan PAUD di Kota Tebing Tinggi. PAUD Formal sebanyak 44 satuan pendidikan, dengan APK sebesar 45,2% bila menggunakan dasar perhitungan usia peserta didik TK/RA adalah empat sampai enam tahun. Capaian ini masih dibawah capaian nasional yaitu 55,47%, perlu diperhatikan agar bisa mencapai capaian nasional.

Belum semua kecamatan di Kota Tebing Tinggi memiliki TK Negeri, yaitu Kecamatan Bajenis dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Walaupun di Kecamatan Tebing Tinggi Kota belum ada TK Negeri tetapi terjadi penumpukan TK di kecamatan ini. Setengah dari seluruh TK di Kota Tebing Tinggi berada di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Hal ini mengakibatkan disparitas APK TK/RA antar kecamatan yang cukup mencolok, yaitu terendah di Kecamatan Rambutan, hanya 13,9% (281 murid TK/RA dari 2.027 anak usia TK/RA), dan tertinggi di Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebesar 86,3% (1.869 murid TK/RA dari 2.166 anak usia TK/RA).

(21)

Jumlah lembaga PAUD Non Formal tersebar relatif merata di semua kecamatan, terendah sebanyak 8 lembaga di Kecamatan Padang Hulu dan tertinggi sebanyak 16 lembaga di Kecamatan Bajenis. Hal ini terlihat juga pada APK PAUD Non Formal yang relatif sama antar kecamatan, yaitu terendah 7,8% di Kecamatan Tebing Tinggi Kota, dan tertinggi 14,8% di Kecamatan Rambutan. Namun secara keseluruhan, PAUD Formal dan Non Formal, terjadi disparitas APK antar kecamatan yang cukup besar, yaitu terendah 11,4% di Kecamatan Padang Hilir dan tertinggi 47,0% di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Sebagian besar anak usia PAUD di Kota Tebing Tinggi mendapatkan layanan pendidikan tertumupuk di Kecamatan Tebing Tinggi Kota.

Dari perspektif jender, tidak ada masalah serius mengenai disparitas jender untuk peserta didik TK/RA karena jumlah peserta didik laki-laki relatif sama dengan peserta didik perempuan. Untuk tingkat Kota Tebing Tinggi, peserta didik laki-laki di TK/RA sebesar 51,9%, relatif sama dengan peserta didik perempuan di TK/RA sebesar 48,1%. Demikian juga untuk setiap kecamatan, tidak ada masalah serius dengan diparitas jender peserta didik TK/RA.

2.2.2 Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Pemerintah memiliki kewajiban untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar sembilan tahun sehingga seluruh anak usia 7-15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dapat memperoleh pendidikan setidak-tidaknya sampai sekolah menengah pertama atau sederajat. Pendidikan dasar sembilan tahun ditempuh melalui jalur formal maupun nonformal yang mencakup SD/MI, pendidikan kesetaraan SD (Paket A), SMP/MTs, dan pendidikan kesetaraan SMP (Paket B).

a. Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Dalam dua tahun terakhir, Tahun Pelajaran (T.P.) 2010/2011 sampai T.P. 2011/2012, pertambahan jumlah SD/MI di Kota Tebing Tinggi mencapai 6%. Secara keseluruhan di Kota Tebing TInggi terdapat 103 SD/MI, termasuk satu unit SD Luar Biasa. Demikian juga dengan jumlah keseluruhan peserta didik, relatif tidak ada perbedaan yang mencolok, yaitu 19.735 orang pada T.P. 2010/2011 dan 19.981 orang pada T.P. 2011/2012. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(22)

Tabel 2.2 – Jumlah Satuan Pendidikan dan Peserta Didik SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2010/2011 dan 2011/2012

Jenjang

T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012

Satuan Pendidikan Murid Satuan Pendidikan Murid

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

SD 77 17 14.978 4.207 77 17 14.899 4.325

MI 2 2 402 148 2 7 423 334

Jumlah 79 19 15.380 4.355 79 24 15.322 4.659

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2010/2011 dan 2011/2012

Proporsi jumlah SD (94 unit) yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah MI (9 unit), dan secara khusus juga lebih besarnya jumlah SD Negeri (77 unit) dibandingkan SD Swasta (17 unit) menunjukkan bahwa layanan pendidikan dasar jenjang SD/MI masih diwarnai secara kuat oleh sekolah umum yang dikelola langsung pemerintah. Hal ini sejalan dengan amanah Undang-Undang Dasar yang tertuang dalam Program Wajib Belajar Sembilan Tahun.

Pada T.P. 2010/2011, ada 10.225 (51,8%) murid laki-laki dan 9.510 (48,2%) murid perempuan. Proporsi pada T.P. 2011/2012 juga menunjukkan komposisi persentase dengan perbedaaan yang tidak begitu signifikan (hanya 0,01%), yaitu 10.375 (51,9%) murid laki-laki dan 9.606 (48,1%) murid perempuan. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir tidak ada masalah serius mengenai disparitas jender untuk jumlah peserta didik SD/MI.

Tabel 2.3 – Jumlah Peserta Didik SD/MI Menurut Jenis Kelamin Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2010/2011 dan 2011/2012

Jenjang T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012 Lk. Pr. Total Lk. Pr. Total SD 9.941 9.244 19.185 9.986 9.238 19.224

MI 284 266 550 389 368 757

Jumlah 10.225 9.510 19.735 10.375 9.606 19.981

(23)

Pada bagian berikut ini diuraikan gambaran kinerja layanan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan dasar jenjang SD/MI dilihat berdasarkan dua aspek, yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dan (2) peningkatan mutu pendidikan.

a.1. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

Aspek akses ditujukan untuk menilai seberapa jauh Pemerintah Kota Tebing Tinggi memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan kepada semua anak dan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan sekolah tanpa hambatan.

1.a) Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah jenjang SD/MI dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Pada Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir capaian APK SD/MI, yaitu indikator yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah siswa SD/MI terhadap jumlah anak usia 7-12 tahun, berfluktuasi dengan kecenderungan menaik. Pada T.P. 2009/2010, APK SD/MI sebesar 104.93% dan menaik menjadi 125,33% pada T.P. 2010/2011 tetapi kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 115,75%. Walaupun menurun pada T.P. 2011/2012, namun capaian APK SD/MI ini tidak jauh di bawah capaian APK SD/MI tingkat nasional sebesar 117,0%.

Tabel 2.4 – Tingkat Partisipasi SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, T.P. 2011/2012 Indikator T.P. 2009/2010 T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012 APK 104.93% 125,33% 115.75% APM 89.69% 103,74% 95.60% APS 100.64% 121,14% 114.03%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi

T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, dan T.P. 2011/2012

Pola yang sama juga terjadi pada APM SD/MI, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa SD/MI berusia 7-12 tahun terhadap jumlah anak berusia 7-12 tahun. Pada T.P. 2009/2010, APM SD/MI sebesar 89,69% dan menaik menjadi 103.74% pada T.P. 2010/2011 tetapi kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 95,60%.

Kondisi menurunnya APM SD/MI pada T.P. 2010/2011 dan masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang menetapkan APM SD/MI minimal sebesar 95%, terjadi karena semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia di bawah tujuh tahun yang

(24)

memasuki jenjang SD/MI dan juga semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia 12 tahun sudah memasuki jenjang SMP/MTs. Pada T.P. 2010/2011 sebanyak 86,9% (3.047 dari 3.506 orang) murid Kelas 1 SD/MI berusia di bawah tujuh tahun dan menurun menjadi 85,9% (3.133 dari 3.644 orang) pada T.P. 2011/2012. Jumlah murid berusia di bawah tujuh tahun tidak diikut-sertakan dalam perhitungan APM SD/MI.

Kecenderungan menurunnya APM SD/MI tidak mengkhawatirkan karena sejalan dengan kecenderungan meningkatnya APS usia 7-12 tahun, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa berusia 7-12 tahun pada semua jenjang pendidikan terhadap jumlah anak berusia 7-12 tahun. Pada T.P. 2009/2010, APS usia 7-12 tahun sebesar 100,64%, meningkat menjadi 121,14% pada T.P. 2010/2011, kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 114,03%. Capaian APS ini dapat menggambarkan bahwa hampir seluruh anak berusia 7-12 tahun sedang bersekolah, baik pada jenjang SD/MI maupun pada jenjang SMP/MTs. Indikator APS lebih besar dari 100% mengindikasikan adanya anak dari luar Kota Tebing Tinggi yang mendapatkan layanan pendidikan di Kota Tebing Tinggi. Ini adalah fenomena yang umum terjadi pada suatu kota karena adanya cross-boundary.

Menurunnya APS SD/MI tersebut salah satunya dipengaruhi oleh tersosialisasinya Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di kalangan masyarakat .

Tabel 2.5 – Rasio Jumlah Siswa Per Sekolah Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Lembaga Rasio Siswa per Sekolah SD 19.224 94 204 MI 757 9 84 Total 19.981 103 194

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Namun demikian, bila memperhatikan jumlah siswa per sekolah pada Tabel 2.6 terlihat distribusi yang tidak merata. Ada 24 sekolah (23,3%) yang kekurangan siswa karena jumlah siswa kurang dari 140 orang, dan ada 16 sekolah (15,3%) yang kelebihan siswa ditandai dengan jumlah siswa yang lebih dari 240 orang.

(25)

Tabel 2.6 –Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Jumlah Siswa Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Kategori Jumlah Siswa Jumlah

Sekolah Persentase 1. Jumlah siswa < 90,0 15 14,6% 2. Jumlah siswa 90,0 s.d. < 140,0 9 8,7% 3. Jumlah siswa 140,0 s.d. < 190,0 24 23,3% 4. Jumlah siswa 190,0 s.d. < 240,0 39 37,9% 5. Jumlah siswa >= 240,0 16 15,5% Total 103 100%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Meskipun APS usia 7-12 tahun Kota Tebing Tinggi pada T.P. 2011/2012 sudah tinggi 114.03% namun terdapat disparitas yang cukup besar antar kecamatan. Tiga dari lima kecamatan memiliki APS di bawah 90%, yaitu Kecamatan Padang Hilir (88,7), Sedangkan 4 kecamatan yang lain memiliki APS di atas 90%, yaitu Kecamatan Padang Hulu 96%, KecamatanRambutan 130,6%, Kecamatan Bajenis 91,14, dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota (213,4). Hal ini menunjukkan layanan pendidikan usia 7-12 tahun yang tidak merata di semua kecamatan.

1.b) Angka Melanjutkan

“Apakah murid SD/MI di Kota Tebing Tinggi melanjutkan ke jenjang SMP/MTs?” adalah pertanyaan penting terkait dengan tingkat melanjutkan SD/MI ke jenjang SMP/MTs. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek penting, yaitu: (1) Angka Transisi atau Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs, dan (2) ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMP/MTs. Dalam dua tahun terakhir, AM jenjang SD/MI ke jenjang SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi menunjukkan capaian yang sangat tinggi, yaitu 124,0% pada T.P. 2010/2011 dan 122,5% pada T.P. 2011/2012. Walaupun terjadi penurunan, tetapi AM ke SMP/MTs sudah di atas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah murid baru Kelas 1 SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi lebih banyak dibandingkan jumlah lulusan SD/MI Kota Tebing Tinggi. Fenomena ini sangat mungkin terjadi karena adanya lulusan SD/MI dari luar Kota Tebing Tinggi yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah lulusan SD/MI Kota Tebing Tinggi yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs atau melanjutkan ke jenjang SMP/MTs di luar Kota Tebing Tinggi. Walaupun AM SD/MI ke SMP/MTs pada T.P. 2011/2012 sudah di atas 100%, namun masih ada tiga dari lima kecamatan dengan AM di bawah 90%, yaitu Kecamatan Padang Hilir

(26)

(60,5%), Kecamatan Padang Hulu (86,0%), dan Kecamatan Rambutan (58,1%). Hal ini menunjukkan cukup banyak lulusan SD/MI di tiga kecamatan tersebut yang melanjutkan ke jenjang SMP/MTs di luar kecamatan masing-masing. Kondisi ini sejalan dengan rasio layanan rombel Kelas 1 SMP/MTs dibandingkan layanan rombel Kelas 6 SD/MI yang tidak tinggi di tiga kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan Padang Hilir hanya 41,2%, Kecamatan Padang Hulu hanya 68,8%, dan Kecamatan Rambutan hanya 45,0% seperti terlihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 – Gambaran Layanan Kelas 1 SMP/MTs Dibandingkan Kelas 6 SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2011/2012

No Kecamatan Jumlah Rombel Kelas 6 SD/MI Jumlah Rombel Kelas 1 SMP/MTs Rasio 1. Padang Hulu 16 10 62,5% 2. Rambutan 20 9 45,0% 3. Padang Hilir 17 8 47,1% 4. Bajenis 17 14 82,4%

5. Tebing Tinggi Kota 32 58 181,3%

Total 102 99 83,6%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Pada Tabel 2.7 terlihat bahwa rasio Layanan Kelas 1 SMP/MTs dibandingkan dengan Kelas 6 SD/MI secara keseluruhan untuk Kota Tebing Tinggi sebesar 83,6%, tidak sejalan dengan AM SD/MI ke SMP/MTs yang mencapai 122,5%. Hal ini terjadi karena rasio murid per rombel untuk Kelas 6 SD/MI sebesar 28 orang, lebih kecil dibandingkan rasio murid per rombel untuk Kelas 1 SMP/MTs yang mencapai 32 orang.

a.2. Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan jenjang SD/MI di Kota Tebing Tinggi akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu: (a) besaran Angka Mengulang Kelas (AMK), (b) besaran Angka Putus Sekolah (APtS), (c) mutu input pendidikan, dan (d) mutu lulusan.

2.a) Angka Mengulang Kelas

AMK SD/MI Kota Tebing Tinggi dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun . Pada Tp. 2009/2010 sebesar 3,2% menurun menjadi 3,1% pada T.P. 2010/2011 dan 2,0% pada T.P. 2011/2012. Data terpilah sekolah dan madrasah menunjukkan bahwa persentase AMK di SD juga cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir, begitu juga AMK di MI cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir. Hal ini terlihat pada Grafik 2.1.

(27)

Apabila dicermati lebih mendalam, pada Tabel 2.8 terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir AMK murid laki-laki lebih tinggi dibandingkan AMK murid perempuan. Keadaan ini tidak hanya untuk AMK secara keseluruhan tetapi juga AMK untuk setiap tingkatan kelas dari Kelas 1 sampai Kelas 6. Pada T.P. 2008/2009, secara keseluruhan AMK murid laki-laki sebesar 4,4% (ada 446 murid yang mengulang), sedangkan AMK murid perempuan sebesar 2,0% (ada 187 murid yang mengulang).

Grafik 2.1 –AMK Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012

Pada Tabel 2.9 juga terlihat bahwa dalam tiga tahun terakhir secara keseluruhan persentase tertinggi AMK SD/MI berada di kelas awal, khususnya di Kelas 1 yang kemudian menurun dari Kelas 2 sampai Kelas 6. Pada T.P. 2010/2011 terlihat bahwa AMK Kelas 1 adalah yang tertinggi, yaitu 6,3%, kemudian AMK Kelas 2 lebih rendah, yaitu 5,0%, demikian seterusnya menurun sampai AMK Kelas 6. Pola yang sama juga terjadi untuk AMK murid laki-laki dan murid perempuan, seperti terlihat pada Grafik 2.2.

0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% SD MI TOTAL 3,2% 1,0% 2,1% 0,031 0 0,0155 0,02 0 0,01 H UN DE R T E 2009/2010 2010/2011 2011/2012

(28)

Tabel 2.9 – AMK SD/MI Kota Tebing Tinggi Per Kelas Menurut Jenis Kelamin Pada Tiga Tahun Terakhir

Kelas 2009/2010 2010/2011 2011/2012

L P Total L P Total L P Total

Kelas 1 7.8% 4.6% 6.2% 7.5% 5.2% 6.4% 6.2% 3.5% 4.9% Kelas 2 6.3% 3.6% 5.0% 4.9% 2.5% 3.7% 3.9% 1.7% 2.8% Kelas 3 5.8% 1.8% 3.9% 6.0% 2.3% 4.2% 3.1% 1.5% 2.3% Kelas 4 3.7% 1.1% 2.5% 4.3% 1.6% 3.0% 2.7% 0.6% 1.7% Kelas 5 1.7% 0.6% 1.2% 1.7% 0.5% 1.1% 0.0% 0.0% 0.0% Kelas 6 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% Total 4.4% (840) 2.0% (382) 3.2% (611) 4.2% (772) 2.0% (368) 3.1% (570) 2.7% (515) 1.2% (229) 2.0% (381)

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, dan T.P. 2011/2012

Keadaan tingginya AMK Kelas 1 SD/MI, bahkan tertinggi dibandingkan tingkatan kelas yang lain, mengindikasikan ketidaksiapan murid Kelas 1 belajar pada jenjang SD/MI. Pada T.P. 2011/2012, walaupun sebagian besar (3.462 dari 3.644 orang atau 95,0%) siswa Kelas 1 SD/MI di Kota Tebing Tinggi sebelumnya sudah mengikuti pendidikan di TK/RA, namun sebagian besar dari mereka berusia di bawah tujuh tahun, yaitu sebanyak 1.975 dari 3.644 siswa atau 54,2%. Hanya 1603 orang (44,0%) siswa Kelas 1 yang berusia tujuh tahun, dan 66 orang (1,8%) yang berusia di atas tujuh tahun. Pada usia di bawah tujuh tahun, secara umum kesiapan anak untuk mengikuti proses pendidikan masih rendah, baik secara fisik, mental, maupun psikologis. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat penguasan mata pelajaran yang pada akhirnya menyebabkan AMK Kelas 1 SD/MI menjadi tinggi.

(29)

Grafik 2.2 – AMK SD/MI Kota Tebing Tinggi Per Kelas Menurut Jenis Kelamin Pada T.P. 2011/2012

Walaupun AMK SD/MI pada T.P. 2011/2012 secara keseluruhan tidak tinggi, sebesar 2,0%, namun tetap perlu mendapat perhatian khusus karena 38 dari 103 SD/MI (36,9%) memiliki AMK lebih dari 4%.

2.b) Angka Putus Sekolah

Dalam tiga tahun terakhir, Angka Putus Sekolah (APtS) SD/MI tingkat Kota Tebing Tinggi menunjukkan kinerja yang bagus karena nilainya cenderung menurun. APtS pada T.P. 2009/2010 sebesar 0,24%, menurun menjadi 0,05% pada T.P. 2010/2011, dan menjadi 0,04% pada T.P. 2011/2012. Capaian ini jauh lebih baik dibandingkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan APtS tidak melebihi 1% dari jumlah siswa yang bersekolah. Disamping faktor kemiskinan, tingginya jumlah angka mengulang kelas juga berpengaruh terhadap jumlah anak putus sekolah. Anak yang mengulang kelas lebih dari sekali rentan untuk mengalami putus sekolah. Besarnya angka putus sekolah tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar. Memutus mata rantai ketidaksiapan anak memasuki pendidikan dasar, tingginya angka mengulang kelas dan angka putus sekolah harus segera diupayakan secara terintegrasi.

0,0% 1,0% 2,0% 3,0% 4,0% 5,0% 6,0% 7,0% 8,0%

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6

6,2% 3,9% 3,1% 2,7% 0,0% 0,0% 0,035 0,017 0,015 0,006 0 0 H UN DE R T E Laki-Laki Perempuan

(30)

2.c) Mutu Input Pendidikan

Mutu input pendidikan dianalisis melalui tiga aspek, yaitu: (i) kecukupan ruang kelas, (ii) kelayakan ruang kelas, dan (iii) kecukupan jumlah guru untuk keseluruhan lembaga SD/MI. Mutu input pendidikan tersebut terkait erat dengan upaya pemerataan layanan pendidikan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, jender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik. Pemerataan layanan pendidikan ditekankan pada sejauh mana anak-anak mempunyai peluang yang sama untuk belajar di sekolah yang memenuhi standar.

Dari sisi kecukupan ruang kelas, rata-rata rasio ruang kelas terhadap rombel SD/MI Kota Tebing Tinggi pada T.P. 2011/2012 sebesar 4,5 (Rasio ½ s.d < 1/1). Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai terhadap jumlah rombel yang membutuhkan ruang kelas. Pada Tabel 2.10 terlihat bahwa hampir semua SD/MI (92 dari 103 atau 89,3%) memiliki rasio 1/1. Ada enam sekolah (5,8%) menunjukkan kelebihan ruang kelas karena memiliki rasio di atas 1/1. Walaupun ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai sesuai kebutuhan rombel, namun perlu diperhatikan kondisi ruang kelas tersebut, apakah dalam keadaan baik atau rusak.

Tabel 2.10 – Distribusi Jumlah SD/MI Berdasarkan Rasio Ruang Kelas Terhadap Rombel Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Kategori Rasio Ruang Kelas / Rombel Jml Sekolah %

Rasio kurang dari 1/2 0 0

Rasio 1/2 s.d. < 1/1 5 5%

Rasio = 1/1 92 89%

Rasio > 1/1 s.d. < 3/2 6 6%

Rasio > 3/2 0 0

Total 103 1,0

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Berdasarkan kelayakan ruang kelas, pada Tabel 2.11 terlihat bahwa sebagian besar ruang kelas dalam kondisi baik, yaitu 566 dari 634 ruang (89,3%). Hanya ada 15 ruang (2,4%) dalam kondisi rusak berat, sedangkan yang rusak ringan sebanyak 53 ruang (8,4%). Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pada jenjang SD/MI di Kota Tebing Tinggi

(31)

Tabel 2.11 –Kondisi Ruang Kelas SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2010/2011

Bentuk

Sekolah Data

Kondisi Ruang Kelas Dari Keseluruhan Ruang Kelas Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total

SD Jumlah 551 47 15 613 Persen 89,9% 7,7% 2,4% 100% MI Jumlah 15 6 0 21 Persen 71,4% 28,6% 0,0% 100% Total Jumlah 566 53 15 634 Persen 89,3% 8,4% 2,4% 100%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2010/2011

Sementara itu dari sisi kecukupan guru kelas, rasio guru kelas terhadap rombel pada T.P. 2011/2012 untuk Kota Tebing TInggi sebesar 1,12 yang berarti rata-rata rasio guru banding rombel 1 : 1. Hal ini menggambarkan kondisi yang ideal. Selain itu pada Tabel 2.12 terlihat bahwa hanya ada tujuh sekolah dengan rasio guru kelas terhadap rombel kurang dari 1/1.

Tabel 2.12 – Distribusi Jumlah SD/MI Kota Tebing Tinggi Berdasarkan Rasio Guru Kelas terhadap Rombel Pada T.P. 2011/2012

No Kategori Rasio Guru Kelas terhadap Rombel

Data

Jumlah SD/MI Persentase

1 Rasio < 1/2 0 0% 2 Rasio 1/2 s.d. < 1/1 7 6,8% 3 Rasio = 1/1 48 46,6% 4 Rasio > 1/1 s.d. < 3/2 38 36,9% 5 Rasio >= 3/2 10 9,7% Total 103 100%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Selain rasio guru kelas terhadap rombel, perlu juga dikaji rasio murid terhadap guru kelas. Berdasarkan data Kuesioner Pendidikan, pada T.P. 2011/2012 terdapat sebanyak 702 orang guru kelas dengan jumlah murid sebanyak 19.981 anak. Maka untuk keseluruhan Kota Tebing Tinggi, rasio murid terhadap guru kelas jenjang SD/MI pada T.P. 2011/2012 adalah 28,2. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, jumlah maksimal peserta didik setiap rombel SD/MI adalah 28 orang, berarti setiap orang guru kelas maksimal mengasuh 28 orang murid. Jika dibandingkan dengan jumlah tersebut, maka rasio murid terhadap guru kelas secara keseluruhan di Kota Tebing Tinggi sudah sesuai dengan Standar Proses.

(32)

Terkait dengan sumber belajar, perpustakaan seharusnya memegang peranan penting. Berdasarkan Kuesioner Pendidikan T.P. 2011/2012, lebih dari setengah (63 dari 103) SD/MI di Kota Tebing Tinggi sudah memiliki perpustakaan namun kondisi sebagian besar dari perpustakaan tersebut belum sesuai dengan Standar Sarana Prasarana sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007.

2.d) Mutu Lulusan

Untuk menganalisis aspek mutu lulusan dapat dilihat dari dua hal utama, yaitu: (i) rata-rata nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan (ii) tingkat kelulusan.

(i) Rata-rata nilai Ujian Akhir Sekolah

Pada grafik di bawah terlihat bahwa dalam dua tahun terakhir (T.P. 2009/2010 dan T.P. 2010/2011) terjadi fluktuasi perolehan rata-rata hasil UAS SD/MI, pada mata pelajaran Agama naik dari 6,28 menjadi 7,18, PKn naik dari 6,75 menjadi 6,89, Bahasa Indonesia turun dari 7,05 menjadi 6,95, IPA naik dari 6,77 menjadi 6,86, dan Matematika turun dari 7,20 menjadi 6,80. Penurunan ini masih dalam batas toleransi namun perlu diperhatikan kembali proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di kelas.

Grafik 2.3 – Rata-rata Nilai UAS SD/MI Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2009/2010 dan 2010/2011 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 6,28 6,75 7,05 6,95 6,77 7,20 6,90 7,18 6,89 6,95 6,92 6,86 6,80 6,98 2009/2010 2010/2011

(33)

Sejumlah isu penting terkait dengan peningkatan mutu hasil UAS di antaranya adalah upaya peningkatan kompetensi guru melalui berbagai cara termasuk pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG), perlunya Guru Mata Pelajaran untuk Kelas Tinggi walaupun hal ini dilematis dengan LPTK yang menghasilkan S1 PGSD, distribusi Guru yang tidak merata antar SD/MI, dan terbatasnya sarana prasarana pembelajaran.

(ii) Tingkat Kelulusan

Secara keseluruhan, dalam dua tahun terakhir tingkat kelulusan SD/MI mencapai 100%. Dengan demikian dapat didiskripsikan bahwa kesiapan siswa untuk mengikuti UAS pada prinsipnya sudah baik namun perlu di perhatikan kembali perolehan nilai rata rata yang di peroleh siswa.

b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Penyediaan lembaga pendidikan SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi cukup memadai, terutama dalam hal ketersediaan jumlah lembaga satuan pendidikan SMP/MTs. Dalam dua tahun terakhir, Tahun Pelajaran (T.P.) 2009/2010 dan T.P. 2010/2011, ada penambahan satu SMP Swasta yaitu SMP Swasta Budi Dharma. Pada T.P. 2011/2012 secara keseluruhan terdapat 31 SMP/MTs, dengan rincian 23 unit SMP (11 negeri dan 12 swasta) dan delapan MTs (1 negeri dan 7 swasta). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.14.

Walaupun ada penambahan satu unit SMP Swasta, namun jumlah keseluruhan peserta didik menurun, yaitu dari 10.476 murid pada T.P.2010/2011 menjadi 10.191 murid pada T.P. 2011/2012, menurun sebanyak 285 orang. Fenomena ini terjadi karena adanya peningkatan akses layanan pendidikan jenjang SMP/MTs di sekitar perbatasan Kota Tebing Tinggi oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai.

Tabel 2.13 – Jumlah Satuan Pendidikan dan Peserta Didik SMP/MTs Kota Tebing Tinggi Pada T.P.2010/2011 dan2011/2012

Jenjang

T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012

Satuan Pendidikan Murid Satuan Pendidikan Murid

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

SMP 11 12 7.012 2.096 11 12 7.099 1.931

MTs 1 7 310 1.058 1 7 298 863

Jumlah 12 19 7.322 3.154 12 19 7.397 2.794

(34)

Pada T.P. 2011/2012, dari keseluruhan murid SMP/MTs yang berjumlah 10.191 murid, ada 5.060 murid laki-laki (49,7%) dan 5.131 murid perempuan (50,3%). Terlihat bahwa murid perempuan lebih banyak dibandingkan murid laki-laki. Namun komposisi ini mengindikasikan bahwa tidak ada masalah yang serius terkait disparitas jender dalam hal jumlah murid SMP/MTs.

Jumlah SMP (23 unit) yang lebih banyak dibandingkan jumlah MTs (delapan unit) menunjukkan bahwa layanan pendidikan dasar jenjang SMP/MTs lebih banyak berbentuk sekolah umum. Jika ditinjau dari jumlah satuan pendidikan SMP, terlihat bahwa masyarakat cukup memberikan kontribusi yang penting terhadap layanan pendidikan SMP. Namun jika ditinjau dari jumlah murid, terlihat bahwa peran pemerintah mewarnai dengan kuat layanan pendidikan SMP.

Pada bagian berikut ini diuraikan gambaran kinerja layanan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan dasar jenjang SMP/MTs dilihat berdasarkan dua aspek, yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan, dan (2) peningkatan mutu pendidikan.

b.1. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan

Aspek akses ditujukan untuk menilai seberapa jauh Pemerintah Kota Tebing Tinggi memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan pendidikan kepada semua anak dan memastikan bahwa mereka dapat menyelesaikan sekolah tanpa hambatan.

1.a) Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah jenjang SMP/MTs dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Pada Tabel 2.14 dapat dilihat bahwa dalam tiga tahun terakhir capaian APK SMP/MTs yaitu indikator yang menunjukkan berapa besar persentase jumlah siswa SMP/MTs terhadap jumlah anak berusia 13-15 tahun, berfluktuasi dengan kecenderungan menaik. Pada T.P. 2009/2010, APK SMP/MTs sebesar 106,4% dan menaik menjadi 115,6% pada T.P. 2010/2011 pada T.P. 2011/2012 menjadi 117,2%. Capaian APK SMP/MTs ini cukup jauh di atas capaian APK SMP/MTs tingkat nasional sebesar 101,5%.

(35)

Tabel 2.14 – Tingkat Partisipasi SMP/MTs Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2009/2010, T.P. 2010/2011, T.P. 2011/2012 Indikator T.P. 2009/2010 T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012 APK 106,4% 115,6% 117,2% APM 78,2% 80,7% 76,7% APS 119,2% 132,4% 130,5%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2009/2010,T.P 2010/2011 dan T.P 2011/2012

Pola yang sama juga terjadi pada APM SMP/MTs, yaitu indikator yang menunjukkan persentase jumlah siswa SMP/MTs berusia 13-15 tahun terhadap jumlah anak berusia 13-15 tahun. Pada T.P. 2009/2010, APM SMP/MTs sebesar 78,2% dan menaik menjadi 80,7% pada T.P. 2010/2011 tetapi kemudian menurun pada T.P. 2011/2012 menjadi 76,7%. Kondisi menurunnya APM SMP/MTs pada T.P. 2011/2012 dan masih di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang menetapkan APM SMP/MTs minimal sebesar 90%, terjadi karena semakin meningkatnya jumlah kelompok anak berusia di bawah 13 tahun yang memasuki jenjang SMP/MTs. Pada T.P. 2011/2012 sebanyak 30,9% (3.210 dari 10.191 orang). Jumlah murid yang berusia di bawah 13 tahun tidak diikut sertakan dalam perhitungan APM SMP/MTs.

Tabel 2.15 – Rasio Jumlah Siswa Per Sekolah Jenjang SMP/MTs Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Jenjang Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Lembaga Rasio Siswa per Sekolah SMP 9.030 23 393 MTs 1.161 8 145 Total 10.191 31 329

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Namun demikian, bila memperhatikan dari jumlah siswa per sekolah pada Tabel 2.16 terlihat distribusi yang tidak merata. Ada 10 sekolah (32,2%) yang kekurangan siswa karena jumlah siswa kurang dari 100 orang, dan ada 11 sekolah (35,5%) yang kelebihan siswa ditandai dengan jumlah siswa yang lebih dari 400 orang.

(36)

Tabel 2.16 – Distribusi Jumlah Sekolah Menurut Jumlah Siswa Jenjang SMP/MTs Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Kategori Jumlah Siswa Jumlah

Sekolah Persentase 1. Jumlah siswa < 100 10 32,2% 2. Jumlah siswa 100 s.d. < 200 6 19,4% 3. Jumlah siswa 200 s.d. < 300 4 12,9% 4. Jumlah siswa 300 s.d. < 400 0 0% 5. Jumlah siswa >= 400 11 35,5% Total 31 100,00%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

1.b) Angka Melanjutkan

“Apakah murid SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK?” adalah pertanyaan penting terkait dengan tingkat melanjutkan SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek penting, yaitu: (1) Angka Transisi atau Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK, dan (2) ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMA/MA/SMK.

Dalam dua tahun terakhir, AM jenjang SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK di Kota Tebing Tinggi menunjukkan capaian yang sangat tinggi dan meningkat, yaitu 150,4% pada T.P. 2010/2011 dan 166.1% pada T.P. 2011/2012. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah murid baru Kelas 1 SMA/MA/SMK di Kota Tebing Tinggi lebih banyak dibandingkan jumlah lulusan SMP/MTs Kota Tebing Tinggi. Fenomena ini sangat mungkin terjadi karena adanya lulusan SMP/MTs dari luar Kota Tebing Tinggi yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/MA/SMK di Kota Tebing Tinggi dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan jumlah lulusan SMP/MTs Kota Tebing Tinggi yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK atau melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK di luar Kota Tebing Tinggi.

(37)

Tabel 2.17 – Gambaran Layanan Kelas 1 SMA/MA/SMK

Dibandingkan Kelas 3 SMP/MTs Kota Tebing Tinggi Pada T.P. 2011/2012

No Kecamatan Jumlah Rombel Kelas 3 SMP/MTs Jumlah Rombel Kelas 1 SMA/MA/SMK Rasio

1. Padang Hulu 10 10 100%

2. Rambutan 9 48 500,3%

3. Padang Hilir 7 12 171,4%

4. Bajenis 15 22 146,7%

5. Tebing Tinggi Kota 55 43 78,2%

Total 96 135 140,6%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Tingginya AM SMP/MTs ke SMA/MA/SMK juga didukung oleh tingginya rasio layanan Kelas 1 SMA/MA/SMK dibandingkan Kelas 3 SMP/MTs, yaitu 140,6% seperti terlihat pada Tabel 2.17. Hal ini berarti ada lebih banyak rombel Kelas 1 SMA/MA/SMK (135 rombel) dibandingkan rombel Kelas 3 SMP/MTs (96 rombel). Pada tabel tersebut terlihat bahwa rasio layanan di Kecamatan Tebing Tinggi Kota di bawah 100%. Hal ini sejalan dengan AM SMP/MTs ke SMA/MA/SMK di Kecamatan Tebing Tinggi Kota yang hanya 78,2%.

b.2. Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan jenjang SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi akan dianalisis berdasarkan empat aspek, yaitu: (a) besaran Angka Mengulang Kelas (AMK), (b) besaran Angka Putus Sekolah (APtS), (c) mutu input pendidikan, dan (d) mutu lulusan.

2.a) Angka Mengulang Kelas

Perkembangan AMK SMP/MTs Kota Tebing Tinggi dalam dua tahun terakhir cenderung menurun sebesar 0,1% seperti terlihat pada Tabel 2.18. AMK pada T.P. 2010/2011 sebesar 0,3% (16 dari 10.476 siswa mengulang kelas), menurun menjadi 0,001% (7 dari 10.191 siswa mengulang kelas) pada T.P. 2011/2012. Terlihat bahwa Penurunan AMK mencapai 44% bila di bandingkan jumlah siswa yang mengulang pada T.P 2010/2011 dengan jumlah siswa yang mengulang pada T.P 2011/2012 .Dengan persentase yang relatif kecil ini maka AMK SMP/MTs di Kota Tebing Tinggi bukan merupakan isu kunci.

(38)

Tabel 2.18 – Pertumbuhan Angka Mengulang Kelas (AMK) SMP/MTs Kota Tebing Tinggi

Jenis Pendidikan Data 2010/2011 2011/2012

SMP Persentase 0,1% 0,3% Jumlah 9 7 MTs Persentase 0,51% 0% Jumlah 7 0 Total Persentase 0,3% 0,2% Jumlah 16 7

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2010/2011 T.P. 2011/2012

2.b) Angka Putus Sekolah

Dalam dua tahun terakhir, Angka Putus Sekolah (APtS) SMP/MTs tingkat Kota Tebing Tinggi cenderung menurun. Pada Tabel 3.21 terlihat bahwa APtS pada T.P.2010/2011 sebesar 0,3% (28 dari 10.476 siswa), menurun menjadi 0,2% (19 dari 10.191 siswa). Persentase APtS siswa laki-laki sama dengan perempuan, capaian ini lebih baik dibandingkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan APtS tidak melebihi 1% dari jumlah siswa yang bersekolah.

Tabel 2.19 – APtS SMP/MTs Kota Tebing Tinggi Per Kelas Menurut Jenis Kelamin T.P. 2010/2011, T.P. 2011/2012 Kelas 2010/2011 2011/2012 L P Total L P Total Kelas 7 0% 0,2% 0,1% 0% 0,2% 0,1% Kelas 8 0,4% 0,5% 0,5% 0,6% 0,3% 0,4% Kelas 9 0,2% 0,3% 0,3% 0,1% 0,% 0% %Keseluruhan 0,2% 0,3% 0,3% 0,2% 0,2% 0,2%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi, T.P. 2010/2011,T.P. 2011/2012

Secara umum tidak ada masalah serius dengan APtS SMP/MTs Kota Tebing Tinggi karena di bawah 1%. Dengan adanya dukungan dana BOS, diharapkan bahwa peserta didik dari keluarga miskin tidak lagi memiliki hambatan biaya dalam mengikuti pendidikan di jenjang SMP/MTs. Perlu dilakukan berbagai upaya khusus untuk mengantisipasi kecenderungan terus menaiknya anak putus sekolah pada jenjang SMP/MTs. Ada dugaan bahwa kurangnya kesadaran sejumlah kelompok masyarakat dan faktor ekonomi lemah masih menjadi kendala penghambat bagi anak untuk mengikuti pendidikan. Kecenderungan meningkatnya angka putus sekolah tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

(39)

2.c) Mutu Input Pendidikan

Mutu input pendidikan dianalisis melalui empat aspek, yaitu: (i) kecukupan ruang kelas, (ii) kelayakan ruang kelas, (iii) ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan (iv) kecukupan jumlah guru sesuai kebutuhan. Khusus untuk kecukupan jumlah guru akan diuraikan pada bagian lain.

Mutu input pendidikan tersebut terkait erat dengan upaya pemerataan layanan pendidikan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial, ekonomi, jender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik. Pemerataan layanan pendidikan ditekankan pada sejauh mana anak-anak mempunyai peluang yang sama untuk belajar di sekolah yang memenuhi standar.

(i) Kecukupan Ruang Kelas

Dari sisi kecukupan ruang kelas, rata-rata rasio ruang kelas terhadap rombel SMP/MTs Kota Tebing Tinggi pada T.P. 2011/2012 sebesar 9,6 (di atas 1/1). Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai terhadap jumlah rombel yang membutuhkan ruang kelas. Pada Tabel 3.22 terlihat bahwa sebagian besar SMP/MTs (20 dari 31 atau 64,5%) memiliki rasio 1/1. Ada tujuh sekolah (22,5%) menunjukkan kelebihan ruang kelas karena memiliki rasio di atas 1/1. Dan hanya empat sekolah (12,8%), yang mempunyai rasio di bawah 1/1. Walaupun ketersediaan jumlah ruang kelas sudah memadai sesuai kebutuhan rombel, namun perlu diperhatikan kondisi ruang kelas tersebut, apakah dalam keadaan baik atau rusak.

Tabel 2.20 – Distribusi Jumlah SMP/MTs Berdasarkan Rasio Ruang Kelas Terhadap Rombel Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Kategori Rasio Ruang Kelas / Rombel Jml Sekolah %

Rasio kurang dari 1/2 3 9,6%

Rasio 1/2 s.d. < 1/1 1 3,2%

Rasio = 1/1 20 64,5%

Rasio > 1/1 s.d. < 3/2 4 12,9%

Rasio > 3/2 3 9,6%

Total 31 99,80%

Sumber: Kuesioner Pendidikan Kota Tebing Tinggi T.P. 2011/2012

Pada T.P. 2011/2012, jumlah siswa SMP/MTs sebanyak 10.191 siswa tersebar di 31 lembaga dengan rombel berjumlah 294, maka rasio jumlah siswa terhadap rombel SMP/MTs sebesar 1 : 35. Jika mengacu kepada Standar Proses, Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, yang menetapkan jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar

Gambar

Gambar 2.1. STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KOTA TEBING TINGGI
Tabel 2.1 - Jumlah Satuan Pendidikan dan Tingkat Partisipasi PAUD  Kota Tebing Tinggi Pada T.P
Tabel 2.7 – Gambaran Layanan Kelas 1 SMP/MTs Dibandingkan Kelas 6 SD/MI  Kota Tebing Tinggi Pada T.P
Grafik 2.1 –AMK Jenjang SD/MI Kota Tebing Tinggi  Pada T.P. 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap

Faktor atau indikator yang menjadi kekuatan dari keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan di SD/MI di Aceh antara lain ; angka partisipasi mumi (APM) yang mencapai 86 % dan

Berdasarkan tabel di atas untuk kabupaten Deli Serdang sendiri pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) Angka Partisipasi Kasar (APK) sudah mencapai 100 persen dan terus

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah

Abstrak: Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) terhadap

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana

APK (Angka Partisipasi Kasar) SD merupakan angka hasil pembagian antara jumlah siswa usia 7-12 tahun di jenjang SD atau sederajat dengan jumlah penduduk kelompok

Adapun Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan peningkatan yang cenderung baik pada setiap jenjang pendidikan dan yang tertinggi nampak pada tingkat APK SD hal ini karena